Anda di halaman 1dari 20

`

POLITIK AGRARIA: PERAN PEMERINTAH DAERAH ACEH


TIMUR DALAM PENANGANAN KONFLIK HGU PT. BUMI
FLORA DENGAN MASYARAKAT

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:
Sarah Aziza Ilman Lumbangaol

200906115

Dosen Pembimbing: Adil Arifin, S.Sos, MA

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2024
`

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................6
C. Pertanyaan Penelitian................................................................................................7
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................................7
E. Studi Terdahulu..........................................................................................................8
F. Kerangka Teori...........................................................................................................9
1.Teori Keadilan.......................................................................................................10
2.Teori Resolusi Konflik...........................................................................................14
G. Metode Penelitian.....................................................................................................15
1. Jenis Penelitian.....................................................................................................16
2. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................16
3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................................................16
H. Sistematika Penulisan...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi semua makhluk hidup.

Tanpa tanah mungkin tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Tanah adalah sumber

makanan bagi manusia,hewan dan tumbuhan. Tanah juga sebagai tempat tinggal

manusia yang mana tempat tinggal adalah kebutuhan primer. Karena tanah

merupakan kebutuhan primer manusia, maka semua orang akan membutuhkannya

sehingga pemerintah membuat peraturan yaitu seperangkat hukum yang mengatur

hak penguasaan atas sumber alam, misalnuya tanah, air, pertambangan dan

lainlain. Dasar hukum agraria UUD 1945 pasal 33 ayat 3 "bumi air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

kemakmuran semua warga negara. Ruang lingkup hukum agraria, yang pertama

mengatur hubungan hukum antar bangsa negara dan per orangan, mengatur status

bidang ke agraria, mengatur perbuatan hukum dari warga negara yang

menyangkut di bidang ke agraria.

Dari segi bahasa, kata agraria dalam bahasa Belanda disebut dengan akker,

bahasa Yunani disebut dengan agros memiliki arti yaitu “tanah pertanian”, dalam

bahasa Latin disebut dengan istilah agger berarti tanah atau sebidang tanah (kata

majemuknya adalah aggraius yang berarti perladangan, persawahan, pertanian),

sedangkan istilah agraria dalam Bahasa Inggris disebut agrarian yang berarti tanah

untuk pertanian.1

1
Urip Santoso. 2012. Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, hlm. 1

1
Agraria dalam persepektif bahasa di berbagai negara sebagaimana tersebut

di atas mengarah kepada pengertian tanah dalam arti tanah pertanian. Sama halnya

dengan pengertian agraria yang dituliskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

yaitu agraria adalah urusan pertanian/tanah pertanian, urusan pemilikan tanah.

Sedangkan menurut pendapat Andi Hamzah, Subekti dan R. Thitrosoedibio yang

dikutip oleh Urip Santoso mengartikan agraria sebagai suatu masalah atau urusan

tanah dan semua (segala sesuatu) yang ada di dalam dan diatasnya.2

Sejalan dengan pendapat Boedi Harsono tersebut, selanjutnya AP.

Parlindungan juga memberikan pandangan tentang pengertian agraria yang

dibedakan menjadi dua hal yaitu: Pertama, dalam arti sempit; bahwa agraria

berwujud sebagai hak-hak atas tanah, ataupun pertanian saja. Kedua, dalam arti

luas; agraria meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya.3

Politik hukum berusaha membuat kaidah-kaidah yang akan menentukan

bagaimana seharusnya manusia bertindak. Politik hukum menyelidiki

perubahanperubahan apa yang harus diadakan dalam hukum yang sekarang

berlaku supaya jadi sesuai dengan kenyataan sosial. Politik hukum meneruskan

perkembangan hukum dengan usaha melenyapkan banyak ketegangan antara

positivitas dan realita sosial (membuat isu contitutum yang baru), dan politik

hukum menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki. Politik hukum

tidak terlepas dari realita sosial, tradisional dan internasional.

Dalam melaksanakan hukum agraria RI, setelah kemerdekaan dalam suatu

sistem kenegaraan yang belum mendapatkan sistem kelaparan, berjalan sesuai


2
Ibid.,
3
AP. Parlidungan. 1991. Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung:
Mandar Maju, hlm. 36

2
dengan sistem pemerintahan negara yaitu belum terbentuknya DPR dan MPR

maka dalam kurun waktu setelah proklamasi negara/pemerintah melaksanakan

politik dan berlandasan pasal 2 aturan perlaihan dalam UUD. Di sisi lain setelah

proklamasi bahwa negara/pemerintahan harus segera melakukan tindakan

memutuskan tatanan politik hukum kolonial dimana dalam tatanan politik hukum

kolonial mengandung sikap sistem kapitalistik, liberalistik, dan individualistik.

Sifat dan sistem politik hukum tersebut tidak sesuai dengan landasan ideologi,

landasan konstitusi negara Indonesia, maka sifat dan sistem politik hukum

tersebut harus segera dihapus. Bahwa dengan adanya proklamasi, pemerintahan

harus segera membentuk politik hukum agraria dalam sistem ketahanan negara

yang berlandaskan pada sistem politik hukum pancasila dan sistem politik hukum

berdasarkan konstitusi UUD1945 pada pasal 33 ayat 3. Politik hukum agraria

nasional meletakkan sifat dan sistem hukum dengan asas sosialisme Indonesia

artinya bahwa sosialisme Indonesia adalah sebuah prinsip keadilan yang

berdasarkan ketuhanan dan keadilan yang berprikemanusiaan. Politik hukum

secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kebijaksanaan hukum (legal policy).

Hukum tak dapat dipandnag sebagai pasal yang bersifat das solien (keharusan)

melainkan das sein (kenyataan) ditentukan oleh politik.

Pelaksanaan administrasi pertanahan terkadang terdapat kendala. Salah

satunya yang tidak dapat terhindarkan adalah terjadinya sengketa pertanahan.

Pada hakikatnya, sengketa pertanahan merupakan benturan kepentingan (conflict

of interest) di bidang pertanahan antara siapa dengan siapa, sebagai contoh nyata

yaitu antara perorangan dengan perorangan, perorangan dengan badan hukum,

badan hukum dengan badan hukum dan lain sebagainya. Sengketa pertanahan

3
sudah menelan korban jiwa manusia. Berbagai kerusakan, pertikaian bahkan

pembunuhan karena urusan tanah yang terjadi di Indonesia merupakan bukti

bahwa penyelesaian sengketa pertanahan yang berkeadilan sering terbentur

kebuntuan dalam menemukan kata selesai dan adil.

Permasalahan atau konflik yang menjadi objek dari penelitian adalah

konflik Hak Guna Usaha (HGU). Ketentuan tetang HGU dapat dijumpai dalam

Pasal 28 sampai Pasal 34 UUPA. Pengertian HGU berdasarkan Pasal 28 ayat (1)

UUPA adalah adalah hak yang khusus untuk mengusahakan tanah yang bukan

milik sendiri guna perusahaan pertanian, perikanan dan perternakan. HGU pada

dasarnya termasuk hak atas tanah yang bukan bersumber hukum adat, melainkan

atas tanah baru yang diadakan untuk memenuhi keperluan masyarakat modern,

oleh karenanya hak guna usaha diberikan untuk jangka waktu yang lama.

Ketentuan luas HGU menurut Pasal 28 ayat (2) UUPA adalah untuk

perseorangan, luas minimalnya 5 hektar dan luas maksimalnya 25 hektar.

Sedangkan Badan Hukum, luas minimalnya 5 hektar dan luas maksimalnya

ditetapkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN). Pasal 28 ayat (2)

UUPA menegaskan bahwa HGU dapat diberikan atas tanah yang luasnya paling

sedikit 5 ha. Jika luas tanah 25 ha atau lebih, harus menggunakan investasi modal

yang layak dan teknik perusahaan yang baik sesuai dengan perkembangan zaman.

Ketentuan jangka waktu HGU menurut Pasal 29 UUPA yaitu hak guna usaha

diberikan dalam jangka waktu paling lama 25 tahun dan untuk perusahaan yang

memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan paling lama 35 tahun. Jangka

waktu tersebut masih dapat diperpanjang lagi selama 25 tahun atas permintaan

pemegang hak dengan mengingat keadaan perusahaan. Oleh karena jangka

4
waktunya yang relatif lama, maka HGU hanya dimungkinkan atas tanah yang

dikuasi negara.

Subjek hukum yang dapat ditunjuk sebagai Subjek HGU berdasarkan

ketentuan Pasal 30 ayat (1) UUPA adalah; Warga Negara Indonesia dan Badan

hukum yang didirikan menurut hukum indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

Menurut ketentuan Pasal 30 ayat (2) UUPA; apabila pemegang hak guna usaha

tidak memenuhi syarat di atas, jangka waktu satu tahun pemegang hak harus

melepaskan haknya atau mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain yang

memenuhi syarat. Bidang tanah dapat dijadikan objek HGU adalah tanah negara

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28 UUPA. Lahirnya HGU dapat terjadinya

melalui penetapan pemerintah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 UUPA,

bahwa HGU dapat beralih atau dialihkan melalui jual beli, tukar menukar,

penyertaan modal, hibah, dan pewarisan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29

UUPA.

Sedangkan Pembebanan HGU dengan Hak Tanggungan diatur dalam

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (UUHT).

Hapusnya HGU menurut ketentuan Pasal 34 UUPA, hapus karena; jangka waktu

berakhir, dihentikan sebelum jangka waktu berakhir karena suatu syarat yang

tidak terpenuhi; dilepaskan haknya oleh pemegang hak sebelum jangka waktu

berakhir; dicabut haknya untuk kepentingan umum; diterlantarkan; tanahnya

musnah. Selain penyebab tersebut HGU hapus juga disebabkan oleh ketentuan

Ketentuan dalam Pasal 30 ayat (2) UUPA, sebagai berikut; “Orang atau badan

hukum yang mempunyai hak guna usaha dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat

sebagai yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini dalam jangka waktu satu tahun

5
wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi

syarat. Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak yang memperoleh hak guna

usaha, jika ia tidak memenuhi syarat tersebut. Jika hak guna usaha yang

bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut maka

hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain akan

diindahkan, menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah”.

Berkaitan dengan penelitian akan diteliti merupakan konflik HGU antara

PT. Bumi Flora dengan masyarakat. Berkaitan dengan hak guna usaha yang

selama ini dipegang oleh PT. Bumi Flora di enam wilayah Kecamatan yaitu,

Banda Alam, Idi Tunong, Darul Ihsan, Idi Timur, Peudawa dan Rantau Perlak

Kabupaten Aceh Timur diklaim masyarakat bahwasanya sudah tidak memenuhi

persyaratan lagi. Berdasarkan hal tersebut Senator DPD RI asal Aceh yaitu

Sudirman berdiskusi dengan tokoh masyarakat, hasil diskusi itu menghantarkan

pada sebuah pernyataan masyarakat bahwa tanah HGU yang dikuasai oleh PT.

Bumi Flora banyak tanah warga yang direbut secara paksa saat konflik.4

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “POLITIK AGRARIA: PERAN PEMERINTAH

DAERAH ACEH TIMUR DALAM PENANGANAN KONFLIK HGU PT.

BUMI FLORA DENGAN MASYARAKAT”.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah terkait dengan peran

pemerintah daerah khususnya pemerintah daerah Aceh Timur dalam penanganan


4
https://dialeksis.com/aceh/polemik-hgu-pt-bumi-flora-dan-dks-di-aceh-timur-haji-uma-
temui-masyarakat/

6
konflik Hak Guna Usaha antara masyarakat dengan PT. Bumi Flora.

Permasalahan terkait Hak Guna Usaha ini mengandung unsur sengketa lahan atau

bidang tanah yang dikuasai selama ini oleh PT. Bumi Flora, tetapi dikemudian

hari masyarakat menilai kekuasaan atas tanah tersebut sudah tidak memenuhi

persyaratan lagi, sehingga dibutuhkan peninjauan kembali.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana konflik hak guna usaha antara PT. Bumi Flora dengan

masyarakat?

2. Bagaimana peran Pemerintah Daerah Aceh Timur dalam penanganan

konflik Hak Guna Usaha antara PT. Bumi Flora dengan masyarakat?

3. Bagaimana kendala serta upaya Pemerintah Daerah Aceh Timur dalam

penanganan konflik Hak Guna Usaha antara PT. Bumi Flora dengan

masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian harus tergambar secara tegas apa yang hendak dicapai di

dalam melaksanakan penelitian tersebut. Tujuan penelitian harus bertitik tolak

dari permasalahan. Bahkan harus terlihat tegas jika permasalahan ada 3 (tiga)

maka tujuan penelitianpun harus 3 (tiga). Ketiga hal tersebutlah yang menjadi

pokok permasalahan yang intisarinya harus terlihat pada kesimpulan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui konflik hak guna usaha antara PT. Bumi Flora

dengan masyarakat.

7
b. Untuk mengetahui peran Pemerintah Daerah Aceh Timur dalam

penanganan konflik Hak Guna Usaha antara PT. Bumi Flora dengan

masyarakat.

c. Untuk mengetahui kendala serta upaya Pemerintah Daerah Aceh

Timur dalam penanganan konflik Hak Guna Usaha antara PT. Bumi

Flora dengan masyarakat.

E. Studi Terdahulu

Dari beberapa judul penelitian yang pernah diangkat oleh peneliti

sebelumnya, ada dua judul yang hampir mendekati sama dengan penelitian dalam

penulisan skripsi ini antara lain:

1. Skripsi Trimo Prabowo, mahasiswa Fakultas Ushuludin Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung, dengan judul “Peran Pemerintah Daerah

Dalam Mengatasi Konflik Agraria Perspektif Islam”. Penelitian ini

merupakan penelitian normatif dengan fokus pembahasan terletak pada

bagaimana peran pemerintah daerah dalam penanganan konflik agraria

berdasarkan hukum islam dan syariat islami, perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu terletak pada fokus pembahasan dan locus penelitian.

2. Skripsi Adli Gunawan, Mahasiswa Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas

Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh yang berjudul “Tindak

Pidana Penghasutan Terhadap PT Bumi Flora Oleh Forum Perjuangan Rakyat

Untuk Tanah (FORJERAT) (Kajian Terhadap Putusan Hakim Nomor 1039

K/PID/2009)”. Skripsi ini merupakan penelitian Normatif yang mengkaji

tentang bagaimana tindak pidana berupa penghasutan yang dilakukan oleh

sebuah forum masyarakat kepada PT. Bumi Flora, penelitian ini mengkaji

8
tentang suatu putusan terkait. Perbedaan terletak pada substansi pembahasan

dan permasalahan serta locus penelitian.

F. Kerangka Teori
Upaya dan langkah untuk memudahkan dalam menganalisa suatu

penelitian diperlukan suatu alat (pisau analisis) yang nantinya dipergunakan

sebagai pandangan yaitu dengan penggunaan kerangka teoritis terhadap sebuah

objek penelitian. Hal tersebut merupakan cara efektif dan dinilai lebih mudah

untuk menganalisa pokok pembahasan dalam penelitian yang penulis lakukan agar

lebih terarah dan tepat sasaran.

Kerangka teori umumnya berisi prinsip-prinsip yang mempengaruhi dalam

pembahasan. Prinsip-prinsip teori itu berguna untuk membantu gambaran dan

langkah kerja. Kerangka teori akan membantu dalam membahas permasalahan,

dan akan menggambarkan sebuah interior sebuah penulisan. 5 Teori merupakan

sesuatu prinsip ajaran pokok yang dibuat untuk mengambil suatu tindakan atau

berguna memecahkan suatu masalah. Teori berarti “pendapat, cara, aturan-aturan

untuk melakukan sesuatu”. Ada banyak teori yang telah kembangkan oleh para

pakar sekitar konsep makna dalam studi sistematik.6

Berdasarkan keterangan di atas, teori dalam sebuah penelitian dapat

digunakan sebagai landasan bagunan berfikir untuk mengkaji atau membahas

sebuah permasalahan yang dimana bagunan berfikir tersebut harus sistematis dan

terarah agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan pisau analisis teori yang

digunakan hingga dapat memperjelas permasalahan yang akan dikaji. Teori

berfungsi sebagai pisau analisis yang digunakan untuk dijadikan panduan dalam

5
Zaenal Arifin. 2010. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: Grasindo, halaman
56.
6
Ida Syaprida & Yati Sumiharti. 2004. Teori Semantik, Jakarta: Erlangga, halaman 46.

9
melakukan penelitian, dengan memberikan penilaian terhadap penemuan fakta

atau peristiwa hukum yang ada.

1. Teori Keadilan

Keadilan berasal dari kata fair, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

keadilan itu tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Secara

khusus, adil berarti bahwa keputusan dan tindakan didasarkan pada standar yang

objektif. Keadilan pada hakekatnya merupakan konsep yang relatif, tidak semua

orang sama, apa yang adil bagi satu orang belum tentu adil bagi orang lain. Jika

seseorang mengklaim melakukan keadilan, itu harus dalam konteks kebijakan

publik yang mengakui ruang lingkup keadilan. Skala keadilan sangat bervariasi

dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala ditentukan oleh masyarakat dan

sepenuhnya ditentukan menurut tatanan umum masyarakat itu.7

Di Indonesia, Pancasila menggambarkan keadilan sebagai dasar negara,

yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perintah kelima mengandung

nilai-nilai yang menjadi tujuan hidup bersama. Keadilan ini didasarkan dan

meresapi hakekat keadilan manusia, yaitu keadilan dalam hubungan antara

manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan

masyarakat, bangsa dengan negara, dan manusia dengan tuhan-tuhannya.8

Nilai-nilai keadilan ini harus menjadi landasan untuk dilaksanakan dalam

hidup berdampingan dengan Negara untuk mewujudkan kebaikan seluruh

warganya dan seluruh wilayahnya serta mencerdaskan seluruh warga negaranya.

Demikian pula, nilai-nilai keadilan menjadi dasar federasi negara-negara antara

bangsa-bangsa di dunia dan prinsip-prinsip yang dengannya seseorang ingin


7
M. Agus Santoso. 2014. hukum moral &keadilan sebuah kajian filsafat hukum, Cetakan
kedua, Jakarta: kencana, hlm. 85.
8
Ibid., hlm. 86.

10
mencapai ketertiban dalam hidup berdampingan dalam federasi bangsa-bangsa di

dunia berdasarkan itu - prinsip kemerdekaan setiap bangsa, selamanya.

Perdamaian dan Keadilan dalam Hidup Berdampingan. keadilan sosial).9

Dalam Etika Nichomachian-nya, Aristoteles menjelaskan ide-idenya

tentang keadilan. Bagi Aristoteles, kebajikan, yaitu ketaatan pada hukum (tertulis

dan tidak tertulis pada saat itu), adalah keadilan. Dengan kata lain, keadilan adalah

kebajikan dan bersifat universal. Theo Huijbers menjelaskan bahwa menurut

Aristoteles, keadilan bukan hanya kebajikan umum, tetapi juga kebajikan moral

khusus yang berkaitan dengan sikap manusia dalam bidang tertentu, yaitu

pengertian hubungan baik antar manusia dan keseimbangan antara dua pihak.

Keseimbangan ini diukur dengan kesamaan numerik dan relatif. Karena

Aristoteles memahami keadilan sebagai kesetaraan. Karena kesamaan numerik,

setiap orang disamakan dengan satu unit. Misalnya, setiap orang sama di depan

hukum. Kesetaraan relatif berarti bahwa setiap orang mendapatkan apa yang

menjadi haknya sesuai dengan kemampuan dan prestasinya.10

Roscoe Pound melihat keadilan dalam hasil nyata yang dapat diberikannya

kepada masyarakat. Ia menyadari bahwa hasil yang dicapai harus memenuhi

kebutuhan masyarakat semaksimal mungkin dengan pengorbanan yang seminimal

mungkin. Pound sendiri mengatakan bahwa dia senang melihat bahwa “semakin

luas pengakuan dan pemuasan kebutuhan, tuntutan, atau keinginan manusia

melalui kontrol sosial, semakin penuh dan efektif jaminan manfaat sosial, upaya

untuk menghilangkan dan menghindari konstan dan pemborosan yang lebih

9
Ibid., hlm. 87.
10
Hyronimus Rhiti. 2015. Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke Postmodernisme),
Cetakan kelima, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, hlm. 241.

11
efektif "Konflik manusia dalam menikmati sumber daya, singkatnya, rekayasa

sosial lebih efektif .”11

Menurut Hans Kelsen, keadilan adalah suatu tertib sosial tertentu yang

dibawah lindungannya usaha untuk mencari kebenaran bias berkembang dan

subur. Karena keadilan menurutnya adalah keadilan kemerdekaan, keadilan

perdamaian, keadilan demokrasi, keadilan toleransi.12

Hubungan antara norma dan rasionalitas dapat di tunjukkan dalam

masyarakat yang tertata, rencana kehidupan rasioanal seseorang mendukung dan

memperkuat rasa keadilannya. Orang dalam masyarakat tertata dapat

menunjukkan ciri-ciri mendasar dari perkembangan perasaan keadilan dan

bagaimana akhirnya moralitas perinsip-perinsip kebenaran dan keadilan. Oleh

karena itu bisa dikatakan masyarakat modern yang telah tertata dan memiliki

rasioanalitas yang tinggi akan lebih mendukung terciptanya suatu keadilan.

Keadilan adalah kebijakan utama dalam institusi social, sebagaimana kenbenaran

dalam system pemikiran. Suatu teori, betapapun elegan dan ekonomisnya, harus

ditolak atau direvisi jika ia tidak benar, demikian juga hukum dan institusi, tidak

peduli betapapun efisien dan rapinya, harus direformasi atau di hapuskan jika

tidak adil.13

Menurut John Rawls, aturan untuk situasi ketidaksetaraan harus ditetapkan

sehingga menguntungkan bagian masyarakat yang paling rentan. Ini bisa terjadi

ketika dua kondisi terpenuhi. Pertama, situasi yang tidak setara menjamin

minimum untuk kelas orang yang paling lemah. Artinya, situasi sosial harus

11
Satjipto Raharjo. 2014. ilmu Hukum, cetakan kedelapan, Bandung: Citra Aditya Bakti,
hlm. 174.
12
Ibid., hlm. 175.
13
John Rawls. 2006. Teori Keadilan, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 672.

12
sedemikian rupa sehingga masyarakat kelas bawah mendapat manfaat sebesar-

besarnya. Kedua, ketimpangan mengacu pada posisi yang diberikan kepada semua

orang yang memiliki kesempatan yang sama dalam hidup. Berdasarkan petunjuk

ini, semua perbedaan antara orang-orang berdasarkan ras, warna kulit, agama dan

perbedaan mendasar lainnya dalam sifat harus ditolak.

John Rawls menekankan bahwa program penegakan keadilan yang

berdimensi kerakyatan harus memperhatikan dua prinsip keadilan. Pertama, hak

dan kesempatan yang sama untuk kebebasan fundamental sebesar mungkin harus

dijamin, yang mencakup kebebasan yang sama untuk semua. Kedua, kemampuan

menata kembali perbedaan sosial ekonomi yang ada sedemikian rupa sehingga

saling menguntungkan bagi semua pihak, baik yang beruntung maupun yang

kurang beruntung.14

Keadilan menjadi landasan moral hukum dan sekaligus tolak ukur system

hukum positif. Apabila, dalam penegakan hukum cenderung pada nilai kepastian

hukum atau dari sudut peraturannya, maka sebagai nilai ia telah menggeser nilai

keadilan dan kegunaan. Hal ini dikarenakan, didalam kepastian hukum yang

terpenting adalah peraturan itu sendiri sesuai dengan apa yang di rumuskan.

Begitu juga, ketika yang diperhatikan hanya nilai keadilan, maka akan menggeser

nilai kepastian hukum dan kegunaan. Sehingga dalam penegekan hukum harus

ada keseimbangan antara kedua nilai tersebut.

Dengan menggunakna teori keadilan akan diukur apakah penanganan

konflik HGU antara PT. Bumi Flora dengan masyarakat sudah memenuhi unsur-

unsur sistem yang berkeadilan atau tidak, selain itu dengan teori keadilan akan
14
John Rawls, A Theory of Justice, (London: Oxford University Press, 1973) yang sudah
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan, Teori Keadilan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2006)

13
dapat terlihat bagaimana peran pemerintah daerah Aceh Timur dalam penanganan

konflik tersebut.

2. Teori Resolusi Konflik

Konflik merupakan suatu gejala sosial yang selalu muncul dalam

kehidupan warga negara, baik dalam lingkup kecil seperti dalam keluarga maupun

lingkup luas seperti dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Konflik

bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu,

di mana saja dan kapan saja dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini,

masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang

senantiasa berlangsung setiap saat. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial

merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya

persamaan dan perbedaan kepentingan tiap individu.

konflik merupakan sebuah tindakan salah satu pihak yang berdampak

menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain di mana hal ini dapat

terjadi antarkelompok dalam masyarakat ataupun dalam hubungan antar pribadi

tiap individu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Deutsch, seorang tokoh yang

mendalami bidang resolusi konflik yang menyatakan bahwa dalam konflik,

interaksi sosial antar individu atau kelompok lebih dipengaruhi oleh perbedaan

daripada oleh persamaan oleh karena itu mengakibatkan adanya suatu benturan

karena adanya hal-hal yang tidak sejalan.

Konflik mempunyai dampak besar terhadap kehidupan umat manusia, baik

secara individual maupun kelompok. Konflik mempunyai dampak secara positif

dan juga negatif. Kedua dampak tersebut masing-masing menciptakan perubahan

14
bagi kehidupan manusia. Konflik mengubah dan mengembangkan kehidupan

manusia, bisa menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk. Positif atau

negatifnya akibat konflik-konflik memang tergantung dari persoalan yang

dipertentangkan, tergantung pula dari struktur sosial yang menjadi ajang

berlangsungnya konflik dan tergantung bagaimana resolusi konflik yang dipakai

untuk menyelesaikan konflik tertentu. Oleh karena itu disini akan dijelaskan dua

teori dampak dari adanya konflik terhadap masyarakat.

G. Metode Penelitian

Secara sederhana metode penelitian merupakan tata cara bagaimana

melakukan penelitian.15 Penelitian lazimnya bermula dari rasa ingin tahu

(niewgierigheid) untuk menemukan suatu jawaban terhadap permasalahan yang

aktual dihadapi. Suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh

pengetahuan yang benar tentang objek yang diteliti. Itulah sebabnya pegetahuan

ilmiah adalah pengetahuan yang telah dibuktikan kebenarannya. Maka metode

penelitian yang dilakukan meliputi:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut Prof. Dr. Sugiyono

Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena

popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena

berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai

metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang berpola), dan

15
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim. 2016. Metode Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana, halaman. 2.

15
disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan

dengan interprestasi terhadap data yang ditentukan di lapangan.16

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu berupa:

1) Studi kepustakaan (library research), yaitu “teknik pengumpulan d

ata yang dilakukan dengan cara mengambil data dari bahan

kepustakaan.

2) Studi lapangan, berupa metode wawancara dengan responden.

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dapat digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yang meliputi

analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif merupakan :“analisis

data yang tidak menggunakan angka, melainkan memberikan gambaran-gambaran

(deskripsi) dengan kata atas temuan-temuan, dan oleh karena itu lebih meng-

utamakan mutu (kualitas) dari data, bukan kuantitas, dan dalam penelitian hukum

normatif analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif”.17

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam

beberapa bab, dimana dalam bab itu sendiri terbagi dalam beberapa sub-bab.

Dalam skripsi ini terdiri atas 5 bab. Untuk memudahkan pemahaman terhadap

skripsi ini, maka penulis menyusunnya dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

16
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, halaman 7.
17
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini. 2013. Penerapan Teori Hukum pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal 18.

16
Dalam bab ini, dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penulisan, kerangka teori, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II KONFLIK HAK GUNA USAHA ANTARA PT. BUMI FLORA

DENGAN MASYARAKAT

Bab ini berisikan bentuk konflik yang terjadi antara PT. Bumi Flora

dengan masyarakat terkait dengan permasalahan HGU.

BAB III PERAN PEMERINTAH DAERAH ACEH TIMUR DALAM

PENANGANAN KONFLIK HAK GUNA USAHA ANTARA PT. BUMI

FLORA DENGAN MASYARAKAT

Pada bab ini penulis menguraikan bagaimana peran pemerintah daerah

Aceh Timur terkait dengan konflik HGU antara PT. Bumi Flora dengan

masyarakat.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hal-hal

yang dibahas dan diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sebagai hasil

analisis penelitian dan permasalahan dalam skripsi ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku:

AP. Parlidungan. 1991. Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria,


Bandung: Mandar Maju.
Hyronimus Rhiti. 2015. Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke
Postmodernisme), Cetakan kelima, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Ida Syaprida & Yati Sumiharti. 2004. Teori Semantik, Jakarta: Erlangga.
John Rawls. 2006. Teori Keadilan, Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
John Rawls, A Theory of Justice, (London: Oxford University Press, 1973) yang
sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan, Teori
Keadilan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2006).
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim. 2016. Metode Penelitian Hukum Normatif
dan Empiris, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
M. Agus Santoso. 2014. hukum moral &keadilan sebuah kajian filsafat hukum,
Cetakan kedua, Jakarta: kencana.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini. 2013. Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Satjipto Raharjo. 2014. ilmu Hukum, cetakan kedelapan, Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta.
Urip Santoso. 2012. Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.
Zaenal Arifin. 2010. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: Grasindo.

B. Internet
https://dialeksis.com/aceh/polemik-hgu-pt-bumi-flora-dan-dks-di-aceh-timur-haji-
uma-temui-masyarakat/

18

Anda mungkin juga menyukai