PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh:
Sarah Aziza Ilman Lumbangaol
200906115
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................6
C. Pertanyaan Penelitian................................................................................................7
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................................7
E. Studi Terdahulu..........................................................................................................8
F. Kerangka Teori...........................................................................................................9
1.Teori Keadilan.......................................................................................................10
2.Teori Resolusi Konflik...........................................................................................14
G. Metode Penelitian.....................................................................................................15
1. Jenis Penelitian.....................................................................................................16
2. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................16
3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................................................16
H. Sistematika Penulisan...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi semua makhluk hidup.
Tanpa tanah mungkin tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Tanah adalah sumber
makanan bagi manusia,hewan dan tumbuhan. Tanah juga sebagai tempat tinggal
manusia yang mana tempat tinggal adalah kebutuhan primer. Karena tanah
hak penguasaan atas sumber alam, misalnuya tanah, air, pertambangan dan
lainlain. Dasar hukum agraria UUD 1945 pasal 33 ayat 3 "bumi air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
kemakmuran semua warga negara. Ruang lingkup hukum agraria, yang pertama
mengatur hubungan hukum antar bangsa negara dan per orangan, mengatur status
Dari segi bahasa, kata agraria dalam bahasa Belanda disebut dengan akker,
bahasa Yunani disebut dengan agros memiliki arti yaitu “tanah pertanian”, dalam
bahasa Latin disebut dengan istilah agger berarti tanah atau sebidang tanah (kata
sedangkan istilah agraria dalam Bahasa Inggris disebut agrarian yang berarti tanah
untuk pertanian.1
1
Urip Santoso. 2012. Hukum Agraria: Kajian Komprehensif, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, hlm. 1
1
Agraria dalam persepektif bahasa di berbagai negara sebagaimana tersebut
di atas mengarah kepada pengertian tanah dalam arti tanah pertanian. Sama halnya
dengan pengertian agraria yang dituliskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dikutip oleh Urip Santoso mengartikan agraria sebagai suatu masalah atau urusan
tanah dan semua (segala sesuatu) yang ada di dalam dan diatasnya.2
dibedakan menjadi dua hal yaitu: Pertama, dalam arti sempit; bahwa agraria
berwujud sebagai hak-hak atas tanah, ataupun pertanian saja. Kedua, dalam arti
luas; agraria meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya.3
berlaku supaya jadi sesuai dengan kenyataan sosial. Politik hukum meneruskan
positivitas dan realita sosial (membuat isu contitutum yang baru), dan politik
2
dengan sistem pemerintahan negara yaitu belum terbentuknya DPR dan MPR
politik dan berlandasan pasal 2 aturan perlaihan dalam UUD. Di sisi lain setelah
memutuskan tatanan politik hukum kolonial dimana dalam tatanan politik hukum
Sifat dan sistem politik hukum tersebut tidak sesuai dengan landasan ideologi,
landasan konstitusi negara Indonesia, maka sifat dan sistem politik hukum
harus segera membentuk politik hukum agraria dalam sistem ketahanan negara
yang berlandaskan pada sistem politik hukum pancasila dan sistem politik hukum
nasional meletakkan sifat dan sistem hukum dengan asas sosialisme Indonesia
Hukum tak dapat dipandnag sebagai pasal yang bersifat das solien (keharusan)
of interest) di bidang pertanahan antara siapa dengan siapa, sebagai contoh nyata
badan hukum dengan badan hukum dan lain sebagainya. Sengketa pertanahan
3
sudah menelan korban jiwa manusia. Berbagai kerusakan, pertikaian bahkan
konflik Hak Guna Usaha (HGU). Ketentuan tetang HGU dapat dijumpai dalam
Pasal 28 sampai Pasal 34 UUPA. Pengertian HGU berdasarkan Pasal 28 ayat (1)
UUPA adalah adalah hak yang khusus untuk mengusahakan tanah yang bukan
milik sendiri guna perusahaan pertanian, perikanan dan perternakan. HGU pada
dasarnya termasuk hak atas tanah yang bukan bersumber hukum adat, melainkan
atas tanah baru yang diadakan untuk memenuhi keperluan masyarakat modern,
oleh karenanya hak guna usaha diberikan untuk jangka waktu yang lama.
Ketentuan luas HGU menurut Pasal 28 ayat (2) UUPA adalah untuk
ditetapkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN). Pasal 28 ayat (2)
UUPA menegaskan bahwa HGU dapat diberikan atas tanah yang luasnya paling
sedikit 5 ha. Jika luas tanah 25 ha atau lebih, harus menggunakan investasi modal
yang layak dan teknik perusahaan yang baik sesuai dengan perkembangan zaman.
Ketentuan jangka waktu HGU menurut Pasal 29 UUPA yaitu hak guna usaha
diberikan dalam jangka waktu paling lama 25 tahun dan untuk perusahaan yang
memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan paling lama 35 tahun. Jangka
waktu tersebut masih dapat diperpanjang lagi selama 25 tahun atas permintaan
4
waktunya yang relatif lama, maka HGU hanya dimungkinkan atas tanah yang
dikuasi negara.
ketentuan Pasal 30 ayat (1) UUPA adalah; Warga Negara Indonesia dan Badan
Menurut ketentuan Pasal 30 ayat (2) UUPA; apabila pemegang hak guna usaha
tidak memenuhi syarat di atas, jangka waktu satu tahun pemegang hak harus
melepaskan haknya atau mengalihkan hak atas tanahnya kepada orang lain yang
memenuhi syarat. Bidang tanah dapat dijadikan objek HGU adalah tanah negara
bahwa HGU dapat beralih atau dialihkan melalui jual beli, tukar menukar,
UUPA.
Hapusnya HGU menurut ketentuan Pasal 34 UUPA, hapus karena; jangka waktu
berakhir, dihentikan sebelum jangka waktu berakhir karena suatu syarat yang
tidak terpenuhi; dilepaskan haknya oleh pemegang hak sebelum jangka waktu
musnah. Selain penyebab tersebut HGU hapus juga disebabkan oleh ketentuan
Ketentuan dalam Pasal 30 ayat (2) UUPA, sebagai berikut; “Orang atau badan
hukum yang mempunyai hak guna usaha dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat
sebagai yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini dalam jangka waktu satu tahun
5
wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi
syarat. Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak yang memperoleh hak guna
usaha, jika ia tidak memenuhi syarat tersebut. Jika hak guna usaha yang
bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut maka
hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain akan
Pemerintah”.
PT. Bumi Flora dengan masyarakat. Berkaitan dengan hak guna usaha yang
selama ini dipegang oleh PT. Bumi Flora di enam wilayah Kecamatan yaitu,
Banda Alam, Idi Tunong, Darul Ihsan, Idi Timur, Peudawa dan Rantau Perlak
persyaratan lagi. Berdasarkan hal tersebut Senator DPD RI asal Aceh yaitu
pada sebuah pernyataan masyarakat bahwa tanah HGU yang dikuasai oleh PT.
Bumi Flora banyak tanah warga yang direbut secara paksa saat konflik.4
B. Rumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah terkait dengan peran
6
konflik Hak Guna Usaha antara masyarakat dengan PT. Bumi Flora.
Permasalahan terkait Hak Guna Usaha ini mengandung unsur sengketa lahan atau
bidang tanah yang dikuasai selama ini oleh PT. Bumi Flora, tetapi dikemudian
hari masyarakat menilai kekuasaan atas tanah tersebut sudah tidak memenuhi
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana konflik hak guna usaha antara PT. Bumi Flora dengan
masyarakat?
konflik Hak Guna Usaha antara PT. Bumi Flora dengan masyarakat?
penanganan konflik Hak Guna Usaha antara PT. Bumi Flora dengan
masyarakat?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian harus tergambar secara tegas apa yang hendak dicapai di
dari permasalahan. Bahkan harus terlihat tegas jika permasalahan ada 3 (tiga)
maka tujuan penelitianpun harus 3 (tiga). Ketiga hal tersebutlah yang menjadi
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui konflik hak guna usaha antara PT. Bumi Flora
dengan masyarakat.
7
b. Untuk mengetahui peran Pemerintah Daerah Aceh Timur dalam
penanganan konflik Hak Guna Usaha antara PT. Bumi Flora dengan
masyarakat.
Timur dalam penanganan konflik Hak Guna Usaha antara PT. Bumi
E. Studi Terdahulu
sebelumnya, ada dua judul yang hampir mendekati sama dengan penelitian dalam
berdasarkan hukum islam dan syariat islami, perbedaan penelitian ini dengan
sebuah forum masyarakat kepada PT. Bumi Flora, penelitian ini mengkaji
8
tentang suatu putusan terkait. Perbedaan terletak pada substansi pembahasan
F. Kerangka Teori
Upaya dan langkah untuk memudahkan dalam menganalisa suatu
objek penelitian. Hal tersebut merupakan cara efektif dan dinilai lebih mudah
untuk menganalisa pokok pembahasan dalam penelitian yang penulis lakukan agar
sesuatu prinsip ajaran pokok yang dibuat untuk mengambil suatu tindakan atau
untuk melakukan sesuatu”. Ada banyak teori yang telah kembangkan oleh para
sebuah permasalahan yang dimana bagunan berfikir tersebut harus sistematis dan
terarah agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan pisau analisis teori yang
berfungsi sebagai pisau analisis yang digunakan untuk dijadikan panduan dalam
5
Zaenal Arifin. 2010. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: Grasindo, halaman
56.
6
Ida Syaprida & Yati Sumiharti. 2004. Teori Semantik, Jakarta: Erlangga, halaman 46.
9
melakukan penelitian, dengan memberikan penilaian terhadap penemuan fakta
1. Teori Keadilan
Keadilan berasal dari kata fair, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
keadilan itu tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Secara
khusus, adil berarti bahwa keputusan dan tindakan didasarkan pada standar yang
objektif. Keadilan pada hakekatnya merupakan konsep yang relatif, tidak semua
orang sama, apa yang adil bagi satu orang belum tentu adil bagi orang lain. Jika
publik yang mengakui ruang lingkup keadilan. Skala keadilan sangat bervariasi
dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala ditentukan oleh masyarakat dan
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perintah kelima mengandung
nilai-nilai yang menjadi tujuan hidup bersama. Keadilan ini didasarkan dan
manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan
10
mencapai ketertiban dalam hidup berdampingan dalam federasi bangsa-bangsa di
tentang keadilan. Bagi Aristoteles, kebajikan, yaitu ketaatan pada hukum (tertulis
dan tidak tertulis pada saat itu), adalah keadilan. Dengan kata lain, keadilan adalah
Aristoteles, keadilan bukan hanya kebajikan umum, tetapi juga kebajikan moral
khusus yang berkaitan dengan sikap manusia dalam bidang tertentu, yaitu
pengertian hubungan baik antar manusia dan keseimbangan antara dua pihak.
setiap orang disamakan dengan satu unit. Misalnya, setiap orang sama di depan
hukum. Kesetaraan relatif berarti bahwa setiap orang mendapatkan apa yang
Roscoe Pound melihat keadilan dalam hasil nyata yang dapat diberikannya
mungkin. Pound sendiri mengatakan bahwa dia senang melihat bahwa “semakin
melalui kontrol sosial, semakin penuh dan efektif jaminan manfaat sosial, upaya
9
Ibid., hlm. 87.
10
Hyronimus Rhiti. 2015. Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke Postmodernisme),
Cetakan kelima, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, hlm. 241.
11
efektif "Konflik manusia dalam menikmati sumber daya, singkatnya, rekayasa
Menurut Hans Kelsen, keadilan adalah suatu tertib sosial tertentu yang
karena itu bisa dikatakan masyarakat modern yang telah tertata dan memiliki
dalam system pemikiran. Suatu teori, betapapun elegan dan ekonomisnya, harus
ditolak atau direvisi jika ia tidak benar, demikian juga hukum dan institusi, tidak
peduli betapapun efisien dan rapinya, harus direformasi atau di hapuskan jika
tidak adil.13
sehingga menguntungkan bagian masyarakat yang paling rentan. Ini bisa terjadi
ketika dua kondisi terpenuhi. Pertama, situasi yang tidak setara menjamin
minimum untuk kelas orang yang paling lemah. Artinya, situasi sosial harus
11
Satjipto Raharjo. 2014. ilmu Hukum, cetakan kedelapan, Bandung: Citra Aditya Bakti,
hlm. 174.
12
Ibid., hlm. 175.
13
John Rawls. 2006. Teori Keadilan, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 672.
12
sedemikian rupa sehingga masyarakat kelas bawah mendapat manfaat sebesar-
besarnya. Kedua, ketimpangan mengacu pada posisi yang diberikan kepada semua
orang yang memiliki kesempatan yang sama dalam hidup. Berdasarkan petunjuk
ini, semua perbedaan antara orang-orang berdasarkan ras, warna kulit, agama dan
dan kesempatan yang sama untuk kebebasan fundamental sebesar mungkin harus
dijamin, yang mencakup kebebasan yang sama untuk semua. Kedua, kemampuan
menata kembali perbedaan sosial ekonomi yang ada sedemikian rupa sehingga
saling menguntungkan bagi semua pihak, baik yang beruntung maupun yang
kurang beruntung.14
Keadilan menjadi landasan moral hukum dan sekaligus tolak ukur system
hukum positif. Apabila, dalam penegakan hukum cenderung pada nilai kepastian
hukum atau dari sudut peraturannya, maka sebagai nilai ia telah menggeser nilai
keadilan dan kegunaan. Hal ini dikarenakan, didalam kepastian hukum yang
terpenting adalah peraturan itu sendiri sesuai dengan apa yang di rumuskan.
Begitu juga, ketika yang diperhatikan hanya nilai keadilan, maka akan menggeser
nilai kepastian hukum dan kegunaan. Sehingga dalam penegekan hukum harus
konflik HGU antara PT. Bumi Flora dengan masyarakat sudah memenuhi unsur-
unsur sistem yang berkeadilan atau tidak, selain itu dengan teori keadilan akan
14
John Rawls, A Theory of Justice, (London: Oxford University Press, 1973) yang sudah
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan, Teori Keadilan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2006)
13
dapat terlihat bagaimana peran pemerintah daerah Aceh Timur dalam penanganan
konflik tersebut.
kehidupan warga negara, baik dalam lingkup kecil seperti dalam keluarga maupun
bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu,
di mana saja dan kapan saja dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini,
masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang
senantiasa berlangsung setiap saat. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial
merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan berbangsa dan bernegara.
menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain di mana hal ini dapat
tiap individu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Deutsch, seorang tokoh yang
interaksi sosial antar individu atau kelompok lebih dipengaruhi oleh perbedaan
daripada oleh persamaan oleh karena itu mengakibatkan adanya suatu benturan
14
bagi kehidupan manusia. Konflik mengubah dan mengembangkan kehidupan
manusia, bisa menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk. Positif atau
untuk menyelesaikan konflik tertentu. Oleh karena itu disini akan dijelaskan dua
G. Metode Penelitian
pengetahuan yang benar tentang objek yang diteliti. Itulah sebabnya pegetahuan
1. Jenis Penelitian
metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang berpola), dan
15
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim. 2016. Metode Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana, halaman. 2.
15
disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan
kepustakaan.
(deskripsi) dengan kata atas temuan-temuan, dan oleh karena itu lebih meng-
utamakan mutu (kualitas) dari data, bukan kuantitas, dan dalam penelitian hukum
H. Sistematika Penulisan
beberapa bab, dimana dalam bab itu sendiri terbagi dalam beberapa sub-bab.
Dalam skripsi ini terdiri atas 5 bab. Untuk memudahkan pemahaman terhadap
BAB I PENDAHULUAN
16
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, halaman 7.
17
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini. 2013. Penerapan Teori Hukum pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal 18.
16
Dalam bab ini, dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
sistematika penulisan.
DENGAN MASYARAKAT
Bab ini berisikan bentuk konflik yang terjadi antara PT. Bumi Flora
Aceh Timur terkait dengan konflik HGU antara PT. Bumi Flora dengan
masyarakat.
Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hal-hal
17
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku:
B. Internet
https://dialeksis.com/aceh/polemik-hgu-pt-bumi-flora-dan-dks-di-aceh-timur-haji-
uma-temui-masyarakat/
18