Anda di halaman 1dari 11

HERMENEUTIKA p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439

VOL. 5, NO. 1, FEBRUARI 2021 http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

REFORMA AGRARIA DAN PENANGANAN SENGKETA TANAH

1 2 3 4
Amaliyah , Muhammad Amar Ma'ruf , Novytha Sary , Syahril Gunawan Bitu
1,2,3,4
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar

DOI: http://dx.doi.org/10.33603/hermeneutika.v3i2
Diterima: 11 September 2020; Direvisi: 17 November 2020; Dipublikasikan: Februari 2021

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status tanah yang menjadi objek
sengketa dan menganalisis aturan hukum dikaitkan dengan peran Pemerintah Daerah
mendukung reforma agraria dalam penyelesaian sengketa tanah. Lokasi penelitian di
Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah
sosio-legal yang dijelaskan secara deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tanah yang menjadi objek sengketa adalah tanah yang belum memiliki sertifikat kepemilikan,
dimana para pihak yang bersengketa memiliki hubungan kekeluargaan. Peran Pemerintah
Daerah Kabupaten Jeneponto dalam pelaksanaan Perpres Nomor 86 Tahun 2018 tentang
Reforma Agraria telah berkontribusi dalam menekan jumlah sengketa kepemilikan hak atas
tanah di Kabupaten Jeneponto, hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus sengketa tanah yang
terdaftar di Pengadilan Negeri Jeneponto mengalami penurunan sejak tahun 2017 sampai
tahun 2020.

Kata kunci: penanganan, reforma agraria, sengketa, tanah

1
Amaliyah
Email: amaliyah@unhas.ac.id
2
Muhammad Amar Ma'ruf
Email: amarma444@gmail.com
3
Novytha Sary
Email: novythasary25910@gmail.com
4
Syahril Gunawan Bitu
Email: syahrilgunawanofficial@gmail.com
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

I. PENDAHULUAN
Tanah adalah anugerah Tuhan Yang masyarakat dan negara dituangkan dalam
Maha Esa dan memiliki hubungan erat Undang-undang Dasar Negara Republik
dengan kehidupan manusia. Laju Indonesia 1945 Pasal 33 ayat (3) bahwa
pertumbuhan penduduk terus bertambah “Bumi air dan kekayaan alam yang
sehingga menjadikan kebutuhan atas tanah terkandung di dalamnya, dikuasai oleh
mengalami peningkatan yang signifikan. negara dan dipergunakan untuk sebesar-
Tanah bagi kehidupan manusia besarnya kemakmuran rakyat.” Ketentuan
mengandung makna yang mengenai tanah juga terdapat dalam
multidimensional. Pertama, secara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
ekonomi, tanah merupakan sarana tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
produksi yang dapat mendatangkan Agraria atau yang biasa disingkat UUPA
kesejahteraan. Kedua, secara politis, tanah yang bertujuan menata ulang struktur
dapat menentukan posisi seseorang dalam agraria yang timpang menjadi berkeadilan,
pengambilan keputusan masyarakat. menyelesaikan konflik agraria, dan
Ketiga, sebagai kapital budaya yang dapat mensejahterakan rakyat setelah reforma
menentukan tinggi rendahnya status sosial agraria dijalankan. Sengketa tanah dalam
pemiliknya. Keempat, tanah bermakna masyarakat seringkali terjadi, dimana
sakral, karena pada akhir hayat setiap setiap tahun semakin meningkat dan
orang akan kembali kepada tanah.1 terjadi hampir di seluruh wilayah
Tanah merupakan kebutuhan dasar Indonesia baik di daerah perkotaan
manusia sehingga bukan hal yang baru jika maupun di daerah pedesaan.
setiap orang akan selalu berusaha memiliki Sengketa menurut A. Mukti Arto,
dan menguasainya. Hal tersebut dapat yaitu suatu yang timbul biasanya karena
memicu atau menjadi peluang timbulnya adanya permasalahan dalam masyarakat
suatu sengketa tanah di dalam masyarakat. dan ada dua hal yang menimbulkan
Masalah pertanahan di Indonesia tidak masalah, yaitu adanya perbedaan antara
dapat ditangani dan diselesaikan dengan das sollen dan das sein dan adanya
menggunakan pendekatan hukum saja, perbedaan antara apa yang diinginkan
melainkan dengan pendekatan holistik dengan apa yang terjadi, keduanya
(komperehensif) seperti politik, sosial merupakan masalah dan bila masalah itu
budaya, ekonomi (kesejahteraan) dan disebabkan oleh pihak lain, maka masalah
ekologi.2 Seringkali penguasaan, tersebut menimbulkan sengketa. Sengketa
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan ini bila berada dalam ruang lingkup
tanah tersebut menimbulkan konflik tatanan hukum, maka ia akan menjadi
antar sesama anggota masyarakat (konflik sengketa hukum dan sengketa hukum ini
horizontal) maupun antara masyarakat ada yang dibawa ke pengadilan dan ada
dengan negara, yaitu pemerintah (konflik yang tidak dibawa ke pengadilan.4 Data
vertikal).3 Arti penting tanah bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang
bahwa dari 2.145 sengketa agraria yang
1
Heru Nugroho, Menggugat Kekuasaan Negara, ditangani pada tahun 2015, hanya 947
Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2001, kasus yang dapat terselesaikan. Pada tahun
hlm. 237 2016, persoalan yang selesai sebesar 1.570
2
Muhammad Ilham Arisaputra, Penerapan dari 2.996 sengketa. Selanjutnya pada
Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam
Penyelenggaraan Reforma Agraria di Indonesia.
tahun 2017, pemerintah hanya
Jurnal Yuridika: Volume 28 No 2, Mei - Agustus menyelesaikan 1.034 perkara dari 3.293
2013, hlm. 189.
3 4
Asmawati, Mediasi Salah Satu Cara dalam Arto, A. Mukti, Mencari Keadilan, Kritik, dan
Penyelesaian Sengketa Pertanahan”, Jurnal Ilmu Solusi Terhadap Praktik Peradilan Perdata di
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Jambi, Maret Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm.
2014, hlm. 54 28
30 Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

kasus yang ditangani. Per Agustus 2018, kultur adat di daerah tersebut sehingga
hanya 480 kasus sengketa tanah yang masyarakat dengan mudah bermain hakim
selesai dari total 2.368 kasus. Sepanjang sendiri atau biasa disebut dengan
tahun 2019 sebanyak 3.230 kasus sengketa “Pa’Bambangan Na Tolo” (terlalu cepat
pertanahan yang berhasil ditangani, bertindak bodoh dan pada akhirnya akan
sisanya masih terdapat 1.201 kasus yang menyesal akibat perbuatannya). Hal ini
belum terselesaikan.5 mempengaruhi kondisi psikologi dan
Timbulnya sengketa atas tanah sosial warga masyarakat sekitar karena
bermula dari pengaduan suatu pihak adanya perbuatan melawan hukum dan
(orang atau badan hukum) yang berisi melanggar hak asasi manusia. Sengketa
keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah tidak dapat dihindari tanpa ditangani
tanah baik terhadap status tanah maupun secara sungguh-sungguh, apabila hal
kepemilikannya. Sengketa tanah yang tersebut dibiarkan, maka akan
terjadi di Indonesia dilatarbelakangi oleh membahayakan kehidupan masyarakat,
beberapa faktor, antara lain adanya terganggunya tujuan negara serta program
perebutan kepemilikan tanah, adanya pemerintah itu sendiri.7
sebuah kepentingan hak sehingga ia Berdasarkan data peristiwa sengketa
merasa berhak untuk memilikinya. tanah yang terdaftar di kementerian
Mochammad Tauchid menyatakan, bahwa agraria, maka diperlukan kejelasan aturan
soal agraria (soal tanah) adalah soal hidup untuk mengurangi sengketa tanah yang
dan penghidupan manusia, karena tanah ada, diharapkan dengan adanya kebijakan
adalah asal dan sumber makanan bagi reforma agraria dapat mengurangi konflik
manusia. Perebutan terhadap tanah berarti yang terjadi. Reforma agraria merupakan
perebutan makanan, tiang hidup manusia. salah satu Program Prioritas Nasional yang
Untuk itu orang rela menumpahkan darah, ditingkatkan Pemerintahan Jokowi-Jusuf
mengorbankan segala yang ada demi Kalla dalam upaya membangun Indonesia
mempertahankan hidup selanjutnya.6 dari pinggir serta meningkatkan kualitas
Pada tahun 2016 terdapat peristiwa hidup sebagaimana terkandung dalam
sengketa tanah berujung pada pembunuhan NawaCita Jokowi-JK. Reforma agraria
yang berlokasi di Kabupaten Jeneponto, pada hakikatnya merupakan penataan
khususnya di Kecamatan Kelara. Saat kembali struktur penguasaan atau
ditelusuri lebih jauh, pada tahun 2017 kepemilikan tanah dengan menjunjung
sebanyak 100 gugatan, tahun 2018 tinggi prinsip keadilan, kemanfaatan dan
sebanyak 103 gugatan, dan tahun 2019 kepastian hukum, termasuk pencegahan
sebanyak 71 gugatan yang tercatat di konsentrasi kepemilikan tanah oleh orang
Pengadilan Negeri Jeneponto. Hal ini atau korporasi tertentu.8 Reforma agraria
dilatarbelakangi kurangnya edukasi hukum sudah menjadi kebutuhan hampir setiap
mengenai pendaftaran tanah, penyelesaian negara berkembang yang berniat
yang tidak sesuai dengan aturan yang meningkatkan kesejahteraan rakyatnya
berlaku seperti adanya putusan yang salah melalui perencanaan program
objek atau Error in Objecto, ataupun pembangunan di negerinya.

5
https://nasional.kontan.co.id/news/sepanjang-
7
2019-kemterian-atrbpn-tangani-3230-kasus- Rusmadi Murad Dalam (Estevina Pangemanan).
sengketa pertanahan diakses 26 Maret 2020. Upaya Penyelesaian Sengketa Kepemilikan Hak
6
Mochammad Tauchid dalam (Reko dan Rio). Atas Tanah. Jurnal Lex Privatum,
Alternatif Penyelesaian Konflik Agraria (Suatu Vol.I/No.4/Oktober/2013, hlm. 59
8
Telaah Dalam Perspektif Reforma Agraria Dan Nuriyanto, Urgensi Reforma Agraria; Menuju
Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Penataan Penggunaan Tanah Yang Berkeadilan
Hukum dan Publikasi Nasional (Serumpun) I, Sosial. Jurnal Rontal Pkn Vol. 6/No.1 April 2020.
2019, hlm. 2 hlm. 33
Amaliyah, Muhammad Amar Ma'ruf, Novytha Sary, Syahril Gunawan Bitu 31
Reforma Agraria dan Penanganan Sengketa Tanah
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Pelaksanaan reforma agraria ini Provinsi Sulawesi Selatan. Tempat


menyasar empat kategori tanah, yakni: (i) penelitian, yaitu di Pengadilan Negeri
Tanah-tanah legalisasi aset yang menjadi Jeneponto, Badan Pertanahan Kabupaten
objek dan sekaligus arena pertentangan Jeneponto, Polres Jeneponto, dan Kantor
klaim antara kelompok masyarakat dengan Kecamatan Kelara Kabupaten Jeneponto.
pihak perusahaan dan instansi pemerintah, Teknik pengumpulan data berdasarkan
dan tanah-tanah yang sudah dikuasai observasi, wawancara, dan studi
masyarakat namun kepastian hukumnya kepustakaan. Teknik pengambilan sampel
belum diperoleh mereka sebagai menggunakan purposive sampling, yaitu
penyandang hak; (ii) Tanah Objek teknik sampling sumber data dengan
Reforma Agraria (TORA) untuk tujuan atau pertimbangan tertentu,
diredistribusikan kepada kelompok misalnya orang tersebut yang dianggap
masyarakat miskin pedesaan; (iii) Hutan paling tahu tentang apa yang diharapkan
negara yang dialokasikan untuk desa dan atau sebagai penguasa sehingga akan
masyarakat desa melalui skema-skema memudahkan peneliti menjelajahi objek
Hutan Adat dan Perhutanan Sosial atau situasi sosial yang diteliti. Informan
termasuk Hutan Kemasyarakatan (HKm), dalam penelitian ini terdiri atas empat
Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat kategori, yaitu hakim di Pengadilan Negeri
(HTR), dan sebagainya; (iv) Pengelolaan Jeneponto, Kepala Seksi Hubungan
dan pengadaan lahan aset desa untuk Hukum Pertanahan Kantor Badan
diusahakan oleh rumah tangga petani Pertanahan Kabupaten Jeneponto, Satuan
miskin secara bersama9. Berdasarkan Reskrim Polres Jeneponto, aparat
uraian di atas, maka sebagai tim peneliti pemerintah Kecamatan Kelara, dan 25
ingin mengkaji lebih lanjut mengenai responden masyarakat Kecamatan Kelara.
status tanah sengketa dan analisis aturan Data yang diperoleh diolah melalui tiga
hukum dikaitkan dengan peran Pemerintah langkah penting, yaitu editing, sistematis,
Daerah mendukung reforma agraria dalam deskripsi. Kemudian dilakukan analisis
penyelesaian sengketa tanah di Kecamatan data. Adapun model analisis data yang
Kelara Kabupaten Jeneponto. digunakan adalah model Miles dan
Heberman yang menekankan kegiatan
II. METODE PENELITIAN analisis data dalam empat alur kegiatan
Tipe penelitian ini adalah socio-legal yang terjadi bersamaan secara interaktif,
research,10 mengenai implementasi yaitu pengumpulan data (data collection),
ketentuan hukum normatif dalam aksinya reduksi data (data reduction), penyajian
pada setiap peristiwa hukum tertentu yang data (data display), dan penarikan
terjadi dalam suatu masyarakat. Kajian kesimpulan/verifikasi (conclusion
penelitian ini adalah keberlakuan reforma drawing/verification).
agraria dan peran pemerintah serta
masyarakat dalam III. HASIL PENELITIAN
mengimplementasikannya. Penelitian Reforma Agraria
dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto, Secara epistemologis, kata agraria
berasal dari bahasa latin ager yang artinya
9
Ahmad Nashih Luthfi. Reforma Kelembagaan sebidang tanah (bahasa inggris acre). Kata
Dalam Kebijakan Reforma Agraria Era Joko bahasa latin agrarius meliputi arti; yang
Widodo Jusuf Kalla Institutional Reform for
Agrarian Reform Policy in the Era of Joko Widodo-
mempunyai hubungan dengan tanah;
Jusuf Kalla's Reign. Bhumi Vol. 4 No. 2 November pembagian atas tanah terutama tanah
2018, hlm. 142 umum; bersifat rural. Sedangkan kata
10
Kadarudin, Mengenal Riset dalam Bidang Ilmu reform jelas merujuk pada perombakan
Hukum: Tipologi, Metodologi, dan Kerangka, mengubah dan menyusun/membentuk
Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2020, hlm.
kembali sesuatu untuk menuju perbaikan.
117
32 Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Hakekat makna reforma agraria adalah cepat untuk menciptakan kesejahteraan


penataan kembali (atau pembaruan) dan keadilan sosial serta menjadi pembuka
struktur kepemilikan, penguasaan jalan bagi pembentukan masyarakat yang
pengguna tanah/wilayah, demi demokratis dan berkeadilan; yang dimulai
kepentingan kecil, penyakan, dan buruh dengan langkah menata ulang penguasaan,
tanih tak bertanah. Gagasan dan kebijakan penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan
tentang pembaruan agraria semacam ini kekayaan alam lainnya, kemudian disusul
sebenarnya telah lama ada dan berumur dengan sejumlah program pendukung lain
panjang, ribuan tahun. Sejarah mencatat untuk meningkatkan produktivitas petani
Yunani kuno adalah negara pertama yang khususnya dan perekonomian rakyat pada
melakukan praktik tersebut, pada 594 umumnya.13
tahun sebelum masehi. Dalam sejarah Dalam sejarah program reformasi
yang panjang itu tentu saja pembaruan agraria di Indonesia yang dimulai dengan
agraria banyak mengalami perkembangan, berlakunya UUPA memiliki visi dan misi
baik dalam konseptualisasi, maupun model ideal untuk dapat meningkatkan
dan programnya, sesuai dengan perubahan kemakmuran sosial-ekonomi rakyat
zaman dan kondisinya.11 Indonesia. Program landreform sebagai
Arif Budimanta menyebutkan bahwa ujung tombak terdepan. dalam pelaksanaan
reforma agraria secara operasional reformasi agraria menitikberatkan
didefinisikan sebagai menata kembali pengaturan yang mengubah ketimpangan
sistem politik dan hukum pertanahan struktur pemilikkan dan penguasaan tanah
berdasarkan Pancasila, Undang-undang di Indonesia. Hingga pasca reformasi
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1998, ternyata permasalahan reformasi
1945 dan UUPA. Secara garis besar, agraria masih juga belum memiliki
reforma agraria dibagi ke dalam dua perubahan yang signifikan dalam
klasifikasi, yakni reforma aset dan reforma mencapai tujuan program landreform yang
akses. Reforma aset meliputi penataan dicanangkan sejak tahun 1960. Hal itu
kembali penguasaan, pemilikan, dapat dilihat pada berbagai kasus sengketa
penggunaan dan pemanfaatan lahan tanah diberbagai tempat seperti kasus
berdasarkan hukum dan peraturan pembebasan tanah oleh pemerintah
perundangan pertanahan. Pelaksanaan ataupun kasus pendudukan tanah-tanah
reforma aset dikomandoi oleh perkebunan yang marak belakangan ini
Kementerian ATR/BPN. Sedangkan oleh pihak-pihak yang mengklaim sebagai
reforma akses mencakup penyediaan pemilik tanah dimaksud.14
kelembagaan dan manajemen yang baik Di Indonesia babak baru kebijakan
agar penerima redistribusi lahan dapat reforma agraria dimulai dengan terpilihnya
mengembangkan lahannya sebagai sumber Joko Widodo sebagai Presiden dan Jusuf
kehidupan yang memakmurkan. Kalla sebagai Wakil Presiden pada tahun
Implementasi kebijakan reforma akses 2014. Nawacita memuat agenda reforma
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.12 agraria dan strategi pembangunan
Jadi bisa disimpulkan bahwa reforma Indonesia dari pinggiran yang dimulai dari
agraria adalah suatu upaya sistematik, daerah dan desa. Dalam Sembilan Agenda
terencana, dan dilakukan secara relatif
13
Ferry Riawan, dkk, Wujud Penatagunaan Tanah
11
Gunawan Wiradi, Seluk Beluk Masalah Dalam Reforma Agraria Yang Berkeadilan dan
Agrarian: Reforma Agrarian dan Penelitian Berkelanjutan. Jurnal Jurnal Akrab Juara Volume 4
Agrarian. Stpn Press. Yogyakarta, 2009, hlm. 94 Nomor 5 Edisi Desember 2019, hlm. 17
12 14
Dessy, dkk., Eksistensi Hak Komunal Suparjo Sujadi. Masalah-Masalah Hukum Aktual
Masyarakat Hukum Adat dalam Kebijakan Dalam W Acana Reformasi Agraria Di Indonesia.
Penataan Aset Reforma Agraria. Jurnal Kertha Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun Ke-37 No.
Patrika, Vol. 41, No. 3 Desember 2019, hlm 288 I, 2007, hlm. 90
Amaliyah, Muhammad Amar Ma'ruf, Novytha Sary, Syahril Gunawan Bitu 33
Reforma Agraria dan Penanganan Sengketa Tanah
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Prioritas atau yang dikenal sebagai merupakan kepemilikan bersama atas


Nawacita, disebutkan pembenahan agraria suatu sumber daya bersama yang tidak
berupa, “Menjamin kepastian hukum hak dapat dipisah-pisah ke dalam penguasaan
kepemilikan tanah, penyelesaian sengketa individual. Kedua hal tersebut masih
tanah dan menentang kriminalisasi belum dimengerti oleh masyarakat di
penuntutan kembali hak tanah Kecamatan Kelara sehingga memicu
15
masyarakat”. Untuk mempertegas terjadinya perselisihan sampai sengketa
keseriusan pemerintah dalam menjalankan pertanahan. Status tanah yang menjadi
reforma agraria, maka lahirlah Peraturan objek sengketa harus diidentifikasi secara
Presiden Republik Indonesia Nomor 86 jelas baik dari pihak penggugat, tergugat,
Tahun 2018 tentang Reforma Agraria, BPN ataupun pengadilan setempat.
berbagai pemahaman dan keinginan dan Sengketa dapat terjadi setiap saat karena
atau harapan terhadap reforma agraria akibat timbulnya keadaan yang sekilas
yang ada selama ini telah direspon melalui tampak tidak berarti dan kecil sehingga
TAP MPR IX tahun 2001 tentang terabaikan. Sengketa biasanya muncul
pembaruan agraria dan pengelolaan secara tiba-tiba dan tidak disangka-sangka,
sumber daya alam dan berujung pada atau dapat terjadi tanpa diperhitungkan
terbitnya Peraturan Pemerintah No 86 sebelumnya.
tahun 2018 tentang Reforma Agraria. Secara umum sengketa pertanahan
Status Tanah yang Menjadi Objek yang timbul dapat dikelompokkan ke
Sengketa dalam empat klasifikasi permasalahan,
Sengketa pertanahan atau land yaitu permasalahan yang berkaitan dengan
dispute dapat dirumuskan sebagai pengakuan kepemilikan atas tanah,
pertikaian atau perselisihan yang peralihan hak atas tanah tanah,
menjadikan hak atas tanah sebagai objek pembebanan hak, dan pendudukan eks
persengketaan. Pelaksanaan hak dan tanah partikelir.17 Sedangkan dilihat dari
kewajiban pada suatu hubungan hubungan subyek yang bersengketa, dikelompokkan
hukum yang seringkali menjadi sumber ke dalam tiga macam, yaitu sengketa tanah
timbulnya sengketa hukum atas tanah, antar warga, sengketa tanah antara
yaitu apabila hak seseorang yang diberikan Pemerintah pusat/pemerintah daerah
oleh hukum materiil dilanggar, dengan warga setempat, dan sengketa yang
kepentingan seseorang yang dilindungi berkaitan dengan pengelolaan sumber daya
oleh hukum materiil diingkari.16 Hak alam.18 Berdasarkan jenis dan sengketa
secara konseptual lahir didasari adanya pertanahan yang ada, maka dapat
ada hubungan hukum antara subjek hukum dikemukakan bahwa secara garis besar
sengketa pertanahan dapat dibedakan
dan objek hukum.
menjadi sengekata pertanahan yang
Dalam menentukan objek sengketa bersifat perdata dan bersifat
tanah perlu dibuat definisi yang jelas administrative. Sengketa pertanahan yang
mengenai hak kolektif dan hak komunal. bersifat keperdataan, yaitu sengketa yang
Hak kolektif lebih dekat pada hak milik berkaitan dengan hak-hak keperdataan,
bersama untuk objek tertentu dimana baik oleh subjek hak maupun oleh pihak-
kepemilikan individual masih jelas
terlihat. Sementara hak komunal 17
Herlina Ratna Sambawa Ningrum. Analisis
Hukum Siste Penyelesaian Sengketa Atas Tanah
15
https://www.atrbpn.go.id/Berita/Siaran- Berbasis Keadilan. Jurnal Pembaharuan Hukum.
Pers/hilangkan-sengketa-konflik-dengan-percepat- Volume I No.2 Mei-Agustus 2014.
18
pelaksanaan-reforma-agraria-94576pada diakses 13 Sarah D.L. Roeroe, Penegakan Hukum Agraria
Januari 2020. dan Penyelesaian Sengketa Pertanahan Dalam
16
Mertokusumo dalam (Nia Kurniati) Mediasi- Proses Peradilan. Varia Peradilan. Vol
Arbitrase”Untuk Penyelesaian Sengketa Tanah. I/No.6/Oktober-Desember 2013 Edisi Khusus.
34 Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

pihak lain yang berkepentingan terhadap yaitu para pihak yang memiliki hubungan
objek haknya (tanah). Sedangkan, kekeluargaan. Selain itu, masih ada
sengketa pertanahan yang bersifat masyarakat yang belum mendaftarkan
administratif, yaitu sengketa pertanahan tanahnya dengan alasan biaya dan proses
yang timbul sebagai akibat adanya pendaftaran yang rumit.21 Khusus kasus
kesalahan atau kekeliruan penetapan hak sengketa tanah di Kecamatan Kelara telah
oleh pejabat administrasi (BPN). mengakibatkan korban jiwa, terjadi sekitar
Salah satu sengketa tanah dalam tahun 2018 di kelurahan Tolo Utara
keperdataan, yaitu sengketa tentang Kecamatan Kelara. Para pihak saling
penyorobotan tanah. Penyerobotan tanah membunuh bermula karena pihak yang
masuk kedalam masalah penguasaan dan menanam jagung di suatu lahan tetapi
pemilikan tanah, yaitu perbedaan persepsi, pihak lain yang memanen hasil jagung
nilai atau pendapat, kepentingan mengenai tersebut. Hal ini disebabkan karena para
status penguasaan di atas tanah tertentu pihak saling mengklaim memiliki hak.22
yang tidak atau belum dilekati hak (tanah Kasus lain juga terdapat di Desa
negara), maupun yang telah dilekati oleh Samataring Kecamatan Kelara, sebelum
pihak tertentu. Seyogyanya jika ada hak pilkada tahun 2017 terjadi pembunuhan.
seseorang atas tanah harus didukung oleh Adapun kronologis kejadian, yaitu korban
bukti hak, dapat berupa sertifikat, bukti datang ke kebun untuk menyemprot
hak tertulis non sertifikat dan/atau kebunnya lalu ada orang yang datang dan
pengakuan/keterangan yang dapat mengklaim dengan membawa senjata
dipercayai kebenarannya. Jika penguasaan tajam sehingga korban meninggal. Terkait
atas tanah dimaksud hanya didasarkan atas kasus ini, pelaku telah menjadi narapidana
kekuasaan, arogansi atau kenekatan yang dijatuhkan hukuman selama 10 tahun
semata, pada hakekatnya penguasaan penjara melalui Putusan MA,
tersebut sudah melawan hukum. No.7/Pid.B/2017/PN.Jnp. Penyebab utama
Hasil wawancara yang dilakukan, dari contoh kasus ini karena belum
penyebab terjadinya sengketa tanah jelasnya status tanah tersebut sehingga
biasanya dipicu oleh pembagian harta masyarakat dengan mudah mengklaim hak
warisan dan hibah berupa tanah, rumah, kepemilikan atas suatu tanah. Ketika
melakukan pendaftaran tanah di BPN, hal
dan lahan pertanian19. Hal ini
menimbulkan adanya kesalahpahaman terpenting untuk diketahui adalah sejarah
antara saudara penerima warisan atau kepemilikan tanah minimal tiga tingkat
timbul kecemburuan diantara mereka. kepemilikan tanah sebelumnya.
Selain itu, pemicu terjadinya sengketa Berdasarkan hal tersebut, maka sebagian
apabila pihak yang menggarap lahan besar status tanah yang menjadi objek
pertanian yang merupakan harta warisan sengketa karena belum adanya hak yang
biasanya akan mengklaim tanah tersebut. melekat ataupun bukti kepemilikan atas
Adanya sikap saling mengklaim ini tanah.
dikarenakan kurang jelasnya besaran Sebagian besar masyarakat
pembagian harta warisan atau para ahli berpendapat bahwa pengajuan gugatan
waris keberatan dengan pembagian tanah untuk menyelesaikan perkara pertanahan
yang dinilai tidak adil.20 Pihak yang paling melalui jalur pengadilan memerlukan
sering berperkara dalam kasus sengketa, biaya yang relatif mahal dan
19 21
Hasil wawancara Kasubag Pemerintahan Tolo Wawancara dengan Syamsinar, sebagai Staf Kel.
Selatan Bapak Nasrun Djafar pad tanggal 28 Juli Tolo Selatan, Kec. Kelara tanggal 4 November
2020. 2020.
20 22
Wawancara bersama Baso Dg. Itung Sebagai Wawancara dengan Abdul Rahim sebagai Imam
Tokoh Masyarakat tanggal 4 November 2020. Desa Samataring tanggal 4 November 2020.
Amaliyah, Muhammad Amar Ma'ruf, Novytha Sary, Syahril Gunawan Bitu 35
Reforma Agraria dan Penanganan Sengketa Tanah
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

membutuhkan waktu yang cukup lama. hak atas tanah merupakan penanda
Oleh karena itu, diperlukan suatu kepastian hukum oleh negara perihal hak
mekanisme yang tepat untuk penguasaan ataupun pemilikan, maupun
menyelesaikan sengketa antar warga yang hak untuk memanfaatkan tanah/hutan
lebih sederhana, cepat, dan biaya ringan. sesuai dengan ketentuan perundang-
Salah satu metode yang dapat diterapkan undangan yang berlaku. Status
adalah penyelesaian sengketa melalui jalur kepemilikan tanah dalam perkara sengketa
non litigasti, yaitu mediasi. Mediasi tanah yang ditangani BPN Jeneponto
merupakan cara penyelesaian sengketa umumnya berstatus tanah hak milik.
melalui proses perundingan untuk Faktanya di lapangan, terkadang saat
memperoleh kesepakatan di antara para pendataan terkait pihak yang bersengketa
pihak yang dibantu oleh mediator. Hal ini biasa berasal dalam satu keluarga. Anak
juga telah diatur dalam Peraturan Menteri dengan ibu, saudara dengan saudara.
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Untuk penanganan perkara paling sering
Pertanahan Nasional No.11 Tahun 2016 dilakukan di peradilan Tata Usaha Negara
tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan. dan Pengadilan Negeri untuk perkara
Dalam hal ini, pemerintah setempat dapat umum (Perdata) maupun perkara pidana.
bertindak sebagai mediator dalam Sengketa tanah yang diselesaikan secara
menyelesaikan sengketa secara non litigisasi jarang mencapai kesepakatan
kekeluargaan. Untuk itu diperlukan sikap atau terkadang tidak selesai. Apabila
tidak memihak serta tidak melakukan setelah diadakan musyawarah belum juga
tekanan kepada para pihak karena menemukan titik terang, maka upaya
diharapkan hasil kesepakatan mencapai kedua adalah memberikan pemahaman
win-win solution bagi para pihak untuk terkait pengurusan berkas perkara dimulai
dibuatkan berita acara perdamaian. dari pendaftaran di pengadilan,
Bentuk penyelesaian sengketa yang menggunakan jasa pengacara, dan
terjadi di Kecamatan Kelera, contohnya di tindakan eksekusi memerlukan biaya yang
tingkat kelurahan dengan membuat banyak.23
negoisasi kecil, mengatur secara damai
dan mengayomi antara masyarakat yang Peran Pemerintah Daerah mendukung
saling berebut tanah yang sering juga Reforma Agraria Untuk Penyelesaian
disebut sebagai pasibajikang minro yang Sengketa Tanah
berarti memperbaiki keadaan yang Tujuan pembaruan agraria menurut
memburuk dengan membujuk para pihak UUPA adalah penciptaan keadilan sosial,
yang berperkara untuk berbesar hati dapat peningkatan produktivitas, dan
membagi objek yang dipersengketakan kesejahteraan rakyat untuk mewujudkan
sehingga menghasilkan kesepakatan yang tujuan kemerdekaan bangsa yang
juga bersifat win-win solution bagi para terangkum dalam Pembukaan UUD NRI
pihak. Secara tidak langsung masyarakat tahun 1945. Salah satu pegawai Kantor
telah menerapkan bentuk penyelesaian Badan Pertanahan Nasional (BPN)
sengketa pertanahan yang bersifat Jeneponto menyampaikan telah
kekeluargaan. melaksanakan peraturan Presiden No. 86
Pihak yang menjadi pelaku sengketa Tahun 2018 tentang Reforma Agraria.
tanah biasanya tidak memiliki alat bukti Setelah terbitnya Pepres ini kesadaran
tertulis yang mempunyai kekuatan hukum, masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya
yaitu sertifikat. Hal ini terjadi karena mengalami peningkatan dari tahun
kurangnya pemahaman terkait pentingnya sebelumnya. Adapun hal yang menjadi
memiliki sertifikat tanah untuk
meminimalisir sengketa tanah. Legalitas 23
Wawancara Pegawai Pengadilan Negeri
Jeneponto tanggal 20 Juli 2020.
36 Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

kendala, yaitu masyarakat hanya


memahami pentingnya menerbitkan
sertifikat tanah sebagai bukti kepemilikan
yang sah, namun belum memahami
dengan baik cara menggunakan sertifikat
tersebut, contohnya dalam kasus jual beli
seharusnya semua tercatat dalam sertifikat
sehingga menjadi rekam jejak perbuatan
hukum dari sertifikat tanah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang
Sehingga ketika ada pihak yang dilakukan dengan hakim yang bertugas di
mengklaim kepemilikan telah tercatat Pengadilan Negeri Jeneponto menyatakan
bahwa telah terjadi peralihan hak milik bahwa perkara sengketa tanah yang
dengan adanya jual beli yang telah terdaftar pada tahun 2020 lebih sedikit
dilakukan secara sah. Inilah seharusnya dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu
yang menjadi perhatian tersendiri untuk pada tahun 2017 sebanyak 40 perkara,
giat melakukan sosialisasi atau penyuluhan tahun 2018 sebanyak 38 perkara, tahun
tentang penggunaan sertifikat tanah.24 2019 sebanyak 30 perkara, dan sampai Juli
tahun 2020 sebanyak 7 perkara.25
Sementara, Pengadilan Negeri yang Pengadilan Negeri Jeneponto tidak pernah
merupakan lembaga yudikatif di bawah mengeluarkan kebijakan terkait sengketa
Mahkamah Agung tidak terlibat secara kepemilikan tanah antar masyarakat, satu-
langsung dalam pelaksanaan Perpres satunya produk terkait sengketa
Nomor 86 Tahun 2018 Tentang Reforma kepemilikan tanah adalah putusan atas
Agraria. Keterlibatan lembaga peradilan, perkara yang didaftarkan di Pengadilan
khususnya di Pengadilan Negeri Jeneponto Negeri Jeneponto. Putusan diambil oleh
hanya ketika terdapat sengketa Majelis Hakim setelah mempertimbangkan
kepemilikan hak atas tanah yang seluruh pembuktian yang diajukan oleh
didaftarkan di pengadilan. Pengadilan para pihak berperkara dan untuk perkara
Negeri Jeneponto selama ini belum pernah yang telah berkekuatan hukum tetap serta
terlibat dalam kegiatan berupa pertemuan- dimohonkan eksekusi, apabila seluruh
pertemuan ataupun sosialisasi kepada persyaratan telah terpenuhi, maka
masyarakat terkait pelaksanaan Perpres dibuatkan penetapan eksekusi oleh Ketua
Nomor 86 Tahun 2018. Namun Pengadilan Negeri. Penyelesaian sengketa
mencermati data yang ada, dimana jumlah kepemilikan hak atas tanah yang terdaftar
sengketa tanah yang terdaftar di dilaksanakan berdasarkan hukum acara
Pengadilan Negeri Jeneponto mengalami yang berlaku (KHUPerdata/HIR/RBg)
penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mempertimbangkan seluruh
pelaksanaan Perpres Nomor 86 Tahun pembuktian yang diajukan oleh para pihak.
2018 telah turut berkontribusi dalam Sebagian besar perkara sengketa tanah di
menekan jumlah sengketa kepemilikan hak Pengadilan Negeri Jeneponto lanjut ke
atas tanah di Kabupaten Jeneponto. upaya hukum baik banding maupun kasasi.
Pengadilan Negeri Jeneponto tidak pernah
melakukan peninjauan ke lapangan dalam
rangka mengumpulkan data kepemilikan
tanah yang dimiliki oleh masyarakat,
hanya melakukan sidang pemeriksaan
setempat terhadap tanah yang menjadi
24
Wawancara Kepala Seksi Hubungan Hukum
25
Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Jeneponto, Wawancara Hakim Pengadilan Negeri
Muhammad Yahya tanggal 6 Agustus 2020. Jeneponto, Hamsira Halim, tanggal 24 Juli 2020.
Amaliyah, Muhammad Amar Ma'ruf, Novytha Sary, Syahril Gunawan Bitu 37
Reforma Agraria dan Penanganan Sengketa Tanah
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

obyek sengketa yang terdaftar di IV. KESIMPULAN


pengadilan.26 Sengketa tanah merupakan
Meskipun data ini menunjukan perselisihan pertanahan antara orang
penurunan perkara pertanahan, namun hal perorangan, badan hukum atau lembaga.
ini tidak sejalan dengan pengetahuan Hal ini terjadi akibat adanya keinginan
masyarakat terkait reforma agraria. untuk menguasai sumber daya tanah dan
Sebanyak 25 responden yang dipilih memanfaatkan tanah untuk kepentingan
berdasarkan kriteria tertentu, hanya dua (2) tertentu. Status tanah yang menjadi objek
diantaranya yang mengetahui adanya sengketa merupakan tanah yang belum
aturan terkait reforma agraria. Hal senada memiliki sertifikat kepemilikan, dimana
juga diungkapkan oleh Mus Mulyadi selaku para pihak yang bersengketa sebagian
staf kelurahan Tolo Selatan, Kecamatan Kelara besar memiliki hubungan kekeluargaan.
bahwa masyarakat belum memahami reforma Pengetahuan terkait reforma agraria di
agraria, hal ini diketahui dari rendahnya Kecamatan Kelara Kebupaten Jeneponto
kepemilikan sertifikat hak milik hanya masih rendah, dari 25 responden yang
sekitar 20% warga yang sudah memiliki menjadi sampel penelitian hanya dua
SHM. Warga yang melakukan pendaftaran responden yang mengetahui Perpres
secara mandiri berasal dari masyarakat Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma
yang sehari-harinya sebagai pedagang dan Agraria menjadi solusi dasar dalam
SHM dijadikan jaminan modal usaha menghindari konflik-konflik atau sengketa
mereka. tanah yang biasa terjadi. Namun,
Salah satu bentuk peran serta mencermati data jumlah sengketa tanah
pemerintah Kabupaten Jeneponto dalam yang terdaftar di Pengadilan Negeri
menerapkan reforma agraria, yaitu pada Jeneponto mengalami penurunan sejak
tanggal 6 Februari 2020, yaitu Iksan tahun 2017 sampai tahun 2020. Hal ini
Iskandar selaku Bupati telah membuka menunjukkan bahwa pelaksanaan Perpres
acara sosialisasi Tanah Objek Reforma Nomor 86 Tahun 2018 telah berkontribusi
Agraria (TORA) di Baruga Kalabbirang. dalam menekan jumlah sengketa
Dalam sambutannya, bupati kepemilikan hak atas tanah di Kabupaten
menyampaikan bahwa pemerintah telah Jeneponto. Keberhasilan pelaksanaan
menetapkan reforma agraria sebagai salah reforma agraria akan sangat ditentukan
satu program prioritas nasional, oleh kerjasama yang bersinergi antara
sebagaimana tertuang dalam Peraturan semua komponen. Kerjasama pemerintah
Presiden Nomor 88 Tahun 2017 tentang pusat sampai daerah serta partisipasi aktif
penyelesaian penguasaan tanah dalam masyarakat mesti digiatkan. Pemerintah
kawasan hutan. Menurutnya, reforma setempat lebih aktif mengadakan
agraria bukan hanya sekedar redistribusi sosialisasi dan pembinaan untuk
lahan saja melainkan diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
menyentuh aspek yang lebih luas, yakni masyarakat Kecamatan Kelara tentang
kejelasan penguasaan kepemilikan dan pentingnya reforma agraria agar dapat
pemanfaatan tanah sehingga diharapkan dipahami dan dijalankan sebagai agenda
mampu meningkatkan kesejahteraan bersama.
masyarakat dan dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dihadapi DAFTAR PUSTAKA
masyarakat, khususnya terkait penguasaan, Ahmad Nashih Luthfi. Reforma
kepemilikan, penggunaan dan Kelembagaan Dalam Kebijakan
pemanfaatan lahan tersebut. Reforma Agraria Era Joko Widodo
Jusuf Kalla Institutional Reform for
Agrarian Reform Policy in the Era
26
Ibid. of Joko Widodo-Jusuf Kalla's
38 Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
Vol. 5, No. 1, Februari 2021
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA

Reign. Bhumi Vol. 4 No. 2 Mertokusumo dalam (Nia Kurniati)


November 2018. Mediasi-Arbitrase”Untuk
Arto, A. Mukti, Mencari Keadilan, Kritik, Penyelesaian Sengketa Tanah.
dan Solusi Terhadap Praktik Mochammad Tauchid dalam (Reko dan
Peradilan Perdata di Indonesia, Rio). Alternatif Penyelesaian
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001. Konflik Agraria (Suatu Telaah
Asmawati, Mediasi Salah Satu Cara Dalam Perspektif Reforma Agraria
dalam Penyelesaian Sengketa Dan Pembangunan Berkelanjutan.
Pertanahan”, Jurnal Ilmu Hukum, Prosiding Seminar Hukum dan
Fakultas Hukum Universitas Jambi, Publikasi Nasional (Serumpun) I,
Maret 2014. 2019.
Dessy, dkk., Eksistensi Hak Komunal Muhammad Ilham Arisaputra, Penerapan
Masyarakat Hukum Adat dalam Prinsip-Prinsip Good Governance
Kebijakan Penataan Aset Reforma Dalam Penyelenggaraan Reforma
Agraria. Jurnal Kertha Patrika, Agraria di Indonesia. Jurnal
Vol. 41, No. 3 Desember 2019. Yuridika: Volume 28 No 2, Mei -
Ferry Riawan, dkk, Wujud Penatagunaan Agustus 2013.
Tanah Dalam Reforma Agraria Nuriyanto, Urgensi Reforma Agraria;
Yang Berkeadilan dan Menuju Penataan Penggunaan
Berkelanjutan. Jurnal Jurnal Akrab Tanah Yang Berkeadilan Sosial.
Juara Volume 4 Nomor 5 Edisi Jurnal Rontal Pkn Vol. 6/No.1
Desember 2019. April 2020.
Gunawan Wiradi, Seluk Beluk Masalah Rusmadi Murad Dalam (Estevina
Agrarian: Reforma Agrarian dan Pangemanan). Upaya Penyelesaian
Penelitian Agrarian. Stpn Press. Sengketa Kepemilikan Hak Atas
Yogyakarta, 2009. Tanah. Jurnal Lex Privatum,
Herlina Ratna Sambawa Ningrum. Analisis Vol.I/No.4/Oktober/2013.
Hukum Siste Penyelesaian Sarah D.L. Roeroe, Penegakan Hukum
Sengketa Atas Tanah Berbasis Agraria dan Penyelesaian Sengketa
Keadilan. Jurnal Pembaharuan Pertanahan Dalam Proses
Hukum. Volume I No.2 Mei- Peradilan. Varia Peradilan. Vol
Agustus 2014. I/No.6/Oktober-Desember 2013
Heru Nugroho, Menggugat Kekuasaan Edisi Khusus.
Negara, Muhammadiyah Suparjo Sujadi. Masalah-Masalah Hukum
University Press, Surakarta, 2001. Aktual Dalam W Acana Reformasi
https://www.atrbpn.go.id/Berita/Siaran- Agraria Di Indonesia. Jurnal
Pers/hilangkan-sengketa-konflik- Hukum dan Pembangunan Tahun
dengan-percepat-pelaksanaan- Ke-37 No. I, 2007.
reforma-agraria-94576pada diakses
13 Januari 2020.
https://nasional.kontan.co.id/news/sepanja
ng-2019-kemterian-atrbpn-tangani-
3230-kasus-sengketa pertanahan
diakses 26 Maret 2020.
Kadarudin, Mengenal Riset dalam Bidang
Ilmu Hukum: Tipologi, Metodologi,
dan Kerangka, Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2020.

Amaliyah, Muhammad Amar Ma'ruf, Novytha Sary, Syahril Gunawan Bitu 39


Reforma Agraria dan Penanganan Sengketa Tanah

Anda mungkin juga menyukai