Anda di halaman 1dari 2

Rantai Penjelas Konflik-Konflik Agraria Yang Kronis Sistemik Dan Meluas Di Indonesia

Resume

Artikel ini menjelaskan bahwa konflik agrarian yang terjadi khususnya konflik agrarian terjadi secara
struktural, tersistem, parah dan memiliki dampak yan g luas dan tidak dapat diobati hanya dengan satu
pendekatan namun membutuhkan beberapa pendekatan agar dapat menyelesaikan konflik agrarian
secara tuntas. Fungsi sosial pengakuan hak ulayat hak menguasai negara fungsi asas nasionalitas

Sebab

1. Dapat dilihat pada pemberian ijin missal HGU HGB pada perusahaan dalam bidang produksi,
ekstraksi maupun konservasi.
2. Penggunaan kekerasan, intimidasi pada proyek pembangunan dan perusahaan contoh intimidasi
yang dilakukan Pemprov NTT kepada masyarajat adat Pubabu untuk Program gerakan
rehabilitasi Hutan di 4 desa Di amanuban selatan untuk budi daya jati dan mahoni.
3. Perlawanan langsung dari sekelompok rakyat dan kemudian mengakibatkan secara langsung
maupun tidak langsung berakibat pada hilangnya harta benda, dan wilayah hidup masyarakat.
Akibat
1. Krisis sosial ekologis mendorong masyarakat di desa mencari kerja di kota
2. Diiringi dengan ketidakadilan gender dimana perempuan menanggung beban lebih besar
3. Merosotnya kepercayaan rakyat kepada pemeerintah
4. Ditambah perluasan dari konflik agrarian menjadi konflik agama,etnis, penduduk asli
5. Sempitnya lahan hidup masyarakat
6. Berubahnya model pekerjaan dari petani menjadi buruh upahan
Akibat lanjutan

Berdasarkan data KATR/BPN, sengketa atau konflik sejak 2015/2019


sebanyak 9.124 kasus, 3.100 masih berproses, 1.958 kasus masih blank dan
3.179 kasus klaim sudah selesa
Intinya adalah Posisi tanah ini memiliki posisi sebagai barang dagangan komoditas misalnya SHM
SHGU SHGB dan bentuk lain ini hanya mengurus wilayh non hutan yang sekitar 30% dari wilayah
RI Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. UUD 1945 Pasal 33 (3).


Sesuai dengan amanat Pasal 33 ayat (3) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, negara diberi kewenangan untuk menguasai
bumi, termasuk tanah, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Berkenaan
dengan pertanahan, negara berwenang untuk membuat kebijakan,
mengatur, mengurus, mengelola dan melakukan pengawasan terkait
dengan: peruntukan, persediaan dan pemeliharaan tanah; hubungan
hukum antara orang dengan tanah; dan hubungan hukum antara
orang dan perbuatan hukum mengenai tanah.
(1) asas kenasionalan; (2) Hak Menguasai Negara; (3) pengakuan
terhadap hak ulayat; (4) fungsi sosial hak atas tanah; (5) hubungan
sepenuhnya WNI dengan tanah; (6) kesamaan hak antara WNI laki-laki
dan perempuan; (7) land reform; (8) perencanaan dalam peruntukan,
penguasaan dan pemilikan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya1.
Pandangan absen
Ini ditafsirkan oleh masyarakat bahwa pemerintah itu secara sengaja mengkaburkan hak mereka
baik hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak, hak untuk mendapatkan pekerjaan dll.
Posisi tanah tidak bisa dijadikan sebagai barang komoditas atau barang dagangan karena
didalamnya tanah tersebut itu ada kehidupan dan sumber penghidupan yang melekat padanya
Baik hak atas tanahnya
Kekayaan alamnya serta
Wilayah kelolanyya.

1
Lihat Penjelasan Umum II (1) Dasar-dasar Hukum Agraria Nasional

Anda mungkin juga menyukai