Hukum Agraria
Disusun Oleh :
Di Bumi ini ada lima elemen penting yang menjadikan bumi ini dapat dihuni,
lima elemen itu yaitu air, udara, api, kayu, dan tanah pada kesempatan kali ini penulis
akan membahas mengenai pertanahan yang manyangkut dari segi hukumnya. Tanah
merupakan unsur penting yang sangat di butuhkan makhluk hidup di Bumi terutama
Manusia. Biasanya manusia memanfaatkan tanah sebagai bahan mentah industi,
sumber energy, maupun sebagai lahan. Kerapkali terjadi sengketa antar manusia
karena perebutan lahan seperti yang terjadi antara PT. Wira Karya Sakti (WKS)
dengan Masyarakat sekitarnya. Konflik ini bermula ketika PT. WKS (anak perusahaan
Sinarmas Group) mendapatkan areal konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) di lima
kabupaten di jambi, yaitu, Batang Hari, Muaro Jambi,, Tanjung Jabung Barat, Tanjung
Jabung Timur, dan Tebo. Seperti yang terjadi, penunjukan kawasan dan penetapan SK
oleh Mentri Kehutanan atas areal Konsensin HTI tersebut yang dibuat secara sepihak.
Kenyataannya pula, areal konsesi tersebut berada di perkampungan dan kebun-kebun
masyarakat. Sesuai dengan SK Menhut No. 744/1996, sesungguhnya jika ditemukan
areal-areal perkampungan dan kebun masyarakat, maka areal tersebut dikeculikan
atau dikeluarkan dari konsensi perusahaan. Akan tetapi pihak perusahaan menggusur
semua tanaman dan saung-saung milik masyarakatsebagai upaya untuk menyatakan
bahwa kampung dan kebun masyarakat itu tidak pernah ada di wilayah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan konflik pada latar belakang, maka penanganannya pun tidak
cukup dengan pendekatan hukum tetapi juga dengan pendekatan sosial budaya
dengan melibatkan masyarakat yang diharapkan dapat memenuhi rasa keadilan. Oleh
kare itu dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk dan akar permasalahan konflik antara PT. WKS dengan
warga setempat?
2. Pihak-pihak mana saja kah yang seharusnya terkait dalam penanganan konflik
pertanahan tersebut?
3. Bagaimana bentuk penyelesaian konflik dan proses alternatif berbasis
masyarakat?
C. Tujuan Analisis
Adapun tujuan dari analisi konflik agraria ini sebagai berikut:
1. Memenuhi tugas UTS mata kuliah Hukum Agraria.
2. Mengetahui pihak-pihak yang seharusnya terkait dengan konflik tersebut.
3. Menemukan bentuk penyelesaian masalah yang sesuai dengan hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wandi Adiansyah, “Resolusi Konflik Agraria di Desa Genteng Kecematan Sukasari Kabupaten Sumedang”. Journal
Resolusi Konflik. Vol 1 No.1, hal 1-2.
warga. Hingga saat ini kerap kali memanas antara warga dengan oknum aparat yang
menjaga lahan HTI milik PT. WKS.
Secara umum ada 5 sumber konflik di Indonesia yaitu; pertama, sumber konflik
yang diakibatkan konflik structural terjadi ketika ada ketimpangan terhadap akses
terhadap sumberdaya seperti tanah, hutan dan tambang, kebijakan yang tidak adil,
kesewenang-wenangan dalam mengambil keputusan. Kedua, konflik kepentingan
terjadi ketika pemuasan kebutuhan dan cara untuk memenuhinya dari suatu kelompok,
mengorbankan kelompok atau orang lain, persaingan yang tidak sehat di bidang politik,
sosial dan budaya. Ketiga, konflik Nilai disebabkan oleh Perbedaan adat , nilai
ideologis, implementasi nilai agama, yang tidak berkesesuaian malah saling
berbenturan. Keempat, konflik hubungan sosisal psikollogis disebabkan oleh stereotip,
prasangka, dan stigmatisasi. Kelima, konflik data terjadi ketika satu pihak kurang
informasi, adanya perbedaan pandangan, salah komunikasi, perbedaan interpretasi
atas suatu masalah yang berakibat pada distorsi informasi.2
2
Dr. Arkanudin, M.Si, Resolusi Konflik Pertanahan Berdasarkan Pranata Adat, Rektor Universitas Kapuas Sintang,
Dosen FISIP dan Program Magister Ilmu Sosial UNTAN.
berlaku dan kerelaan melakukan pengorbanan yang di tuntut oleh pembangunan demi
kepentingan bersama yang luas dan penting.3
3
Fina Rizqina, “Partisispasi Masyarakt”. FISIP UI, 2010, hal 14-15.