Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Jalan Ir. Sutami 36 A, Surakarta, 57126
Telp. (0271) 646994 Fax. (0271) 646655
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/02/20365171/Pihak.Bandara.Soekarno-
Hatta.Sebut.Maskapai.Harus.Bertanggung.Jawab.Atas.Pencurian.Koper.Penumpang, pada tanggal 25
Maret 2016 pukul 19.42.
2
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 362 tentang Pencurian
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam Ketentuan Umum UU No. 8
Tahun 1999, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan”. Selain itu, perlindungan konsumen juga mengacu pada Pasal
8 Ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 yang berisi tentang perbuatan-perbuatan
yang dilarang bagi pelaku usaha.
2.2 Analisis berdasarkan dengan Hak dan Kewajiban Pengguna Bagasi Lion Air
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 dan 5 pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, maka kasus di atas bisa dikatakan bahwa di
dalamnya terdapat pelanggaran hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha.
Pelanggaran tersebut berupa tidak dipenuhinya hak pengguna atas keamanan. Hal ini
terbukti dengan hilangnya barang penumpang Lion Air. Lion Air sebagai pelaku usaha,
mempunyai kewajiban memberikan layanan yang membuat penumpang mereka
nyaman dan aman. Pencurian tersebut dilakukan oleh para porter yang bekerja sama
dengan pihak keamanan maskapai dan penadahan di kompleks Bandara Soekarno-
Hatta.3 Dengan adanya kasus pencurian barang di bagasi ini yang merugikan banyak
penumpangnya, maka secara otomatis pelaku usaha sudah melakukan pelanggaran
terhadap hak konsumen atas keamanan.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009, sudah dijelaskan bahwa barang
penumpang di bagasi adalah merupakan tanggung jawab dari pihak maskapai. Segala
sesuatu yang terjadi terhadap barang penumpang adalah kewenangan dan tanggung
jawab dari maskapai. Dalam Pasal 4 huruf h pada UUPK disebutkan bahwa konsumen
berhak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya. Maka pemilik barang sebagai konsumen berhak mendapatkan kompensasi
atau ganti rugi jika pengguna tersebut merasa dirugikan oleh produsen atau pelaku
usaha. Hak kompensasi tersebut harus dipenuhi oleh pihak produsen atau pelaku usaha
sebagaimana mestinya.
Hak tersebut seharusnya bisa dipenuhi karena pihak konsumen yaitu penumpang
Lion Air sudah memenuhi kewajiban, seperti yang ada dalam ketentuan pasal 5 UUPK.
Dinyatakan bahwa pengguna sudah membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
3
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 pasal 4 dan 5 tentang Perlindungan Konsumen
keselamatan, beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa,
membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati, bahkan sudah mengikuti upaya
penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.4
2.3 Analisis berdasarkan Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha Lion Air
Dalam UUPK, juga diatur tentang hak dan kewajiban pelaku usaha atau produsen.
Dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa, yang dimaksud dengan pelaku usaha adalah
“Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi”.
Berdasarkan kasus pencurian bagasi yang berhubungan dengan pelaku usaha, dapat
dikatakan bahwa pihak Lion Air berhak untuk melakukan pembelaan atau mendapatkan
perlindungan hukum, jika kasus pencurian barang di atas bukan merupakan kesalahan
dari pihak pelaku usaha. Pelaku usaha juga dapat menyalahkan pihak porter, disertai
dengan bukti yang menguatkan bahwa hal tersebut bukan merupakan kesalahan pada
pihaknya. Hal ini sesuai dengan UUPK Pasal 6 ayat 2 dan 3. Lion Air juga berhak untuk
mendapatkan rehabilitasi nama baik, apabila terbukti secara hukum, bahwa kerugian
yang dialami konsumen tidak diakibatkan oleh produk yang diperdagangkan. Hal ini
sesuai dengan Pasal 6 ayat 4 UUPK.
Maka hal yang harus dilakukan oleh pihak produsen adalah sesuai pada pasal 6 ayat
6 dan 7 UUPK, yaitu memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas
kerugian yang ditanggung oleh pihak konsumen. Jika dilihat kasus-kasus di atas,
sebenarnya, UU No. 8 Tahun 1999 menegaskan sebagai: “Segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.5
2.4 Analisis berdasarkan Asas Perlindungan Konsumen
Pasal 2 UU No. 8/ 1999, tentang Asas Perlindungan Konsumen :
“Perlindungan konsumen berdasarkan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan
dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum”.
Dalam kasus pencurian bagasi yang terjadi di kompleks bandara Soekarno-Hatta,
tentu melanggar Asas Perlindungan Konsumen yaitu :
- Perlindungan konsumen berdasarkan Keamanan
Pencurian yang dilakukan oleh porter yang bekerja sama dengan pihak keamanan
maskapai tersebut sudah merugikan penumpang di mana yang sudah dijelaskan dalam
4
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Visi Media Ciganjur, Jakarta, 2008, hlm. 34.
5
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Pasal 6 dan 7 tentang Perlindungan Konsumen
artikel diatas. Dalam kasus ini, pihak pelaku usaha sudah jelas melanggar asas
perlindungan konsumen ini dimana barang yang dititipkan oleh maskapai namun justru
dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
- Perlindungan konsumen berdasarkan Kepastian Hukum
Konsumen berhak mendapatkan suatu kepastian hukum. Kepastian hukum untuk
memberikan suatu perlindungan kepada konsumen antara lain dengan kompensasi atau
ganti rugi yang layak. Kepastian hukum menurut aturan yang termuat dalam produk
hukum berlaku dengan pasti kepada semua warga negaranya. Hukum sebagai tolok ukur
objektif guna menyelesaikan konflik sosial, maka di dalam dirinya sendiri harus bersifat
objektif. Masyarakat melalui hukum dijamin tidak akan diperlakukan secara
diskriminatif, maka untuk menjamin kepastian hukum, suatu peraturan perlu dipositifkan
(dirumuskan dalam undang-undang/ produk hukum tertulis) agar pelaksanaannya dapat
berlaku sama. Dalam kasus di atas belum nampak jelas penegakan hukum perlindungan
konsumen, karena kasus tersebut terjadi berulang-kali dan penanganan yang kurang
serius baik untuk pihak maskapai maupun pihak-pihak lainnya yang terkait, sehingga
konsumen yang dirugikan merasa tidak mendapat kepastian hukum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 dan 5 pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, maka kasus di atas bisa dikatakan bahwa di dalamnya
terdapat pelanggaran hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha. Pelanggaran
tersebut berupa tidak dipenuhinya hak pengguna atas keamanan.
b. Berdasarkan kasus pencurian bagasi yang berhubungan dengan pelaku usaha, dapat
dikatakan bahwa pihak Lion Air berhak untuk melakukan pembelaan atau mendapatkan
perlindungan hukum, jika kasus pencurian barang di atas bukan merupakan kesalahan
dari pihak pelaku usaha. Pelaku usaha juga dapat menyalahkan pihak porter, disertai
dengan bukti yang menguatkan bahwa hal tersebut bukan merupakan kesalahan pada
pihaknya. Hal ini sesuai dengan UUPK Pasal 6 ayat 2 dan 3.
c. Dalam kasus pencurian bagasi yang terjadi di kompleks bandara Soekarno-Hatta, tentu
melanggar Asas Perlindungan Konsumen yaitu :
- Perlindungan konsumen berdasarkan Keamanan
Pencurian yang dilakukan oleh porter yang bekerja sama dengan pihak keamanan
maskapai tersebut sudah merugikan penumpang di mana yang sudah dijelaskan dalam
artikel diatas. Dalam kasus ini, pihak pelaku usaha sudah jelas melanggar asas
perlindungan konsumen ini dimana barang yang dititipkan oleh maskapai namun justru
dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
- Perlindungan konsumen berdasarkan Kepastian Hukum
Konsumen berhak mendapatkan suatu kepastian hukum. Kepastian hukum untuk
memberikan suatu perlindungan kepada konsumen antara lain dengan kompensasi atau
ganti rugi yang layak. Kepastian hukum menurut aturan yang termuat dalam produk
hukum berlaku dengan pasti kepada semua warga negaranya. Dalam kasus di atas
belum nampak jelas penegakan hukum perlindungan konsumen, karena kasus tersebut
terjadi berulang-kali dan penanganan yang kurang serius baik untuk pihak maskapai
maupun pihak-pihak lainnya yang terkait, sehingga konsumen yang dirugikan merasa
tidak mendapat kepastian.
3.2 Saran
a. Dapat kita ketahui sebelumnya dalam kasus di atas telah terjadi pelanggar hak atas
konsumen yaitu hak pengguna atas keamanan. Oleh sebab itu, semestinya pelaku usaha
harus bertanggung jawab atas pelanggaran hak atas konsumen karena konsumen telah
memenuhi kewajibannya kepada pelaku usaha maka sebaliknya pelaku usaha juga harus
memenuhi kewajibannya kepada konsumen.
b. Sudah sewajarnya seluruh pihak baik pelaku usaha maupun konsumen mendapatkan
perlindungan hukum dalam hubungan antar keduanya. Baik salah maupun benar mereka
berhak untuk melakukan pembelaan. Selain itu, hika memang tidak bersalah maka harus
ditunjukkan dengan bukti-bukti yang terkait.
c. Jika konsumen mengalami suatu kerugian akibat perilaku para pelaku usaha maka hal
pertama yang dapat dilakukan konsumen adalah melaporkannya kepada Yayasan
Lembaga Perlindungkan Konsumen Indonesia agar selanjutnya dapat diteruskan kepada
pihak yang berwajib untuk diselesaikan secara hukum dan konsumen pun dengan segera
akan mendapatkan kepastian hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Sutanto, Happy. 2008. Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan. Jakarta: Visi Media.
Kristiyanti, Celina. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika.
Zulham. 2013. Hukum Perlindungan Konsumen. JakartaL Kencana Prenada Media Group.
Nasution, Az. 2002. Hukum Perlindungan Konsumen, Suatu Pengantar. Jakarta: Diadit
Media.
Internet
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/02/20365171/Pihak.Bandara.Soekarno-
Hatta.Sebut.Maskapai.Harus.Bertanggung.Jawab.Atas.Pencurian.Koper.Penumpang, diakses
pada tanggal 25 Maret 2016 pukul 19.42 WIB.
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 362 tentang Pencurian
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen