Anda di halaman 1dari 14

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA

JASA OJEK ONLINE

(Studi Terhadap Undang-Undang Nomor 8. Tahun 1999 Tentang


Perlindungan Konsumen)

Nama : Arif Septiawan


NIM : 030805227
E-mail : Arifseptiawan45@gmail.com
Fakultas : FHISIP
Program Studi : 311/ S-1 Ilmu Hukum
Masa Registrasi : 2021.1
Universitas : UPBJJ UT PURWOKERTO
Pokjar : LKP Kamilia Cilacap

ABSTRAK
Di Kabupaten Purbalingga, pengguna jasa ojek online sudah banyak dipakai
oleh masyarakat. Akan tetapi, keberadaan ojek online menimbulkan polemik antara
transportasi berbasis online dan ojek konvensional, sehingga sebagai pemakai jasa
ojek online maka seharusnya mendapatkan perlindungan keamanan atas pelayanan
ojek online. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Hasil penelitian menunjukkan perlindungan hak konsumen dalam jasa
layanan transportasi onine pada prinsipnya telah diatur secara legal di dalam
Undang-Undang Nomor 8. Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Semua
hak yang tercantum dalam pasal-pasal di dalam undang-undang itu harus dilakukan
oleh pelaku usaha dalam menjalankanu sahanya, terutama dalam hal ini pelaku
usaha yang memberi pelayanan jasa transportasi online sebagai bentuk usahanya.
Peran Dinas Perhubungan Purbalingga dalam mengatur keberadaan ojek online
sendiri lebih pada peran sebagai regulator yang mengedepankan keadilan yang
hmenjamin ketersediaan transportasi di setiap daerah Purbalingga. Dengan adanya
inovasi transportasi berbasis aplikasi online ini, pemerintah terbantu pihak swasta
dalam memberikan pelayanan transportasi. Selain itu, pemerintah menjalankan
peran pengawasan pada jasa transportasi ojek online dengan mewajibkan pemberi
layanan ini berbadan hukum, memiliki izin, mengikuti kelayakan serta mengawasi
tarif yang ditentukan perusahaan penyedia layanan online demi menjamin
keselamatan, keamanan dan kenyamanan dan biaya terjangkau

Kata kunci: Transportasi Online, Perlindungan Konsumen

1
PENDAHULUAN

Bidang transportasi di Indonesia sedang digencarkan dengan munculnya


transportasi berbasis aplikasi atau biasa disebut dengan transportasi online.
Transportasi online merupakan transportasi yang memanfaatkan aplikasi sebagai
media pemesanan untuk memudahkan konsumen dalam hal pemenuhan kebutuhan
transportasi. Salah satu jenistransportasi yang menggunakan sistem online adalah
Gojek yang berdiri pada tahun 2011. PT.Gojek Indonesia merupakan sebuah
perusahaan swasta penyedia jasa berbasis teknologi yang bermitra dengan
pengendara ojek dibeberapa kota Indonesia, salah satunya dengan pengendara ojek
online yang ada di Purbalingga. Sistem manajemen dan operasional Gojek adalah
dengan memadukan teknologi modern startup. Setiap driver Gojek menggunakan
handphone Android dengan aplikasi dan Global Positioning System (GPS) atau
Sistem Pemosisi Global yang selalu aktif, ketika pelanggan memesan jasa melalui
aplikasi Gojek, dalam radius 3 KM panggilan tersebut akan menggetarkan telepon
genggam driver yang tersambung sampai pada akhirnya pemesanan dipenuhi.

Munculnya angkutan ojek sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk


yang tinggi didaerah perkotaan dan kemudian bergesernya daerah pemukiman ke
daerah pinggiran kota. Perkembangan daerah pemukiman tersebut ternyata
meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan transportasi.Angkutan ojek merupakan
angkutan umum illegal, karena secara nyata angkutan ini tidak termasuk sebagai
bagian dari sarana angkutan umum yang diakui keberadaannya oleh peraturan
perundang-undangan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada Peraturan Pemerintah
No. 41 tahun 1993 pasal 4 dikatakan bahwa pengangkutan orang dengan kendaraan
umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang, jadi
legalitas hanya diberikan kepada mobil bus atau mobil penumpang. Jaminan
keamanan dan keselamatan sampai dengan saat ini untuk angkutan ojek juga belum
ada kepastiannya. Lain halnya dengan angkutan umum jenis lainnya yang sudah
dapat legalitas hukum, sehingga bila mendapat kecelakaan, maka jaminan berupa
santunan asuransi kecelakaan dapat segera diterima.

2
Perlindungan konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Perlindungan
konsumen sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan peradaban manusia dimana
ada perbedaan antara masyarakat yang awalnya mendasarkan pada kepercayaan
dalam menggunakan barang dan jasa serta melalui tahap yang sederhana, tatapmuka
dalam melakukan/ memanfaatkan barang dan jasa menjadi semakin rumit ketika
teknologi semakin maju, dimana konsumen tidak tahu siapa yang menjual barang
dan jasa. Perlindungan konsumen memiliki cakupan luas, meliputi perlindungan
konsumen terhadap barang dan jasa yang berawal dari kegiatan untuk mendapatkan
jasa hingga sampai kepada akibat dari pemakaian barang dan jasa tersebut.

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, disebutkan


bahwa; “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain dan tidak
untuk diperdagangkan.” 1
Konsumen sebagai pemakai barang dan jasa memiliki
hak dan kewajiban. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Pasal 4, hak-hak konsumen sebagai berikut :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi


barang/jasa
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai
tukar dankondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang/jasa.
4. Hak didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.
5. Hak mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidakdiskrimainatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika
barang/jasayang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya. 2

1
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
2
Op.cit

3
Kewajiban konsumen yang tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 adalah :3

a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian /


pemanfaatan barang dan/ataujasa, demi keamanan dan keselamatan.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksipembelian barang jasa.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
Sedangkan, apabila konsumen berkedudukan sebagai penumpang maka
tidak diatur secara pasti dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Umum, serta kewajiban penumpang diatur dalam
Undang-Undang Perlindungan Konsumen karena kedudukan penumpang dalam
proses pengangkutan bertindak juga sebagai konsumen. Dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak menyebutkan
dengan jelasbahwa sepeda motor termasuk kendaraan bermotor umum. Dalam
Undang-undang tersebut tidak melarang mengenai penggunaan sepeda motor
sebagai kendaraan bermotor umum. Dalam Pasal 137 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 menyebutkan bahwa: “Angkutan orang yang menggunakan
kendaraan bermotor berupa sepeda motor, mobil atau bus”4 Sementara di dalam PP
No 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan juga tidak disebutkan dengan jelas
mengenai penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan umum untuk mengangkut
orang. Pasal 10 ayat (4) Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun2014 tentang angkutan
jalan hanya menjelaskan teknis sepeda motor sebagai angkutan barang. Jadi, belum
ada peraturan yang mengatur secara jelas mengenai keberadaan Ojek, khususnya
Ojek (online) yang dianggap melanggar peraturan angkutan orang.
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam menggunakan jasa Ojek
online timbul dari adanya hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yang diatur
dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1999 terdapat dalam Pasal 4 ayat (3) dan pada
pasal 4 ayat (6) “hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen”,
kewajibannya pelaku usaha harus didasari oleh Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8

3
Op.cit
4
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

4
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Konsumen berhak untuk mendapat
perlindungan berupa tanggung jawab atas informasi, tanggung jawab hukum atas
jasa yang diberikan dan tanggung jawab atas kemanan dan kenyamanan.
Kabupaten Purbalingga, pengguna jasa ojek online sudah banyak dipakai
oleh masyarakat Purbalingga, terutama pelajar. Di setiap jam berangkat dan pulang
sekolah banyak ojek online yang menunggu penumpang. Kemudahan aplikasi yang
digunakan dalam pemesanan ojek online dan juga harga yang lebih murah menjadi
salah satu alasan bagi penumpang ojek online untuk memakai jasa ojek online.
Sebagai pemakai jasa ojek online maka seharusnya mendapatkan perlindungan
keamanan atas pelayanan ojek online. Di Kabupaten Purbalingga keberadaan ojek
online menimbulkan polemik antara transportasi berbasis online dan konvensional,
sehingga Dinas perhubungan Kabupaten Purbalingga mempertemukan kedua belah
pihak untuk membuat kesepakatan bersama yaitu :

1. Angkutan berbasis online, khususnya roda dua akan melayani sebagai


pengantar barang atau delivery order.
2. Angkutan berbasis aplikasi online, khususnya roda dua harus mematuhi
Permenhub nomor 108 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum.
3. Angkutan berbasis aplikasi ojek online, tidak mengganggu angkutan
yang sudah berizin dengan melayani pada pangkalan atau zonasi yang
sudah dilayani oleh taksi legal.
4. Angkutan berbasis ojek online, hanya berfungsi sebagai angkutan
alternatif, yang melayani penumpang pada jalur yang tidak dilayani
angkutan penumpang legal.
5. Semua angkutan harus mematuhi Undang-undang Nomor 22 tahun
2009 tentang Lalu Lintas, dan angkutan jalan dan Peraturan Menteri
Perhubungan nomor 108 tahun 2017 tentang penyelenggaraan angkutan
orang dengan kendaraan bermotor umum.5

5
http//satelitpost.com/beritautama/solusi-masih-buntu-polemik-transportasi-online-konvens
ional-di-purbalingga

5
METODE PENELITIAN

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis


normatif. Penelitian hukum normatif (yuridis normatif) disebut penelitian hukum
doktrinal. Soekanto menyebutkan penelitian normatif adalah penelitian hukum
yang meneliti bahan pustaka sehingga disebut penelitian hukum kepustakaan. 6
Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada studi
kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan. Sedangkan
bersifat normatif maksudnya penelitian hukun bertujuan memperoleh pengetahuan
normatif tentang hubungan peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam
prakteknya atau dengan kata lain mengkonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis
dalam peraturan perundang-undangan (law in book) / hukum dikonsepkan sebagai
kaidah atau norma yang merupakan patokan perilaku manusia yang dianggap
pantas dengan pendekatan perundang-undangan.7
Penyajian data yang dilakukan sebagai bahan hukum dalam penelitian ini
menggunakan bentuk teks naratif, yaitu data yang sudah diolah dalam uraian teks
narasi. Penyajian teks naratif ini merupakan sebuah uraian yang disusun secara
sistimatis, logis, dan rasional. Dalam arti keseluruhan data yang diperoleh akan
dihubungkan satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan pokok permasalahan
yang diteliti, sehingga menjadi kesatuan utuh. Metode analisis data yang digunakan
oleh peneliti dalam penelitian ini ialah metode analisis data normatif kualitatif.
Metode analisis data normatif kualitatif yaitu pembahasan dan penjabaran yang
disusun secara logis terhadap hasil penelitian terhadap norma kaidah maupun teori
hukum yang relevan dengan pokok permasalahan. 8

6
Soejono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, CV. Rajawali, 1996, hlm. 15.
7
Amiruddin dan Asikin, Zainal. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. hlm 118
8
Ronny Soemitro, op.cit., hlm 98.

6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Undang-Undang No. 8. Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen


merumuskan sejumlah hak konsumen, yang terdapat dalam Pasal 4. Dalam pasal
tersebut terdapat 9 (sembilan) hak yang secara umum dapat dikaitkan dengan hak
konsumen dalam berbagai bidang. Dalam hal ini, maka hak konsumen yang dibahas
berkaitan dengan hak konsumen dalam jasa layanan transportasi online di
Kabupaten Purbalingga. Di antara 9 hak yang diatur, hak-hak yang pengaturannya
diatur secara khusus di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
yang mengatur mengenai bidang yang terkait.Hak-hak tersebut adalah:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi
barang/jasa
2. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang/jasa.
4. Hak didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.
5. Hak mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskrimainatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika
barang/jasayang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.

Transportasi adalah komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan,


sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi demografis di beberapa
wilayah memiliki pengaruh terhadap kinerja sistem transportasi di wiayah tersebut.
Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah juga berpengaruh signifikan pada
kemampuan sistem transportasi dalam melayani kebutuhan. Di perkotaan seperti di
Kabupaten Purbalingga, kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah
penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran maupun tingkat urbanisasi yang
akhirnya berimplikasi pada kurangnya daya saing dari transportasi wilayah
sehingga sistem transportasi yang ada mengalami kesulitan melayani kebutuhan
masyarakat. Kerumitan persoalan itu menyatu dengan variable pertambahan jumlah
penduduk yang meningkat, jumlah kendaraan bermotor yang bertambah melebihi

7
kapasitas jalan yang ada, dan juga perilaku masyarakat yang masih mengabaikan
peraturan berlalu lintas jalan raya. Kegagalan sistem transportasi ini mengganggu
perkembangan suatu wilayah/kota khususnya di Kabupaten Purbalingga.
Pemerintah daerah khususnya dinas perhubungan memiliki andil terbesar
untuk menjamin beberapa hak yang dimiliki masyarakat, salah satunya adalah
memberikan pelayanan transportasi umum yang layak. Pemerintah daerah dianggap
paling mengerti apa yang dibutuhkan oleh daerahnya sehingga pemerintah daerah
harus sigap dalam menyediakan transportasi umum, dengan begitu pemerintah
memiliki kewenangannya sendiri untuk membangun daerahnya. Dengan adanya
transportasi umum yang memadai maka masyarakat akan beralih dari memakai
kendaraan pribadi menjadi menggunakan kendaraan transportasi umum.
Namun demikian, pada prakteknya pemenuhan pelayanan jasa transportasi
umum sering menemui kendala, hal tersebut berkaitan dengan penyelenggaraan
pelayanan dimana terdapat daerah yang tidak dijadikan trayek karena kondisi
wilayah yang sulit dijangkau, harga yang dibayarkan relatif mahal dan jumlah
penumpang yang ramai pada waktu tertentu saja sehingga tidak memenuhi syarat
untuk dijadikan trayek resmi sehingga muncul pelayanan transportasi umum tidak
dalam trayek. Bagaimanapun kondisinya pelayanan publik harus tetap dilakukan
baik di kota maupun di daerah yang sangat sulit dijangkau sekalipun oleh karena
itu pemerintah tetap melakukan pelayanan transportasi umum pada daerah yang
tidak terjangkau oleh trayek transportasi umum. Dalam hal ini pemerintah dapat
melakukan pelimpahan tugas untuk menyelenggarakan pelayanan publik (Publik
Service Obligation) BUMN atau pihak swasta yang tampil sendiri tanpa kehadiran
pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan dasar hukum
adanya ijin dari pemerintah namun pelaksanaanya harus benar-benar diawasi dan
dikendalikan agar tidak merugikan salah satu pihak terutama pengguna jasa.
Pengadaan jasa angkutan secara mandiri oleh pihak swasta seperti go-car
dan grab sebenarnya didasari alasan yang akan meminimalisasi kerugian jika terlalu
banyak angkutan yang beroperasi pada jalur diluar trayek, sehingga nantinya pihak
swasta dapat berunding untuk menentukan jumlah kendaraan yang akan beroperasi

8
tiap hari. Penerapan peraturan untuk transportasi umum pada pelayanan transportasi
umum tidak dalam trayek tidaklah terlalu ketat dibanding dengan angkutan pada
trayek tetap dan teratur hal tersebut dikarenakan jumlah kendaraan dan penumpang
yang sedikit dan tidak menentu sehingga tidak memerlukan pengaturan yang terlalu
spesifik. Adanya penerapan peraturan yang lebih ringan menyebabkan transportasi
umum yang beroperasi pada jalur di luar trayek sering kali tidak memenuhi izin-
izin yang ditentukan maupun tidak memenuhi standar kelayakan transportasi umum
sehingga berpotensi membahayakan pengguna. Walaupun diselenggarakan oleh
swasta tujuan penyelenggaraan transportasi yang terjangkau dan aman harus tetap
dipenuhi, karena pihak swasta hanya mencari untung tanpa memperhatikan kualitas
pelayanan maka pemerintah harus mengendalikan pelaksanaanya
Terkait dengan hal tersebut peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk
dapat mengawasi penyelenggaraan pelayanan transportasi umum oleh pihak swasta
baik secara preventif maupun represif guna menjamin hak-hak dari pengguna jasa
dan juga memberi kepastian hukum bagi para penyelenggara jasa transportasi
umum. Prakteknya penyelenggaraan jasa transportasi umum tidak dalam trayek
banyak terjadi pada daerah terpencil sekalipun sseperti contohnya di Purbalingga
yang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dimana masyarakatnya
banyak yang menggunakan moda transportasi umum dibandingkan menggunakan
transportasi pribadi. Hal ini di karena kebanyakan kegiatan perekonomian dan
pendidikan hanya berada di pusat kota, sehingga masyarakat di daerah pinggiran
harus berpergian dengan jarak yang cukup jauh setiap harinya. Luas wilayah
Kabupaten Purbalingga juga relatif kecil sehingga Kabupaten Purbalingga hanya
mempunyai banyak jalan besar yang dijadikan jalan utama yang menghubungkan
pusat kota dengan kecamatan-kecamatan, di jalan utama itu lah sebagian besar
transportasi umum antar kota dan kebanyakan transportasi umum lainya lewat
sedangkan untuk memasuki wilayah-wilayah di kecamatan yang tidak dilewati oleh
jalur utama masyarakat harus menggunakan transportasi umum lainya atau
menggunakan kendaraan pribadi karena tidak dilalui transportasi umum.
Banyaknya daerah yang sulit dijangkau transportasi umum di Kabupaten
Purbalingga menyebabkan banyak penyelenggara transportasi umum yang

9
beroperasi tidak dalam trayek mengoperasikan kendaraanya tanpa mengikuti
standar pelayanan yang telah ditentukan, dengan tujuan dari tepi jalur utama
menuju berbagai area terpencil di kecamatan dan kebanyakan dari penyelenggara
jasa angkutan tersebut juga menggunakan kendaraan pribadi berplat hitam yang
digunakan sebagai transportasi umum tanpa tanda legalitas dan izin resmi dari
pemerintah setempat dengan tarif yang beragam. Keadaan ini sudah berlangsung di
Purbalingga selama bertahun-tahun tanpa ada penanganan serius dari pemerintah
setempat. Masyakat di wilayah terpencil merasa kebutuhanya tidak dapat dipenuhi
oleh pemerintah pada akhirnya tidak mempunyai banyak pilihan sehingga tetap
menggunakan angkutan tersebut. Faktanya pemerintah dianggap gagal dan tidak
bisa memberikan transportasi yang memadai dan layak bagi masyarakatnya
sehingga muncul inovasi dari pihak swasta untuk membentuk transportasi yang
lebih efisien, mudah diakses, murah dan cepat. Dalam menjalankan usahanya
transportasi umum berbasis aplikasi online dijamin oleh pemerintah.
Kedudukan pemerintah dan dinas perhubungan Kabupaten Purbalingga
dalam mengatur transportasi umum berbasis aplikasi online adalah sebatas sebagai
regulator yang mengedepankan keadilan yang hmenjamin ketersediaan transportasi
di setiap daerah Purbalingga. Dengan adanya inovasi transportasi umum berbasis
aplikasi online, pemerintah Purbalingga pada dasarnya terbantu oleh pihak swasta
dalam memberikan pelayanan transportasi. Di samping itu, transportasi umum
berbasis aplikasi online juga menyangkut hidup orang banyak, dimana dengan
adanya layanan ini masyarakat merasa dibantu dengan kemudahan dan biaya murah
yang ditawarkan serta penyediaan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat.
Pemerintah Purbalingga sebenarnya harus mampu memberi transportasi
dengan harga yang terjangkau untuk memenuhi kebutuhan angkutan publik, dalam
norma ini juga ditegaskan bahwa tanggung jawab untuk menjamin tersedianya
angkutan umum yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau menjadi tanggung
jawab Pemerintah dan dalam pelaksanaanya Pemerintah dapat melibatkan swasta.
Pemerintah daerah juga turut mengawasi perusahaan pemberi layanan transportasi
berbasis aplikasi online, pengawasan berupa mewajibkan pemberi layanan ini
berbadan hukum, memiliki izin yang diperlukan, mengikuti uji kelayakan serta

10
mengawasi tarif yang ditentukan perusahaan penyedia layanan demi menjamin
keselamat, keamanan dan kenyamanan dan biaya terjangkau.
Sementara polemik keberadaan ojek online Purbalingga yang memicu
masalah baru antara transportasi berbasis online dengan konvensional, sehingga
Dinas perhubungan Kabupaten Purbalingga mempertemukan dua belah pihak untuk
membuat kesepakatan bersama yaitu pertama angkutan berbasis online, khususnya
roda dua akan melayani sebagai pengantar barang atau delivery order. Kedua,
angkutan berbasis aplikasi online, khususnya roda dua harus mematuhi Permenhub
nomor 108 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan
Kendaraan Bermotor Umum. Ketiga, angkutan transportasi berbasis aplikasi
ojek online, tidak mengganggu angkutan yang sudah berizin dengan melayani pada
pangkalan atau zonasi yang sudah dilayani oleh taksi legal. Keempat, angkutan
berbasis ojek online, hanya berfungsi sebagai angkutan alternatif, yang melayani
penumpang pada jalur yang tidak dilayani angkutan penumpang legal. Terakhir,
semua angkutan harus mematuhi Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas, dan angkutan jalan dan Peraturan Menteri Perhubungan nomor 108
tahun 2017 tentang penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor
umum. Dalam lingkup nasional, pemerintah melalui Kementrian Perhubungan
secara resmi mengeluarkan aturan untuk layanan transportasi berbasis aplikasi
online dalam Peraturan Menteri (Permen) Perhubungan No 32 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraaan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak
Dalam Trayek seperti taksi, angkutan sewa, carter, pariwisata dan lainnya Sehingga
pada akhir jasa transportasi berbasis aplikasi online ini dapat beroperasi sambil
menunggu keluarnya peraturan baru yang lebih baru dan lebih mengikat.

11
KESIMPULAN DAN SARAN

Perlindungan hak konsumen dalam jasa layanan transportasi onine pada


prinsipnya telah diatur secara legal di dalam Undang-Undang Nomor 8. Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen. Semua hak yang tercantum dalam pasal-pasal di
dalam undang-undang itu harus dilakukan oleh pelaku usaha dalam menjalankanu
sahanya, terutama dalam hal ini pelaku usaha yang memberi pelayanan jasa
transportasi online sebagai bentuk usahanya. Akan tetapi, pada prakteknya masih
banyak ditemukan beberapa permasalahan menyangkut kerahasiaan data pribadi
konsumen yang berpotensi menimbulkan tindak pidana penipuan, pencurian hingga
konflik dengan ojek konvensional. Perusahaan jasa transportasi online memang
telah melakukan upaya yang tidak sedikit dalam menjamin bahwa pelayanan yang
mereka berikan memenuhi hak-hak konsumen. Tetapi tidak sedikit pula hal-hal
yang masih harus dibenahi dan diperbaiki yang mana tanggung jawab ini tidak
hanya berada di tangan pelaku usaha saja, tetapi juga berada di tangan pemerintah
dan masyarakat sebagai konsumen.
Peran Dinas Perhubungan Purbalingga dalam mengatur keberadaan ojek
online sendiri lebih pada peran sebagai regulator yang mengedepankan keadilan
yang hmenjamin ketersediaan transportasi di setiap daerah Purbalingga. Dengan
adanya inovasi transportasi berbasis aplikasi online ini, pemerintah Purbalingga
pada dasarnya terbantu pihak swasta dalam memberikan pelayanan transportasi. Di
samping itu, transportasi umum berbasis aplikasi online juga menyangkut hidup
orang banyak, dimana dengan adanya layanan ini masyarakat merasa dibantu
dengan kemudahan dan biaya murah yang ditawarkan serta penyediaan lapangan
pekerjaan yang cukup luas bagi masyarakat Purbalingga. Selain itu, pemerintah
juga turut menjalankan peran pengawasan terhadap jasa transportasi ojek online
dengan tujuan dengan mengontrol perusahaan pemberi layanan transportasi
berbasis aplikasi online, pengawasan berupa mewajibkan pemberi layanan ini
berbadan hukum, memiliki izin yang diperlukan, mengikuti uji kelayakan serta
mengawasi tarif yang ditentukan perusahaan penyedia layanan online demi
menjamin keselamatan, keamanan dan kenyamanan dan biaya terjangkau.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik.Jakarta: Penerbit Pancur Siwah

Abdul Halim Barkatulah, Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan


Perkembangan Pemikiran, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2008),

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004)

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit


Media, 2006)

Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Perlindungan Konsumen Indonesia, cet.


2, (Jakarta: 2005)

Http//respository.unej.ac.id/handle/123456789/83367 tanggal 27 November 2017

John. M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1986)

Umar, Husein, 2002, “Metodologi Penelitian”, Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Http//satelitpost.com/beritautama/solusi-masih-buntu-polemik-transportasi-
online-konvens ional-di-purbalingga

http//respository.unej.ac.id/handle/123456789/83367

Indonesia (c), Undang-Undang tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan


Usaha Tidak Sehat, UU No. 5 Tahun 1999, LN No. 33 Tahun 1999, TLN
No. 3817, Pasal 1 Huruf (o).

Nasution, Pedoman Standar Interpretasi UU No. 8/1999 L.N. 1999 No. 42 T.L.N
1999 No. 3821, makalah disampaikan sebagai bahan perkuliahan tahun
2005/2006 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia

N.H.T. Siahaan (a), Hukum Konsumen, cet .1, (Jakarta: Panta Rei, 2005)

N. H. T Siahaan (b), Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk,


(Jakarta: Panta Rei, 2005)

13
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia,( Jakarta: PT Grasindo, 2006)

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta:


1986

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian. Alfabeta, CV. Bandung.

Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindakan Pidana Korporasi, cet. 1,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),

14

Anda mungkin juga menyukai