Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amelia Shaffira Putri

Nim : 19B505011186
Kelas : S1 Manajemen Transportasi Udara

1. Apakah saudara setuju dengan keberadaan transportasi umum berbasis aplikasi


online milik swasta tersebut? Jelaskan alasan dan argumentasinya.
Jawab:
Saya sangat setuju dengan keberadaan transportasi umum berbasis aplikasi online milik
swasta. Karena dengan keberadaan transportasi umum berbasis aplikasi online saat ini
adalah salah satu solusi membantu pemerintah untuk mengurangi pengangguran yang
dapat menciptakan suasana bernegara dalam kondusif.
Transportasi online merupakan transportasi yang berbasis suatu aplikasi tertentu dimana
pelanggan memesan sarana transportasi melalui sistem aplikasi di dalam smartphone. Saat
pelanggan melakukan pemesanan dengan menggunakan aplikasi tersebut, detail
pemesanan seperti jarak tempuh, harga, identitas pengendara, lama waktu pengendara tiba
ke lokasi pelanggan, serta data perusahaan pengelolanya sudah langsung tersaji pada layar
smartphone pelanggan. Seluruh identitas pengendara sudah diketahui secara pasti karena
perusahaan pengelola telah melakukan proses verifikasi terlebih dahulu sebelum
melakukan kerja sama kemitraan dengan pengendara.
Transportasi online kini memastikan penumpang mendapatkan transportasi yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhannya. Selain itu, tarif ditentukan berdasarkan jarak
perjalanan, sehingga penumpang tidak perlu terlibat dalam negosiasi.

2. Dari sudut pandang kehidupan masyarakat umum, apa yang bisa diharapkan
dengan keberadaan transportasi berbasis online ini?
Jawab:
Terkait dengan transportasi berbasis online, maka dapat dikaji bahwa masyarakat yang
membutuhkan transportasi online diharapkan dapat lebih memudahkan dan membantu
aktivitas masyarakat, terutama dalam melakukan suatu pekerjaan atau perjalanan dari satu
tempat ke tempat yang lain.
3. Bagaimana pandangan saudara dalam menyikapi sistem transportasi berbasis
aplikasi online tersebut dilihat dari dimensi safety, security dan regulasinya?
Jawab:
- Pemenuhan Standar Keamanan dan Keselamatan Angkutan Umum Sewa
Berbasis Aplikasi di DKI Jakarta
Standar Keamanan dan Keselamatan diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia No PM 46 Tahun 2014 dan No 28 Tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Tidak dalam
Trayek.
1. Standar Keamanan
Dimana hal-hal yang dilihat adalah tanda pengenal pengemudi, informasi nomor
pengaduan, tombol pengunci pintu dan kaca film. Masyarakat membutuhkan rasa aman
terutama ketika melakukan aktivitas di lokasi yang berbeda. Misalnya saja di bidang
transportasi. Masyarakat setiap harinya menggunakan transportasi. Ketika
betransportasi, masyarakat akan sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal, serta
kendaraan yang tidak pernah dinaiki. Pada situasi seperti ini, masyarakat membutuhkan
tingkat keamanan yang disediakan oleh pihak transportasi baik itu dari pengemudi
maupun kendaraannya.
2. Standar Keselamatan
Standar Keselamatan yang terdiri dari kondisi pengemudi, fasilitas kesehatan, fasilitas
keselamatan, asuransi kecelakaan lalu lintas, pengecekan terhadap kendaraan yang
akan dioperasikan, umur kendaraan dan fasilitas penyimpanan dan pemeliharaan
kendaraan (pool). Tidak jauh berbeda dengan standar keamanan, standar keselamatan
juga menjadi prioritas penting dalam sebuah transportasi umum. Keselamatan
dipengaruhi besar oleh dua hal, yaitu pengemudi dan moda transportasi.

4. Bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan regulator dalam menjaga dan


mengawasi aspek pelayanan sistem transportasi berbasis aplikasi online ini dikaitkan
dengan keberadaan transportasi umum yang dikelola oleh pemerintah/regulator?
Jawab:
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah menerbitkan Peraturan yang mengatur
tentang transportasi berbasis aplikasi online terdapat pada Peraturan Menteri (PM)
Perhubungan Nomor 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan
Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek, yang diundangkan mulai 1 April 2016.
Kehadiran Permenhub No.32 Tahun 2016 menimbulkan reaksi penolakan yang lebih besar
dari penyelenggara dan sopir angkutan umum berbasis aplikasi informasi (angkutan
konvensional) karena dianggap melegalkan transportasi online yang menurut mereka
sangat merugikan bahkan bisa membunuh atau memberangus keberadaan penyelenggara
angkutan umum konvensional. Di lain pihak para penyelenggara transportasi online jusru
menuntut pemerintah untuk melindungi keberadaan transportasi online.
Menyikapi permasalahan tersebut, dan untuk menjamin keamanan masyarakat dan
melindugi industri taksi, maka Kementerian Perhubungan melakukan revisi Permenhub
Nomor 32 Tahun 2016 dengan mengeluarkan Permenhub Nomor 26 Tahun
2017. PM 26 tahun 2017 tersebut diantaranya memuat 11 poin revisi yang telah dibahas
dan disepakati bersama antara para pemangku kepentingan, seperti para akademisi,
pengamat transportasi, asosiasi terkait, dan pelaku usaha jasa transportasi, baik yang
reguler maupun yang berbasis aplikasi (online).

Terdapat 11 poin revisi yang ditujukan kepada payung hukum transportasi berbasis aplikasi
dan telah diberlakukan pada bulan april 2017.
Ke-11 poin revisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengenai jenis angkutan, transportasi berbasis aplikasi atau online akan dimasukan
kepada jenis angkutan khusus.
2. Kapasitas mesin kendaraan kepada angkutan sewa khusus minimal 1000 cc.
3. Tarif sudah ditentukan melalui aplikasi pemesanan transportasi.
4. Alokasi masing-masing armada transportasi online selanjutnya diatur oleh Pemerintah
Daerah (Pemda) masing-masing wilayah.
5. Berkewajiban Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) kini atas nama badan hukum.
6. Armada transportasi online wajib menjalani serangkaian pengujian kendaraan yang
biasa disebut dengan KIR.
7. Kewajiban memiliki tempat parkir kendaraan yang mampu menampung sesuai jumlah
yang dimiliki.
8. Menyediakan bengkel, paling tidak bekerjasama dengan fasilitas pemeliharaan
kendaraan dan pihak lain.
9. Tambahan baru untuk ketentuan pajak dari Direktorat Jenderal Pajak, misalnya
perusahaan penyedia aplikasi berbasis IT wajib berbadan hukum dengan enam kriteria
yang ditetapkan.
10. Ketentuan baru, yaitu akses Digital Dashboard. Akses tersebut berguna untuk
memantau dan mengawasi perusahaan, yang sengaja diberikan kepada pemerintah.
11. Adanya penambahan sanksi. Terdapat penambahan pasal baru (Pasal 62) yang
mengatur prosedur pemberian sanksi kepada perusahaan penyedia transportasi berbasis
aplikasi.

Peraturan Menteri tersebut berlaku sejak ditetapkan 1 April 2017 namun ada beberapa
substansi materi yang memerlukan masa transisi dalam penerapannya. Dari 11 poin
revisi aturan tersebut, 4 poin diberlakukan secara langsung pada 1 April
2017tu diantaranya:
1. Penetapan angkutan online sebagai angkutan sewa khusus
2. Persyaratan kapasitas silinder mesin kendaraan minimal 1.000 CC
3. Persyaratan keharusan memiliki tempat penyimpanan kendaraan, dan
4. Kepemilikan atau kerjasama dengan bengkel yang merawat kendaraan. Sementara
untuk pengujian berkala (KIR) kendaraan, stiker dan penyediaan akses Digital
Dashboard; masa transisi diberikan waktu 2 bulan setelah 1 April 2017 atau 1 Juni
2017.

Sedangkan untuk pemberlakuan poin penetapan tarif batas atas dan batas bawah,
kuota, pengenaan pajak, dan penggunaan nama pada STNK, masa transisi diberikan
selama 3 bulan untuk pemberlakuannya. Revisi terhadap Permenhub No.32/2016
dengan Permenhub No.26 Tahun 2017 ternyata tidak memberikan kepuasan kepada
pihak-pihak tertentu terutama penyelengara transportasi online karena dinilai
bertentangan dengan UU.No.22 Tahun 2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan
Raya

5. Apa yang saudara ketahui dengan regulasi dan pengawasan pertarifan angkutan
berbasis aplikasi online selama ini dan bagaimana sebaiknya sistem tarif nya dikelola
agar tidak merugikan masyarakat maupun pengemudinya?
Jawab:
Penetapan biaya didasarkan pada tarif batas atas dan batas bawah biaya berdasarkan usulan
Gubernur atau Kepala Badan, dan setelah dilakukan analisa, ditetapkan oleh Direktur
Jendral atas nama Menteri. Dan yang terbaru adalah Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia nomor satu. Pasal 28 PM 108 Tahun 2017 berbunyi:
1. Penetapan tarif transportasi sewa khusus. Berdasarkan kesepakatan antara pengguna
jasa dan penyedia jasa transportasi melalui penerapan teknologi Informasi berdasarkan
tarif batas atas dan tarif batas bawah.
2. Tarif batas atas dan tarif batas bawah yang ditentukan pada ayat (1) terhadap wilayah
operasi Angkutan sewa khusus yang melampaui 1 (satu) daerah provinsi berpedoman
pada tarif batas atas dan tarif batas bawah yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;
3. Tarif batas atas dan tarif batas bawah, kawasan angkutan khusus sewa sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
(Jabodetabek) didasarkan pada tarif batas atas dan tarif batas bawah yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal atas usul dari Kepala Badan.
4. Tarif batas atas dan tarif batas bawah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk
wilayah operasi Angkutan sewa khusus yang seluruhnya berada dalam 1 (satu) daerah
provinsi berpedoman pada tarif batas atas dan tarif batas bawah yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal atas usulan dari Gubernur; (5) Usulan tarif batas atas dan batas bawah
Angkutan sewa khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), terlebih
dahulu dilakukan pembahasan bersama seluruh pemangku kepentingan.

Anda mungkin juga menyukai