Anda di halaman 1dari 3

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan

Jalan, Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan dan
Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek.

Hukum Responsif pada Angkutan Umum dengan Aplikasi Berbasis Teknologi Informasi
Penggunaan Aplikasi Berbasis teknologi Informasi pada angkutan umum merupakan salah satu
bentuk peralihan masyarakat pada tahap yang lebih modern.
Saat ini Pemerintah telah membuat Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 32 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam
trayek. Berdasarkan analisis penulis, pelayanan Angkutan Umum dengan Aplikasi Berbasis
Teknologi Informasi, dalam Permen Perhub No. 32 Tahun 2016 telah mengakomodasi
penyelenggaraan angkutan umum dengan aplikasi berbasis teknologi informasi yang terdapat dalam
peraturan yang disebut diatas. Lebih lanjut Pasal 41 dijelaskan bahwa, Perusahaan / Lembaga
penyedia aplikasi berbasis Teknologi Informasi yang memfasilitasi dalam pemberian pelayanan
angkutan orang wajib bekerjasama dengan perusahaan angkutan umum yang telah memiliki izin
penyelenggaraan angkutan. Perusahaan / Lembaga penyedia aplikasi berbasis Teknologi Informasi
yang memfasilitasi dalam pemberian pelayanan angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat
tidak boleh bertindak sebagai penyelenggara angkutan umum. Data seluruh perusahaan angkutan
umum yang bekerjasama. Pasal 42 berbunyi, Dalam hal perusa-haan/Lembaga penyedia aplikasi
berbasis Teknologi Informasi sebagaimana dimak-sud dalam Pasal 41 melakukan usaha di bidang
penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek, wajib
mengikuti ketentuan di bidang pengusahaan angkutan umum sebagaimana dalam Pasal 21, Pasal 22
dan Pasal 23. Kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain.Lalu lintas di
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di
ruang lalu lintas jalan, sedang yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas
pendukung Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang
selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan
rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan
menyangkut arah lalu lintas, perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan
pengendalian arus di persimpangan.

Hukum berusaha untuk melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan


kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepen-tingannya tersebut. Dalam membuat
peraturan hukum Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Angkutan Jalan.dalam hal ini Peraturan Menteri Perhu-bungan RI Nomor 32 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek pemerintah
berusaha untuk melayani kebutuhan masyarakat. Pemerin-tah dalam Pembuatan hukum dan pene-
rapan hukum tidak lagi berdasarkan tujuannya sendiri, melainkan arti pentingya merupakan akibat
dari tujuan sosial yang lebih besar yang dilayaninya yaitu masya-rakat. Prinsip pemerintah Indonesia
dalam membuat aturan hukum sesuai dengan teori hukum responsif yang dikemukakan oleh Nonet-
Selznick. Nonet dan Selznick lewat hukum responsif, menempatkan hukum sebagai sarana respons
terhadap ketentuan-ketentuan sosial dan aspirasi publik.
Hal ini membawa dampak gejolak pengusaha Taxi konvensional yang diakibatkan perubahan
perilaku konsumen yang memilih menggunakan angkutan umum dengan aplikasi berbasis teknologi
informasi. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 32 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek
mengakomodasi munculnya teknologi baru tersebut seperti yang tertuang dalam Pasal 40, Pasal 41
dan Pasal 42. Pemerintah Indonesia dalam membuat hukum telah sesuai dengan teori hukum
responsif yang dikemukakan oleh Nonet-Selznick. Hukum dan Perubahan Sosial.

Dalam Undang-Undang tersebut memuat point yang terdapat hukum responsive yakni
memberikan maanfaat langsung untuk ketertiban masyarakat, memberikan nilai kebaikan masyarakat
untuk patuh terhaddap hukum khususnya undang-undang ini sehingga terciptanya keamanan dan
kenyamanan bagi masyarakat dalam berkendaraan, hal ini pun termuat dalam pasal 3 huruf a, b, dan
c. yang mana menurut pemahaman saya bahwa telah memiliki nilai hukum responsive.

Anda mungkin juga menyukai