DISUSUN
OLEH
UNIVERSITAS TERBUKA
PEKANBARU
PENERAPAN PASAL 288 UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009
TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DALAM
MENANGGULANGI PELANGGARAN LALU LINTAS DI KABUPATEN
INDRAGIRI HULU
e-mail: martinnapitupulu14@gmail.com
Abstrak
Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas,
angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,
kendaraan, pengemudi, pengguna jalan serta pengelolaannya. Namun saat ini perilaku orang
dalam penggunaan jalan mengalami hal kompleks seperti perilaku pengendara bermotor,
pelanggaran lalu lintas, dan kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu masalah yang timbul di
jalanpun semakin banyak, dimana sering terjadi pelanggaran lalu lintas dan rawan kecelakaan.
Maka untuk mengatur arus lalu lintas yang baik, dibuatlah peraturan oleh pemerintah yaitu UU
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan dalam karya ilmiah ini khusus
membahas tentang Pasal 288. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis, yaitu
penelitian yang berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori mengenai proses terjadinya dan
mengenai proses bekerjanya hukum dalam masyarakat. Dalam hal ini penulis meneliti Penerapan
Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam
Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas Penelitian ini dilakukan di Polres Indragiri Hulu dan
Kabupaten Indragiri Hulu. Alat pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penilitian ini
adalah wawancara, dan Studi kepustakaan. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode
penelitian Deskriptif Analitik yaitu suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum.Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009
tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Indragiri Hulu telah efektif karena angka
pelanggaran roda 2 dan roda 4 pada Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 dari tahun 2018-2019
menurun. Maka agar penerapan Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 lebih efektif maka diharapkan
kepolisian dan pihak terkait lebih rutin mensosialisasikan pentingnya Pasal 288 UU No. 22 Tahun
2009 Tentang LLAJ.
Kata Kunci : Efektifitas SIM, STNK, Surat Uji Berkala.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara berkembang di kawasan asia yang memiliki jumlah
penduduk yang besar, hal ini mengakibatkan keadaan di sejumlah daerah semakin padat.
Kepadatan penduduk tentunya juga berkaitan dengan sistem transportasi. Sistem transportasi
merupakan elemen dasar yang berpengaruh pada pola pengembangan suatu daerah, sistem
transportasi ini sebagai stimulus atau pemicu akan adanya perkembangan suatu daerah.
Pengembangan transportasi memainkan peranan penting dalam kebijakan dan program
pemerintah. Adanya pengembangan transportasi ini diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan
suatu daerah oleh karena itu, diperlukan adanya sarana dan prasarana transportasi yang memadai
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sementara itu perilaku orang dalam penggunaan jalan
pada saat ini mengalami hal-hal yang sangat kompleks, mulai dari perilaku pengendara kendaraan
bermotor, pelanggaran lalu lintas, kepadatan dan kemacetan lalu lintas..
Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen – komponen. Komponen
utama yang pertama atau suatu sistem head way (waktu antara dua kendaraan yang berurutan
ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana infrastruktur dan
sarana dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu : jaringan jalan, pelengkap jalan, fasilitas jalan,
angkutan umum dan pribadi, dan jenis kendaraan lain yang menyelenggarakan proses
pengangkutan, yaitu memindahkan orang atau bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang
dibatasi jarak tertentu.
Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai karakteristik dan keunggulan sendiri perlu
dikembangkan dan dimanfaatkan. Pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan yang ditata dalam
suatu kesatuan sistem, dilakukan dengan mengintegrasikan dan mendinamiskan unsur-unsurnya
yang terdiri dari jaringan transportasi jalan, kendaraan beserta pengemudinya, serta peraturan-
peraturan, prosedur dan metode sedemikian rupa sehingga terwujud suatu totalitas yang lebih,
berdaya guna dan berhasil guna.
Kenyataannya menunjukkan, bahwa masalah lalu lintas adalah masalah yang banyak
menimbulkan persoalan, karena masalah ini menyangkut ketertiban dan keamanan dalam
masyarakat. Hal ini muncul dan bahkan meningkat dari tahun ke tahun, terjadinya kecelakaan lalu
lintas karena meningkatnya arus lalu lintas pada umumnya disebabkan oleh kelalaian yang di
lakukan pengemudi yang bertindak sembarangan. Selain itu keadaan fasilitas yang belum
memadai serta belum adanya kesadaran sepenuhnya masyarakat dalam berlalu lintas.
Masyarakat seharusnya mempunyai peran yang sangat kuat dalam negara sebagai
penyeimbang dari kekuasaan negara yang menjalankan tugas dan wewenang pemerintah dalam
menjaga kedamaian, keamanan dan ketertiban demi kepentingan bersama, karena masyarakat
terlibat hampir dalam segala bidang.
Peraturan hukum merupakan pembadanan dari norma hukum dan juga peraturan hukum
merupakan cara yang paling sempurna, dibandingakan dengan cara-cara pembadanan yang lain
itu. Peraturan hukum merupakan sarana yang paling lengkap untuk mengutarakan apa yang
dikehendaki oleh norma hukum
Pembaharuan di bidang hukum salah satu perwujudannya adalah dengan dibuatnya UU
No. 22 Tahun 2009. Namun dengan dibuatnya undang- undang ini ternyata banyak belum bisa
mengurangi angka pelanggaran lalu lintas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi undang-
undang di masyarakat, sehingga masyarakat menanggapi undang-undang ini dengan rasa tidak
terlalu penting.
Ketentuan-ketentuan pidana pada Bab XX Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 yang berisi :
1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dilengkapi
dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan
Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat
menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
3) Setiap orang yang mengemudikan mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang,
kereta gandengan, dan kereta tempelan yang tidak dilengkapi dengan surat keterangan
uji berkala dan tanda lulus uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5)
huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling
banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
Dari penjelasan pasal diatas cukup jelas mengatur tentang “Perizinan” dalam berkendara di
jalan raya, karena pasal 288 UU No. 22 tahun 2009 telah mengatur unsur-unsur penting terkait
izin dalam berkendara di lalu lintas perkotaan khususnya Kabupaten Indragiri Hulu.
METODOLOGI
Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk mengidentifikasi atau mengevaluasi
Pelaksanaan jual beli online Penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Indragiri Hulu. Alat pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penilitian ini adalah wawancara, dan Studi kepustakaan. Pada penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian Deskriptif Analitik yaitu suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum.Penulis melakukan penelitian di wilayah hukum Polres Indragiri Hulu
tepatnya di Kabupaten Indragiri Hulu. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dan
informasi dalam penelitian ini, dilakukan tehnik pengumpulan data yaitu : wawancara, dan kajian
kepustakaan. Data yang dikumpulkan langsung dari wawancara, dan kajian kepustakaan yang
merupakan identitas responden yang digolongkan kedalam data primer. Data sekunder dari
penelitian ini adalah jawaban dari data yang diperoleh melalui kepustakaan yang bersifat
mendukung data primer.
Data dan bahan yang telah terkumpul dan diperoleh dari penelitian akan diolah, disusun dan
dianalisa secara kuantitatif pengolahan data secara kuantitatif merupakan tata cara penelitian yang
menghasilkan penelitian data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau
lisan dan fakta-fakta dilapangan dipelajari serta dituangkan pada hasil penelitian ini serta dengan
menggunakan metode deduktif dengan cara menganalisis dari permasalahan yang bersifat umum
terhadap hal-hal yang bersifat khusus.
HASIL
Adapun evaluasi dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Tinjauan Kecelakaan Lalu Lintas Dikaitkan Dengan Pasal 288 Undang-Undang No. 22
Tahun 2009
2. Efektivitas Penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Dalam
Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas Di Kabupaten Indragiri Hulu di Tinjau dari
Jumlah Pelanggar
Kecelakaan lalu lintas pada umumnya terjadi karena berbagai faktor penyebab yang
bekerja secara serempak, seperti pelanggaran atau sikap tidak hati-hati dari para pengguna jalan
(pengemudi dan pejalan), kondisi jalan, kondisi kendaraan, cuaca serta pandangan yang
terhalang. Kesalahan pengemudi merupakan faktor utama dalam banyak kecelakaan antara
kelelahan, kelengahan, kekurang hati-hatian, dan kejemuan. Berikut jumlah kecelakaan lalu
lintas pada tahun 2019, 2020, 2021 di Kabupaten Indragiri Hulu
Tabel 1. Jumlah Kecelakaan lalu Lintas di Kabupaten Indragiri Hulu
Faktor Kendaraan
Salah satu faktor yang berkontribusi pada kejadian kecelakaan lalu lintas adalah
kendaraan bermotor yang digunakan, banyak kendaraan yang digunakan masyarakat tidak
dalam kondisi aman untuk digunakan. Seperti perlengkapan kendaraan yang tidak sesuai
persyaratan,
FEBRUARI 63 26 0
MARET 136 10 0
APRIL 149 54 0
MEI 48 14 0
JUNI 12 1 0
JULI 116 89 0
APRIL 190 97 1
MEI 27 22 0
JUNI 24 36 0
JULI 41 43 0
SEPTEMBER 60 73 0
OKTOBER 78 44 0
NOVEMBER 89 16 0
DESEMBER 0 0 0
MEI 16 2 0
Tabel 4. Jumlah Pelanggaran Pasal
288 UU No. 22 Tahun 2009 Tahun
JUNI 58 0 0
2021
JULI 64 3 0
AGUSTUS 56 18 0
SEPTEMBER 223 31 0
OKTOBER 111 42 0
NOVEMBER 298 53 0
DESEMBER 32 11 0
PEMBAHASAN
Kecelakaan lalu lintas terjadi akibat adanya kelalaian maupun kesalahan dari orang atau
pengemudi yang terjadi pada suatu kejadian dan dipengaruhi oleh banyak faktor, berikut beberapa
peringatan kecelakaan lalu lintas dan kaitan dengan Pasal 288 Undang-Undang No.22 Tahun 2009.
Menurut Pasal 1 angka 24 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ yang
dimaksud dengan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan/atau kerugian harta benda……………………………………………………..
Kecelakaan lalu lintas yang tidak di sengaja dan tidak disangka-sangka dengan akibat luka-
luka, kerusakan benda dan kematian, dikarenakan akibat dari kecelakaan lalu lintas sangat
berbahaya dan merugikan, baik harta maupun nyawa maka kesadaran akan tertib berlalu lintas
sangat untuk dimengerti dan dilakukan secara benar penerapannya.
Kecelakaan sedikit banyak dipengaruhi oleh Pasal 288 ayat (2) Undang- Undang No. 22
Tahun 2009 Tentang LLAJ, yang mengatur tentang SIM ( Surat Izin Mengemudi) yang dimana
memberi izin kepada seseorang yang telah lulus ujian teori dan praktek secara resmi dan di anggap
layak dan diberi izin oleh negara untuk mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya, untuk
menekan banyaknya masyarakat yang tidak memiliki SIM tetapi membawa kendaraan dijalan raya.
Banyak alasan dan faktor seseorang tidak memiliki SIM yaitu umur yang belum mencukupi,
dianggap belum mampu berkendara di jalan raya dan tidak lulus ujian teori dan praktek pada saat
pembuatan SIM.
Pasal 288 ayat (2) Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ bertujuan menekankan
agar hanya orang yang sudah lulus secara teori dan praktek, bisa bertanggung jawab dan yang
memiliki izin berkendara yang boleh mengendarai kendaraan di jalan raya, agar menekan dan
mengurangi angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang disebabkan oleh pengendara yang
lalai di karenakan oleh banyak faktor. Pasal ini menerapkan sistem denda untuk mengontrol
jumlah masyarakat yang tidak memiliki SIM yang berkendara di jalan raya dan menekan
angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang dikarenakan belum cakapnya pengemudi
tersebut bekendara.
Kecelakaan lalu lintas juga sedikit banyak dipengaruhi oleh Pasal 288 ayat (3) Undang-
Undang No. 22 Tahun 2009, yang berisi tentang surat uji kelayakan dan uji berkala kendaraan
umum, kereta barang, dan mobil barang, karena sebuah kelayakan kendaraan umum, kereta
gandeng, dan mobil barang dapat mempengaruhi angka kecelakaan lalu lintas, faktor tersebut
erat kaitanya dengan kondisi kendaraan yang dipakai berkendara di jalan raya, karena kondisi
kendaraan yang baik tentunya dapat mendukung mobilitas yang baik, tidak menyebabkan
kecelakaan baik bersifat kecelakaan besar yang berkaitan hilangnya nyawa, maupun kecelakaan
kecil yang hanya berakibat luka-luka.
Pasal 288 ayat (2) & (3) Undang- Undang No. 22 Tahun 2009 sedikit banyak
mempengaruhi angka dari kecelakaan lalu lintas di Indonesia, sementara di ayat (1) Undang-
Undang ini di rasa tidak mempengaruhi tingkat kecelakaan lalu lintas di Indonesia, itulah yang
menjadi alasan adanya kaitan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ
dalam mempengaruhi angka pelanggaran lalu lintas yang berakibat meingkatnya angka
kecelakaan lalu lintas di jalan raya, terlepas dari banyaknya faktor yang ikut medukung tinggi
atau rendah angka kecelakaan lalu lintas tersebut.
Ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama-
tama harus dapat mengukur sejauh mana hukum itu ditaati oleh sebagian besar target yang
menjadi sasaran ketaatannya, kita akan mengatakan bahwa aturan hukum yang bersangkutan
adalah efektif. Namun demikian, sekalipun dikatakan aturan yang ditaati itu efektif, tetapi kita
tetap masih dapat mempertanyakan lebih jauh derajat efektivitasnya karena seorang menaati
atau tidak suatu aturan hukum tergantung pada kepentingannya.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia ditemukan pembedaan antara
kejahatan dan pelanggaran. Segala bentuk kejahatan diatur dalam buku II KUHP sedangkan
pelanggaran diatur dalam buku III KUHP yang dibedakan secara prinsip yaitu:
1. Kejahatan sanksi hukumnya lebih berat dari pelanggaran, yaitu berupa hukuman badan
(penjara) yang waktunya lebih lama.
2. Percobaan melakukan kejahatan dihukum sedangkan pada pelanggaran percobaan
melakukan pelanggaran tidak dihukum.
3. Tenggang waktu daluarsa bagi kejahatan lebih lama dari pada pelanggaran.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelanggaran adalah :
1. Perbuatan yang bertentangan dengan apa yang secara tegas dicantumkan dalam undang-
undang pidana.
2. Pelanggaran merupakan tindak pidana yang lebih ringan dari kejahatan baik perbuatan
maupaun hukumannya.
Pengertian pelanggaran sendiri sudah dijabarkan secara jelas di atas, secara sederhana dapat
dikatakan bahwa pelanggaran lalu lintas adalah ketidakpatuhan terhadap suatu aturan yang
dibuat oleh pemerintahan terkait dalam ruang lingkup berlalu-lintas yang benar. Pelanggaran
lalu lintas di Indonesia sering disebut oleh masyarakat dengan kata tilang, padahal bila kita
melihat lebih jelas kata tilang itu sendiri mempunyai arti yang berbeda dari pengertian yang
berkembang di masyarakat, tilang sendiri sebenarnya memiliki arti sebagai bukti pelanggaran,
yang berbentuk selembar kertas yang berisi identitas pelanggar, pasal yang dilanggar, jumlah
denda, dan tanggal persidangan di pengadilan.
Dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran dapat diselesaikan dengan melalui
peradilan cepat dan sederhana, peradilan cepat dan sederhana diterapkan Karena pada saat
terjadinya pelanggaran lalu lintas baik dari pelanggar, barang bukti,maupun penyidik sudah
berada di tempat kejadian perkara sehingga penyidik dapat langsung menjatuhkan sanksi
Sesuai dengan pasal pelanggaran pelaku yang telah tertuang dalam peraturan perundang-
undangan.
Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan dengan sengaja maupun dengan kealpaannya,
diharuskan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya karena kesengajaan atau kealpaan
merupakan unsur kesalahan, yang terdapat dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan. Dalam pasal 316 ayat (1) Undang-Undang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan terdapat pasal-pasal yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang
dikategorikan sebagai pelanggaran lalu lintas
KESIMPULAN
Berdasarkan dengan hasil wawancara dan keterangan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kecelakaan lalu lintas sedikit banyak dipengaruhi oleh Pasal 288 Ayat (2) Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengatur tentang SIM
yang di mana memberi ijin kepada seseorang yang telah lulus ujian teori dan praktek secara
resmi dan layak berkendara di jalan raya, agar menekan dan mengurangi angka kecelakaan
lalulintas di jalan raya yang disebabkan oleh pengendara yang lalai. Pasal ini menerapkan
sistem denda untuk mengontrol jumlah masyarakat yang tidak memiliki SIM berkendara di
jalan raya.Kecelakaan lalu lintas juga sedikit banyak dipengaruhi oleh Pasal 288 Ayat (3)
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 yang berisi tentang surat uji kelayakan dan uji berkala
kendaraan umum, yang erat kaitannya dengan kondisi kendaraan yang dipakai berkendara
di jalan raya karena kondisi kendaraan yang baik tentunya dapat mendukung mobilitas yang
baik dan tidak menyebabkan kecelakaan besar yang menyebabkan hilangnya nyawa dan
kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka.
2. Penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan sudah efektif dalam menaggulangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten
Indragiri Hulu, hal ini dapat dilihat dari: Jumlah pelanggar lalu lintas yang mengalami
penurunan yang signifikan dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2021. Penurunan
pelanggaran tersebut di karenakan masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu sudah sadar dan
mematuhi peraturan dalam berlalu lintas dijalan raya dan kesadaran akan kelayakan
kendaraan angkutan umum maupun kendaraan angkutan barang
SARAN
Dari hasil kesimpulan yang telah penulis kemukakan diatas, maka saran penulis
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh tidak adanya SIM
dan tidak adanya uji berkala kendaraan (STUJ) menurun diharapkan agar
masyarakat dapat mematuhi Ayat (2) dan (3) pada Pasal 288 Undang- Undang
No. 22 Tahun 2009 yang mengatur tentang SIM dan uji berkala kendaraan umum,
dan pihak terkait lebih gencar lagi memberikan sosialisasi dalam berlalulintas dan
2. Untuk penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 agar lebih
efektif, pihak kepolisian dan pihak-pihak terkait dalam penerapan Pasal 288
T, Tjahjono. 2011. Analisis Keselamatan Lalu Lintas Jalan (Ed. Ke-1), Lubuk Agung.
Bandung
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1993 Tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di
Jalan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2012 Tentang Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Negara Indonesia
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan