Anda di halaman 1dari 16

KARYA ILMIAH

PENERAPAN PASAL 288 UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009


TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DALAM
MENANGGULANGI PELANGGARAN LALU LINTAS DI KABUPATEN
INDRAGIRI HULU

DISUSUN

OLEH

MARTIN SAUT PERDANA NAPITUPULU


NIM: 041089686

UNIVERSITAS TERBUKA

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITA TERBUKA

PEKANBARU
PENERAPAN PASAL 288 UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009
TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DALAM
MENANGGULANGI PELANGGARAN LALU LINTAS DI KABUPATEN
INDRAGIRI HULU

MARTIN SAUT PERDANA NAPITUPULU


NIM: 041089686

e-mail: martinnapitupulu14@gmail.com

Abstrak
Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas,
angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,
kendaraan, pengemudi, pengguna jalan serta pengelolaannya. Namun saat ini perilaku orang
dalam penggunaan jalan mengalami hal kompleks seperti perilaku pengendara bermotor,
pelanggaran lalu lintas, dan kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu masalah yang timbul di
jalanpun semakin banyak, dimana sering terjadi pelanggaran lalu lintas dan rawan kecelakaan.
Maka untuk mengatur arus lalu lintas yang baik, dibuatlah peraturan oleh pemerintah yaitu UU
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan dalam karya ilmiah ini khusus
membahas tentang Pasal 288. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis, yaitu
penelitian yang berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori mengenai proses terjadinya dan
mengenai proses bekerjanya hukum dalam masyarakat. Dalam hal ini penulis meneliti Penerapan
Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam
Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas Penelitian ini dilakukan di Polres Indragiri Hulu dan
Kabupaten Indragiri Hulu. Alat pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penilitian ini
adalah wawancara, dan Studi kepustakaan. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode
penelitian Deskriptif Analitik yaitu suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum.Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009
tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Indragiri Hulu telah efektif karena angka
pelanggaran roda 2 dan roda 4 pada Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 dari tahun 2018-2019
menurun. Maka agar penerapan Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 lebih efektif maka diharapkan
kepolisian dan pihak terkait lebih rutin mensosialisasikan pentingnya Pasal 288 UU No. 22 Tahun
2009 Tentang LLAJ.
Kata Kunci : Efektifitas SIM, STNK, Surat Uji Berkala.

PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara berkembang di kawasan asia yang memiliki jumlah
penduduk yang besar, hal ini mengakibatkan keadaan di sejumlah daerah semakin padat.
Kepadatan penduduk tentunya juga berkaitan dengan sistem transportasi. Sistem transportasi
merupakan elemen dasar yang berpengaruh pada pola pengembangan suatu daerah, sistem
transportasi ini sebagai stimulus atau pemicu akan adanya perkembangan suatu daerah.
Pengembangan transportasi memainkan peranan penting dalam kebijakan dan program
pemerintah. Adanya pengembangan transportasi ini diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan
suatu daerah oleh karena itu, diperlukan adanya sarana dan prasarana transportasi yang memadai
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sementara itu perilaku orang dalam penggunaan jalan
pada saat ini mengalami hal-hal yang sangat kompleks, mulai dari perilaku pengendara kendaraan
bermotor, pelanggaran lalu lintas, kepadatan dan kemacetan lalu lintas..
Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen – komponen. Komponen
utama yang pertama atau suatu sistem head way (waktu antara dua kendaraan yang berurutan
ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana infrastruktur dan
sarana dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu : jaringan jalan, pelengkap jalan, fasilitas jalan,
angkutan umum dan pribadi, dan jenis kendaraan lain yang menyelenggarakan proses
pengangkutan, yaitu memindahkan orang atau bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang
dibatasi jarak tertentu.
Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai karakteristik dan keunggulan sendiri perlu
dikembangkan dan dimanfaatkan. Pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan yang ditata dalam
suatu kesatuan sistem, dilakukan dengan mengintegrasikan dan mendinamiskan unsur-unsurnya
yang terdiri dari jaringan transportasi jalan, kendaraan beserta pengemudinya, serta peraturan-
peraturan, prosedur dan metode sedemikian rupa sehingga terwujud suatu totalitas yang lebih,
berdaya guna dan berhasil guna.
Kenyataannya menunjukkan, bahwa masalah lalu lintas adalah masalah yang banyak
menimbulkan persoalan, karena masalah ini menyangkut ketertiban dan keamanan dalam
masyarakat. Hal ini muncul dan bahkan meningkat dari tahun ke tahun, terjadinya kecelakaan lalu
lintas karena meningkatnya arus lalu lintas pada umumnya disebabkan oleh kelalaian yang di
lakukan pengemudi yang bertindak sembarangan. Selain itu keadaan fasilitas yang belum
memadai serta belum adanya kesadaran sepenuhnya masyarakat dalam berlalu lintas.
Masyarakat seharusnya mempunyai peran yang sangat kuat dalam negara sebagai
penyeimbang dari kekuasaan negara yang menjalankan tugas dan wewenang pemerintah dalam
menjaga kedamaian, keamanan dan ketertiban demi kepentingan bersama, karena masyarakat
terlibat hampir dalam segala bidang.
Peraturan hukum merupakan pembadanan dari norma hukum dan juga peraturan hukum
merupakan cara yang paling sempurna, dibandingakan dengan cara-cara pembadanan yang lain
itu. Peraturan hukum merupakan sarana yang paling lengkap untuk mengutarakan apa yang
dikehendaki oleh norma hukum
Pembaharuan di bidang hukum salah satu perwujudannya adalah dengan dibuatnya UU
No. 22 Tahun 2009. Namun dengan dibuatnya undang- undang ini ternyata banyak belum bisa
mengurangi angka pelanggaran lalu lintas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi undang-
undang di masyarakat, sehingga masyarakat menanggapi undang-undang ini dengan rasa tidak
terlalu penting.
Ketentuan-ketentuan pidana pada Bab XX Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 yang berisi :

1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dilengkapi
dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan
Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat
menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
3) Setiap orang yang mengemudikan mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang,
kereta gandengan, dan kereta tempelan yang tidak dilengkapi dengan surat keterangan
uji berkala dan tanda lulus uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5)
huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling
banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
Dari penjelasan pasal diatas cukup jelas mengatur tentang “Perizinan” dalam berkendara di
jalan raya, karena pasal 288 UU No. 22 tahun 2009 telah mengatur unsur-unsur penting terkait
izin dalam berkendara di lalu lintas perkotaan khususnya Kabupaten Indragiri Hulu.

Di dalam menyusun peraturan perundang-undangan dan untuk mempertegas petunjuk


pelaksanaan melalui peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 tentang
angkutan jalan yang bersumber pada Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 terlebih dahulu harus
dimengerti landasan sosiologisnya. Apabila gejala itu tidak dipahami, maka cepat atau lambat
Undang- Undang No. 22 Tahun 2009 akan menjadi peraturan yang mati karena tujuan
dibentuknya undang-undang agar tegaknya keadilan, kebenaran dan ketertiban dalam masyarakat
yang diarahkan untuk kesadaran hukum, kepastian hukum guna mewujudkan tatanan hukum
nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional.
Menjadi poin penting yang dirasa penulis ialah kesadaran masyarakat itu sendiri tentang
pentingnya kesadaran hukum di dalam berkendara di jalan raya, masyarakat juga ikut menjadi
peran penting di dalam penegakan hukum di Indonesia, yang menjadi contoh nyata kurangnya
kesadaran hukum masyarakat tentang berlalu-lintas ialah seringnya petugas menanyakan
kelengkapan surat-surat (SIM & STNK) saat seseorang diberhentikan oleh petugas polisi lalu
lintas. Hal ini mengindikasikan masyarakat Indonesia tidak atau belum mengetahui pentingnya
kesadaran hukum dalam berlalu lintas. Hal ini sangat berkaitan dengan tingginya angka
pelanggaran lalu lintas khususnya di kabupaten Indragiri Hulu.
Faktor-faktor yang menyebabkan warga masyarakat menyimpang atau bahkan
menyeleweng, ada penyimpangan terjadi karena nilai-nilai dan kaidah yang berlaku sudah
dianggap tidak dapat menampung kepentingan warga masyarakat pada umumnya.
Selama ini secara implisit muncul pendirian yang dianggap sangat menyesatkan dan
mungkin juga berbahaya di sebagian masyarakat bahwa melakukan pelanggaran itu tidak apa-
apa dan boleh saja asal tidak ketahuan polisi, tidak perlu menaati rambu-rambu lalu lintas kalau
tidak ada polisi. Akibat pemiSTUJan yang menyesatkan itu maka dengan sangat mudah
dijumpai berbagai pelanggaran lalu lintas seperti berkendara melawan arus, menerobos lampu
merah, memarSTUJkan kendaraan di tempat yang memiliki rambu-rambu dilarang parSTUJ
dan tidak melengkapi surat-surat kendaraan. Pelanggaran- pelanggaran seperti ini sebenarnya
tidak perlu terjadi apabila telah ada kesadaran hukum di kalangan masyarakat dalam berlalu
lintas dengan baik dan benar.
Mengingat pentingnya ketertiban lalu lintas demi kelancaran dan keamanan para
pengguna jalan pada umumnya, maka perlu diupayakan tumbuhnya rasa untuk menaati aturan,
semangat untuk menjaga ketertiban, dan menghormati hak orang lain dalam berlalu lintas.
Selain itu, langkah-langkah penegakan hukum oleh publik diharapkan akan tercipta keadaan
tertib hukum di bidang lalu lintas dan angkutan jalan raya sehingga berbagai pelanggaran lalu
lintas dapat ditekan jumlahnya sekecil mungkin. Oleh karena itu Kepolisian memiliki peran
penting dalam meningkatkan kedisiplinan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diberikan adalah ”
Bagaimana Efektivitas Penerapan Pasal 288 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dalam Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas di Kabupaten Indragiri Hulu ?”

METODOLOGI
Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk mengidentifikasi atau mengevaluasi
Pelaksanaan jual beli online Penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Indragiri Hulu. Alat pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penilitian ini adalah wawancara, dan Studi kepustakaan. Pada penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian Deskriptif Analitik yaitu suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum.Penulis melakukan penelitian di wilayah hukum Polres Indragiri Hulu
tepatnya di Kabupaten Indragiri Hulu. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dan
informasi dalam penelitian ini, dilakukan tehnik pengumpulan data yaitu : wawancara, dan kajian
kepustakaan. Data yang dikumpulkan langsung dari wawancara, dan kajian kepustakaan yang
merupakan identitas responden yang digolongkan kedalam data primer. Data sekunder dari
penelitian ini adalah jawaban dari data yang diperoleh melalui kepustakaan yang bersifat
mendukung data primer.
Data dan bahan yang telah terkumpul dan diperoleh dari penelitian akan diolah, disusun dan
dianalisa secara kuantitatif pengolahan data secara kuantitatif merupakan tata cara penelitian yang
menghasilkan penelitian data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau
lisan dan fakta-fakta dilapangan dipelajari serta dituangkan pada hasil penelitian ini serta dengan
menggunakan metode deduktif dengan cara menganalisis dari permasalahan yang bersifat umum
terhadap hal-hal yang bersifat khusus.
HASIL
Adapun evaluasi dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Tinjauan Kecelakaan Lalu Lintas Dikaitkan Dengan Pasal 288 Undang-Undang No. 22
Tahun 2009
2. Efektivitas Penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Dalam
Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas Di Kabupaten Indragiri Hulu di Tinjau dari
Jumlah Pelanggar
Kecelakaan lalu lintas pada umumnya terjadi karena berbagai faktor penyebab yang
bekerja secara serempak, seperti pelanggaran atau sikap tidak hati-hati dari para pengguna jalan
(pengemudi dan pejalan), kondisi jalan, kondisi kendaraan, cuaca serta pandangan yang
terhalang. Kesalahan pengemudi merupakan faktor utama dalam banyak kecelakaan antara
kelelahan, kelengahan, kekurang hati-hatian, dan kejemuan. Berikut jumlah kecelakaan lalu
lintas pada tahun 2019, 2020, 2021 di Kabupaten Indragiri Hulu
Tabel 1. Jumlah Kecelakaan lalu Lintas di Kabupaten Indragiri Hulu

Tahun Jumlah Kecelakaan

2019 136 kasus

2020 117 kasus

2021 119 kasus

Sumber: Satlantas Polres Indragiri Hulu


Laka lantas itu dialami berbagai jenis kendaraan dan disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti kerusakan jalan, human error, dan kelaikan kendaraan.

 Faktor Manusia ( Pengemudi)


Manusia sebagai pengguna jalan dapat dibagi menjadi 2 golongan yakni pengemudi dan
pejalan kaki, pejalan kaki dapat menjadi korban kecelakaan dan penyebab kecelakaan lalu
lintas sedangkan pengemudi merupakan penyebab kecelakaan yang utama, Menurut Barbara
Sabey, bahwa faktor manusia memegang peran penting dalam kecelakaan lalu lintas.
Kemampuan pengemudi dalam upaya menghindari kecelakaan bergantung pada tingkat
kemahirannya, ketepatan mengambil putusan dalam melakukan antisipasi terhadap konflik lalu
lintas yang akan dihadapi, alur berpiSTUJ yang runtut, dan kesehatan jasmani.

 Faktor Kendaraan
Salah satu faktor yang berkontribusi pada kejadian kecelakaan lalu lintas adalah
kendaraan bermotor yang digunakan, banyak kendaraan yang digunakan masyarakat tidak
dalam kondisi aman untuk digunakan. Seperti perlengkapan kendaraan yang tidak sesuai
persyaratan,

 Faktor Lingkungan Jalan


Faktor kondisi jalan sangat berpengaruh sebagai penyebab kecelakaan lalu lintas.
Kondisi jalan yang rusak dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas, begitu pula dengan
tidak berfungsinya marka jalan secara optimal dapat menyebababkan kecelakaan lalu lintas,
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 3 supir mobil truck tentang faktor penyebab kecelakaan
ditemukan fakta bahwa ada beberapa hal yang menjadi penyebab kecelakaan adalah:
1. Faktor Manusia, yakni Kurang Antisipasi atau pengemudi yang tidak mampu
memperSTUJakan bahaya yang mungkin terjadi sehubung dengan kondisi kendaraan dan
lingkungan (kendaraan lain), lengah atau tidak fokus, melakukan kegiatan lain sambil
mengemudi contohnya, menyalakan rokok, mengambil sesuatu atau mengunakan HP saat
mengemudi kendaraan, dan mengantuk pada saat Mengemudi
2. Faktor Kendraan, yakni Ban Pecah, Rem Blong, Kerusakan Mesin
3. Faktor Lingkungan Jalan, yakni Kerusakan Jalan, Jalan Licin disebabkan karena Jalan
tersebut tertutup oleh air hujan, tumpahan oli kendaraan, minyak, lumpur, dan lain-lain, dan
Hewan ternak warga yang sering berkeliaran dijalan lintas.
Untuk Mengetahui seberapa efektif penerapan Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009,
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Satlantas Polres Indragiri Hulu, diperoleh
bahwa jumlah pelanggaran lalu lintas Pasal 288 dari Januari 2019 sampai tanggal 27 Desember
2021 adalah 11.345 kasus baik roda 2 dan roda 4 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2. Jumlah Pelanggaran Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 Tahun 2019
JUMLAH
BULAN PELANGGARAN
SIM STNK STUJ

JANUARI 241 104 2

FEBRUARI 63 26 0

MARET 136 10 0

APRIL 149 54 0

MEI 48 14 0

JUNI 12 1 0

JULI 116 89 0

AGUSTUS 395 355 2

SEPTEMBER 765 376 0

OKTOBER 190 137 0

NOVEMBER 786 478 3

DESEMBER 369 225 1

TOTAL 3.270 1.869 8

Sumber: Dakgar Satlantas Polres Indragiri Hulu, Desember


Hasil dari penelitian menunjukkan jumlah pelanggar Pasal 288 Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 pada tahun 2019, untuk roda 2 d a n r o d a 4 d a n r o d a 6 s e c a r a
k e s e l u r u h a n ada sebanyak 3.270 pelanggar yang tidak dapat menunjukan SIM (Surat Izin
Mengemudi) dan sebanyak 1.869 yang melakukan pelanggaran yang tidak dapat menunjukan
STNK, dan sebanyak 8 yang melakukan pelanggaran yang tidak dapat menunjukan STUJ, lalu
diperoleh total pelanggar Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 sebanyak 5.147
pelanggar.
Tabel 3. Jumlah Pelanggaran Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 Tahun 2020
JUMLAH
BULAN PELANGGARAN
SIM STNK STUJ

JANUARI 427 230 2

FEBRUARI 723 445 2

MARET 919 635 7

APRIL 190 97 1

MEI 27 22 0

JUNI 24 36 0

JULI 41 43 0

AGUSTUS 192 239 2

SEPTEMBER 60 73 0

OKTOBER 78 44 0

NOVEMBER 89 16 0

DESEMBER 0 0 0

TOTAL 2.770 1.880 14


Sumber : Dakgar Satlantas Polres Indragiri Hulu, Desember 2020
Hasil dari penelitian menunjukkan jumlah pelanggar Pasal 288 Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 pada tahun 2020 diperoleh bahwa, untuk roda 2 d a n r o d a 4 d a n r o d a 6
s e c a r a k e s e l u r u h a n ada sebanyak 2. 770 pelanggar yang tidak dapat menunjukan SIM
(Surat Izin Mengemudi) dan
JUMLAH
sebanyak 1.880 pelanggar yang
BULAN PELANGGARAN
tidak dapat menunjukan
SIM STNK STUJ
STNK, dan sebanyak 14 yang
melakukan pelanggaran
JANUARI 78 67 0
yang tidak dapat menunjukan
STUJ, lalu diperoleh total pelanggar
FEBRUARI 176 81 0
Pasal 288 Undang- Undang No. 22
Tahun 2009 sebanyak 4.664
MARET 0 69 0
pelanggar.
APRIL 40 5 0

MEI 16 2 0
Tabel 4. Jumlah Pelanggaran Pasal
288 UU No. 22 Tahun 2009 Tahun
JUNI 58 0 0
2021
JULI 64 3 0

AGUSTUS 56 18 0

SEPTEMBER 223 31 0

OKTOBER 111 42 0

NOVEMBER 298 53 0

DESEMBER 32 11 0

TOTAL 1.152 382 0


Sumber : Dakgar Satlantas Polres Indragirin Hulu, Desember 2021
Hasil dari penelitian menunjukkan jumlah pelanggar Pasal 288 Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 pada tahun 2021 diperoleh bahwa, untuk roda 2 d a n r o d a 4 d a n r o d a 6
s e c a r a k e s e l u r u h a n ada sebanyak 1.152 pelanggar yang tidak dapat menunjukan SIM
(Surat Izin Mengemudi) dan sebanyak 382 pelanggar yang tidak dapat menunjukan STNK,
dan sebanyak 0 pelanggar yang tidak dapat menunjukan STUJ, lalu diperoleh total pelanggar
Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 sebanyak 1.534 pelanggar.
Hasil dari riset yang dilakukan selama 7 (tujuh) hari di Polres Indragiri Hulu untuk
mengumpulkan data pelanggar lalu lintas pada Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009, data yang di
dapat lalu di hitung dan buat dalam bentuk tabulasi berisi jumlah pelanggaran pada Pasal 288 UU
No. 22 Tahun 2009 setiap bulannya mulai dari tahun 2019 hingga tangal 27 Desember 2021 untuk
dilihat dan di tinjau apakah Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 tersebut telah efektif atau belum
dalam rangka menaggulangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Indragir Hulu. Hasil tabulasi di
atas menunjukan bahwa pelanggaran pada Pasal 288 UU No. 22 Tahun 2009 pada tahun 2019
terdapat pelanggaran sebanyak 5.147, pada tahun 2020 sebanyak 4.664, pada tahun 2021 sebanyak
1.534. Jumlah pelanggar setiap tahunnya dimulai dari tahun 2019 sampai dengan 2021 mengalami
penurunan, dapat dilihat pada tahun 2019 ke tahun 2020 mengalami penurunan sebanyak 483 kasus,
dan dari tahun 2020 ke tahun 2021 mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni penurunan
3.130 kasus, hal ini merupakan penurunan angka yang terbilang besar, menurut data yang penulis
terima di tahun 2021 mobilisasi masyarakat Indragiri Hulu terbilang sangat minim sehingga
menekan angka pelanggran dan juga fokus dari Satuan Lalu Lintas Polres Indragiri Hulu pada saat
itu berfokus pada penanganan Covid-19 sehingga untuk penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas
kurang maksimal di setiap titik. Hasil riset menunjukan bahwa Pasal 288 UU No.22 Tahun 2009
telah efektif pelaksanaannya di Kabupaten Indragiri Hulu dikarenakan jumlah pelanggaran dari
tahun 2019 sampai dengan 2021 mengalami penurunan yang cukup signifikan, hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat sudah mulai sadar akan peraturan lalu lintas, dengan salah satu contoh membawa
SIM dan STNK saat ingin berkendara baik dekat maupun jauh, dan memiliki surat tanda uji
kelayakan kendaraan bermotor sebagai bukti kelayakan mobil angkutan barang dan angkutan
penumpang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bripka Asep Supriyanto,SH memberikan keterangan
bahwa berkaitan dengan efektivitas Pasal 288 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 ini
sudah terbilang efektif hal ini dapat dilihat dari kesadaran masyarakat untuk selalu membawa SIM
dan STNK setiap saat berpergian dan juga selalu membawa kelengkapann surat-surat berkendara
yang baik mulai dari pemasangan kaca spion, menggunakan helm, menghidupkan lampu dari hal
tersebut bisa kita simpulkan bahwa masyarakat sudah menyadari pentingnya membawa
kelengkapan surat-surat dan juga kelengkapan dalam berkendara saat berada di jalan raya.
Selanjutnya berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh Satuan Polisi Lalu Lintas dalam
menanggulangi pelanggaran lalu lintas di kabupaten Indragiri Hulu Bripka Asep Supriyanto, SH
mengatakan Upaya yang dilakukan dalam penerapan Pasal 288 ini ada dua pertama upaya
preventif yaitu polisi lalu lintas lakukan dengan membuat seminar, kunjungan, Penyuluhan
kepada masyarakat, membuat Baliho, memberikan teguran untuk pelanggar lalu lintas yang masih
di bawah umur walaupun tidak selalu kami lakukan kemudian untuk upaya represif yaitu ini lebih
ke penindakan seperti kita lakukan razia kemudian kita berikan surat teguran dulu baik secara
tulisan maupun lisan kemudian kita lakukan tilang dan juga mengangkat kendaraan bermotor bagi
yang tidak memiliki STNK.
Berkaitan dengan hambatan yang dialami Satuan Lalu Lintas Polres Indragiri Hulu dalam
pelaksanaan Pasal 288 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Bripka Asep Supriyanto, SH mengatakan yang menadi hambatan yang di hadapi untuk
penerapan Pasal 288 ini dalam upaya preventif masih selalu ada masyarakat yang belum sadar
dalam hal untuk membawa SIM dan STNK pada saat berkendara di jalan raya kemudian untuk
upaya represif, hambatan yang sering kita alami itu masih banyak masyarakat ini yang punya
kerabat dengan polisi jadi dia merasa kebal akan hukum pada saat ingin ditindak oleh polisi dia
menelfon kerabatnya ini untuk meminta pertolongan agar tidak di tilang atau ditindak oleh polisi

PEMBAHASAN

Kecelakaan lalu lintas terjadi akibat adanya kelalaian maupun kesalahan dari orang atau
pengemudi yang terjadi pada suatu kejadian dan dipengaruhi oleh banyak faktor, berikut beberapa
peringatan kecelakaan lalu lintas dan kaitan dengan Pasal 288 Undang-Undang No.22 Tahun 2009.
Menurut Pasal 1 angka 24 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ yang
dimaksud dengan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan/atau kerugian harta benda……………………………………………………..
Kecelakaan lalu lintas yang tidak di sengaja dan tidak disangka-sangka dengan akibat luka-
luka, kerusakan benda dan kematian, dikarenakan akibat dari kecelakaan lalu lintas sangat
berbahaya dan merugikan, baik harta maupun nyawa maka kesadaran akan tertib berlalu lintas
sangat untuk dimengerti dan dilakukan secara benar penerapannya.
Kecelakaan sedikit banyak dipengaruhi oleh Pasal 288 ayat (2) Undang- Undang No. 22
Tahun 2009 Tentang LLAJ, yang mengatur tentang SIM ( Surat Izin Mengemudi) yang dimana
memberi izin kepada seseorang yang telah lulus ujian teori dan praktek secara resmi dan di anggap
layak dan diberi izin oleh negara untuk mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya, untuk
menekan banyaknya masyarakat yang tidak memiliki SIM tetapi membawa kendaraan dijalan raya.
Banyak alasan dan faktor seseorang tidak memiliki SIM yaitu umur yang belum mencukupi,
dianggap belum mampu berkendara di jalan raya dan tidak lulus ujian teori dan praktek pada saat
pembuatan SIM.
Pasal 288 ayat (2) Undang-Undang No 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ bertujuan menekankan
agar hanya orang yang sudah lulus secara teori dan praktek, bisa bertanggung jawab dan yang
memiliki izin berkendara yang boleh mengendarai kendaraan di jalan raya, agar menekan dan
mengurangi angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang disebabkan oleh pengendara yang
lalai di karenakan oleh banyak faktor. Pasal ini menerapkan sistem denda untuk mengontrol
jumlah masyarakat yang tidak memiliki SIM yang berkendara di jalan raya dan menekan
angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang dikarenakan belum cakapnya pengemudi
tersebut bekendara.
Kecelakaan lalu lintas juga sedikit banyak dipengaruhi oleh Pasal 288 ayat (3) Undang-
Undang No. 22 Tahun 2009, yang berisi tentang surat uji kelayakan dan uji berkala kendaraan
umum, kereta barang, dan mobil barang, karena sebuah kelayakan kendaraan umum, kereta
gandeng, dan mobil barang dapat mempengaruhi angka kecelakaan lalu lintas, faktor tersebut
erat kaitanya dengan kondisi kendaraan yang dipakai berkendara di jalan raya, karena kondisi
kendaraan yang baik tentunya dapat mendukung mobilitas yang baik, tidak menyebabkan
kecelakaan baik bersifat kecelakaan besar yang berkaitan hilangnya nyawa, maupun kecelakaan
kecil yang hanya berakibat luka-luka.
Pasal 288 ayat (2) & (3) Undang- Undang No. 22 Tahun 2009 sedikit banyak
mempengaruhi angka dari kecelakaan lalu lintas di Indonesia, sementara di ayat (1) Undang-
Undang ini di rasa tidak mempengaruhi tingkat kecelakaan lalu lintas di Indonesia, itulah yang
menjadi alasan adanya kaitan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ
dalam mempengaruhi angka pelanggaran lalu lintas yang berakibat meingkatnya angka
kecelakaan lalu lintas di jalan raya, terlepas dari banyaknya faktor yang ikut medukung tinggi
atau rendah angka kecelakaan lalu lintas tersebut.
Ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama-
tama harus dapat mengukur sejauh mana hukum itu ditaati oleh sebagian besar target yang
menjadi sasaran ketaatannya, kita akan mengatakan bahwa aturan hukum yang bersangkutan
adalah efektif. Namun demikian, sekalipun dikatakan aturan yang ditaati itu efektif, tetapi kita
tetap masih dapat mempertanyakan lebih jauh derajat efektivitasnya karena seorang menaati
atau tidak suatu aturan hukum tergantung pada kepentingannya.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia ditemukan pembedaan antara
kejahatan dan pelanggaran. Segala bentuk kejahatan diatur dalam buku II KUHP sedangkan
pelanggaran diatur dalam buku III KUHP yang dibedakan secara prinsip yaitu:
1. Kejahatan sanksi hukumnya lebih berat dari pelanggaran, yaitu berupa hukuman badan
(penjara) yang waktunya lebih lama.
2. Percobaan melakukan kejahatan dihukum sedangkan pada pelanggaran percobaan
melakukan pelanggaran tidak dihukum.
3. Tenggang waktu daluarsa bagi kejahatan lebih lama dari pada pelanggaran.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelanggaran adalah :
1. Perbuatan yang bertentangan dengan apa yang secara tegas dicantumkan dalam undang-
undang pidana.
2. Pelanggaran merupakan tindak pidana yang lebih ringan dari kejahatan baik perbuatan
maupaun hukumannya.
Pengertian pelanggaran sendiri sudah dijabarkan secara jelas di atas, secara sederhana dapat
dikatakan bahwa pelanggaran lalu lintas adalah ketidakpatuhan terhadap suatu aturan yang
dibuat oleh pemerintahan terkait dalam ruang lingkup berlalu-lintas yang benar. Pelanggaran
lalu lintas di Indonesia sering disebut oleh masyarakat dengan kata tilang, padahal bila kita
melihat lebih jelas kata tilang itu sendiri mempunyai arti yang berbeda dari pengertian yang
berkembang di masyarakat, tilang sendiri sebenarnya memiliki arti sebagai bukti pelanggaran,
yang berbentuk selembar kertas yang berisi identitas pelanggar, pasal yang dilanggar, jumlah
denda, dan tanggal persidangan di pengadilan.
Dalam menyelesaikan permasalahan pelanggaran dapat diselesaikan dengan melalui
peradilan cepat dan sederhana, peradilan cepat dan sederhana diterapkan Karena pada saat
terjadinya pelanggaran lalu lintas baik dari pelanggar, barang bukti,maupun penyidik sudah
berada di tempat kejadian perkara sehingga penyidik dapat langsung menjatuhkan sanksi
Sesuai dengan pasal pelanggaran pelaku yang telah tertuang dalam peraturan perundang-
undangan.
Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan dengan sengaja maupun dengan kealpaannya,
diharuskan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya karena kesengajaan atau kealpaan
merupakan unsur kesalahan, yang terdapat dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan. Dalam pasal 316 ayat (1) Undang-Undang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan terdapat pasal-pasal yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang
dikategorikan sebagai pelanggaran lalu lintas
KESIMPULAN
Berdasarkan dengan hasil wawancara dan keterangan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kecelakaan lalu lintas sedikit banyak dipengaruhi oleh Pasal 288 Ayat (2) Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengatur tentang SIM
yang di mana memberi ijin kepada seseorang yang telah lulus ujian teori dan praktek secara
resmi dan layak berkendara di jalan raya, agar menekan dan mengurangi angka kecelakaan
lalulintas di jalan raya yang disebabkan oleh pengendara yang lalai. Pasal ini menerapkan
sistem denda untuk mengontrol jumlah masyarakat yang tidak memiliki SIM berkendara di
jalan raya.Kecelakaan lalu lintas juga sedikit banyak dipengaruhi oleh Pasal 288 Ayat (3)
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 yang berisi tentang surat uji kelayakan dan uji berkala
kendaraan umum, yang erat kaitannya dengan kondisi kendaraan yang dipakai berkendara
di jalan raya karena kondisi kendaraan yang baik tentunya dapat mendukung mobilitas yang
baik dan tidak menyebabkan kecelakaan besar yang menyebabkan hilangnya nyawa dan
kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka.
2. Penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan sudah efektif dalam menaggulangi pelanggaran lalu lintas di Kabupaten
Indragiri Hulu, hal ini dapat dilihat dari: Jumlah pelanggar lalu lintas yang mengalami
penurunan yang signifikan dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2021. Penurunan
pelanggaran tersebut di karenakan masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu sudah sadar dan
mematuhi peraturan dalam berlalu lintas dijalan raya dan kesadaran akan kelayakan
kendaraan angkutan umum maupun kendaraan angkutan barang
SARAN
Dari hasil kesimpulan yang telah penulis kemukakan diatas, maka saran penulis
adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh tidak adanya SIM

dan tidak adanya uji berkala kendaraan (STUJ) menurun diharapkan agar

masyarakat dapat mematuhi Ayat (2) dan (3) pada Pasal 288 Undang- Undang

No. 22 Tahun 2009 yang mengatur tentang SIM dan uji berkala kendaraan umum,

dan pihak terkait lebih gencar lagi memberikan sosialisasi dalam berlalulintas dan

tegas memberikan sanksi terhadap pelanggar.

2. Untuk penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 agar lebih

efektif, pihak kepolisian dan pihak-pihak terkait dalam penerapan Pasal 288

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 lebih sering mensosialisasikan pentingnya

penerapan Pasal 288 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009.


DAFTAR PUSTAKA
Ali, Achmad. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang- Undang (Legisprudence).
Penerbit Kencana. Jakarta
Data Satuan Polisi Lalu Lintas Tahun 2019,2020,2021
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raya Grafindo Persada. Jakarta
P. Suwardjoko, Warpani. Pengelolahan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. ITB. Bandung
Raharjo, Rinto. 2014. Tertib Berlalu Lintas. Shafa Media. Yogyakarta
Raharjo, Satjipto. 1991. Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung
Sumarsono. 1996. Perencanaan Lalu Lintas. UGM. Yogyakarta
Syafruddin, 2016. Profesionalisme Polisi Dalam Menciptakan Sistem Peradilan Pidana
Terpadu Melalui Pendekatan Kebijakan Penanggulangan kejahatan (Criminal
Policy Design). Medan.

T, Tjahjono. 2011. Analisis Keselamatan Lalu Lintas Jalan (Ed. Ke-1), Lubuk Agung.
Bandung

Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1993 Tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di
Jalan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2012 Tentang Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Negara Indonesia
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Anda mungkin juga menyukai