Anda di halaman 1dari 23

UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009

TENTANG

LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Disusun Oleh :

Reza Nabela 171000152

Giri Ginanjar 171000190

Bakri Sondang Siahaan 171000191

Ni Made Ayu Dewi Purnamasari 171000195

Primus Adithya Rindra 171000197

Natasha Maura Septiarini 171000199

Dima Fajar Adeus Kusuma 171000207

Putri Padillah Setiana 171000215

Andhika Pradetama Saeful 171000216

Reza Nugraha Adiyasara 171000220

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia  kasih
sayang-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Walaupun belum sempurna ,
karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran.
 Karya ilmiah adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian.
Tertib berlalu lintas adalah budaya yang harus diterapkan sejak dini. Dengan kita tertib berlalu
lintas berarti kita sudah mencerminkan budaya tertib dan disiplin dalam berlalu lintas. Dalam
makalah saya ini saya mengambil judul “UU no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan”. Tata karma berlalu lintas itu berarti kelakuan tertib dan sopan santun dalam
berlalu lintas. Dengan kami membuat makalah ini, mudah-mudahan pembaca dapat mengenal
lebih jauh mengenai undang-undang lalu lintas. Dan kami juga berusaha mengutip informasi
yang terbaru dan terpercaya dari berbagai media informasi.
                Kami menyadari makalah ini tidak lah luput dari segala kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu saya berharap kritik dan saran agar dapat membangun makalah ini dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting dalam
memperlancar pembangunan yang pemerintah laksanakan, karena merupakan sarana untuk
masyarakat maka sudah sepatutnya masyarakat berpartisipasi dalam menjaga ketertiban umum di
jalan. Timbulnya masalah lalu lintas merupakan salah satu masalah yang berkembang seirama
dengan perkembangan dan pembangunan masyarakat. Antara lain adalah masalah pelanggaran
lalu lintas yang cenderung mengakibatkan timbulnya ketidaktertiban dan kecelakaan dalam
masyarakat. Pelanggaran lalu lintas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseuaian
antara aturan dan pelaksanaan. Aturan dalam hal ini adalah piranti hukum yang telah ditetapkan
dan disepakati oleh negara sebagai undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan
pelaksanaannya adalah manusia atau masyarakat suatu negara yang terikat oleh piranti hukum
tersebut. Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran rambu-rambu lalu lintas dan
lampu pengatur lalu lintas, seperti larangan berhenti dan parkir di tempat-tempat tertentu,
menerobos lampu lalu lintas, dan lain-lain.
Pelanggaran lalu lintas tidak dapat dibiarkan begitu saja karena sebagian besar kecelakaan
disebabkan karena terjadi pelanggaran lalu lintas. Penyebab kecelakaan lainnya adalah kondisi
jalan, infrastruktur yang kurang memadai, dan kurangnya kesadaran diri. Demi terciptanya
ketertiban dan kenyamanan berlalu lintas, diperlukan peraturan yang dapat mengatur ketertiban
berkendara. Karena itu, pengaturan lalu lintas mutlak perlu karena menyangkut keselamatan
masyarakat dan pengguna jalan. Pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah menyangkut setiap
pengguna jalan, dimana setiap individu diharapkan dapat melaksanakan peraturan dalam berlalu
lintas, tidak terkecuali siapapun mereka termasuk pejalan kaki, pengendara roda dua ataupun
pengendara roda empat. Selama mereka berada di jalan mereka tidak sekedar berjalan atau
mengemudi, tetapi juga memperhatikan adanya aturan dalam berlalu lintas guna kelancaran
bersama.Kebijakan yang telah ditetapkan adalah Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang
lalu lintas dan angkutan jalan, dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 mei 2009 yang
kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 juni 2009 yang merupakan lanjutan dari
Undang Undang Nomor 14 tahun 1992.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah

Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan
mobilitas sosial masyarakat. Sehingga Negara merasa penting untuk mengaturnya sesuai dengan
perkembangan zaman agar terjaganya hak-hak warga negara dalam kegiatan Lalu lintas dan
Angkutan Jalan. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) merupakan hal yang sangat dekat dekat
masyarakat. Setiap waktu masyayarkat terus bergulat dengan Angkutan Jalan dengan bermacam-
macam kepentingan. Oleh karena itu disini warga negara butuh agar  hak-hak mereka dalam
berlalulintas di jamin dan dilindungi oleh Negara. Negara sebagai sebuah Organisasi Tertinggi
dari masyarakat berkewajiban menjamin dan melindungi hak-hak warga negaranya di Jalan.

Sejarah Laulintas dan Angkutan jalan di Indonesia telah melewati berbagai masa sejak
dari masa Pemerintahan Belanda sampai pada era refomasi pada saat ini. Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan pun telah melewati berbagai kondisi zaman dibarengi dengan  berbagai
kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sampai perubahan pola tingkah Laku
masyarakat.

Lalu lintas dan Angkutan Jalan ketika pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda di atur
dalam Werverkeersordonnantie” (Staatsblad 1933 Nomor 86). Perkembangan selanjutnya
Weverkeersordonnantie tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan dirubah lagi dalam Staatsblad 1940
No. 72. Kemudian Weverordinantei dirubah lagi setelah Indonenesia tepatnya pada tahun 1951
dengan UU No. 3 Tahun 1951 Perubahan Dan Tambahan Undang Undang Lalu Lintas Jalan
(Wegverkeersordonnantie, Staatsblad 1933 no. 86). Kemudian Selang 15 Tahun kemudian dari
berlakunya UU no 15 Tahun 1951 Pemerintah Indonesua mengatur lagi Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan kedalam Undang-Undang yang baru serta Mencabut peraturan sebelumnya
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Maka Lahirnya UU No. 3 Tahun 1965 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yang pada waktu itu atas persetujuan bersama antara Presiden
Soekarno dengan DPR GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong).Undang-Undang No 3
Tahun 1965 ini bahwa ini adalah Undang-Undang pertama yang Mengatur LLAJ  di Indonesia
setelah Indonesia Merdeka.
Seiring dengan perkembangan zaman dan IPTEK pada 27 Tahun Kemudian diatur
kembali LLAJ di Indonesia dengan Undang-Undang yang baru yaitu Undang-Undang No 14
Tahun 1992. Ada hal yang menarik dari UU no 14 Tahun 1992 ini bahwa Undang-Undang ini
sempat ditangguhkan selama setahun melalui PERPU no 1 Tahun 1992 yang disahkan menjadi
Undang-Undang No 22 Tahun 1992.

Sebagaimana yang terdapat dalam Konsideran UU No. 22 Tahun 1992 poin c dikatakan bahwa

” Bahwa seiring dengan tujuan yang ingin diwujudkan  sebagaimana tersbut diatas, dan setelah
mempertimbangkan segela sesuatunya dengan seksama, maka untuk menjaga agar
pelaksanaannya dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya dipandang perlu untuk
menangguhkan berlakunya Undnag-Undang tersebut guna memberi waktu yang lebih cukup lagi
untuk meningkatkan pemahaman, persiapan dan kesiapan segenap aparatur pemerintah yang
bersangkutan serta masyarakat pada umumnya mengenai Undang-Undang tersebut ”

Dengan Lahirnya Undang-Undang No 22 tahun 1992 makanya UU No 14 tahun 1992


ditangguhkan pelakasaanaanya yang direncanakan pada 17 september 1992 menjadi 17
September 1993 Karena berbagai pertimbangan dari pemerintah. Selanjutnya UU mengenai
LLAJ terkahir kali diatur di Indonesia dengan Undang-Undang No.  22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Jalan dengan semangat reformasi dan semangat perubahan. Regulasi Undang-
Undang telah beberapa kali dirubah dan diatur dalam hal mengatur Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana Implementasi  Undang-Undang itu di
masyarakat.? Apakah ada kemajuan dari kesadaran dari masyarkat Untuk mematuhi Undang-
Undang tentang LLAJ ini mengalami peningkatan.? 

Walau kita bicara dari hal mikro tetapi ini yang menjadi wajah dari masyarakat Indonesia dalam
tunduk akan kedaulatan hukumnya. Hukum adalah sebuah sarana untuk mengatur kehidupan
sosial masyarakat. Hukum hadir untuk melindungi dan menjamin hak-hak warga negara,
sehingga hukum bukannya menjadi momok bagi masyarakat..

Menurut teori Utalitarian sebagaiamana yang terdapat dalam buku Prof Abdul Manan
(2005:17)  dikatakan bahwa hanya dalam ketertibanlah setiap orang akan mendapatkan
kesempatan untuk mewujudkan kebahagian terbanyak…, Jadi dalam wujud sehari-hari
masyarakat harus mencerminkan ketrtiban dalam berlalu lintas karea ketika tertib berlalu lintas
maka kita juga menjaga Hak orang lain sebagaimana Orang lain juga menjaga hak kita. Hukum
dibuat memiliki beberapa fungsi yang salah satu fungsinya adalah as a tool of social control
(hukum dibuat sebagai sarana atau alat untuk menugabh masyarakat ke arah yang lebih baik,
baik secara probadi  maupun dalam hidup masyarakat. (Abdul Manan 2005:3) Undang-Undang
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dapat menjadi alat merekayasa Masarakat untuk
berubah ke arah yang lebih baik sehingga semakin tertib masyarakat Indonesia maka semakin
besar peluang kita untuk maju. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang tertib adalah wajah Bangsa
kita. Sampai kapan kita terus membenarkan kebiasaan atau membiasakan yang benar.

Hukum itu dibuat bukan untuk merepotkan masyarkat UU No 22 Tahun 2009 di buat
bukan untuk merepotkan Masyarakat tetapi dalam upaya melindungi masyrakat untuk menjamin
dan melindungi hak warga negra selama berda di jalan. Pemerintah dan Masyarakat harus nya
peka terhapa hal ini. Jangan setiap hari kita mengingkari Undang-Undang yang telah di buat
walaupun itu hanya masalah Mikro tetapi seperti yang saya katakan di atas inilah yang menjadi
wajah Indonesia. Harus ada keseriusan dari kita mengenai hal ini. Karena LLAJ mengangkut
hajat hidup orang banyak, Keselamatan warga negara dan hal yang lain yang memang harus
dilindungi dan dijamin untuk kepentingan bersama.

B.     Mengenali Undang-undang No. 22 tahun 2009


Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan,
sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan
bagi gerak pindah Kendaraan, orang, atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah
ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 Mei 2009 yang kemudian disahkan
oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009. Undang-Undang ini adalah kelanjutan dari Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1992, terlihat bahwa kelanjutannya adalah merupakan pengembangan
yang signifikan dilihat dari jumlah clausul yang diaturnya, yakni yang tadinya 16 bab dan 74
pasal, menjadi 22 bab dan 326 pasal
Jika kita melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun 1992 menyebutkan : “Untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasi memiliki
posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan
hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. Transportasi
merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian,
memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan
negara
Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU ini melihat bahwa lalu lintas
dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi
nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam
undang-undang No. 22 tahun 2009 di jelaskan bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh Undang-
Undang ini adalah : “terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan modal angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta
mampu menjunjung tinggi martabat bangsa, terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa,
dan terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. Undang-Undang No
22 tahun 2009 berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau
barang di Jalan; kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan; dan kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas, serta penegakan hokum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Mencermati lebih dalam dari semangat yang telah disebutkan di atas, maka kita harus
lebih dalam lagi melihat isi dari Pasal-Pasal yang ada di Undang-undang No 22 Tahun 2009.
Dari sini kita akan tahu apakah semangat tersebut seirama dengan isi dari pengaturan-
pengaturannya, atau justru berbeda. Selanjutkan kita dapat melihat bagaimana UU ini akan
berjalan dimasyarakat serta bagaimana pemerintah sebagai penyelenggara negara dapat
mengawasi serta melakukan penegakannya. Pelaksanaan Dalam Penanganan Kecelakaan Lalu
Lintas sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa implementasi dari UU No 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya bukanlah merupakan sesuatu yang mudah
dilaksanakan, baik oleh pihak penegak undang-undang maupun oleh pihak masyarakat umum.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Selain faktor karena undang-undang ini kurang
sosialisasinya di tengah-tengah masyarakat umum sehingga terjadi sikap acuh tak acuh terhadap
undang-undang No 22 Tahun 2009 ini, juga oleh karena faktor budaya masyarakat serta sarana
dan prasarana lalu lintas yang kurang memadai berupa rambu-rambu dan tempat-tempat
pemberhentian. Semua ini menyebabkan terhambatnya pelaksanaan Undang-undang no 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan peraturan pemerintah sebagai peraturan
pelaksanaanya bertujuan untuk menertibkan seluruh pemakai jalan termasuk juga para
pengendara kendaraan bermotor. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang
dimaksud dengan kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik
yang berada pada kendaraan itu. Dalam Pasal 4 ayat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
bahwa pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan diarahkan untuk meningkatkan penyelenggaraan
lalu lintas dan angkutan jalan dalam keseluruhan moda transportasi secara terpadu dengan
memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan
jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efesien, mampu
memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok daratan.
Berdasarkan pasal 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa untuk
keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi pemakai
jalan wajib di lengkapi dengan :
a. Rambu jalan
b. Marka jalan
c. Alat Pemberi isyarat lalu lintas
d. Alat pengendali dan alat pengamanan pemakai jalan
e. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di
luar jalan.
Menurut Pasal 19 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 setiap kendaraan bermotor
yang dioperasikan di jalan. harus sesuai dengan peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis
dan laik jalan serta sesuai dengan kelas jalan yang dilalui. Dalam pasal 48 sampai pasal 56
disebutkan bahwa setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan harus diuji, yang mana
pengujian meliputi uji tipe dan atau uji berkala.
Bagi kendaraan yang lulus uji maka akan diberikan tanda bukti. Disamping diuji bagi
kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan menurut Pasal 55 ayat (2) sebagai berikut :
“Kompetensi petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) “petugas yang memiliki kompetensi
yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan atas usul gubernur untuk pengujian yang dilakukan oleh unit
pelaksana pengujian pemerintah kabupaten/kota” dibuktikan dengan sertifikat tanda lulus
pendidikan dan pelatihan”.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Pasal 175 bagi kendaraan yang
telah didaftarkan, diberikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor serta Nomor Kendaraan Bermotor22. Surat tanda nomor kendaraan bermotor
berdasarkan Pasal 179 dan Pasal 185 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang
kendaraan dan pengemudi berlaku selama lima tahun dan tiap tahun diadakan pengesahan
kembali dengan tidak dipungut biaya.
Pengemudi kendaraan bermotor dalam mengemudikan kendaraan bermotor di jalan
wajib:
1. Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar.
2.     Mengutamakan keselamatan pejalan kaki.
3.     Menunjukkan surat tanda bukti pendaftaran kendaraan bermotor, atau surat tanda coba kendaraan
bermotor, Surat izin mengemudi, dan tanda bukti lulus uji, atau tanda bukti lain yang sah.
4.      Mematuhi ketentuan tentang kelas jalan, rambu-rambu dan marka jalan, atau pemberi isyarat lalu
lintas, waktu kerja dan waktu istirahat pengemudi, gerakan lalu lintas, berhenti dan parkir,
persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor, pengguna kendaraan bermotor, peringatan
dengan bunyi dan sinar, kecepatan maksimum dan atau minimum, tata cara mengangkut orang
dan atau barang dan tata cara penggandengan dan penempelan kendaraan lain.
5.     Memakai sabuk keselamatan bagi pengemudi kendaraan bermotor roda empat atau lebih dan
menggunakan helm bagi pengemudi kendaraan bermotor roda dua atau bagi pegemudi kendaraan
bermotor roda empat atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah.
Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU lalu Lintas dan Angkutan
Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai
bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di jelaskan bahwa tujuan yang
hendak dicapai oleh Undang-Undang ini adalah Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa, Terwujudnya etika
berlalu lintas dan budaya bangsa; dan Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi
masyarakat.Undang-Undang ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui: Kegiatan gerak Pindah
kendaraan, orang, dan/atau barang di jalan; Kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan
fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan; dan Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi
dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, pendidikan berlalu lintas, manajemen dan
rekayasa lalu lintas, serta penegakan hukum lalu lintas dan angkutan jalan.

C.    Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Jasa Angkutan Umum


Hukum adalah tata aturan sebagai suatu sistem aturan-aturan tentang perilaku manusia.
Dengan demikian hukum tidak menunjuk pada satu aturan tunggal, tetapi seperangkatan aturan
yang memiliki suatu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu sistem. Sehingga
konsekuensinya adalah tidak mungkin memahami hukum jika hanya memperhatikan satu aturan
saja. Menurut Van Apeldoorn tujuan hukum adalah untuk mengatur tata tertib masyarakat secara
damai dan adil. Perdamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi
kepentingan-kepentingan manusia yang tertentu, kehormatan, kemerdekaan,jiwa,harta dan
sebagainya terhadap yang merugikannya. Sedangkan menurut Van Kant, tujuan hukum adalah
untuk menjaga kepentingan tiap-tiap manusia sehingga kepentingan itu tidak dapat diganggu
oleh manusia lain. Dengan kata lain hukum bertujuan untuk melindungi hak-hak setiap manusia
yang diakui dan diatur oleh hukum.
Berdasarkan teori-teori tentang tujuan hukum sebagaimana yang telah diuraikan maka
dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa jika tujuan hukum semata-mata hanya untuk
mewujudkan keadilan saja maka tidak seimbang sehingga akan bertentangan dengan kenyataan.
Sebaliknya akan terjadi juga kesenjangan jika tujuan hukum hanya untuk mewujudkan hal-hal
yang berfaedah atau yang sesuai dengan kenyataan karena akan bertentangan dengan nilai
keadilan. Begitu juga jika tujuan hukum semata-mata hanya untuk mewujudkan kepastian hukum
saja, maka akan menggeser nilai keadilan maupun nilai kegunaan dalam masyarakat. Sehingga
kita harus melihat tujuan hukum dari ketiga nilai dasar hukum, yakni nilai keadilan, kegunaan
dan manfaat dan kepastian hukum.
Sedangkan yang dimaksud Perlindungan hukum menurut Sudikno Mertokusumo adalah
suatu hal atau perbuatan untuk melindungi subjek hukum berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku disertai dengan sanksi-sanksi bila ada yang melakukan Wanprestasi.
Pengertian perlindungan hukum juga menurut Soedikno Mertokusumo yang dimaksud
perlindungan hukum adalah adanya jaminan hak dan kewajiban manusia dalam rangka
memenuhi kepentingan sendiri maupun didalam hubungan dengan manusia lain. Kata
perlindungan di atas menunjuk pada adanya terlaksananya penanganan kasus yang dialami dan
akan diselesaikan menurut ketentuan hukum yang berlaku secara penal maupun non penal dan
juga adanya kepastian-kepastian usaha-usaha untuk memberikan jaminan-jaminan pemulihan
yang dialami.
Adapun arti hukum pengangkutan jika ditinjau dari segi keperdataan, dapat diartikan
sebagai keseluruhan peraturan-peraturannya, di dalam dan diluar kodifikasi yang berdasarkan
atas dan bertujuan untuk mengatur hubungan-hubungan hukum yang terbit karena keperluan
pemindahan barang-barang dan/ atau orang-orang dari suatu tempat ketempat lain untuk
memenuhi perikatan-perikatan yang lahir dari perjanjian-perjanjian tertentu, termasuk perjanjian-
perjanjian untuk memberikan perantaraan mendapatkan.
Dari pengertian –pengertian yang telah diuraikan tersebut dapat diperoleh suatu
kesimpulan bahwa pada pokoknya pengangkutan merupakan perpindahan tempat, baik mengenai
benda-benda maupun maupun mengenai orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan
untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi.
Diluar KUHD dan KUHPerdata terdapat peraturan mengenai pengangkutan orang didarat,
yaitu UU No. 22 Tahun 2009 tentang UULLAJ, serta PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan
jalan. Dalam UU No. 22 Tahun 2009 secara khusus diatur mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengangkutan darat seperti asas-asas dan tujuan penyelenggaraan lalu lintas
dan angkutan jalan, fasilitas dan elemen pendukung dalam penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan, asuransi, tarif angkutan, dan juga diatur mengenai tanggung jawab pihak
pengangkut. Pengertian pengguna jasa menurut Pasal 1 angka 20 UU No. 22 Tahun 2009 adalah
perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan umum, sedangkan
penumpang adalah orang yang mengikatkan diri kepada pihak pengangkut. Keberadaan
Angkutan umum bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan yang baik dan layak bagi
masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik dan layak antara lain mencakup pelayanan yang aman,
nyaman, cepat, dan biaya murah.
D. Pelanggaran Lalu lintas
Pelanggaran lalu lintas tertentu atau yang sering disebut dengan tilang merupakan kasus
dalam ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 1992, Hukum
pidana mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan berakibat
diterapkannya hukuman bagi barang siapa yang melakukannya dan memenuhi unsur-unsur
perbuatan yang disebutkan dalam undang-undang pidana Tujuan hukum pidana adalah untuk
menakut-nakuti orang agar tidak melakukan perbuatan yang tidak baik dan mendidik seseorang
yang pernah melakukan perbuatan yang tidak baik menjadi baik dan dapat diterima .

Pelanggaran lalu lintas tertentu atau tilang yang sering biasanya adalah pelanggaran
terhadap Pasal 54 mengenai kelengkapan surat kendaraan SIM dan STNK serta Pasal 59
mengenai muatan berlebihan truk angkutan kemudian pelanggaran Pasal 61 seperti salah
memasuki jalur lintas kendaraan.

Singkatnya, persidangan kasus lalu lintas adalah Acara Pemeriksaan Cepat, dalam proses
tersebut para terdakwa pelanggaran ditempatkan di suatu ruangan. Kemudian hakim akan
memanggil nama terdakwa satu persatu untuk membacakan denda. Setelah denda dibacakan
hakim akan mengetukkan palu sebagai tanda keluarnya suatu putusan.

E. Bentuk-bentuk Pelanggaran Lalu Lintas

Bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas diantaranya sebagai berikut:

1.   Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi membahayakan ketertiban atau
keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan.

2.   Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat ijin mengemudi
(SIM), STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan (STUK) yang sah atau tanda bukti lainnya sesuai
peraturan yang berlaku atau dapat memperlihatkan tetapi masa berlakunya sudah kadaluwarsa.

3.   Membiarkan atau memperkenakan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang lain yang tidak
memiliki SIM.
4.   Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang penomoran,
penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat penggandengan dengan
kendaraan lain.

5.   Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda nomor kendaraan
yang syah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan.

6.   Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan, rambu-
rambu atau tanda yang yang ada di permukaan jalan

7.   Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang ukuran dan muatan yang diijinkan,  cara
menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan membongkar barang.

8.   Pelanggaran terhadap ijin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di jalan yang
ditentukan. 

F. Dampak Pelanggaran Lalu Lintas

Tentunya dari permasalahan yang terjadi pada kondisi lalu lintas di Indonesia telah
menimbulkan berbagai masalah khususnya menyangkut permasalahan lalu lintas. Permasalahan
tersebut, seperti:

1.) Tingginya angka kecelakaan lalu lintas baik pada persimpangan lampu lalu lintas maupun pada
jalan raya;

2.) Keselamatan para pengendara dan para pejalan kaki menjadi terancam;

3.) Kemacetan lalu lintas akibat dari masyarakat yang enggan untuk berjalan kaki atau

memanfaatkan sepeda ontel;

4.) Kebiasaan melanggar peraturan lalu lintas yang biasa kemudian menjadi budaya melanggar

peraturan.
G. Penyebab Terjadinya Pelanggaran

Hampir setiap hari di indonesi terjadi kecelakaan akibat kesalahan pengemudi, baik
kecelakaan tunggal hingga tabrakan beruntun. Hal ini bisa saja terjadi akibat kelalaian
pengemudi kendaraan yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang sudah ada demi keamanan,
kelancaran, dan keselamatan lalu lintas. Oleh sebab itu, perlu diketahui mengapa di indonesia
tingkat kesadaran akan mamatuhi peraturan lalu lintas masih tergolong reandah. Barikut
beberapa hal yang mungkin menjwab penyebab rendahanya kesadaran akan mematuhi peraturan
lalu lintas:

1. Minimnya pengetahuan mengenai,peratutran,marka dan rambu lalu lintas

Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan mengetahui peraturan-peraturan lalu


lintas, arti dari marka, dan rambu-rambu lalu lintas. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran
untuk mencari tahu arti dari marka dan rambu-rambu lalu lintas ditambah pada saat ujian
memperoleh SIM, mereka lebih senang mendapatkan SIM dengan instan daripada mengikuti
seluruh prosedur.

2. Dari kecil sudah terbiasa melihat orang melanggar lalu lintas atau bahkan orang tuanya
sendiri. Kondisi ini sangatlah ironi bila seorang anak kelak mencontoh orang tuanya, bila orang
tuanya sering melanggar peraturan, kemungkinan besar anak itu juga melanggar.    

3. Hanya patuh ketika ada polisi yang patroli atau melewati pos polisi

Ini juga menjadi kebiasaan kebanyakan orang indonesia. Kita ambil contoh, seorang
pengemudi tidak akan melanggar lalu lintas ketika ada polisi yang sedang mengatur arus lalu
lintas di simpang jalan atau ada polisi yang sedang jaga di pos dekat simpang tersebut. Namun
bila tidak ada polisi, dia bisa langsung tancap gas.

4. Memutar balikkan ungkapan

Sering kita dengar , "peraturan dibuat untuk dilanggar." Ini sangat menyesatkan. Akan
tetapi entah bagaimana ungkapan ini sangat melekat di hati orang indonesia, sehingga sangat
ingin menerapkannya. Semoga ungkapan ini tidak dipakai pada saat orang menjalankan ibadah
sesuai agamanya.         
5. Tidak memikirkan keselamatan diri atau orang lain

Pemerintah telah mewajibkan beberapa standar keselamatan pengemudi saat


mengemudikan kendaraannya seperti wajib memasang safety belt untuk pengemudi roda 4 dan
wajib memakai helm,kaca spion tetap terpasang, dan menyalakan lampu pada siang hari bagi
roda 2. Masih banyak contoh standar keselamatan lainnya, akan tetapi kenapa pengemudi malas
menerapkannya?

6. Melanggar dengan berbagai alasan

"sebentar saja kok parkir disini (di bawah rambu larangan parkir), ntar jalan lagi."
"ah,sekali-sekali boleh dong ngelanggar, ini butuh cepat". Masih banyak lagi berbagai alasan
yang dijadikan pembelaan. Orang indonesia memang jago untuk hal-hal seperti ini.

7. Bisa "damai" ketika tilang

Ini hal yang paling sering terjadi. Ketika pengemudi-pengemudi melanggar  peraturan
atau tidak lengkapnya kelengkapan surat-surat saat dirazia, hal yang pertama diajukan oleh
pengemudi tersebut adalah jalan "damai". Kalu tidak bisa "damai" di jalan, pasti nanti bisa coba
"damai" lagi sebelum pengadilan demi mendapatkan kembali surat-surat yang ditahan oleh pihak
kepolisian dengan segera.

H. Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Pelanggaran Lalu Lintas

Pertama-tama seorang petugas harus bertanya pada dirinya sendiri, siapakah pelanggar
peraturan lalu lintas tersebut. Hal ini bukanlah menyangkut apa pekerjaannya, siapa namanya,
dan seterusnya. Yang pokok disini adalah bahwa seorang yang melanggar peraturan lalu lintas,
bukanlah selalu seorang penjahat (walaupun kadang-kadang petugas berhadapan dengan
penjahat). Seorang pengemudi yang melanggar peraturan lalu lintas adalah seseorang yang lalai
di dalam membatasi penyalahgunaan hak-haknya.

Yang kedua adalah bahwa seorang petugas atau penegak hukum harus menyadari bahwa
dia adalah seseorang yang diberi kepercayaan oleh negara untuk menangani masalah-masalah
lalu lintas. Pakaian seragam maupun kendaraan dinasnya merupakan lambang dari kekuasaan
negara yang bertujuan untuk memelihara kedamaian di dalam pergaulan hidup masyarakat.
Seorang petugas yang emosional dan impulsif tidak saja akan merusak seluruh korps, walaupun
dia selalu disebut oknum apabila berbuat kesalahan. Penanganan terhadap para pelanggar,
memerlukan kemampuan dan ketrampilan professional. Oleh karena itu, maka para penegak
hukum harus mempunyai pendidikan formal dengan taraf tertentu, serta pengetahuan dan
pemahaman hukum yang cukup besar. Pengutamaan kekuatan fisik, bukanlah sikap professional
di dalam menangani masalah-masalah lalu lintas.

Perencanaan jalan raya dan pemasangan rambu lalu lintas yang disertai  pertimbangan,
akan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pemasangan rambu yang tepat untuk
memperingati pengemudi bahwa di mukanya terdapat tikungan yang berbahaya, misalnya, akan
dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Pemasangan rambu yang tidak wajar akan menyebabkan
terjadinya kebingungan pada diri pengemudi. Bentuk jalan raya, besar kecilnya bentuk huruf,
dan warna rambu lalu lintas, mempunyai pengaruh terhadap pengemudi.

Pemasangan lampu lalu lintas, juga mempunyai pengaruh terhadap perilaku pengemudi.
Apabila lampu lalu lintas tersebut ditempatkan sejajar dengan garis berhenti, maka hal itu akan
menyebabkan pengemudi menghadapi masalah. Masalahnya adalah, untuk melihat lampu
dengan jelas, maka dia harus berhenti jauh di belakang garis behenti. Apabila hal itu dilakukan,
maka dia akan dimaki-maki oleh pengemudi-pengemudi yang berada di belakangnya. Kalau dia
berhenti tepat di garis berhenti, maka agak sukar baginya untuk melihat lampu lalu lintas.

Pendidikan bagi pengemudi, juga merupakan salah satu cara dalam menangani para
pelanggar lalu lintas. Pada masyarakat lain di luar Indonesia, sekolah mengemudi merupakan
suatu lembaga pendidikan yang tujuan utamanya adalah menghasilkan pengemudi-pengemudi
yang cakap dan terampil di dalam mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sekolah-sekolah
tersebut dikelola oleh para ahli, yang tidak hanya melingkupi mereka yang biasa menangani
masalah-masalah lalu lintas, akan tetapi kadang-kadang juga ada psikologinya maupun ahli ilmu-
ilmu sosial lainnya. Di dalam sekolah pendidikan pengemudi tersebut, yang paling pokok adalah
sikap dari instruktur. Instruktur harus mampu menciptakan suatu suasana dimana murid-
muridnya dengan konsentrasi penuh menerima pelajarannya. Seorang instruktur harus
mempunyai kemampuan untuk mendidik, kemampuan untuk mengajar saja tidaklah cukup.
Murid-murid harus diperlakukan sebagai orang dewasa, berilah kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengambil keputusan, oleh karena di dalam mengendarai kendaraan yang terpenting
adalah dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Kalau tidak maka kemungkinan besar

akan terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kerugian benda atau hilangnya nyawa seseorang.

I. Kasus yg berhubungan dengan Lalu Lintas

Minibus hantam rumah warga 4 orang terluka di cengkareng


Lantaran tak kuasa menahan kantuk, mobil mewah merek Honda Accord yang
dikemudikan Intan Gosal (55) menabrak rumah di Jalan Inspeksi, RT 04/02, Rawa Buaya,
Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (7/12/2018). Kejadian itu membuat pemilik rumah, Sri (60),
anaknya, Opi (15), dan Asep (30), serta seorang adiknya bernama Eneng (40) terluka parah.

Ketua RW 02 Rawa Buaya, Suntama mengatakan, peristiwa itu terjadi pukul 13.30 WIB,
ketika itu mobil Honda Accord B 1343 BAH yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah
Grogol oleng dan tergelincir ke bahu jalan. Mobil itu kemudian menabrak empat orang yang
tengah asik berbincang di belakang rumah dan terhenti di bagian belakang rumah yang dijadikan
bengkel cat. Pantauan di lokasi, bagian belakang rumah Sri itu telah ditutupi dengan terpal biru
lantaran telah hancur dihantam mobil. "Kalau siang, memang suka duduk-duduk disini kalau
siang," kata Suntama ditemui di lokasi, Jumat (7/12/2018).

Suntama menuturkan, keempat korban itu mengalami luka cukup parah dan langsung
dilarikan ke Rumah Sakit Hermina. Sedangkan pengendara beserta mobilnya sudah diamankan
petugas kepolisian. Kanit Laka Lantas Polres Jakarta Barat, AKP Robiin menduga peristiwa itu
terjadi karena pengemudi mengantuk. Hal itu membuat mobil yang dikendarainya tergelincir
hingga menabrak empat warga sebelum akhirnya berhenti setelah menghantam tembok rumah.

"Pengendaranya itu sudah berumur 60 tahun. Dia lewat situ dari rumahnya mau ke
kantor, namun karena mengantuk kurang konsentrasi hingga akhirnya menabrak rumah warga,"
ucapnya. Robin mengatakan, pengendara tersebut saat ini masih menjalani pemeriksaan di
Kantor Laka Lantas Jakarta Barat. Selain itu, Intan mengaku siap bertanggung jawab untuk
mengganti seluruh biaya pengobatan dan ganti rugi terhadap para korban.
J. Pertanyaan
1). Pertanyaan teori
Pertanyaan :
No (1) :
Pada tanggal 22 juni 2009 telah disahkan undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalulintas
dan angkutan jalan.apa yang di maksud  dengan lalu lintas dan angkutan jalan menurut  undang-
undang no 22 tahun 2009 tersebut ?
Jawaban :
Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuansystem yang terdiri atas lalu lintas,angkutan
jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan,
pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya

No (2): 
Menurut uu no 22 tahun 2009 jalan dikelompokkan dalam beberapa ruang kelas. Pengelompokan
jalan tersebut dilakukan dengan pertimbangan apa saja?
Jawaban :
a. .fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan; dan
b. .daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan / dimensi kendaraan bermotor

No (3) :
Dalam menegemen dana preservasi jalan harus dilaksanakan dengan beberapa prinsip. Sebutkan
apa saja prinsip tersebut ?
Jawaban :
Prinsip berkelanjutan,prinsip akuntabilitas,transparansi,keseimbangan dan kesesuaian

No (4)  :
Apakah terdapat standar emisi kendaraan bermotor? Bagaimana cara untuk mengawasi
kesesuaian standar emisi kendaraan bermotor?
Jawaban ;
Ada.karna setiap kendaraan yang keluar dari pabrik sudah dipastikan lolos uji emisi. Untuk tes
kesesuaiannya bisa di bengkel bengkel bersertifikat dan itu ada banyak tersebar di kota2 besar di
seluruh indonesia termasuk di bandung.
Dasar hukum pemeriksaan emisi :
1. Undang-undang no. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
2. Undang-undang no 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup 
3. Peraturan menteri lingkungan hidup no. 5/menlh/8/2006 tentang ambang batas emisi gas
buang kendaraan bermotor.
No (5) :
Apakah pihak kepolisian ri mendapatkan hak khusus untuk bebas melanggar peraturan lalu
lintas? Jika ada sebutkan dasar hukumnya !!
Jawaban :
Polri memiliki hak khusus (diskreisi) untuk melakukan kebebasan khususnya di jalanan.
Dasar hukumnya terdapat dalam pasal 18 ayat (1) uu 2/2002 tentang kepolisian negara republik
Indonesia

2). Pertanyaan Kasus


No. (1)
Apa penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas tersebut?
Jawaban:
Pengendaranya yang sudah berumur 60 tahun. Dia lewat TKP dari rumahnya mau ke kantor, namun
karena mengantuk kurang konsentrasi hingga akhirnya menabrak rumah warga

No. (2)

Bagaimana kronologi kecelakaan lalu lintas tersebut?

Jawaban:

Peristiwa itu terjadi pukul 13.30 WIB pada tanggal 12 Juli 2018, ketika itu mobil Honda Accord B 1343
BAH yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Grogol oleng dan tergelincir ke bahu jalan. Mobil itu
kemudian menabrak empat orang yang tengah asik berbincang di belakang rumah dan terhenti di bagian
belakang rumah yang dijadikan bengkel cat
No, (3)

Siapa saja yang menjadi korban dalam kecelakaan lalu lintas tersebut?

Jawaban:

Kejadian itu membuat pemilik rumah, Sri (60), anaknya, Opi (15), dan Asep (30), serta seorang adiknya
bernama Eneng (40) terluka parah.

No. (4)

Bagaimana respon warga sekitar dan kepolisian sekitar terkait dengan kejadian tersebut?
Jawaban:
keempat korban itu mengalami luka cukup parah dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Hermina.
Sedangkan pengendara beserta mobilnya sudah diamankan petugas kepolisian.

No. (5)
Bagaimana pertanggungjawaban pengendara yang terkait dalam kecelakaan lalu lintas tersebut
pada saat itu?
Jawaban:
Pengendara tersebut saat itu masih menjalani pemeriksaan di Kantor Laka Lantas Jakarta Barat. Selain
itu, Intan (Pengendara) mengaku siap bertanggung jawab untuk mengganti seluruh biaya pengobatan dan
ganti rugi terhadap para korban.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah
ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 26 Mei 2009 yang kemudian disahkan
oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009.
2.      Undang-undang no 22 tahu 2009 bertujuan Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa, Terwujudnya etika
berlalu lintas dan budaya bangsa; dan Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi
masyarakat.Undang-Undang ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar
3. Pelanggaran lalu lintas tertentu atau yang sering disebut dengan tilang merupakan kasus dalam
ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 1992, Hukum pidana
mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan berakibat diterapkannya
hukuman bagi barang siapa yang melakukannya dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang
disebutkan dalam undang-undang pidana Tujuan hukum pidana adalah untuk menakut-nakuti
orang agar tidak melakukan perbuatan yang tidak baik dan mendidik seseorang yang pernah
melakukan perbuatan yang tidak baik menjadi baik dan dapat diterima.
4. Bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas diantaranya sebagai berikut:
 Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi membahayakan ketertiban atau
keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan.
 Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat ijin mengemudi
(SIM), STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan (STUK) yang sah atau tanda bukti lainnya sesuai
peraturan yang berlaku atau dapat memperlihatkan tetapi masa berlakunya sudah
kadaluwarsa.
 Membiarkan atau memperkenakan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang lain yang
tidak memiliki SIM.
 Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang
penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat
penggandengan dengan kendaraan lain.
 Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda nomor
kendaraan yang syah, sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan.
 Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan, rambu-
rambu atau tanda yang yang ada di permukaan jalan
 Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang ukuran dan muatan yang diijinkan,  cara
menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan membongkar barang.
 Pelanggaran terhadap ijin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di jalan
yang ditentukan.

B.     Saran
Para pengguna jalan harus memiliki etika kesopanan di jalan serta harus mematuhi dan
melaksanakan peraturan lalu lintas, misalnya ke kiri jalan terus atau ke kiri ikuti lampu, dilarang
parkir juga tidak membuang sampah sembarangan di jalan. Kecepatan dalam mengendarai
kendaraan harus disesuaikan dengan kondisi jalan, apakah jalan tersebut ramai atau sepi, waktu
pagi, siang, sore, ataupun malam. Untuk angkutan umum hendaknya tidak menaikkan atau
menurunkan penumpang sembarangan. Dalam memanfaatkan jalan, kita harus menyadari bahwa
bukan hanya kita saja yang menggunakan jalan tersebut, tetapi setiap orang berhak
menggunakannya. Walaupun itu merupakan hak setiap orang namun, setiap orang berkewajiban
untuk menjaga kesopanan di jalan, salah satunya dengan mematuhi peraturan lalu lintas yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA
https://husnulkhotimahalpambangisi.blogspot.com/2016/10/makalah-uu-no-22-th-2009-civic-
education.html

http://syawitristar.blogspot.com/2014/06/kata-pengantar-segala-puji.html

http://andriyanaade.blogspot.com/2013/01/pelanggaran-lalu-lintas.html

Anda mungkin juga menyukai