Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara hukum, disebut demikian karena

dalam penyelenggaraannya harus dipayungi dengan dasar hukum yang

jelas. Hukum kemudian menjadi landasan dalam berbagai aspek

kehidupan masyarakat Indonesai. Keberadaan hukum yang begitu vital

tentunya harus didukung dengan kelembagaan dan segenap perangkat

hukum yang baik agar hukum dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Setiap orang memiliki kebebasan untuk bertindak, yang kemudian

disebut hak. Kebebasan merupakan ciri manusia modern saat ini, dalam

hal ini, kebebasan diartikan bahwa seorang individu, atau kelompok yang

bergaul ditengah pergaulan sesamanya, tidak terkait dan terkekang

sedemikian rupanya. 1 Kebebasan tidak saja mendatangkan hal positif

terkadangn kebabasan juga mendatangkan hal yang mengarah ke arah

negatif, oleh karena itu kebebasan yang memiliki sifat pedang bermata

dua ini haruslah dipaketkan dengan instrumen yang dapat memberikan

pengarahan terhadap kebebasan, agar tidak menimbulkan hal negatif.

Dalam hal ini hukum menjadi instrumen utama dalam memberi arahan

terhadap kebebasan, menajdikan kebebasan tersebut bernuansa

1
Soedjono Dirdjosisworo, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, h.133.

1
ketertiban. Dengan demikian, kebebasan individu yang tetap

mempertahankan ketertiban adalah kebebasan yang selaras dengan tujuan

hukum yakni suasana yang aman, tertib dan adil.2

Sebagai negara hukum sudah semestinya hukum dapat di

implementasikan dengan benar terutama terkait lalu lintar yang mana

banyaknya kegiatan yang berpotensi untuk melakukan praktek kebebasan

yang sesungguhnya, maka dari itu disinilah kita membutuhkan peran

Undang-Udang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 disahkan pemerintah terhitung

mulai tanggal 22 juni 2009 merupakan awal perubahan sistem dalam

pengaturan lalu lintas dan penerapan sanksi atas pelanggaran lalu lintas.

Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

yang digagas oleh Departemen Perhubungan, dibuat agar penyelenggaraan lalu

lintas dan angkutan jalan sesuai harapan masyarakat, sejalan dengan kondisi

dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini, serta

harmoni dengan Undang-undang lainnya.

Pada saat ini, kondisi lalu lintas semakin kompleks, kompleksitas

tersebut terbentuk karena lalulintas menghubungkan berbagai aspek kehidupan

masyarakat, seperti ekonomi, pendidikan, sosial dan aspek-aspek lainnya.

Maka pengaturan mengenai lalu lintas sangatlah penting agar keamana dan

ketertiban tetap terjaga manakala individu menggunakan haknya dalam berlalu

2
Ibid, h. 134

2
lintas. Urgensi pengeturan terkait lalu lintas tidak hanya terletak dalam

peraturan perundang-undangannya, tapi juga penegak hukumnya, karena

hukum tidak dapat tegak dengan sendirinya.

Dalam pasal 13 jo. 14 ayat (1) huruf b undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dijelaskan bahwa POLRI

lah yang memiliki tugas untuk menyelenggarakan segala kegiatan dalam

menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dijalan. Tugas

POLRI tersebut menyelenggarakan pengendalian sosial, memperlancar

interaksi sosial, dan mengadakan perubahan atau menciptakan yang baru. 3

Sebagai penegak hukum yang pertama kali bersentuhan dengan masyarakat,

Polantas dibekali dengan beberapa kewenangan sebagaimana tercantum dalam

Perundang-undangan. Tidak hanya itu, berdasarkan pasal 18 UU POLRI,

dalam menjalankan tugasnya, Polri juga dapat bertindak sesuai dengan

penilaiannya sendiri (diskresi). Namun harus digaris bawahi pula, bahwa

diskresi tersbut dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan

memperhatikan peraturan Perundang-undangan dan kode etik Kepolisian

Negara Republik Indonesia.

Dinamika kehidupan masyarakat tidak pernah berhenti. Seiring

berjalannya waktu, dengan dukungan kemajuan jaman, telah bermunculan hal-

hal baru dalam lingkungan masyarakat. Salah satunya ialah fenomena konvoi

yang dilakukan oleh kelompok masyarakat dengan menggunakan kendaraan

3
Soerjono Soekanto,1990, Kepolisian Dan Lalu Lintas, Bandung, Mandar Maju, hal. 3.

3
bermotor. Komunitas tersebut terbentuk baik dilingkup regional maupun

tergabung dalam lingkup nasional.

Menurut Pasal 134 huruf G Undang-undang Nomor 22 tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, konvoi atau iring-iringan kendaraan

ialah pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan.

Komunitas adalah sekumpulan orang yang berbagi masalah, perhatian atau

kegemaran terhadap satu topik dan memperdalam pengetahuan serta keahlian

mereka dengan saling berinteraksi secara terus menerus4.

Dalam pasal 1 angka 20 Undang-Undang LLAJ mendefinisikan sepeda

motor sebagai kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah

dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga

tanpa rumah-rumah. Yang dimaksud dengan konvoi komunitas sepeda motor

(selanjutnya disebut konvoi komunitas motor) ialah irng-iringan sepeda motor

dari satu titik pemberangkatan menuju titik yang dituju yang dilakukan oleh

sesuatu komunitas dengan minak yang sama, yaitu minat yang berkaitan

dengan sepeda motor.

Pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, pasal 104 ayat 1 memperbolehkan POLRI melakukan

rekayasa lalu lintas dalam keadaan tertentu, sebagaimana berbunyi:5

4
Karlina M. Sari. 2009. Peran Library Lovers Club (LLC) Dalam Mengembangkan Perpustakaan
Sekolah di SMAN 49 Jakarta. Depok. Universitas Indonesia.
5
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

4
Dalam keadaan tertentu untuk ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan

angkutan jalan, petugas POLRI Negara Republik Indonesai dapat melakukan

tindakan:

a. memberhentikan arus lalu lintas dan/atau penggunaan jalan

b. memerintahkan pemakai jalan untuk jalan terus

c. mempercepat arus lalu lintas

d. memperlambat arus lalu lintas

e. mengalihkan arah arus lalu lintas.

Dipenjelasannya, keadaan tertentu itu disebabkan oleh:

a. perubahan lalu lintas secara tiba-tiba atau situasional

b. alat pemberi isyarat lalu lintas tidak berfungsi

c. adanya pengguna jalan yang diprioritaskan

d. adanya pekerjaan jalan

e. adanya bencana alam

f. adanya kecelakaan lalu lintas.

Peneliti berfokus kepada pasal 134 huruf g Undang-Undang No. 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang mana pengawalan

konvoi kendaraan pribadi oleh aparat kepolisian sangatlah bertentangan.

Sebagaimana bunyi pasal:

a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas

b. Ambulans yang mengangkut orang sakit

5
c. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas

d. Kendaraan pimpinan lembaga negara Republik Indonesia

e. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional

yang menjadi tamu negara

f. Iring-iringan pengantar jenazah

g. Konvoi dan/atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut

pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.6

Pada bagian penjelasan pasal 134 huruf g UU LLAJ dijelaskan

bahwa yang dimaksud dengan “Kepentingan Tertentu” adalah

kepentingan yang memerlukan penanganan segera, antar lain, kendaraan

untuk penanganan bom, kendaraan pengankut pasukan, kendaraan untuk

penanganan huru-hara dan kendaraan untuk bencana alam.

Kepentingan tertentu yang dimaksud dalam ayat tersebut bisa dalam

berbagai bentuk, termasuk di antaranya keadaan tertentu yang diakibatkan

pengawalan. Kriteria yang memaksa terjadinya Kepentingan Tertentu diatur

dalam Pasal 18 UU Kepolisian dikatakan, untuk kepentingan umum pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri. Bertindak

menurut penilaiannya sendiri itu biasa disebut dengan istilah wewenang

Diskresi Kepolisian. Satu-satunya instansi yang memiliki kewenangan diskresi

berdasarkan Undang-undang hanyalah Polri. Artinya, jika petugas Kepolisian

6
Undang-Undang no. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Ps. 134.

6
memerintahkan pengguna jalan untuk berhenti, dia harus berhenti walaupun

alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu-rambu memerintahkan untuk

berjalan.

UU LLAJ terbentuk dengan harapan lalu lintas nasional dapat

berlangsung dengan tertib, aman, adil dan lancar. Namun demikian, masih

saja ditemui kondisi-kondisi yang dirasa kurang memenuhi unsur

keamanan, ketertiban serta keadilan. Seperti yang terjadi di Jombang pada

tanggal 11 Maret 2021 yang lalu, dimana ulah rombongan motor

gede (moge) melanggar rambu lalu lintas di Bundaran Ringin Contong,

Jombang viral setelah diposting M Fandi Amirudin (20). Fandi mengatakan

rombongan moge tersebut melintas di Bundaran Ringin Contong pada Kamis

11 Maret sekitar pukul 08.00 WIB. Saat itu, dirinya melaju satu arah dengan

konvoi tersebut karena dalam perjalanan pulang dari Sidoarjo menuju ke

Kecamatan/Kabupaten Jombang. Saat rombongan moge mendahului dirinya,

pengawal konvoi memaksa Fandi dan pengendara lainnya untuk menepi.

Menurut dia, pengawal rombongan tersebut mengendarai motor BMW dan

memakai baju kombinasi hitam-hijau. Pengawal juga menyalakan sirene. Ia

memperkirakan, saat itu terdapat sekitar 8 moge dalam rombongan tersebut.

Ada yang mengendarai Harley Davidson, ada pula yang menggunakan moge

7
buatan BMW. "Aslinya kesal juga karena semua orang disuruh menepi,

termasuk saya. Mereka merasa orang prioritas.”7

Selain permasalahan penerobosan rambu lalu lintas, dalam konvoi

kendaraan bermotor yang sudah dapat pengawalan dari Polri tidak begitu saja

lepas dari pelanggaran hukum lain, misalnya kecelakaan antara pengendara

konvoi dengan pengguna jalan lain. Seperti kasus berikut yang terjadi pada

tanggal 1 Agustus 2021 yang mana polisis mengatakan bahwa pengendara

moge (AS) yang menabrak pemotor wanita (S) hingga tewas di Bintaro,

Tangerang Selatan (Tangsel), sedang konvoi satu rombongan. Ada tiga moge,

termasuk AS, yang ikut dalam rombongan tersebut. "Rombongan mereka

konvoi, sekitar tiga motor," kata Kanit Laka Lantas Polres Tangsel Iptu Nanda

Setya Pertama kepada wartawan, Senin (2/8/2021). 8

Peristiwa itu terjadi pada Minggu (1/8) pagi di depan Hotel Santika,

Bintaro, Tangerang Selatan. Nanda menyebut pengendara wanita tersebut

diduga mengurangi kecepatan saat hendak berbelok ke arah kiri jalan. "Iya

betul, betul itu kan ada lurus ada belok kiri, nah itu kayaknya simpang motor

Beat ini itu mungkin hampir kelewat. Akhirnya tiba-tiba ngurangin kecepatan

mau belok ke kiri," kata Nanda, Minggu (2/8). Dari arah belakang, pengendara

moge yang sedang Sunmori (Sunday morning ride) juga melintas di jalan

7
Enggran Eko Budianto, cerita baiker dipaksa menepi konvoi moge yang langgar rambu lalu
lintas di Jombang, https://news.detik.com, 12 Maret 2021, diakses pada tanggal 11 Juli 2021.
8
Kadek Melda Luxiana, Pengendara Moge Sedang Konvoi Saat Tabrak Pemotor Di Bintaro,
https://news.detik.com/berita/d-5666329/pengendara-moge-sedang-konvoi-saat-tabrak-
pemotor-di-bintaro, 1 Agustus 2021, diakses pada tanggal 27 Oktober 2021.

8
tersebut. Lantaran kurang waspada, pengendara moge pun menabrak motor

Honda Beat milik sang pengendara wanita.9

"Iya jadi belakang ini moge kayaknya kurang waspada, dia agak kurang

jaga jarak akhirnya dihajarlah dari belakang si motor Beat ini," kata Nanda.

Menurut Nanda, terlihat sekitar empat pengendara moge yang merupakan

rombongan pelaku penabrakan. Dilihat dari video yang diterima detikcom,

pengendara wanita tersebut tampak tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Tidak

lama kemudian, pengendara motor Kawasaki ER6N menabrak pemotor wanita

dari arah belakang. Terlihat kedua motor tersebut terseret beberapa meter ke

depan. Kemudian, banyak pengendara lainnya yang berhenti di tengah jalan.

Pemotor wanita yang ditabrak tewas di tempat.10

Perbuatan demikian dalam UU LLAJ merupakan kecelakaan yang

dalam pasal 1 angka 24 diartikan sebagai suatu peristiwa dijalan yang tidak

diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna

jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.

Dari kasus di atas, perlu dikaji peraturan lalu lintas khususnya pasal 134

huruf g yang termuat dalam UU LLAJ. Pengawalan polisi untuk konvoi

kendaraan pribadi tidak berbeda dengan pengawalan polisi untuk konvoi

kendaraan yang diprioritaskan sesuai dengan isi pasal 134 huruf g lainnya.

Pada praktik dilapangan seringkali konvoi kendaraan pribadi memperoleh hak

9
Ibid.
10
Ibid.

9
utama, serta pengawalan dari Polri. Namun pengawalan yang diberikan oleh

Polri nyatanya tidak menjamin konvoi tersebut dapat berlangsung secara aman

dan tertib. Sebaliknya masih sering ditemukan pelanggaran lalu lintas yang

berakibat merugikan orang lain, bahkan hingga menghilangkan nyawa

seseorang.

Menurut pengetahuan penulis, penulisan hukum dengan judul

“Pengawalan Kendaraan Pribadi Oleh Aparat Kepolisian Dalam Perspektif

Undang-undang 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan”

merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti

terdahulu, sehingga penelitian ini merupakan karya asli penulis dan bukan

merupakan duplikasi atau plagiasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu. Berikut peneliti memaparkan tiga (3) macam penulisan

hukum yang memiliki relevansi yang hampir sama atau terkait dengan

penulisan ini.

Pertama, Dedik Ismawan, Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang tahun 2012, yang mana penulis akan memaparkan

beberapa perbedaan isi skripsi penulis dengan isi skripsi Dedik Ismawan.

Pertama judul, Judul skripsi penulis adalah “Pengawalan Konvoi Kendaraan

Pribadi Oleh Aparat Kepolisian Dalam Perspektif Undang-undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan”, sedangkan judul dari

skripsi Dedik Ismawan ialah “Implementasi Pasal 134 Huruf g Tentang Hak

10
Utama Yang Diperoleh Oleh Konvoi Kendaraan Bermotor di Dalam Undang-

Undang No. 22 Tahun 2009”.11

Rumusan masalah, didalam skripsi penulis mengangkat dua (2)

rumusan masalah, yaitu: “Bagaimanakah Pemecahan Terhadap Penerapan

Pasal 134 Huruf G UU No. 22 Tahun 2009 Mengenai Kepentingan Tertentu

Yang Diperbolehkan Dalam Menggunakan Pelayanan Pengawalan Yang

Mengurangi Hak Keamanan Dan Keselamatan Bagi Pengguna Jalan Yang

Tidak Dikawal?” dan “Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana Menurut

Pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan Terhadap Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas?”, sedangkan Dedik

Ismawan mangangkat tiga (3) rumusan masalah, yaitu: “Bagaimana proses

pengajuan dan dasar pemberian ijin memperoleh hak utama untuk didahulukan

bagi konvoi kendaraan bermotor khususnya roda dua sebagaimana diatur

dalam pasal 134 huruf g?”, “Dalam kepentingan apa saja konvoi kendaraan

bermotor mendapatkan hak utama sebagaimana pasal 134 huruf g UU No. 22

tahun 2009?” dan “Bagaimanakah penjatuhan sanksi atas konvoi kendaraan

bermotor yang tidak memegang ijin sebagaimana ketentuan pasal 134 huruf g

UU No. 22 tahun 2009?.”

Metode Penelitian, penulis menggunakan pendekatan penelitian

Yuridis Normatif, sedangkan Dedik Ismawan menggunakan Pendekatan

11
Dedik Ismawan, Skripsi: “Implementasi Pasal 134 Huruf g Tentang Hak Utama Yang
Diperoleh Oleh Konvoi Kendaraan Bermotor di Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009”
(Malang, UMM, 2012).

11
Yuridis Sosiologis. Dalam hasil pembahasan sesuai dengan isi rumusan

masalah, penulis menyimpulkan sebagai berikut: yang pertama, penulis

mencari pemecahan masalah atau solusi terkait kasus yang ada dilapangan

seperti yang telah penulis paparkan dibagian latar belakang dan didalam hasil

pembahasan bagian a, yang kedua, penulis membahas terkait sanksi pidana

terhadap pelaku pelanggaran lalu lintas yang mengakibatkan kematian, sesuai

dengan pasal 310 UU LLAJ. Sedangkan dalam hasil pembahsan Didik

Ismawan mengangkat tiga (3) sub bab, yang pertama, proses pengajuan

memperoleh hak utama untuk didahulukan bagi konvoi kendaraan bermotor

khususnya roda dua, yaang kedua, kepentingan tertentu konvoi kendaraan

bermotor mendapatkan hak utama yaitu kepentingan yang sudah diatur secara

jelas dalam UU LLAJ pasal 134 huruf g dan Dalam pembahasan terakhir

berisikan penjatuhan sanksi atas konvoi kendaraan bermotor yang tidak

memegang ijin resmi melakukan konvoi sesuai pasal 134 huruf g UU LLAJ

yaitu melanggar pasal 287 ayat 4 dengan dengan pidana kurungan paling lama

1 bulan dan denda Rp. 250.000, - dengan acara pemeriksaan cepat dalam proses

hukumnya.

Kedua, Ivin Pramana Yoga, Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang tahun 2016, yang mana penulis akan memaparkan

beberapa perbedaan isi skripsi penulis dengan isi skripsi Ivin Pramana Yoga.

Pertama judul, Judul skripsi penulis adalah “Pengawalan Konvoi Kendaraan

Pribadi Oleh Aparat Kepolisian Dalam Perspektif Undang-undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan”, sedangkan judul dari

12
Ivin Pramana Yoga adalah “Implikasi Pasal 134 Huruf G Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Terhadap Jasa Pengawalan Mobil

Pribadi Oleh Kepolisian Kota Malang”.12

Rumusan masalah, didalam skripsi penulis mengangkat dua (2)

rumusan masalah, yaitu: “Bagaimanakah Pemecahan Terhadap Penerapan

Pasal 134 Huruf G UU No. 22 Tahun 2009 Mengenai Kepentingan Tertentu

Yang Diperbolehkan Dalam Menggunakan Pelayanan Pengawalan Yang

Mengurangi Hak Keamanan Dan Keselamatan Bagi Pengguna Jalan Yang

Tidak Dikawal?” dan “Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana Menurut

Pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan Terhadap Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas?”, sedangkan Ivin

Pramana Yoga mengangkat dua (2) rumusan masalah, yaitu: “Bagaimana

Implikasi pasal 134 huruf g UU No. 22 Tahun 2009 mengenai “Kepentingan

Tertentu” yang diperbolehkan dalam menggunakan pelayanan Pengawalan?”

dan “Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan oleh pihak kepolisian kota

malang untuk melakukan pengawalan?”.

Metode Penelitian, penulis menggunakan pendekatan penelitian

Yuridis Normatif, sedangkan Ivin Pramana Yoga menggunakan Pendekatan

Yuridis Sosiologis. Dalam hasil pembahasan sesuai dengan isi rumusan

masalah, penulis menyimpulkan sebagai berikut: yang pertama, penulis

12
Ivin Pramana Yoga, Skripsi: “Implikasi Pasal 134 Huruf G Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas Terhadap Jasa Pengawalan Mobil Pribadi Oleh Kepolisian Kota
Malang” (Malang, UMM, 2016).

13
mencari pemecahan masalah atau solusi terkait kasus yang ada dilapangan

seperti yang telah penulis paparkan dibagian latar belakang dan didalam hasil

pembahasan bagian a, yang kedua, penulis membahas terkait sanksi pidana

terhadap pelaku pelanggaran lalu lintas yang mengakibatkan kematian, sesuai

dengan pasal 310 UU LLAJ.

Sedangkan dalam hasil pembahsan Ivin Pramana Yoga mengangkat

dua (2) sub bab, yang pertama, implikasi dari pasal 134 huruf g UU No.22

Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan yaitu pertimbangan

kepolisian yang dimaksud adalah melihat kepentingan dan kebutuhan

masyarakat sehingga pengawalan harus dilakukan. Implikasi yang dimaksud

peneliti adalah mengenai kesesuaian bunyi norma (pasal 134 huruf g UU No.22

Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan) dengan praktik hukum

yang ada. Pada saat pelaksanaan pengawalan yang dilakukan kepolisian atas

kepentingan maupun kebutuhan masyarakat terkait, yaitu mencegah terjadinya

kecelakaan lalulintas (Laka) dan memperlancar arus lalu lintas kota malang

sebagaimana salah satu tugas kepolisian satuan lalu lintas, sebab dengan

adanya pengawalan pengaturan lalu lintas pun tetap menjadi prioritas.

Bagian kedua hasil pembahasan berisikan terkait pengawalan terhadap

kendaraan pribadi oleh kepolisian kota Malang bukan tanpa pertimbangan.

Adapun pertimbangan tersebut adalah:

14
a) Adanya kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang membutuhkan

penangan segera, seperti pengawalan upara pernikahan dan mengantar

jenazah;

b) Mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas;

c) Mencegah kemacetan atau memperlancar lalu lintas;

d) Menggunakan asas diskresi yang melekat dalam kewenagan Kepolisian.

Ketiga, Wahyu Sesar T.S.N, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya

Yogyakarta, yang mana penulis akan memaparkan beberapa perbedaan isi

skripsi penulis dengan isi skripsi Wahyu Sesar T.S.N. Pertama judul, Judul

skripsi penulis adalah “Pengawalan Konvoi Kendaraan Pribadi Oleh Aparat

Kepolisian Dalam Perspektif Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan”, sedangkan judul dari Wahyu Sesar T.S.N

adalah “Dasar Pertimbangan Kepolisian Dalam Memberikan Hak Utama

Pengguna Jalan dan Pengawalan Kepada Peserta Konvoi Kendaraan Bermotor

(Harley Davidson)”.13

Rumusan masalah, didalam skripsi penulis mengangkat dua (2)

rumusan masalah, yaitu: “Bagaimanakah Pemecahan Terhadap Penerapan

Pasal 134 Huruf G UU No. 22 Tahun 2009 Mengenai Kepentingan Tertentu

Yang Diperbolehkan Dalam Menggunakan Pelayanan Pengawalan Yang

Mengurangi Hak Keamanan Dan Keselamatan Bagi Pengguna Jalan Yang

13
Wahyu Sesar T.S.N, Skripsi: “Dasar Pertimbangan Kepolisian Dalam Memberikan Hak Utama
Pengguna Jalan dan Pengawalan Kepada Peserta Konvoi Kendaraan Bermotor (Harley
Davidson)” (Yokyakarta, UAJ, 2016).

15
Tidak Dikawal?” dan “Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana Menurut

Pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan Terhadap Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas?”, sedangkan Wahyu

Sesar T.S.N mengangkat dua (2) rumusan masalah, yaitu: “Apa dasar

pertimbangan pihak kepolisian dalam memberikan hak utama pengguna jalan

dan pengawalan pada peserta konvoi kendaraan bermotor Harley Davidson?”

dan “Bagaimana kebijakan pihak kepolisian dalam memenuhi hak antara

pengguna jalan yang mendapatkan hak utama dan pengguna jalan yang lain?”.,

Metode penelitian Yuridis Sosiologis (Hukum Empiris), sedangkan penulis

menggunakan pendekatan Yuridis Normatif.

Memamg ada beberapa relevansi dalam penulisan terkait konvoi

dengan pengawalan oleh aparat Kepolisian, dengan berlandaskan kepada pasal

134 UU LLAJ, tetapi peneliti belum melihat adanya solusi yang tepat dalam

hal ini, yang peneliti maksud adalah peraturan tertulis, dan bukan hanya

perintah atau larangan dari atasan kepada bawahan. Seperti yang kita lihat,

masih banyak dijumpai kegiatan konvoi kendaraan pribadi dengan pengawalan

Kepolisian yang terjadi hingga saat ini.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik

untuk membahas secara lebih lanjut tentang, masalah apa yang terjadi terkait

pasal 134 huruf g beserta solusinya dan bagaimana aparat penegak hukum

seharusnya bertindak terkait pasal tersebut serta peraturan yang menjadi

landasan dalam memberikan sanksi kepada pengendara apabila didapatkan

16
suatu pelanggaran didalamnya. Selanjutnya penulis menyusunnya dalam suatu

penulisan hukum yang berjudul: PENGAWALAN KONVOI KENDARAAN

PRIBADI OLEH APARAT KEPOLISIAN DALAM PERSPEKTIF

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU

LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah Pemecahan Terhadap Penerapan Pasal 134 Huruf G UU

No. 22 Tahun 2009 Mengenai Kepentingan Tertentu Yang Diperbolehkan

Dalam Menggunakan Pelayanan Pengawalan Yang Mengurangi Hak

Keamanan Dan Keselamatan Bagi Pengguna Jalan Yang Tidak Dikawal?

2. Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana Menurut Pasal 310 UU No.

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Terhadap

Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas?

C. TUJUAN PENULISAN

Masalah yang ada adalah untuk mencapai tujuan sebagai berikut

1. Untuk Mengetahui Pemecahan Terhadap Penerapan Pasal 134 Huruf G

UU No. 22 Tahun 2009 Mengenai Kepentingan Tertentu Yang

Diperbolehkan Dalam Menggunakan Pelayanan Pengawalan Yang

Mengurangi Hak Keamanan Dan Keselamatan Bagi Pengguna Jalan Yang

Tidak Dikawal.

17
2. Untuk Mengetahui Pertanggungjawaban Pidana Menurut Pasal 310

UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Terhadap Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas.

D. MANFAAT PENULISAN

Dapat kita ketahui bahwa nilai suatu penelitian suatu penelitian

tergantung pada metodologinya, juga tentunya dalam hal ini ditentukan pula

besarnya manfaat penelitian tersebut. Untuk itu dalam penulisan Skripsi ini

penulis mengharapkan adanya manfaat yang bisa diperoleh, antara lain:

1. Secara keilmuan pidana, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

literatur dan juga referensi yang memberikan pengetahuan dan informasi

kepada masyarakat pada umumnya, dalam hal pengawalan konvoi

kendaraan pribadi oleh aparat Kepolisian dalam perspektif UU No. 22

tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Secara praktis, memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti

dan dapat memberikan sumbangan pemikiran juridis dan masukan-

masukan yang bermanfaat demi perkembangan ilmu hukum khususnya

pengawalan konvoi kendaraan pribadi oleh aparat Kepolisian dalam

perspektif UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

3. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini digunakan oleh peneliti sebagai

penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang aspek hukum yang

mengatur serta sanksi pidana yang berlaku bagi para pelanggar lalu lintas

dengan adanya konvoi dan pengawalan kendaraan pribadi oleh aparat

18
Kepolisian dalam perspektif UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan serta syarat untuk penulisan tugas akhir dan

menyelesaikan studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Malang.

E. METODE PENELITIAN

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah yuridis normatif, yakni tipe penelitian terhadap norma hukum

yang berkaitan dengan pengawalan konvoi kendaraan pribadi oleh

aparat Kepolisian.

2. Pendekatan masalah

Pendekatan Peraturan Perundang-undangan (statute Approach),

digunakan dengan menelaah semua Undang-undang dan Regulasi yang

bersangkut-paut dengan isu hukum seperti yang disebabkan oleh

konvoi pengendara moge yang menabrak pemotor wanita di Bintaro,

Tangerang Selatan (Tangsel). Hal ini dilakukan agar dapat diketahui

adakah konsistensi dan kesesuaian anatar peraturan Perundang-

undangan dengan implementasinya. Hasil dari telaah tersebut

merupakan argumen untuk memecahkan isu hukum, sehingga perlu

dicari ratio legis dan dasar antologis lahirnya UU yang berkaitan dengan

legalitas pengawalan konvoi kendaraan pribadi oleh aparat Kepolisian. 14

14
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, h.
133.

19
Conseptual Approach yang mana beranjak dari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam hukum terkait

lalu lintas. Berdasarkan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

dalam hukum terkait lalu lintas tersebut, maka dapat ditemukan ide-ide

yang melahirkan pengertian-pengertin hukum, konsep-konsep hukum,

dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu legalitas pengawalan

konvoi kendaraan pribadi oleh aparat Kepolisian.15

3. Sumber Data

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini

adalah berupa peraturan Perundang-undangan sebagai bahan hukum

primer. Dalam hal ini peneliti menggunakan Undang-undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Undang-

undang maupaun regulasi lain yang berkaitan dengan isu hukum.

Selain berupa peraturan Perundang-undangan sebagai bahan

hukum, studi kepustakaan yang dilaksanakan dengan mempelajari buku-

buku teks maupun jurnal hukum menjadi bahan hukum sekunder dalam

menjawab isu hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Dengan membaca dan mepelajari Undang-undang, buku, dan

literatur lainnya yang berkaitan dengan pembahasan penulis.

b. Wawancara

15
Ibid, h. 135.

20
Dengan melakukan tanya dan jawab dengan Bapak Brigadir Djoko

Winarno S.H. selaku anggota Satuan Lalu Lintas Polres

Padangsidimpuan, terkait dengan permasalahan yang penulis

angkat.

5. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penelitian ini disusun secara sistematis dan

secara berurutan sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan

terarah, adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian,

metode penulisan, dan sistematika penulisan yang akan digunakan

dalam usulan penelitian ini.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Merupakan bab dimana dalam bagian ini penelitian menyajikan

teori-teori maupun kaidah-kaidah yang bersumber dari peraturan

Perundang-undangan maupun literatur-literatur yang akan digunakan

untuk mendukung analisis yang akan dilakukan pada penelitian yaitu

mengenai pengawalan konvoi kendaraan pribadi oleh aparat Kepolisian

dalam perspektif UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

BAB III : Hasil Penelitian Dan Pembahasan

21
Pada bab ini pembahasan yang berisikan penjelasan dan

memaparkan hasil penelitian yang didapat dari teknik pendekatan

peraturan Perundang-undangan statute Approach dan Conseptual

Approach dengan tujuan untuk mendukung analisis penulis terkait

dengan pengawalan konvoi kendaraan pribadi oleh aparat Kepolisian

dalam perspektif UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dalam penelitian, dimana berisikan

kesimpulan dari pembahasan dan analisis pada bab sebelumnya serta

berisikan saran penulis dalam menanggapi permasalahan yang telah

diangkat dan diteliti oleh penulis terkait pengawalan konvoi kendaraan

pribadi oleh aparat Kepolisian dalam perspektif UU No. 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

22

Anda mungkin juga menyukai