PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
disebut hak. Kebebasan merupakan ciri manusia modern saat ini, dalam
hal ini, kebebasan diartikan bahwa seorang individu, atau kelompok yang
negatif, oleh karena itu kebebasan yang memiliki sifat pedang bermata
Dalam hal ini hukum menjadi instrumen utama dalam memberi arahan
1
Soedjono Dirdjosisworo, 2001, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, h.133.
1
ketertiban. Dengan demikian, kebebasan individu yang tetap
pengaturan lalu lintas dan penerapan sanksi atas pelanggaran lalu lintas.
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
lintas dan angkutan jalan sesuai harapan masyarakat, sejalan dengan kondisi
dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini, serta
Maka pengaturan mengenai lalu lintas sangatlah penting agar keamana dan
2
Ibid, h. 134
2
lintas. Urgensi pengeturan terkait lalu lintas tidak hanya terletak dalam
diskresi tersbut dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan
hal baru dalam lingkungan masyarakat. Salah satunya ialah fenomena konvoi
3
Soerjono Soekanto,1990, Kepolisian Dan Lalu Lintas, Bandung, Mandar Maju, hal. 3.
3
bermotor. Komunitas tersebut terbentuk baik dilingkup regional maupun
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, konvoi atau iring-iringan kendaraan
motor sebagai kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah
dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga
dari satu titik pemberangkatan menuju titik yang dituju yang dilakukan oleh
sesuatu komunitas dengan minak yang sama, yaitu minat yang berkaitan
4
Karlina M. Sari. 2009. Peran Library Lovers Club (LLC) Dalam Mengembangkan Perpustakaan
Sekolah di SMAN 49 Jakarta. Depok. Universitas Indonesia.
5
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
4
Dalam keadaan tertentu untuk ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan
tindakan:
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang mana pengawalan
5
c. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas
6
Undang-Undang no. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Ps. 134.
6
memerintahkan pengguna jalan untuk berhenti, dia harus berhenti walaupun
berjalan.
berlangsung dengan tertib, aman, adil dan lancar. Namun demikian, masih
11 Maret sekitar pukul 08.00 WIB. Saat itu, dirinya melaju satu arah dengan
Ada yang mengendarai Harley Davidson, ada pula yang menggunakan moge
7
buatan BMW. "Aslinya kesal juga karena semua orang disuruh menepi,
kendaraan bermotor yang sudah dapat pengawalan dari Polri tidak begitu saja
konvoi dengan pengguna jalan lain. Seperti kasus berikut yang terjadi pada
moge (AS) yang menabrak pemotor wanita (S) hingga tewas di Bintaro,
Tangerang Selatan (Tangsel), sedang konvoi satu rombongan. Ada tiga moge,
konvoi, sekitar tiga motor," kata Kanit Laka Lantas Polres Tangsel Iptu Nanda
Peristiwa itu terjadi pada Minggu (1/8) pagi di depan Hotel Santika,
diduga mengurangi kecepatan saat hendak berbelok ke arah kiri jalan. "Iya
betul, betul itu kan ada lurus ada belok kiri, nah itu kayaknya simpang motor
Beat ini itu mungkin hampir kelewat. Akhirnya tiba-tiba ngurangin kecepatan
mau belok ke kiri," kata Nanda, Minggu (2/8). Dari arah belakang, pengendara
moge yang sedang Sunmori (Sunday morning ride) juga melintas di jalan
7
Enggran Eko Budianto, cerita baiker dipaksa menepi konvoi moge yang langgar rambu lalu
lintas di Jombang, https://news.detik.com, 12 Maret 2021, diakses pada tanggal 11 Juli 2021.
8
Kadek Melda Luxiana, Pengendara Moge Sedang Konvoi Saat Tabrak Pemotor Di Bintaro,
https://news.detik.com/berita/d-5666329/pengendara-moge-sedang-konvoi-saat-tabrak-
pemotor-di-bintaro, 1 Agustus 2021, diakses pada tanggal 27 Oktober 2021.
8
tersebut. Lantaran kurang waspada, pengendara moge pun menabrak motor
"Iya jadi belakang ini moge kayaknya kurang waspada, dia agak kurang
jaga jarak akhirnya dihajarlah dari belakang si motor Beat ini," kata Nanda.
dari arah belakang. Terlihat kedua motor tersebut terseret beberapa meter ke
dalam pasal 1 angka 24 diartikan sebagai suatu peristiwa dijalan yang tidak
diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna
jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.
Dari kasus di atas, perlu dikaji peraturan lalu lintas khususnya pasal 134
kendaraan yang diprioritaskan sesuai dengan isi pasal 134 huruf g lainnya.
9
Ibid.
10
Ibid.
9
utama, serta pengawalan dari Polri. Namun pengawalan yang diberikan oleh
Polri nyatanya tidak menjamin konvoi tersebut dapat berlangsung secara aman
dan tertib. Sebaliknya masih sering ditemukan pelanggaran lalu lintas yang
seseorang.
terdahulu, sehingga penelitian ini merupakan karya asli penulis dan bukan
merupakan duplikasi atau plagiasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh
hukum yang memiliki relevansi yang hampir sama atau terkait dengan
penulisan ini.
beberapa perbedaan isi skripsi penulis dengan isi skripsi Dedik Ismawan.
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan”, sedangkan judul dari
skripsi Dedik Ismawan ialah “Implementasi Pasal 134 Huruf g Tentang Hak
10
Utama Yang Diperoleh Oleh Konvoi Kendaraan Bermotor di Dalam Undang-
Pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
pengajuan dan dasar pemberian ijin memperoleh hak utama untuk didahulukan
dalam pasal 134 huruf g?”, “Dalam kepentingan apa saja konvoi kendaraan
bermotor yang tidak memegang ijin sebagaimana ketentuan pasal 134 huruf g
11
Dedik Ismawan, Skripsi: “Implementasi Pasal 134 Huruf g Tentang Hak Utama Yang
Diperoleh Oleh Konvoi Kendaraan Bermotor di Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009”
(Malang, UMM, 2012).
11
Yuridis Sosiologis. Dalam hasil pembahasan sesuai dengan isi rumusan
mencari pemecahan masalah atau solusi terkait kasus yang ada dilapangan
seperti yang telah penulis paparkan dibagian latar belakang dan didalam hasil
Ismawan mengangkat tiga (3) sub bab, yang pertama, proses pengajuan
bermotor mendapatkan hak utama yaitu kepentingan yang sudah diatur secara
jelas dalam UU LLAJ pasal 134 huruf g dan Dalam pembahasan terakhir
memegang ijin resmi melakukan konvoi sesuai pasal 134 huruf g UU LLAJ
yaitu melanggar pasal 287 ayat 4 dengan dengan pidana kurungan paling lama
1 bulan dan denda Rp. 250.000, - dengan acara pemeriksaan cepat dalam proses
hukumnya.
beberapa perbedaan isi skripsi penulis dengan isi skripsi Ivin Pramana Yoga.
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan”, sedangkan judul dari
12
Ivin Pramana Yoga adalah “Implikasi Pasal 134 Huruf G Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Terhadap Jasa Pengawalan Mobil
Pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
dan “Hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan oleh pihak kepolisian kota
12
Ivin Pramana Yoga, Skripsi: “Implikasi Pasal 134 Huruf G Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas Terhadap Jasa Pengawalan Mobil Pribadi Oleh Kepolisian Kota
Malang” (Malang, UMM, 2016).
13
mencari pemecahan masalah atau solusi terkait kasus yang ada dilapangan
seperti yang telah penulis paparkan dibagian latar belakang dan didalam hasil
dua (2) sub bab, yang pertama, implikasi dari pasal 134 huruf g UU No.22
Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan yaitu pertimbangan
peneliti adalah mengenai kesesuaian bunyi norma (pasal 134 huruf g UU No.22
Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan) dengan praktik hukum
yang ada. Pada saat pelaksanaan pengawalan yang dilakukan kepolisian atas
kecelakaan lalulintas (Laka) dan memperlancar arus lalu lintas kota malang
sebagaimana salah satu tugas kepolisian satuan lalu lintas, sebab dengan
14
a) Adanya kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang membutuhkan
jenazah;
skripsi penulis dengan isi skripsi Wahyu Sesar T.S.N. Pertama judul, Judul
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan”, sedangkan judul dari Wahyu Sesar T.S.N
(Harley Davidson)”.13
13
Wahyu Sesar T.S.N, Skripsi: “Dasar Pertimbangan Kepolisian Dalam Memberikan Hak Utama
Pengguna Jalan dan Pengawalan Kepada Peserta Konvoi Kendaraan Bermotor (Harley
Davidson)” (Yokyakarta, UAJ, 2016).
15
Tidak Dikawal?” dan “Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana Menurut
Pasal 310 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Sesar T.S.N mengangkat dua (2) rumusan masalah, yaitu: “Apa dasar
pengguna jalan yang mendapatkan hak utama dan pengguna jalan yang lain?”.,
134 UU LLAJ, tetapi peneliti belum melihat adanya solusi yang tepat dalam
hal ini, yang peneliti maksud adalah peraturan tertulis, dan bukan hanya
perintah atau larangan dari atasan kepada bawahan. Seperti yang kita lihat,
untuk membahas secara lebih lanjut tentang, masalah apa yang terjadi terkait
pasal 134 huruf g beserta solusinya dan bagaimana aparat penegak hukum
16
suatu pelanggaran didalamnya. Selanjutnya penulis menyusunnya dalam suatu
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
Tidak Dikawal.
17
2. Untuk Mengetahui Pertanggungjawaban Pidana Menurut Pasal 310
D. MANFAAT PENULISAN
tergantung pada metodologinya, juga tentunya dalam hal ini ditentukan pula
besarnya manfaat penelitian tersebut. Untuk itu dalam penulisan Skripsi ini
perspektif UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini digunakan oleh peneliti sebagai
mengatur serta sanksi pidana yang berlaku bagi para pelanggar lalu lintas
18
Kepolisian dalam perspektif UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan serta syarat untuk penulisan tugas akhir dan
Malang.
E. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
aparat Kepolisian.
2. Pendekatan masalah
dicari ratio legis dan dasar antologis lahirnya UU yang berkaitan dengan
14
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup, h.
133.
19
Conseptual Approach yang mana beranjak dari pandangan-
dalam hukum terkait lalu lintas tersebut, maka dapat ditemukan ide-ide
3. Sumber Data
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Undang-
buku teks maupun jurnal hukum menjadi bahan hukum sekunder dalam
a. Studi Pustaka
b. Wawancara
15
Ibid, h. 135.
20
Dengan melakukan tanya dan jawab dengan Bapak Brigadir Djoko
angkat.
5. Sistematika Penulisan
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Angkutan Jalan.
21
Pada bab ini pembahasan yang berisikan penjelasan dan
Angkutan Jalan.
BAB IV : PENUTUP
22