Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Negara adalah suatu organisasi yang memiliki

tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea

keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia

Tahun 1945 yang mengidentifikasikan Negara Indonesia sebagai Negara

hukum yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum. Setiap kegiatan di

samping harus diorientasikan pada tujuan yang hendak dicapai juga harus

berdasarkan pada hukum yang berlaku sebagai aturan kegiatan kenegaraan,

pemerintahan dan kemasyarakatan. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut,

maka dilakukan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang

merupakan rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu.

Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang

bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kepolisian RI mengemban

tugas-tugas di seluruh Wilayah Indonesia serta menjadi institusi negara yang

terdepan penjaga masyarakat. Aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia

(POLRI) pada masa sekarang ini mempunyai peran dan fungsi sangat penting.

Kehadiran POLRI dirasa sangatlah penting dalam setiap ruang lingkup

kehidupan masyarakat untuk selalu menciptakan rasa aman dan nyaman

dalam segala situasi. Brimob atau Brigade Mobil merupakan salah satu unit

tertua di Kepolisian Repuplik Indonesia yang memiliki tugas utama yaitu


2

untuk membantu tugas kepolisian wilayah dan mengamankan berbagai

macam kejahatan serta memiliki peran penting sebagai penegak hukum di

semua Wilayah Negara di Indonesia memiliki tugas melindungi, mengayomi

dan melayani masyarakat hal ini telah dijelaskan dalam Undang-undang

Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002.1

POLRI dalam menyelenggarakan dan melaksanakan tugas dan

fungsinya juga harus berdasarkan legitimasi hukum yang berlaku. Dalam

Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 2002, Polri diberikan kekuasaan yang

sangat besar yang tidak diberikan kepada institusi lain, yaitu kekuasaan fisik

untuk mencampuri kebebasan para anggota masyarakat. 2 Fungsi utama dari

anggota POLRI adalah menegakkan hukum dan melayani kepentingan

masyarakat umum. Dapat dikatakan bahwa tugas Brimob adalah melakukan

pencegahan terhadap kejahatan dan memberikan perlindungan kepada

masyarakat. Oleh karena itu POLRI disebut sebagai hukum yang hidup.3

Brigade Mobil atau yang biasa kita kenal dengan Brimob adalah

satuan elit Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas

menanggulangi kejahatan yang berintensitas tinggi, seperti halnya unjuk rasa

anarkis, gerombolan separatis, maupun terorisme. Dalam perkembangannya

satuan elit POLRI tersebut ternyata merupakan satuan tertua di republik ini,

jika bertolak pada sejarah asal muasal satuan ini bernama Tokubetsu
1
Raharjo & Angkasa, Profesionalisme Polisi Dalam Penegakan Hukum, Jurnal Dinamika
Hukum Vol. 11 No. 3, 2011, Hlm. 34.
2
Santoso, Suprijatna, & Gilalo, Analisis Yuridis Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat
Dalam Penyelesaian Masalah Melalui Musyawarah Berdasarkan SKEP Kapolri No:
SKEP/737/x/2005 tentang Kebijakan dan Strategi Kepolisian (Studi Kasus Polsek Bogor Utara),
Jurnal Hukum De'rechtsstaat. Volume 2 No. 2, 2016, Hlm. 231.
3
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta: Genta
Publishing, 2009, Hlm. 113.
3

Keisatsutai atau Pasukan Polisi Istimewa yang terbentuk pada Tahun 1945.

Pada tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN)

oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29

September 1945 Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo

menjadi Kepala Kepolisian Negara (KKN). Kesatuan ini pada mulanya diberi

tugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, melindungi kepala negara dan

mempertahankan Ibu kota.4

Di bawah kepemimpinan Inspektur Polisi I Mohammad Yasin satuan

ini berjuang mengusir tentara sekutu di Surabaya yang kita kenal dengan

Pertempuran 10 November 1945. Satuan Polisi Istimewa ini pulalah yang

pertama kali mendapat penghargaan dari Presiden pertama Republik

Indonesia Ir. Soekarno yaitu Sakanti Yana Utama. Pada tanggal 14 November

1946 satuan ini berganti nama menjadi Mobile Brigade (Mobrig), sekaligus

menjadi hari jadi Pasukan Korps Baret Biru (Brimob) sampai sekarang ini.5

Sebagai salah satu bagian terintegral dalam Keluarga Besar Polri,

Brigade Mobil (Brimob) mengalami apa yang dirasakan oleh organisasi

induknya selama sepuluh tahun terakhir. Bahkan dalam berbagai kasus

penanganan dan Penegakan Hukum (Gakum), unjuk rasa, kerusuhan, dan

berbagai kasus di daerah konflik, Brimob dianggap sebagai unit yang

bertanggung jawab terhadap berbagai tindak kekerasan yang terjadi.

Masyarakat umumnya tidak banyak tahu esensi tugas dan fungsi Brimob,

sehingga disamakan dengan personil kepolisian lainnya. Pendekatan dan


4
Korps Brimob Polri. https://korbrimob.polri.go.id/page/sejarah-brimob. Diakses tanggal
12 Mei 2022.
5
Ibid.
4

penanganan yang khas dan berbeda dengan personil atau unit kepolisian

lainnya, inilah yang menjadi esensi ketidaktahuan masyarakat terkait dengan

tugas dan fungsi Brimob ketika diterjunkan di daerah rawan konflik,

kerusuhan, ataupun unjuk rasa dengan intensitas rendah hingga yang

mengarah kepada tindakan anarkisme.6

Satuan Brimob terbagi dari beberapa bagian, terdapat pasukan

gegana (penjinak bom), satuan latihan, satuan intel dan salah satunya yaitu

resimen pelopor. Resimen pelopor yakni satuan pelaksana utama yang berada

di bawah Korps Brimob yang memiliki tugas dan fungsi meningkatkan

kemampuan dan membangkitkan kekuatan satuan Brimob Polri dalam

mengamankan negara, terutama kerusuhan massa, dan kelompok bersenjata.

Tugas dan fungsi tersebut bertujuan untuk mewujudkan ketentraman

masyarakat Indonesia.7

Berdasarkan Pasal 13 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia menjelaskan bahwa Kepolisian

Negara Republik Indonesia sebagai salah satu aparatur negara yang memiliki

tugas pokok yang pertama memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

yang kedua menegakkan hukum dan yang ketiga memberi perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, agar masyarakat merasa

aman, tertib, tenteram, dan tidak terganggu segala aktifitasnya. 8 Tugas

Kepolisian yang dinilai paling efektif pada terjadinya kejahatan dalam

6
Kontak Tembak TNI-Polri Vs KKB Versi OPM Lekagak Telenggen.
https://www.gatra.com/detail/news/510327/hukum/kontak-tembak-tni-polri-vs-kkb-versi-opm
lekagak-telenggen. Diakses tanggal 15 Mei 2022.
7
Ibid.
8
Ibid.
5

penanggulangan dan pengungkapan suatu tindak kejahatan adalah tugas

preventif, karena cakupan tugasnya yang sangat luas dan dirumuskan dengan

kata-kata boleh berbuat apa saja asal keamanan terpelihara dan tidak

melanggar hukum itu sendiri.9

Kebutuhan dan keberadaan POLRI di tengah masyarakat merupakan

kebutuhan yang mutlak dan harus ada.10 Citra POLRI ditentukan bukan hanya

oleh cara-cara mengatasi masalah, tetapi juga bagaimana sikap pribadi

kepelayanan yang ditunjukkannya, antusiasme, keseriusan, kerendahan hati,

semangat dan kejujurannya. Bahkan keberedaannya nyata POLRI di jalanan

dan lapangan secara terus menerus terlihat oleh masyarakat yang telah

memberikan arti pencitraan sendiri.11 POLRI diharapkan untuk mampu

meningkatkan profesionalisme dan kinerjanya melalui penerapan paradigma

baru dalam proses penegakan hukum.12

Keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan syarat utama

mendukung terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur dan baradab

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945.13 Kenyamanan

dan keamanan yang dapat terjaga dengan baik akan meningkatkan stabilitas

9
Yoyok Ucuk Suyono, Hukum Kepolisian, Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2013, Hlm.
69.
10
Suprijatna, Sutanto & Nurwati, Analisis Yuridis Fungsi dan Peran Tenaga Pendidik
Dalam Pembentukan Bintara di SPN Polda Metro Jaya, Jurnal Hukum De'rechtsstaat. Volume 6
No. 1, 2020, Hlm. 282.
11
S.A Soehardi, Polisi dan Kepemimpinan, Semarang: PD PP Polri Jawa Tengah, 2010,
Hlm. 225.
12
Umam, Yumarni & Hasyim, Efektifitas Kewenangan Paminal Dalam Penegakan
Disiplin di Polresta Bogor Kota Berdasarkan Perkap No. 13 Tahun 2016 tentang Pengamanan
Internal di Lingkungan Kepolisian, Jurnal Hukum De'rechtsstaat. Volume 6 No. 1, 2020, Hlm.
167.
13
Supriyoko, Bahar & Mulyadi, Efektivitas Program Perwira Bhabinkamtibmas Polres
Bogor Kota Dalam Penanganan Perkara Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jurnal Hukum
De'rechtsstaat. Volume 2 No. 2, 2016, Hlm. 341.
6

negaranya untuk itu penyelenggaraan kegiatan dan operasi keamanan adalah

guna pencegahan dini, terselenggaranya deteksi dini dan peringatan dini.14

Departemen Keamanan Dalam Negeri merupakan departemen yang

menangani semua bentuk ancaman dan gangguan keamanan. Departemen

Keamanan Dalam Negeri ini juga menangani penjagaan keamanan di dalam

negeri melalui anggota Brimob. Brimob merupakan alat utama untuk menjaga

keamanan dalam negeri dan bagian dari Ulil Amri yakni orang-orang yang

memiliki wewenang memerintah atau orang yang berwenang mengurus

urusan kaum muslimin, dengan menyelesaikan perkara berdasarkan nilai-nilai

yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.15

Resimen Pelopor adalah satu fungsi yang terdapat di kesatuan

Brimob selain Gegana. Resimen Pelopor memiliki tugas membina

kemampuan dan mengerahkan kekuatan Brimob POLRI dalam menanggulani

gangguan keamanan dalam negeri berintentitas tinggi, utamanya kerusuhan

massa, kejahatan terorganisir senjata api guna mewujudkan tertib hukum di

lingkungan masyarakat setempat serta ketentraman masyarakat di seluruh

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.16

Dalam perjalanan sejarahnya, anggota Resimen Pelopor berhasil

mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukkan khusus POLRI yang

memiliki kadar dan resiko tinggi. Beberapa tugas yang telah berhasil

14
Rahmat, Suhartini & Yumarni, Peranan Satuan Intelkam Dalam Pemberantasan
Penyalahgunaan Narkotika di Kota Bogor Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri, Jurnal Hukum
De'rechtsstaat. Volume 1 No. 2, 2015, Hlm. 256.
15
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Jilid II, Cet. IX, Jakarta: Lentera Hati,
2007, Hlm. 484.
16
Korps Brimob Polri. https://korbrimob.polri.go.id/page/sejarah-brimob. Diakses
tanggal 12 Mei 2022.
7

dilaksanakan yakni penanganan kasus terorisme serta peredaman perang

kampung. Anggota Resimen Pelopor dalam melaksanakan tugas atau operasi

seringkali tidak memberitahukan identitasnya untuk menjaga kerahasiaan,

keamaan serta keselamatan pribadi dan keluarganya. Hal ini mengakibatkan

anggota sering mengaku sebagai anggota polisi tanpa menyebutkan

spesifikasi fungsinya.17

Secara umum petugas Resimen Pelopor menempati posisi yang

mengalami interaksi langsung dan sering berhadapan dengan publik serta

dihadapkan pada elemen-elemen masyarakat yang paling mengancam seperti

kasus pembunuhan, perampokan dan menangani masa yang mengamuk,

antisosial seperti kelompok teroris, kelompok bersenjata, dan tidak dapat

dipercaya seperti kelompok unjuk rasa (pendemo). Kelompok ini adalah

orang-orang yang melanggar hukum dan melakukan tindakan yang

membahayakan orang lain. Banyak tugas yang dibebankan kepada anggota

Resimen Pelopor, bahkan anggota Resimen Pelopor tidak mengenal waktu

jam kerja, ketika dibutuhkan anggota harus siap kapanpun seperti pengiriman

pasukan Brimob ke daerah konflik atau dikenal sebagai istilah BKO atau

Bawah Kendali Operasi.18

Bawah Kendali Operasi atau BKO merupakan salah satu tugas utama

Korps Brimob. BKO yaitu anggota Brimob dikirim keluar kota untuk

mengamankan wilayah yang mengalami konflik atau bencana. Pengiriman


17
Korps Brimob Polri. https://korbrimob.polri.go.id/page/sejarah-brimob. Diakses
tanggal 22 Mei 2022.
18
Ibid.
8

pasukan BKO tidak menentu karena gangguan keamanan dan bencana yang

terjadi di Indonesia tidak dapat diprediksi. Anggota Brimob harus siap mental

maupun fisik untuk menjalankan tugas tersebut. Pada saat menjalankan BKO

anggota Brimob tidak jarang menemui kendala seperti harus menerima

keadaan lingkungan yang baru, menghadapi ancaman integritas diri,

kecelakaan di jalan, dan rela kehilangan nyawa demi mengamankan wilayah

yang mengalami konflik.19

Anggota Brimob Resimen I Pasukan Pelopor dalam menjalankan

tugas harus siap sedia menerima segala perintah di segala kondisi dan

dikirimkan ke wilayah rawan konflik khususnya Nemangkawi Papua guna

meningkatkan keamanan. Dalam kegiatan BKO juga Anggota Brimob harus

rela meninggalkan keluarga dan berpisah dalam jangka waktu tertentu demi

menjalankan tugas.20

Nemangkawi Papua merupakan kawasan yang sangat rawan

terjadinya konflik, baik konflik antar etnis maupun konflik bersenjata.

Nemangkawi Papua merupakan wilayah yang terletak di Puncak Jaya Papua

memiliki beragam etnis, bahasa, dan agama.21 Maraknya konflik politik dan

perang saudara yang terjadi merupakan hasil dari serangkaian faktor yang

kompleks, termasuk sengketa atas akses dan kontrol terhadap sumber daya

19
Korps Brimob Polri. https://korbrimob.polri.go.id/page/sejarah-brimob. Diakses
tanggal 15 Mei 2022.
20
Ibid.
21
Organisasi Papua Merdeka, https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Papua_Merdeka.
Diakses tanggal 15 Mei 2022.
9

alam, distribusi yang tidak merata dalam bidang ekonomi dan politik,

militerisasi, dan perdagangan senjata ilegal.

Karakteristik yang dimiliki Wilayah Nemangkawi ini merupakan

tantangan yang besar dalam pengembangan Kabupatan Jayapura di masa

yang akan datang, bukan hanya sejajar, tetapi juga mampu melebihi kemajuan

daerah lain. Sisi lain, posisi geografis tersebut dengan keragaman yang

dimiliki harus tetap mendapat perhatian khusus dan menuntut kecermatan

dalam perencanaan, pengelolaan kegiatan pembangunan dan masalah

kemasyarakatan lainnya.

Sumber air di wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai, danau

dan air tanah.Sungai besar yang melintas di wilayah Kabupaten Jayapura

sebanyak 4 buah, sebagian besar muara menuju ke pantai utara (Samudera

Pasifik) dan pada umumnya sangat tergantung pada fluktuasi air hujan.

Disamping itu terdapat sungai-sungai kecil yang merupakan sumber air

permukaan yang mengalir di wilayah ini. Kabupaten Jayapura dengan luas

wilayah 17.516.6 Km2 memiliki jumlah penduduk 155.197 jiwa yang

tersebar di 19 Distrik dan 139 kampung, 5 kelurahan, dimana terdapat 83.890

jiwa penduduk laki-laki dan 71.307 penduduk perempuan pada akhir tahun

2012, atau dapat dikatakan prosentase penduduk laki-laki lebih besar 54,05 %

dibandingkan penduduk perempuan 45,95 % dari total jumlah penduduk

Kabupaten Jayapura.

Pekerjaan sebagai anggota Brimob Resimen I Pasukan Pelopor

tidaklah mudah, karrena dituntut harus memiliki fisik dan mental yang kuat
10

dalam setiap menjalani tugas sebagai pelindung rakyat Indonesia. Tugas yang

berintensitas tinggi dan membutuhkan konsentrasi penuh mengharuskan

Anggota Brimob Resimen I Pasukan Pelopor memiliki kesiapan fisik dan

psikologis yang baik pada saat melaksanakan setiap tugas termasuk BKO. 22

Anggota Brimob Resimen I pasukan Pelopor yang melaksanakan BKO tanpa

melalui proses seleksi ataupun tes psikologis yang lain, bahkan tidak jarang

Anggota Brimob mendapat penugasan BKO hanya sehari sebelum

pelaksaannya saja sehingga para Anggota Brimob tidak memiliki kesiapan

menjelang pengiriman pasukan.

Ganggauan keamanan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di


tanah Papua kini menjadi isu utama keamanan wilayah paling timur
Indonesia. Masalah ini mulai mencuat kembali pada Tahun 2017 dengen
beberapa stimulasi faktor pragmatis yang melatarbelakanginya. Dimulai dari
status perpanjangan kontrak karya tambang freeport dari pemerintah pusat
yang masih mengembang, hingga stimulasi fragmentasi kelompok
masyarakat menjelang pemilihan kepala daerah pada Tahunn 2018;
Gerakan-gerakan KKB ini meski terkesan beralasan pragmatis, namun
tetap memiliki alasan dasar ideologi (basic reason), mencakup keinginan
memisahkan diri dari NKRI (freedom); perasaaan ketidakadilan dalam
pembangunan; kesejahteraan individual yang masih belum baik dan masih
rendahnya kelayakan hidup sosial, pendidikan, keadilan, dan kemanusiaan
(humanity). Gerakan KKB merupakan kekuatan yang tidak pernah terputus
sejak Tahun 1961 ketika Ratu Juliana menjanjikan kemerdekaan. Namun,
kembalinya Papua sebagai wilayah NKRI memutus janji politik imperial
Belanda kepada masyarakat Papua.

22
Korps Brimob Polri. https://korbrimob.polri.go.id/page/sejarah-brimob. Diakses
tanggal 15 Mei 2022.
11

Setelah itu, kelompok gerakan KKB terus mengorganisir diri


menciptakan gangguan keamanan masyarakat Papua untuk menggoyahkan
stabilitas politik dan pembangunan di Pulau Cendrawasih, dengan harapan
dapat menarik keuntungan finansial dengan memanfaatkan keresahan
masyarakat. Titik-titik konflik yang mereka ciptakan juga menjadi
momentum untuk meraih simpati dunia internasional, jika penanganan
keamanan oleh aparat pemerintah terkesan melanggar Hak Asasi Manusia
(HAM).Tentu hal ini mudah dilakukan oleh KKB, karena sebagian besar dari
anggotanya tidak mengenakan seragam. Dekade setelah reformasi,
pemerintah telah semakin menyadari urgensi perubahan penanganan atas
permasalahan ini.
Situasi keamanan seperti ini membuat pemerintah mengedepankan
pendekatan Keamanan berbasis sipil-kepolisian dari sebelumnya yang
berbasis pertahanan militer. Pendekatan sipil-kepolisian juga erat kaitanya
dengan pengamanan demokrasi yang akan dihelat di tanah Papua pada Tahun
2018. Pemerintah berkinginan agar hak politik masyarakat papua dapat
terbangun secara sehat, tidak lagi ditentukan oleh tekanan politik kelompok.
Hal ini sejalan dengan prinsip demokrasi Pancasila yang ingin mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mampu memajukan kesejahteraan umum, agar setiap
warga negara merasakan kemerdakaan seutuhnya; Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, selain memiliki nilai positif juga berdampak
terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas gangguan dan ancaman
kamtibmas (keamanan,ketertiban masyarakat) yang dengan sendirinya
menuntut Polri untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Polri
kearah yang lebih profesional, bermoral dan patuh hukum sesuai dengan
bidang tugasnya.
Analisis Kepolisian menunjukkan bahwa ancaman penembakan KKB pada

tahun 2018 terjadi di 7 wilayah meliputi Puncak Jaya, Wamena, Tolikara,

Lanny Jaya, Nduga, Mimika, Puncak dan Paniai. Sejumlah media massa

nasional seperti Kompas, bahkan menyebutkan ada 9 titik panas konflik di


12

tahun 2018. Titik ini melekat dengan daerah di Papua yang tahun 2018 ini

menyelenggarakan pemilihan kepala daerah serentak. Dalam tahun 2018 ini

di wilayah Papua akan dilaksanakan Pemilihan Gubernur Provinsi Papua dan

juga Pilkada serentak yang diikuti oleh 6 Kabupaten yaitu, Kab. Mimika,

Kab. Paniai, Kab. Jayawijaya, Kab. Biak, Kab. Deiyai, Kab. Puncak dan Kab.

Mamberamo Tengah.

Konflik yang tidak berkesudahan di Papua juga dilatar belakangi

keberadaan objek vital pertambangan emas terbesar di Indonesia, yakni

kawasan tambang Freeport Tembagapura. Sepanjang tahun 2017 silam,

eskalasi konflik di Tembagapura mengalami peningkatan. Tercatat ada 24

kali penembakan liar yang dilakukan KKB sepanjang tahun 2017 meningkat

dari kasus penembakan pada tahun 2016 sebanyak 15 kasus. Puncak

gangguan keamanan adalah penyanderaan terhadap 1.300 warga di Timika.

Anggota polisi merupakan salah satu sasaran penembakan liar KKB. Jumlah

korban jiwa dari anggota Kepolisian tercatat mencapai belasan orang.

Sedangkan korban luka-luka mencapai puluhan orang.

Konflik di Papua yang masih mencuat berlangsung di daerah

pegunungan, sementara di daerah pantai cenderung berkurang. Tingginya

kerawanan di daerah pegunungan dilatari masih tertinggalnya daerah

pedalaman di pegunungan. Minimnya infrastruktur dan suprastruktur

penunjang ekonomi, membuat masyarakat di daerah pegunungan memiliki

perasaan dikucilkan, mudah terprovokasi KKB dengan membangkitkan luka


13

lama paradigma konflik masa Orde Baru yang jika terus-menerus di

dramatisir dapat membangkitkan perasaan ingin merdeka.

Setelah melihat uraian latar belakang penelitian di atas, maka peneliti

dalam penelitian Skripsi ini mengambil judul tentang: “PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI ANGGOTA RESIMEN I PASUKAN PELOPOR YANG

MELAKSANAKAN TUGAS NEMANGKAWI PROVINSI PAPUA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka peneliti

mengangkat identifikasi masalah, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum anggota Resimen I Pasukan Pelopor

yang melaksanakan tugas Nemangkawi?

2. Bagaimana kendala dalam perlindungan hukum anggota Resimen I

Pasukan Pelopor dalam melaksanakan tugas Nemangkawi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum anggota

Resimen I Pasukan Pelopor yang melaksanakan tugas Nemangkawi.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala dalam perlindungan

hukum anggota Resimen I Pasukan Pelopor yang melaksanakan tugas

Nemangkawi.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun dari kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:


14

1. Secara Teoritis: penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

hukum, khususnya hukum kepolisian.

2. Secara Praktis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi pemerintah, khususnya tentang perlindungan hukum bagi

anggota Resimen I Pasukan Pelopor yang melaksanakan tugas

Nemangkawi.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian Skripsi ini, sebagai Grand Theory, yaitu Teori

Negara Hukum. Negara hukum merupakan esensi yang menitik beratkan pada

tunduknya pemegang kekuasaan negara pada aturan hukum.23 Hal ini berarti

alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh berdasarkan

hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum.

Pembatasan kekuasaan sebagaimana konsep negara hukum juga ada

pada Undang-undang Dasar Tahun 1945 sebelum amandemen yang

dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (1), “Presiden Republik Indonesia memegang

kekuasaan pemerintahan menurut Undang-undang Dasar.”

Kejelasan terhadap Indonesia sebagai negara hukum terjadi Pasca

Perubahan Undang-undang Dasar Tahun 1945. Selain memberikan implikasi

terhadap posisi dan kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),

yang menurut Undang-undang Dasar Tahun 1945 tidak ada lagi lembaga

tertinggi. Juga kepastian terhadap Indonesia sebagai negara hukum tertuang

pada Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun 1945 yang merupakan

23
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bandung: Mandar
Maju, 2013, Hlm. 1.
15

hasil perubahan ketiga yakni, Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Hal

ini menjelaskan bahwa Indonesia bukan berdasar atas kekuasaan belaka

(machtstaat).

Ketentuan di atas, berasal dari Penjelasan Undang-undang Dasar

Tahun 1945 yang ”diangkat” ke dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945.

Negara hukum yang dimaksud ialah negara yang menegakkan supremasi

hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan

yang tidak dipertanggungjawabkan (akuntabel). Paham negara hukum

sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) berkaitan erat

dengan paham negara kesejahteraan (welfare state) atau paham negara hukum

materil sesuai dengan bunyi alinea keempat Pembukaan dan Ketentuan Pasal

34 Undang-undang Dasar Tahun 1945.24

Menurut Jimly Assiddiqie25, konsep kedaulatan rakyat diwujudkan

melalui instrumen-instrumen hukum dan sistem kelembagaan negara dan

pemerintah sebagai institusi hukum yang tertib. Oleh karena itu, produk

hukum yang dihasilkan haruslah mencerminkan perwujudan prinsip

kedaulatan rakyat. Konsep rechtsstaat bertumpu pada sistem hukum

kontinental yang disebut “civil law” atau “modern roman law” sedangkan

konsep “the rule of law” bertumpu atas sistem hukum yang disebut “common

law”. Karakteristik “civil law” adalah “administratif”, sedangkan

karakteristik “common law” adalah “judicial”. Berbeda dengan latar

24
Tim Penyusun Revisi Naskah Komperhensif, Perubahan UUD NKRI 1945, Latar
Belakang, Proses, dan Hasil Pembahasan Tahun1999-2002, Buku II Sendi-sendi/Fundamental
Negara, Jakarta: Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010, Hlm. 63-64.
25
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam
Pembentukan UUD 1945, Yogyakarta: FH UI Press, 2004, Hlm. 7.
16

belakang negara hukum Republik Indonesia, sama halnya dengan istilah

“demokrasi”, yang sebelumnya tidak dikenal namun dengan pengaruh pikiran

barat dikenal demokrasi dengan atribut tambahan, yang melalui Tap MPRS

No. XXXVII/MPRS/1967, disebut dengan “Demokrasi Pancasila”. Begitu

juga halnya dengan negara hukum yang dikenal dengan Negara Hukum

Pancasila. Sehingga, negara hukum Republik Indonesia bukan sekedar

terminologi dari “rechtsstaat” atau “rule of law”.26

Menurut Julius Stahl, konsep negara hukum yang disebutnya dengan

istilah “rechtsstaat‟ itu mencakup 4 (empat) elemen penting, yaitu:27

1. Perlindungan hak asasi manusia;

2. Pembagian kekuasaan;

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang; dan

4. Peradilan tata usaha negara.

Sedangkan, A.V. Dicey menguraikan adanya 3 (tiga) ciri penting

dalam setiap negara hukum yang disebutnya dengan istilah the rule of law,

yaitu:28

a. Supremacy of Law (supremasi hukum);

b. Equality Before the Law (persamaan di depan hukum); dan

c. Due Process of Law (proses hukum yang adil).

Teori negara hukum di atas dihubungkan dengan penelitian ini yaitu:

26
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: Bina
Ilmu, 1987, Hlm. 72-74.
27
Jimly Assiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, Jurnal, Simbur Cahaya
No. 25 Tahun IX Mei 2004, Hlm. 167.
28
A.V. Dicey, Pengantar Studi Hukum Konstitusi, Terjemahan dari Introduction to the
Study of the Law of the Constitution, Bandung: Nusamedia, 2007, Hlm. 254-259.
17

Brigade Mobil (Brimob) adalah Korps tertua di dalam Kepolisian Negara

Republik Indonesia karena dibentuk pada tanggal 14 Nopember 1945

bersamaan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Korps ini dikenal

sebagai Korps Baret Biru. Adapun keberhasilan dan pencapaian tugas yang

berhasil dilakukan oleh Satgas Ops Nemangkawi, yaitu dalam upaya

penindakan yang tegas dan terukur, terdapat delapan orang kelompok

kriminal bersenjata yang meninggal dunia serta orang luka-luka.

Satgas Nemangkawi hinga kini terus memburu kelompok kriminal

bersenjata (KKB) dengan risiko besar bertaruh nyawa demi menjaga

kedaulatan Negara Republik Indonesia (NKRI) dan juga melindungi

masyarakat sipil di Papua yang selama ini mendapat kekerasan dan tekanan

dari aksi brutal teroris Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Seluruh

Anggota Satgas Newangkawi harus rela berpisah dengan keluarga demi

melaksanakan tugas mulia membela NKRI sekaligus penegakan hukum. 

Sebagai Middle Range Theory, yaitu Perlindungan Hukum.

Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan terhadap

hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat penegak

hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum

terhadap sesuatu. Perlindungan hukum juga dapat menimbulkan pertanyaan

yang kemudian meragukan keberadaan hukum. Hukum sejatinya harus

memberikan perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status

hukumnya karena setiap orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan

hukum. Setiap aparat penegak hukum jelas wajib menegakkan hukum dan
18

dengan berfungsinya aturan hukum, maka secara tidak langsung pula hukum

akan memberikan perlindungan terhadap setiap hubungan hukum atau segala

aspek dalam kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum itu sendiri.

Menurut Fitzgerald, teori perlindungan hukum bahwa hukum

bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan

dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan

terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara mengesampingkan

berbagai kepentingan di lain pihak.29 Kepentingan hukum adalah mengurusi

hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi

untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. 30

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir

dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut

untuk mengatur hubungan perilaku antara angota-anggota masyarakat dan

antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat.

Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan orang lain

dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati

semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.31

Menurut Philipus M. Hadjon, bahwa perlindungan hukum bagi rakyat

29
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, Hlm. 53.
30
Ibid, Hlm. 69.
31
Ibid, Hlm. 54.
19

sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif.32

Perlindungan Hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam

pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan yang represif

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di

lembaga peradilan.33

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi

hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan

dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang

diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang

bersifat preventif maupun dalam bentuk yang bersifat represif, baik yang

secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan

hukum. Hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari

hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari

hukum.

Teori perlindungan hukum di atas dihubungkan dengan penelitian ini

yaitu: Satuan Brimob pada perpolisian masyarakat adalah seluruh masyarakat,

namuan karena keterbatasan kesatuan, maka harus menentukan mitra utama

yaitu masyarakat secara prioritas dipilih untuk menjadi mitra tugas pada

pelaksanaan perpolisian masyarakat dengan skala prioritas berdasarkan

karakteristik tertentu di suatu area yang di dalamnya terdapat suatu komunitas

32
Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1987, Hlm. 2.
33
Maria Alfons, Implentasi Perlindungan Indikasi Geografis Atas Produk-produk
Masyarakat Lokal Dalam Prespektif Hak Kekayaan Intelektual, Malang: Universitas Brawijaya,
2010, Hlm. 18.
20

(community) masyarakat yang memerlukan kehadiran Anggota Brimob

sebagai mitra dalam perpolisian masyarakat dengan tolok ukur tertentu.

Sebagai Applied Theory, Teori Kepastian Hukum. Kepastian hukum

menurut Sudikno Mertokusmo, merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi dalam pelaksanaan penegakan hukum. Sudikno Mertokusumo

mengartikan, bahwa kepastian hukum merupakan perlindungan yustiabel

terhadap tindakan sewenang-wenang yang berarti seseorang akan dapat

memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.34

Undang-undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum

menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik

dalam dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan

masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam

membebani tindakan dalam individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan

aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.35

Kepastian hukum ini juga dapat digunakan untuk mengetahui dengan

tepat aturan apa yang berlaku dan apa yang dikehendaki daripada hukum itu

sendiri. Asas ini sangat menetukan eksistensi hukum sebagai pedoman

tingkah laku di masyarakat. Hukum harus memberikan jaminan tentang

aturan hukum.36

Persoalan kepastian karena selalu dikaitkan dengan hukum,

memberikan konsekuensi bahwa kepastian hukum di sini selalu


34
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 2007,
Hlm. 145.
35
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2008, Hlm. 158.
36
Muchtar Kusumaatmadja dan Arief B Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum: Suatu
Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Buku I, Bandung: Alumni, 2000,
Hlm. 48.
21

mempersoalkan hubungan hukum antara warga negara dengan negara.

Sebagai sebuah nilai, kepastian hukum tidak semata-mata selalu berkaitan

dengan negara, karena esensi dari kepastian hukum adalah masalah

perlindungan dari tindakan kesewenang-wenangan. Maka itu, aktor-aktor

yang mungkin melakukan kesewenang-wenangan, tidak terbatas pada negara

saja, tetapi juga oleh sekelompok pihak lain di luar negara.37

Teori kepastian hukum di atas dihubungkan dengan penelitian ini

yaitu: Brimob Polri sebagai fungsi teknis kepolisian bantuan taktis

operasional back up satuan kewilayahan terdepan terhadap gangguan

Kamtibmas berkadar tinggi, utamanya kerusuhan massa, kejahatan

terorganisir menggunakan senjata api dan atau bahan peledak. Operasi

Nemangkawi merupakan bentuk usaha memelihara keamanan di tanah Papua

dari gangguan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Satgas Operasi

Nemangkawi saat ini masih melakukan pengejaran berupaya menguasai

markas KKB. Semoga aparat TNI-Polri mampu melumpuhkan KKB sehingga

situasi keamanan di Papua kembali pulih dan kondusif.

F. Metode dan Lokasi Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah

pendekatan yang dilakukan terhadap ilmu hukum adalah Pendekatan

Yuridis Normatif, Yaitu hukum dikonsepsikan sebagai norma, kaidah,

37
E. Fernando M. Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan: Tinjauan Hukum Kodrat
dan Antinomi Nilai, Jakarta: Kompas, 2007, Hlm. 94.
22

asas atau dogma-dogma. Pendekatan Yuridis Normatif dikenal pula

dengan istilah pendekatan/penelitian doctrinal atau penelitian hukum

normative.38

Tahapan penelitian Yuridis Normatif, menggunakan studi kepustakaan

(penelahaan terhadap literature), namun sepanjang diperlukan, dapat

dilakukan interview, untuk melengkapi studi kepustakaan. Termasuk

kedalam kajian/ pendekatan Yuridis Normatif diantarannya adalah

sejarah hukum dan pembandingan hukum, juga filsafat hukum, dalam

penelitian ini bahan pustaka merupakan data dasar penelitian yang

digolongkan sebagai data sekunder.

2. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data

Untuk pendekatan yuridis normatif, teknik pengumpulan data

yang dilakukan adalah melalui penelaahan data yang diperoleh dalam

perundang-undangan, buku teks, jurnal, hasil penelitian, ensiklopedi,

biografi, indek kumulatif dan lain-lain.

Pada dasarnya teknik pengumpulan data dengan pendekatan ini

dilakukan terhadap literatur tertulis. Teknik ini dapat dilakukan

melalui pengkasifikasian dan pencatatan yang rinci (dianggap benar)

sistematis dan terarah mengenai dokumen/kepustakaan kemudian

interprestasi.39

38
Martin Roestamy,E.Suhartini, A.Yumarni, Metode Penelitian Laporan Karya Ilmiah
Hukum Pada Fakultas Hukum, Fakultas Hukum Universitad Djuanda, Bogor,2015.

39
Ibid
23

3. Tahap Penelitian dan Bahan Penelitian

Penelitian Yuridis Normatif menggunakan data sekunder, terdiri atas:

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan pustakan yang berisikan pengetahuan ilmiah yang

baru dan mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta yang

diketahui maupun mengenai suatu gagasan atau ide. Bahan hukum

primer ini mencakup peraturan perundang-undangan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan hukum pustaka yang berisikan informasi tentang

bahan primer, terdiri atas penjelasan undang-undang, rancangan

undang-undang, literature-literatur yang berhubungan dengan

penelitian. Bahan-bahan seminar, symposium, diskusi panel dan

bahan referensi lainnya yang berhubungan dengan bahan

penelitian.

c. Bahan Hukum Tertier

Yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder contohnya kamus,

Ensiklopedia, indek kumulatif dan seterusnya

5. Lokasi Penelitian

- Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Djuanda.

- Resimen I Pasukan Pelopor Korps Brimob Polri.yang bertugas di

Nemangkawi Provinsi Papua.


24

Anda mungkin juga menyukai