BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kepolisian
melawan kejahatan. Akhirnya polisi yang akan menentukan secara konkrit apa
adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi
33
Satjipto Rahardjo, 2009, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta:
Genta Publishing, hal. 111.
34
Ibid, hal. 117.
23
Polisi memiliki arti yang berbeda antara sekarang dan pada awal
ditemukannya istilah polisi itu sendiri. Pertama kali istilah Polisi ditemukan
pada abad sebelum masehi di Yunani yaitu “Politea” yang berarti seluruh
juga dipakai untuk menyebut semua usaha kota . Karena pada masa itu kota-
kota merupakan negara-negara yang berdiri sendiri yang disebut juga dengan
polis, maka politeia atau polis berarti semua usaha yang tidak saja menyangkut
Pada abad ke-14 dan 15 oleh karena perkembangan zaman, urusan dan
secara khusus. Akhirnya urusan agama dikeluarkan dari usaha politeia, maka
istilah politeia atau Polisi tinggal meliputi usaha dan urusan keduniawian
saja. 35 Dari istilah politeia dan polis itulah kemudian timbul istilah lapolice
(Indonesia). 36
Tahun 2002).
Pasal 13
35
Warsito Hadi Utomo, 2005, Hukum Kepolisian di Indonesia, Jakarta: Prestasi Pustaka,
hal 5
36
Ibid, hal. 9.
37
Aditya Nagara, 2000, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Bintang Usaha Jaya, hal
453
masyarakat.
perundang-undangan,
tugas kepolisian,
undangan.
berwenang :
administratif kepolisian,
internasional,
kepolisian.
(3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
Pasal 14 :
berwenang untuk :
penyidikan.
saksi.
pemeriksaan perkara.
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan pegawai negeri sipil untuk
pertolongan.
masyarakat.
dan mulia itu, jelas merupakan beban yang sangat berat. Terlebih ditegaskan
bahwa di dalam menjalankan tugasnya itu harus selalu menjunjung tinggi hak-
kesusilaan. Beban tugas yang demikian berat dan ideal itu tentunya harus
didukung pula oleh aparat pelaksana yang berkualitas dan berdedikasi tinggi. 38
telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa pada intinya ada dua tugas
peradilan pidana (dengan sarana penal), dan penegakan hukum dengan sarana
non penal. Tugas penegakan hukum di bidang peradilan (dengan sarana penal)
sebenarnya hanya merupakan salah satu atau bagian kecil saja dari tugas
38
Barda Nawawi Arief, 1998, Beberapa Aspek Kebijaksanaan Penegakan dan
Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 4.
hukum warga masyarakat tentunya merupakan tugas yang lebih luas dari yang
sebagai pekerja sosial untuk menggambarkan kedua tugas / peran ganda ini,
enforcement duties “.
Republik Indonesia.
segala hal-ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai
dengan perundang-undangan.
bahwa tugas-tugas yang diemban oleh polisi sangat komplek dan rumit sekali
Polisi adalah organisasi yang memiliki fungsi sangat luas sekali. Polisi
dan Kepolisian sudah sangat dikenal pada abad ke-6 sebagai aparat negara
tirani. Sedemikian rupa citra polisi dan kepolisian pada masa itu maka negara
tangan polisi dan kepolisian untuk menjalankan tugas tangan besi melakukan
manusia, keadaan ini menimbulkan citra buruk bagi kepolisian itu sendiri. Di
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, hal ini terdapat
Republik Indonesia.
masyarakat yang adil dan makmur dengan semangat tri brata serta jiwa yang
besar, Polisi yang memiliki hati nurani yang bersih, bersikap tenang, mantap
dan tidak tergoyahkan dalam situasi dan kondisi apapun serta selalu tepat
39
Surayin, 2004, Tanya Jawab UU No2 tahun 2002 , Bandung: Yrama Widya, hal 28
40
Gerson W. Bawengan, Op. Cit, hal.124
karena tugas yang luas hampir tanpa Batas; dirumuskan dengan kata-kata
berbuat apa saja boleh asal keamanan terpelihara dan asal tidak melanggar
hukum itu sendiri. Dengan begitu pada tugas ini yang digunakan adalah asas
mencegah bertemunya faktor niat dan kesempatan agar tidak terjadi gangguan
tindak kejahatan diperlukan personel yang mempelajari hal itu dan selanjutnya
Fungsi patroli polisi sangat diharapkan sebagai salah satu ujung tombak
dari POLRI yang bergerak dibidang refresif yustisiil yakni penyidikan yang
mengantisipasi segala tipu daya dan kemampuan penjahat yang semakin hari
dilakukan oleh dua orang atau lebih anggota Polri sebagai usaha mencegah
akhirnya apabila suatu hari ditemukan hal-hal yang diluar kebiasaan daerah
diwilayah tersebut. Dengan demikian masyarakat dapat merasa lebih aman dan
itu kita juga harus menyadari dan mengakui bahwa masyarakat juga harus turut
tengah masyarakat.
41
Aditya Nagara, Op.Cit, hal 453
dan hubungan di antara sesama penjahat). Salah satu proses yang penting
dalam kehidupan manusia yang juga yang dialami oleh penjahat adalah proses
kedewasaan/kematangan pribadi/maturation.
proses yang terjadi antara penjahat dan penjahat. 42 Kedewasaan ini dapat
terjadi dalam diri penjahat yang telah cukup berpengalaman. Hal ini berarti
pendidikan tertentu. Hal ini tidaklah berarti bahwa seseorang yang mulai
42
Ninik Widiyanti dan Yulius W, 1987, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya,
Jakarta: Pradya Paramita, hal 148.
menunjukkan bahwa proses kejahatan terjadi dalam dirinya dimulai dari yang
ringan kepada yang berat, dari yang jarang kepada yang sering, dari suatu hobi
menjadi suatu pekerjaan, dari kejahatan yang dilakukan oleh kelompok yang
pencegahan yakni sebelum kejahatan itu terjadi. Adapun alasannya antara lain
sebagai berikut :
1. Tindakan pencegahan adalah lebih baik dari pada tindakan represif dan
tidak diperlukan banyak tenaga seperti pada usaha represif dan rehabilitasi
43
Momon Martasaputra 1973, Asas-asas Kriminologi, Bandung: Alumni, hal 324.
seperti pada usaha represif dan rehabilitasi. Misalnya menjaga diri jangan
kriminal. Pencegahan adalah lebih baik daripada tindakan represif dan koreksi,
birokratis.
dan membaginya menjadi dua yaitu bersifat langsung dan tidak langsung,
antara lain :
a. Bersifat langsung.
44
Ninik Widiyanti, Yulius W, Op.Cit, hal 154-155
kriminalitas.
telah mengubah cara hidup manusia dan akhirnya hanya dapat untuk berusaha
dan intensif. Maka benarlah apa yang dikatakan Emile Durkheim menyatakan
bahwa Kejahatan adalah suatu gejala normal di dalam setiap masyarakat yang
45
Arif Gosita, “Kata Sambutan”, Seminar Perlindungan Anak Pra Yuwana Pusat,
Jakarta, tanggal 30 Mei-4 Juni 1977, hal 156-157.
baik kembali, karena bukan saja diperhitungkan dari segi biaya, akan tetapi
usaha ini lebih mudah dan akan mendapatkan hasil yang memuaskan atau akan
kejahatan haruslah dikenal, diberi cap dan ditanggapi sebagai kejahatan, disana
menanggulanginya.
46
Ninik Widiyanti, Op.Cit, hal.2
semuanya ditujukan untuk melindungi warga negara yang baik dari penjahat. 48
a. Antropologi kriminal
Ilmu yang mempelajari dan meneliti mengenai manusia yang jahat dari
tingkah laku, karakter dari sifat dan ciri tubuhnya seperti apa, juga meneliti
apa ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.
b. Sosiologi Kriminal
dalam masyarakat.
c. Psikologi Kriminil
47
Abdussalam, Kriminologi, Jakarta,Restu Agung, 2007, hal 4
48
Ibid., hal. 4.
menimbulkan kejahatan.
e. Penologi
a. Higiene Kriminil
b. Politik Kriminil
c. Kriminalistik
49
Ibid, hal 9-11
2. Politik kriminil.
Menurut Sudarto, politik kriminal adalah suatu usaha yang rasional dari
masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Dalam hal ini segala hal yang
dalam arti :
terhadap:
50
Ibid, hal 12-13
KUHP).
1. Bila terjadi suatu peristiwa harus diselidiki dulu apakah peristiwa tersebut
2. Bila telah diketahui merupakan peristiwa pidana maka harus dicari pasal
51
Ibid, hal 13-15
tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu “kebijakan sosial” (social
pidana), maka “kebijakan hukum pidana” (penal policy) khususnya pada tahap
tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa social welfare dan social
defence. 52
(goal), social welfare dan social defence. Aspek social welfare dan social
penal dan non penal. Dan bila dilihat dari sudut politik kriminal, kebijakan
52
Barda Nawawi Arief, 2001, Masalah Penegakan hukum dan Kebijakan
Penanggulangan Kejahatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal 74
paling strategis untuk dilaksanakan agar tujuan (goal) tercapai adalah melalui
saran non-penal karena lebih bersifat preventif dan arena kebijakan penal