Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tugas, peran dan fungsi kepolisian suatu Negara selalu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangannya itu dipengaruhi oleh banyak hal. Beberapa diantaranya adalah lingkungan, politik, ketatanegaraan, ekonomi maupun social budaya. Begitu pula dengan tugas, peran dan fungsi kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Dari masa berdirinya Polri sebagaimana disyahkan dalam Undang Undang Dasar (UUD) tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan sekarang, tugas, peran dan fungsinya mengalami perkembangan. Apabila dahulu pada masa awal disahkannya kepolisian nasional disamping
melaksanakan tugas rutin, kepolisian juga secara aktif ikut dalam perang mempertahankan kemerdekaan, maka pada saat sekarang ini berdasarkan Undang Undang No 2 tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Dalam perkembangan saat sekarang ini, masyarakat Indonesia menuntut Polri menjadi lembaga yang humanis, professional dan mejunjung tinggi hak azazi manusia serta mampu menciptakan keadilan social ditengah masyarakat. Hal ini tidakklah mudah bagi Polri, peranan sebagai penegak hukum sering berbenturan dengan peranannya sebagai pelayan
masyarakat. Untuk itu Polri perlu mengembangkan upaya diskresi kepolisian dengan menggunakan hati nurani ditengah tengah masyarakat.
A.
Rumusan Masalah Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah mencari titik terang mengenai Bagaimana Perkembangan Tugas, Peran Dan Fungsi Kepolisian dari berdirinya sampai dengan saat ini ?, bagaimana Gambaran Umum Tugas dan Wewenang Polri dan Upaya Diskresi Kepolisian, serta bagaimana Citra Polri dalam Menjalankan Tugas dan Wewenangnya.
B.
Tujuan Penulisan Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Sistem Peradilan Pidana (SPP). Selain untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester, tujuan penulisan makalah ini juga untuk mengetahui Perkembangan Tugas, Peran Dan Fungsi Kepolisian dari berdirinya sampai dengan saat ini, kemudian Gambaran Umum Tugas dan Wewenang Polri dan Upaya Diskresi Kepolisian, serta Citra Polri dalam Menjalankan Tugas dan Wewenangnya.
keamanan di dalam negeri. 2) Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak azasi rakyat dan hukum negara. Pasal 2 Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 maka Kepolisian Negara mempunyai tugas : 1. a. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum. dan memberantas menjalarnya penyakit-penyakit
b. Mencegah masyarakat. c. d.
Memelihara keselamatan negara terhadap gangguan dari dalam. Memelihara keselamatan orang, benda dan masyarakat termasuk
memberi perlindungan dan pertolongan. e. Mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturanperaturan negara.
4
2.
Dalam
bidang
peradilan menurut
mengadakan
penyidikan
atas
kejahatan
dan
pelanggaran
ketentuan-ketentuan
dalam
undang-undang
Hukum Acara Pidana dan lain-lain peraturan negara. 3. Mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan
masyarakat dan negara. 4. Melaksanakan tugas-tugas khusus lain yang diberikan kepadanya oleh suatu peraturan negara. b. Undang - Undang No 20 tahun 1982 tentang ketentuan - ketentuan pokok pertahanan keamanan Negara Republik Indonesia. Pasal 30 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : a. Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan tertib hukum dan bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina ketentraman masyarakat dalam
wilayah negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan
perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang menunjang
terselenggaranya usaha dan kegiatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b ayat (4) pasal ini. c. Undang - undang No 28 tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 3 Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi dan pemerintahan pelayanan negara dibidang serta
penegakan pembimbingan
hukum,
perlindungan dalam
5
masyarakat, dan
masyarakat
tegaknya
hukum serta terbinanya ketentraman masyarakat guna terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat. Pasal 4 1. Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh : a. b. c. 2. Alat-alat Kepolisian khusus. Penyidik pegawai negeri sipil. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c melaksanakan yang fungsi kepolisian dasar sesuai dengan masing-
perundang-undangan
menjadi
hukumnya
Kepolisian Negara
Republik
Bersenjata
Republik Indonesia yang terutama berperan memelihara keamanan dalam negeri. 2. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan satu kesatuan dalam
melaksanakan fungsi kepolisian. Pasal 13 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : a. Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan tertib hukum. b. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan
perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina ketentraman masyarakat dalam wilayah negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
6
d.
Membimbing
masyarakat
bagi
terciptanya
kondisi
yang
menunjang
terselenggaranya usaha dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c. e. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kepolisian Negara Republik Indonesia : a. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan peraturan perundang-
laboratorium forensic serta psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian. c. d. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum. Memelihara keselamatan hidup dari jiwa raga, harta benda, masyarakat, bencana
dan lingkungan
gangguan
ketertiban
dan/atau
termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. e. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam rangka membina keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan. f. Melindungi dan melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara, sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang. g. Membina ketaatan diri warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan. h. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional dan pembinaan
i.
Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan tehnis terhadap alat-alat kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentukbentuk pengamanan terbatas. swakarsa yang memilki kewenangan kepolisian
j.
Melakukan pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait sesuai dengan
internasional. 2. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf I diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. d. Perubahan kedua Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Amanademen UUD 1945). Pasal 30 ayat (4) : Kepolisian keamanan Negara dan Republik ketertiban Indonesia masyarakat sebagai alat negara yang menjaga
bertugas
melindungi,
mengayomi,
melayani masyarakat serta menegakan hukum. e. Ketetapan MPR RI NO. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 2 ayat (2) : Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang berperan
dalam memelihara keamanan. f. Ketetapan MPR RI NO. VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 6
1.
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. hukum,
2.
Dalam menjalankan perannya, Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib memiliki keahlian dan keterampilan secara professional.
g.
Undang - Undang No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 2 Fungsi kepolisian adalah salah dan satu fungsi pemerintahan negara dibidang hukum,
pemeliharaan
keamanan
ketertiban
masyarakat,
penegakan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Pasal 3 1. Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh : a. b. c. 2. Kepolisian khusus. Penyidik pegawai negeri sipil dan/atau Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. b
Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, dan c melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing. Pasal 5 1. Kepolisian berperan Negara dalam Republik memelihara serta Indonesia keamanan merupakan dan alat negara yang
ketertiban
masyarakat, dan
menegakkan pelayanan
hukum, kepada
memberikan dalam
perlindungan, rangka
pengayoman,
masyarakat
terpeliharanya
keamanan
dalam negeri.
9
2.
Kepolisian merupakan
Negara satu
Republik kesatuan
Indonesia dalam
adalah
Kepolisian peran
Nasional
yang
melaksanakan
sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1). Pasal 13 Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : a.
b.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Menegakkan hukum dan Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
c.
Pasal 14 1. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaiman dimaksud dalam Pasal 13,
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : a. Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan. c. Membina kesadaran masyarakat hukum untuk meningkatkan serta partisipasi warga masyarakat, masyarakat
masyarakat
ketaatan
terhadap hukum dan peratuaran perundang-undangan. d. e. f. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.
10
h.
Menyelenggarakan
identifikasi
kepolisian,
kedokteran
kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian. i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda , masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang. k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian serta l. 2. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
B.
Gambaran Umum Tugas dan Wewenang Polri Secara yuridis tugas dan wewenang Polri telah diatur dalam konstitusi dan berbagai produk peraturanperundang-undangan. Arahan yuridis sebagaimana termuat dalam Pasal 30 Ayat (4) UUD 1945, misalnya,secara tegas mengatur bahwa Polri sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban bertugasmelindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. Hal senada diatur pula dalamPasal 6 Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri, Polri merupakan alat Negarayang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikanperlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Arahan yuridis tentang peran Polri yangdemikian itu, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, terutama dalamPasal 5, Pasal 13 dan 14.
11
Dari arahan yuridis tersebut tampak, bahwa lembaga kepolisian di Indonesia tidak hanya berperangsebagai bagian dari penegakan hukum yang terpola dalam sistem peradilan pidana (SPP), melainkan lebihjauh dari itu berperan juga sebagai lembaga penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, serta pelindung,pengayom dan pelayan
masyarakat.10 Karakteristik peran yang dimainkan oleh lembaga kepolisian itu ternyata jauh lebih luas dalam melakukan kontrol sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat pre-emprif, preventif maupun represif. Ketika lembaga kepolisian menjadi bagian dari sistem peradilan pidana maka tindakannyapun harus dapat dikembalikan ke dalam konteks sistem besar tersebut. Apa yang dapat dilakukan dan seberapa jauh aparat kepolisian dapat bertindak selalu ditentukan oleh tempatnya di dalam sistem tersebut. Singkat kata, aparat kepolisian harus bertanggung jawab terhadap proses bekerjanya hukum melalui sistem peradilan pidana sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981). Pada dasarnya tugas dan wewenang Polri sebagaimana ditetapkan secara yuridis dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 itu bukan sesuatu yang baru, melainkan sudah pernah diatur dalam produk hukum sebelumnya yang sudah tidak berlaku lagi, terutama Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997.12 Tugas POLRI yang ditetapkan dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 adalah sebagai berikut 1. :
Tugas POLRI sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat antara lain : Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan; membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundangundangan.
2.
Tugas POLRI sebagai penegak hukum antara lain : Turut serta dalam pembinaan hukum nasional; memelihara ketertiban
12
dan
menjamin
keamanan
umum;
melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk keamanan swakarsa; melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan kepolisian, lainnya;
kedokteran
laboratorium
Tugas POLRI sebagai pengayom dan pelayan masyarakat antara lain Melindungi keselamatan jiwa raga, gangguan ketertiban harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari dan
dan/atau
bencana termasuk
memberikan
bantuan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang; memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai
Untuk dapat melaksanakan tugas sebagaimana diuraikan di atas (baik sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, maupun perlindungan,
pengayom dan pelayan masyarakat), POLRI diberi wewenang sebagai berikut : a. b. Menerima laporan dan/atau pengaduan. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum. c. d. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit-penyakit masyarakat. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
peraturan
kepolisian
dalam
lingkup kewenangan
administrative
f.
Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.
g. h. i. j. k.
Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang. Mencari keterangan dan barang bukti. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.
l.
Memberikan batuan pengamanan dalam siding dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instasi lain, serta kegiatan masyarakat; dan (m) menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Secara khusus untuk menjalankan tugas dalam bidang proses pidana atau proses penegakan hukum, POLRI diberi wewenang sebagai berikut : 1. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan, 2. 3. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan, Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi, 4. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara, 5. 6. Mengadakan penghentian penyidikan, Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; mengajukan secara langsung kepada pejabat
14
permintaan di tempat
imigrasi
yang
berwenang
pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindakan pidana 7. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerrima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepda penuntut umum, 8. Dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Sedangkan untuk dapat melaksanakan tugas-tugas lain menurut peraturan perundangundangan yang berlaku, POLRI diberi wewenang sebagai berikut : a. Memberi izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya 2. 3. 4. 5. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam 6. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan 7. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian 8. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara memberantas kejahatan internasional 9. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah indonesia dengan koordinasi instasi terkait 10. 11. Mewakili pemerintah republik indonesia dalam organisasi kepolisian internasional Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.
15
lain
dalam
menyidik
dan
Sekalipun sudah ada arahan yuridis yang mengatur secara tegas tentang peranperan yang harus dimainkan oleh kepolisian, namun tidak tertutup kemungkinan bagi
mereka untuk bertindak di luar arahan yuridis tersebut. Bahkan, Pasal 18 Ayat (1) UndangUndang Kepolisian justru memberikan peluang bagi aparat kepolisian untuk bertindak
seperti itu. Penegasan Pasal 18 Ayat (1) undang-undang Kepolisian sebagai berikut: "Untuk kepentingan umum pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri". Namun, peluang seperti itu "hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia" (kf. Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang Kepolisian). Penegasan yang demikian itu hendak mengisyaratkan bahwa secara yuridis polisi diperbolehkan untuk melakukan "kemerdekaan dan/atau diskresi. Diskresi di sini dimaknakan sebagai
kewenagan
tindakan yang dianggap tepat atau sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi secara bijaksana dan dengan memperhatikan segala pertimbangan maupun pilihan yang memungkinkan". Secara lebih spesifik, Thomas J. Aaron mendefinisikan diskresi kepolisian sebagai "suatu wewenang bertindak yang diberikan kepada polisi untuk mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan sendiri dan dalam situasi tertentu mengenai masalah moral, serta terletak dalam garis batas antara hukum dan moral". Harus diakui bahwa
sebenarnya diskresi terjadi pada ketiga peran yang dimainkan oleh kepolisian, baik dalam pemeliharaan ketertiban dan keamanan, penegakan hukum maupun dalam tugas pengayoman, perlindungan dan pelayanan masyarakat.
C.
Upaya Diskresi Kepolisian Upaya Diskresi yang bersumber Kepolisian pada prinsipnya merupakan kewenangan Kepolisian pada asas yang memberikan
16
kewenangan
kepada
pejabat
kepolisian untuk bertindak atau tidak bertindak menurut penilaiannya sendiri, dalam rangka kewajiban umumnya menjaga, memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum. Menurut pasal 18 UU No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Indonesia yaitu dalam " Untuk kepentingan tugas umum, dan pejabat Kepolisian Negara Republik
melaksanakan
wewenangnya
penilaiannya sendiri ", hal tersebut mengandung maksud bahwa seorang anggota Polri dalam melaksanakan tugasnnya di tengah tengah masyarakat dapat mengambil
keputusaan
berdasarkan
penilaiannya
ketertiban dan keamanan umum atau bila timbul bahaya bagi ketertiban dan keamanan umum. Upaya Diskresi Kepolisian dapat pula diartikan sebagai wewenang Pejabat Polisi untuk memilih bertindak atau tidak bertindak secara legal atau ilegal dalam untuk
menjalankan tugasnya (Davies 1969). Diskresi membolehkan seorang Polisi memilih diantara berbagai peran (memelihara
atau melindungi masyarakat) taktik (menegakkan Undang- Undang Lalu Lintas dengan berpatroli atau berjaga pada suatu tempat) ataupun tujuan (menilang pelanggar atau menasehatinya) dalam pelaksanaan tugasnya. Diskresi merupakan wewenang pejabat polisi untuk memilih bertindak atau tidak bertindak secara legal atau ilegal dalam menjalankan tugasnya (Davies 1969).
Dengan diskresi seorang polisi dapat diantara berbagai peran, taktik, dan tujuan dalam pelaksanaan tugasnya. Diskresi pada umumnya berkaitan dengan 2 konsep yaitu penindakan selektif (selective enforcement) yaitu suatu bentuk diskresi administrasi di mana pembuat kebijakan atau Dan pemimpin patroli menentukan prioritas patrol)
17
bagi yaitu
berbagai suatu
unit
terarah
(directed
diskresi
supervisor memerintahkan anggota-anggotanya untuk mengawasi secara ketat suatu wilayah tertentu atau kegiatan tertentu. Adapun factor - factor yang mempengaruhi tindakan diskresi menurut Mayne adalah lamanya masa dinas anggota, jabatan dan pangkat anggota, pandangan anggota tentang kasus tersebut dibandingkan dengan kasus lain, tingkat frustrasi anggota tentang tidak efektifnya spp, disamping bentuk pelanggaran dan keadaan si pelanggar ikut menentukan keputusan polisi untuk menggunakan diskresi. Berbagai kemungkinan masalah terjadinya dalam penggunaan dalam diskresi adalah situasi yang inkonsistensi sama yaitu
diskriminasi
pelanggar
diperlakukan berbeda karena warna kulit atau kedudukannya dan unpredictability yaitu prinsip "just desert" (Cohen) yg menyatakan bahwa utk diperlakukan adil seseorang harus menerima perlakuan yang wajar/seharusnya bagi mereka, tanpa melihat apakah perlakuan tersebut sama dengan orang lain, serta lack of
accountability yaitu kurangnya pertanggungjawaban terhadap diskresi. Dalam dinamikan kehidupan masyarakat, upaya diskresi Kepolisian merupakan suatu langkah penting. Hal ini turut ditunjang oleh beberapa hal, yaitu karena rumusan UU terlalu umum dan tidak mampu menjelaskan berbagai situasi pada saat terjadi pelanggaran untuk digunakan sebagai pedoman anggota untuk bertindak sekedar
serta sebagian besar pejabat polisi menganggap ketentuan hukum pidana sebagai alat untuk mencapai keadilan dan memelihara
sebagai tujuan akhir, serta adanya keterbatasan sumber daya polri di mana sering terjadi situasi dimana pejabat pollisi yg sedang menangani pelanggaran kecil atau
tugas rutin terpaksa harus meninggalkan tugas tersebut untuk menangani tugas lain yang lebih penting. Pada saat kondisi tugas, lebih sekarang peran dan ini, masyarakat menuntut polisi untuk mampu dan
melaksanakan persuasif
fungsinya kepada
18
secara tindakan
professional, preventif
humanis
dengan
berorientasi
daripada
tindakan
represif.
Dan
untuk
itu
upaya
diskresi
kepolisian
dapat
dikembangkan
oleh
kepolisian dengan bertidak selaku fasilitator atau mediator guna mewujudkan keadilan social ditengah - tengah masyarakat.
D.
Citra Polri dalam Menjalankan Tugas dan Wewenangnya Gambaran tentang keterpurukan citra Polisi sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, seakan membuka peluang terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sehari-hari. Sebuah analisis dari seorang pakar kriminologi Amerika Serikat, Sutherland, dalam bukunya berjudul "Criminal Homicide, A Study of Culture and Conflict" yang diterbitkan tahun1960 di California, membahas
berbagai kasus perilaku menyimpang yang dilakukan oleh penegak hukum, terutama polisi. Menurut Suttherland, tugas dan pekerjaan polisi sehari-hari terlampau sering bergaul dengan dunia kejahatan dan pejahat, sehingga secara tidak disadari polisi menjadi sangat akrab dan tak asing lagi dengan kejahatan. Dampak negatif yang sering tak mengerti adalah polisi telah berada dalam lintasan kritis, seakan-akan ia tengah berdiri pada sebuah perbatasan yang sangat rawan antara tugasnya sebagai penegak hukum dan terhadap kejahatan yang tengah ditanganinya. Perilaku menyimpang yang demikian itu secara tidak langsung menggambarkan bahwa administrasi peradilan perilaku para penyelenggaranya belum menunjukkan hasil yang pidana maksimal serta yang
diharapkan. Bahkan, sebaliknya penyelenggaraan peradilan pidana secara potensila menampakkan aspek-aspek yang bersifat kriminogen. Steven Box dalam tulisannya yang berjudul Power, Crime and Mystication mengidentifikasi bermacam-macam bentuk
kebrutalan (kejahatan) polisi dalam proses penyelesaian perkara pidana seperti : 1. 2. Membunuh atau menyiksa tersangka Mengancam, menahan, mengintimidasi dan membuat "catatan hitam" bagi orangorang yang tidak bersalah, dan
19
3.
Melakukan korupsi, antara lain dengan cara menrima suap supaya tidak melakukan atau menjalankan hukum, dan memalsukan data atau fakta atau keterangan dan menghentikan pengusutan perkara pidana baik secara langsung atau tidak
langsung guna mendapatkan sesuatu keuntungan. Senada dengan Steven Box, dalam buku pedoman pelatihan untuk anggota Polri disebutkan pula, bahwa tindakan menutup-nutupi kejahatan dan melakukan korupsi dan menerima suap, tidak saja merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang sangat serius, tetapi juga berarti melakukan tindakan melanggar hukum. Dengan
demikian, ketika warga masyarakat mengetahui tindakan polisi yang melanggar hukum tersebut akan melihat polisi sebagai pelanggar hukum dan bukan sebagai penegak hukum. Perilaku tugasnya itu polisi yang mengarah kepada perbuatan jahat dalam menjalankan
Abdul Wahid, tindakan yang demikian itu sebagai akibat dari kondisi psikologis atau kepribadian yang sedang dikolonisasi oleh ideologi Machiavelis yang dipopulerkan melalui prinsip "serba menghalalkan segala cara". Prinsip ini mengandung pengertian bahwa kebenaran yang berada di depan mata dan sebagai manifestasi kewajiban untuk ditegakkan, direkayasa dan dianggap sebagai penghalang cita-cita. Sementara itu, kenaifan, kebejatan dan kejahatan dianggap sebagai terobosan logis untuk memperkaya diri, membangun kejayaan atau menarik kedudukan yang terhormat di mata publik. Orientasi penegakan hukum yang demikian itu, menurut Satjipto Rahardjo, dapat saja didorong masuk jalur seperti itu memberikan lambat, yang dan luas dalam keadaan yang serba lambat
ruang
untukmemperjuangkan kepentingan-
kepentingan kelompok dan sekaligus menjadi lahan bisnis yang subur bagi kalangan tertentu. Keadaan seperti itu tak mustahil memunculkan pertanyaan dari masyarakat, bahwa apakah hukum kita ini memang diarahkan untuk menghasilkan keadilan
Gambaran yang dikemukakan di atas bukan mau menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan yang dijalankan oleh polisi adalah buruk, melainkan hanyalah sekedar mengingatkan bahwa praktikpraktik "kotor" seperti itu selalu saja ada dalam
lingkaran pekerjaan polisi. Oleh sebab itu, adalah suatu kebohongan belaka bila Polri kemudian menilai dirinya sebagai institusi yang tak bercacat dan selalu berhasil dalam segala gerak langkahnya. Begitu pula adalah tidak terlalu benar apabila kita menilai bahwa tidak ada yang bisa diharapkan dan diandalkan oleh Polri, karena seakan-akan Polri selama ini hanya berdiam diri saja.
21
Agustus 1945 sampai dengan sekarang ini . Perkembangan tersebut dapat dilihat dari ketentuan per Undang - Undangan yang mengatur tentang Polri. Upaya Diskresi Kepolisian merupakan kewenangan Kepolisian yang diatur dalam Undang - Undang, yang memberikan kewenangan kepada pejabat kepolisian rangka
untuk bertindak atau tidak bertindak menurut penilaiannya sendiri, dalam kewajiban umumnya menjaga, memelihara ketertiban
umum. Dan pada saat ini dapat dikembangan oleh Polri untuk fasilitator bahkan atau tindak mediator pidana dalam
guna
mewujudkan
masyarakat.
B.
Saran Agar dalam melaksanakan tugas, fungsi dan peranannya, Polri perlu
mempertimbangkan keadilan social ditengah masyarakat. Agar dibuat peraturan atau petunjuk pelaksanaan upaya diskresi kepolisian
secara tertulis / administrative dalam menghadapi situasi-situasi tertentu yang selalu dan sering terjadi sebagai pedoman dan dapat menghindari terjadinya
penyimpangan dan kesewenangan oleh petugas kepolisian (Polri) di lapangan. Membangun citra polisi tidak mungkin dilakukan tanpa kerjasama dengan warga masyarakat, dengan musyawarah merupakan sarana efektif yang dirasa mampu membangun citra polisi ke depan lebih baik.
22