Semester I
Kepolisian didunia termasuk Kepolsian Negara RI dari masa kemasa selalu menjadi bahan
perbincangan berbagai kalangan, mulai dari praktisi hukum, akademis maupun masyarakat umum yang
berusaha secara positif memposisikan kedudukan, fungsi, peran, tugas dan wewenang kepolisian seiring
dengan perubahan – perubahan sesuai kebijakan politik.
A. Fungsi Kepolisian.
Fungsi kepolisian secara proses kronologis tertuang dalam sumber – sumber hukum
Undang – undang RI No. 8 Tahun 1981.
Undang – undang RI No. 2 Tahun 2002 yaitu pasal 2 “ Polri mengemban fungsi
kepolisian yang merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat “
Pasal 3 ayat ( 1 ) “ Pengemban fungsi kepolisian adalah Polri yang dibantu oleh a.
kepolisian khusus, b. penyidik pegawai negeri sipil dan atau c. bentuk – bentuk pengamanan
swakarsa “., ayat ( 2 ) “ Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 )
huruf a, b, dan c, melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang – undangan
yang menjadi dasar hukumnya masing – masing “
36
PERTEMUAN KULIAH KE 4
Pasal 5 ayat ( 1 ) “ Polri merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri “., ayat ( 2 ) “ Polri
adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana
dimaksud dalam ayat ( 1 )”, pasal 12 ayat ( 1 ) “ Jabatan penyidik dan penyidik pembantu adalah jabatan
fungsional yang pejabatnya diangkat dengan keputusan Kapolri “
Pasal 42 ayat ( 3 ) “ Hubungan dan kerjasama luar negeri dilakukan terutama dengan badan – badan
kepolisian dan penegak hukum lain melalui kerjasama bilateral atau multilateral dan badan pencegahan
kejahatan baik dalam rangka tugas operasional maupun kerjasama teknik dan pendidikan serta pelatihan
“ seperti ICPO – Interpol dan Aseanapol.
36
B. Peran Kepolisian.
Sesuai dengan dasar falsafah kepolisian “ Tri Brata “ bahwa Kepolisian Negara RI
adalah “ Abdi Negara “ dan sekaligus “ Abdi Masyarakat “, dimana sebagai “ Abdi Negara “
berperan sebagai pemelihara keamanan dalam negeri, yaitu terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat serta tertib dan tegaknya hukum sesuai dengan ketentuan / peraturan
perundang – undangan yang berlaku. Sedangkan sebagai “ Abdi Masyarakat “ berperan sebagai
pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat dengan senantiasa memperhatikan dan mentaati
peraturan- peraturan / norma – norma serta hak asasi manusia setiap warga masyarakat.
Dalam sumber hukum Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000 didalam pasal 6 ayat ( 1 )
menyebutkan “ Kepolisian Negara RI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat “ dan dalam menjalankan perannya wajib memiliki
keahlian dan ketrampilan secara profesional, selanjutnya peran – peran lain nya dirumuskan dalam
pasal 9 dengan substansinya
a. Apabila negara dalam keadaan darurat memberikan bantuan kepada TNI,
b. Turut serta secara aktif dalam tugas – tugas penaggulangan kejahatan internasional sebagai
anggota International Criminal Police Organization Interpol,
c. Membantu secara aktif tugas pemeliharaan perdamaian dunia ( peace keeping operation )
dibawah bendera Perserikatan Bangsa bangsa .
37
C. Tugas Kepolisian.
D. Wewenang Kepolisian.
39
1. Wewenang kepolisian secara umum.
40
2. Wewenang kepolisian sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
41
3. Wewenang kepolisian dibidang proses pidana.
42
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi dalam keadaan
mendesak untuk melaksanakan cegah dan tangkal terhadap orang yang disangka
melakukan tindak pidana.
k. Memberikan petunjuk dan bantuan penyelidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil
serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada
penuntut umum.
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Diskresi kepolisian ( Police Discretion ) menurut Davis ( 1969 ) dan Ensiklopedia Ilmu
Kepolisian dalam Momo Kelana ( 2007 ) didefinisikan atau dirumuskan sebagai kapasitas petugas
kepolisian untuk memelihara diantara sejumlah tindakan legal atau tidak legal, atau bahkan tidak
melakukan tindakan sama sekali pada saat menunaikan tugas. Dalam pengertian umum “ Diskresi
“ merupakan wewenang dari pejabat publik, demi kepentingan umum, untuk bertindak atau tidak
bertindak dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya menurut penilaiannya sendiri. Diskresi
kepolisian merupakan kewenangan yang bersumber dari asas kewajiban umum kepolisian
( plichtmatigheidsbeginsel ) yaitu suatu asas yang memberikan kewenangan kepada pejabat
kepolisian untuk bertindak atau tidak bertindak menurut penilaiannya sendiri, dalam rangka
kewajiban umumnya menjaga, memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
42
Kewenangan “ Diskresi kepolisian “ dirumuskan dalam Undang – undang RI No. 2
Tahun 2002 dalam pasal 18 ayat ( 1 ) Untuk kepentingan umum, pejabat Polri dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri, dilengkapi rambu – rambu
bagi pelaksanaan diskresi kepolisian pada ayat ( 2 ) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat ( 1 ) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan
peraturan perundang – undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI, oleh karena itu
sudah seharusnya dikaitkan dengan konsekuensi pembinaan profesi kepolisian pasal 31, 32, dan 33
Undang – undang RI No. 2 Tahun 2002. Oleh karena wewenang untuk bertindak berdasarkan
penilaiannya sendiri dalam rangka menjalankan kewajiban hukum/undang – undang
( rechtmatigheid ) dan kewajiban tugas, sehingga dalam menilai suatu situasi konkrit diperlukan
persyaratan – persyaratan kemampuan bagi setiap anggota kepolisian ( interpersonal skill ).
43
E. Tanggungjawab Kepolisian.
45
Tanggungjawab pidana, selaku warga negara Indonesia yang mempunyai
kedudukan yuridis ( hukum ) yang sama dengan warga negara lainnya apabila melanggar
peraturan atau ketentuan dalam perundang –undangan harus mempertanggungjawabkan
tindakannya secara hukum sebagaimana yang diatur dalam Undang undang RI No. 1 Tahun
1946 diperbaharui Undang – undang RI No. 73 Tahun 1958 tentang berlakunya KUHP di
Indonesia, dan Undang – undang RI No. 27 Tahun 1999 tentang Perubahan KUHP ( yang
berkaitan dengan kejahatan terhadap Keamanan Negara ), pasal 421, 422, 426, 427 dan 429.
Tanggungjawab karena lalai atau tidak berbuat, dalam Kitab Undang – undang
Hukum perdata pasal 1366 dinyatakan pertanggungjawaban itu tidak hanya atas perbuatan
pidana atau perdata saja, tetaoi juga atas kechilapan dan atau sikap yang yak berhati – hati
yang menyebabkan kerugian bagi orang lain. Bahkan terhadap sikap “ Tidak Berbuat “ dimana
polisi tidakmemenuhi kewajibannya atau melelaikan kewajibannya juga harus
mempertanggungjawabkan “ mengapa ia tidak berbuat “ baik secara pidana dan bisa pula
secara perdata.
46
3. Tanggungjawab Moral dan Etika Profesi.
4. Tanggungjawab Administratif.
Tanggungjawab administratif pada dasarnya merupakantanggungjawan
hukum tatausaha negara. Secara administratif, anggota Polri menjalani dinas
keanggotaan dengan ikatan dinas yang diatur dengan peraturan perundang – undangan.
Dalam Undang – undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok – pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang No. 43 Tahun 1999 tesebut diatur
tentang hak–hak dan kewajiban kedinasan antara lain mengenai gaji dan hak- hak
lainnya. Untuk membina moril dan semangat kerja diadakan peraturan disiplin anggota
kepolisian dalam Peraturan Pemerintah RI No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin
Anggota Kepolisian Negara RI. Menjadi wacana dan pemikiran bagi penentu dan atau
pembuat kebijakan bahwa dalam Peraturan Pemerintah tersebut hanya mengatur
tentang “ Kewajiban, Larangan dan Sanksi “ tetapi tidak memuat tentang “ Penghargaan
( reward ) “ bagi anggota yang berprestasi dan menunjukkan disiplin melebihi panggilan
tugasnya.
47
5. Tanggungjawab Profesionalisme Kepolisian.
48
Menurut Edward A. Farris dalam The Encyclopedia of Police Science –
Bailey G.William ( 2005 ) dikutip Momo Kelana ( 2007 ) dikemukakan “
Profesionalisme ( Profesionalism ) “ merupakan suatu keadaan pikiran, standar
tingkah laku, citra dan kemampuan, kepekaan, dan kumpulan sikap sejenis seperti
yang dimiliki oleh orang – orang terbaik yang mengikuti suatu panggilan, yang
menjalankan seni dan ilmu dari suatu lapangan pekerjaan serta menunjukkan
fungsi suatu pekerjaan.
49
Selamat Meraih Cita-Cita