Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD)
Mata Pelajaran Ekonomi

Disusun oleh :

Rayya Ersandi Putri

SMA NEGERI 7 PONTIANAK


TAHUN AJARAN 2021/2022

i
DAFTAR ISI

Cover ………………………………. i
Daftar isi…………………………… ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyelenggaraananggaran merupakan hal yang sangat penting
didalam melaksanakan proses pembangunan yang telah
direncanakan oleh pemerintah. Hal ini Berkaitan erat dengan profesi
Bendahara yang tugas untuk menerima, catat, menyimpan,
membayar atau keluarkan uang dan barang serta berkewajiban
mempertanggung jawabkan kepada kepala daerah atau kuasa
penggunaanggaran. Untuk mengatur pelaksanaan tugas dari
bendahara tersebut, Menteri Dalam Negeri keluarkan Peraturan yaitu
PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata
Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara serta Penyampaiannya

1.2 Rumusan Masalah :


1. Apa yang di maksud dengan Penatausahaan APBN ?
2.Apa yang di maksud dengan Penatausahaan APBD?

1.3 Tujuan Penulisan :


Agar pembaca mengetahui dan paham mengenai penatausahaan
dan pertanggung jawaban APBN dan APBD di negara Indonesia
BAB II
PEMBAHASAAN
1.4 Sejarah POLRI
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah kepolisian
nasional di Indonesia yang bertugas memelihara keamanan,
menegakkan hukum, dan melayani masyarakat.
Polri didirikan pada 1 Juli 1946. Namun, sejarah berdirinya Polri
sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit lalu.
*Masa Kolonial Belanda
Dikutip dari situs Polri, memasuki masa penjajahan atau kolonial
Belanda, dibentuklah pasukan pengamanan yang terdiri dari kalangan
pribumi. Pasukan ini melindungi aset berharga orang Eropa di Hindia
Belanda.Di masa kolonial Belanda ada banyak bentuk kepolisian
dengan berbagai istilah yang berbeda-beda, di antaranya:
• Veld Politie (Polisi Lapangan)
• Stands Politie (Polisi Kota)
• Cultur Politie (Polisi Pertanian)
• Bestuurs Politie (Polisi Pamong Praja)
Saat itu, golongan pribumi hanya boleh menduduki jabatan tertentu
seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.
Setelah Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia,
secara resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia. Pada 19
Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN).
Pada 21 Agustus 1945, Komandan Polisi di Surabaya, Inspektur Kelas
I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin memproklamasikan
Pasukan Polisi RI. Ini merupakan langkah awal untuk membangkitkan
semangat pasukan polisi di Indonesia.
Pada 29 September 1945, Presiden Soekarno melantik RS Soekanto
Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara.
1.5 Fungsi POLRI
Pasal 2 :” Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan
Negara di bidang pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan
masyarakat”. Sedangkan Pasal 3: “(1) Pengemban fungsi Kepolisian
adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh : a.
kepolisian khusus, b. pegawai negri sipil dan/atau c. bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa. (2) Pengemban fungsi Kepolisian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,b, dan c, melaksanakan
fungsi Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukum masing-masing.

1.6 Hak POLRI


Hak dari polri meliputi: pelayanan kesehatan, bantuan hukum dan
perlindungan keamanan, cuti, perlengkapan perorangan dan lapangan,
tanda kehormatan, perumahan dinas/asrama/mess, transportasi atau
angkutan dinas, MPP, pensiun; pemakaman dinas dan uang duka,
serta pembinaan rohani, mental, dan tradisi.

1.7 Tugas Wewenang


A. Tugas pokok Kepolisian
Pasal 13: Tugas Pokok Kepolisian Negara Rrepublik Indonesia dalam
UU No.2 tahun 20002 adalah sebagai berikut:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
c. Memberikan perlindungan,pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat. “, penjabaran tugas Kepolisian di jelaskan lagi apada
Pasal 14 UU Kepolisian RI.

B. Tugas Pembinaan masyarakat (Pre-emtif)


Segala usaha dan kegiatan pembinaan masyarakat untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan
peraturan perundang-undangan. Tugas Polri dalam bidang ini
adalah Community Policing, dengan melakukan pendekatan
kepada masyarakat secara sosial dan hubungan mutualisme, maka
akan tercapai tujuan dari community policing tersebut. Namun,
konsep dari Community Policing itu sendiri saat ini sudah bias
dengan pelaksanaannya di Polres-polres. Sebenarnya seperti yang
disebutkan diatas, dalam mengadakan perbandingan sistem
kepolisian Negara luar, selain harus dilihat dari administrasi
pemerintahannya, sistem kepolisian juga terkait dengan karakter
sosial masyarakatnya. Konsep Community Policing sudah ada
sesuai karakter dan budaya Indonesia ( Jawa) dengan melakukan
sistem keamanan lingkungan (siskamling) dalam komunitas-
komunitas desa dan kampong, secara bergantian masyarakat
merasa bertangggung jawab atas keamanan wilayahnya masing-
masing. Hal ini juga ditunjang oleh Kegiatan babinkamtibmas yang
setiap saat harus selalu mengawasi daerahnya untuk melaksanakan
kegiata-kegiatan khusus.
C. Tugas di bidang Preventif
Segala usaha dan kegiatan di bidang kepolisian preventif untuk
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara
keselematan orang, benda dan barang termasuk memberikan
perlindungan dan pertolongan , khususnya mencegah terjadinya
pelanggaran hukum. Dalam melaksanakan tugas ini diperlukan
kemampuan professional tekhnik tersendiri seperti patrolil,
penjagaan pengawalan dan pengaturan.
D. Tugas di bidang Represif
Di bidang represif terdapat 2 (dua) jenis Peran dan Fungsi
Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu represif justisiil dan
non justisiil. UU No. 2 tahun 2002 memberi peran Polri untuk
melakukan tindakan-tindakan represif non Justisiil terkait dengan
Pasal 18 ayat 1(1) , yaitu wewenang ” diskresi kepolisian” yang
umumnya menyangkut kasus ringan.

KUHAP memberi peran Polri dalam melaksanakan tugas represif


justisil dengan menggunakan azas legalitas bersama unsur Criminal
Justice sistem lainnya. Tugas ini memuat substansi tentang cara
penyidikan dan penyelidikan sesuai dengan hukum acara pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya. Bila terjadi tindak
pidana, penyidik melakukan kegiatan berupa:

1. Mencari dan menemukan suatu peristiwa Yang dianggap sebagai


tindak pidana;
2. Menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan;
3. Mencari serta mengumpulkan bukti;
4. Membuat terang tindak pidana yang terjadi;
5. Menemukan tersangka pelaku tindak pidana.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Sebagai penegak hukum, Kepolisian memiliki wewenang
untukmenindak setiap pelanggaran yang terjadi dan memberikan
sanksi sesuai yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun
2009 dan bagi pelanggaran terhada undang-undang ini akan
ditindak secara tegas. Dalam prakteknya petugas kepolisian
terutama polisi lalu lintas tidak menjalankan tugasnya secara kaku
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku saja, akan
tetapi petugas diberikan kewenangan diskresi untuk membantunya
menjalankan tugas yang harus dapat berinteraksi secara langsung
dengan masyarakat. Pelaksanaan diskresi polisi ini telah diatur
sedemikian rupa agar tidak menyimpang dalam penerapannya
dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002,Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dan sumber
hukum lain yang terkait dengan diskresi kepolisian. Diskresi polisi
dalam penyidikan pelanggaran lalu lintas dibutuhkan oleh aparat
kepolisian karena dalam berhubungan dengan masyarakat tentu
tidak dapat menerapkan peraturanperundang-undangan secara
kaku. Disinilah peran polisi dalam mengambilkeputusan dengan
mempertimbangkan kondisi di lapangan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku sangat dibutuhkan. Dapat dilihat dari data
pelanggaran yang dikumpulkan Polresta Bukittinggi dari tahun
2013 sampai dengan tahun 2015 dimana polisi dalam melakukan
penindakan kepada pelanggar lalu lintas tidak hanya langsung
memberikan tilang saja, namun seringkali menggunakan teguran
baik secara lisan maupun tertulis dalam pemberian teguran ini
diskresi polisi dibutuhkan agar pelanggaran yang sama tidak
terulang kembali sehingga pelanggaran yang terjadi dapat
berkurang setiap tahunnya.
1.2 Saran :
1. Perlu disosialisasikan mengenai bagaimana pelaksanaan diskresi
polisi dilapangan sesuai dengan standar prosedur operasional
kepada anggota kepolisian, untuk tidak mempersulit masyarakat
dengan ketentuan hukum yang berlaku dan memberikan perkataan
yang ramah dalam berurusan dengan masyarakat agar masyarakat
lebih menghargai aparat kepolisian dan tidak memiliki kesan yang
buruk saat berurusan dengan aparat.
2.Perlu adanya pengarahan dari atasan maupun seminar lebih lanjut
tentang diskresi polisi yang dapat membuka wawasan petugas
kepolisian agar petugas di lapangan tidak bingung dalam
mengambil keputusan dalam prakteknya dan dapat mengambil
pertimbangan terhadap suatu pelanggaran yang terjadi dengan lebih
bijaksana.
3.Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat
lebih memahami arti penting untuk mematuhi aturan-aturan hukum
dalam berkendara agar tercipta keamanan dan ketertiban umum.
DAFTAR PUSAKA

Anda mungkin juga menyukai