Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN

Oleh :
M. Susilo Raffael Attan
XII MIPA 2

SMA NEGERI 21 BANDUNG


2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan


hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
untuk memenuhi tugas untuk mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dengan tepat waktu.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.


Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak
orang.

Bandung, 17 Oktober 2021

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................................6
ISI..........................................................................................................................................................7
A. Kepolisian Republik Indonesia.................................................................................................7
1. Pengertian...............................................................................................................................7
2. Arti Lambang...........................................................................................................................7
3. Sejarah Kepolisian Republik Indonesia...............................................................................8
4. Tugas dan wewenang..........................................................................................................11
B. Kejaksaan Republik Indonesia...............................................................................................12
1. Pengertian.............................................................................................................................12
2. Arti Lambang.........................................................................................................................12
3. Sejarah...................................................................................................................................13
4. Tugas dan Wewenang.........................................................................................................15

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Kepolisian Republik Indonesia
Polisi merupakan alat Negara yang mempunyai tugas utama
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dinyatakan Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI) merupakan lembaga eksekutif dalam hal menjaga keamanan
Negara, serta alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Adapun tugas pokok
POLRI berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Kepolisian adalah
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum,
serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.

POLRI dalam menyelenggarakan dan melaksanakan tugas dan


fungsinya juga harus berdasarkan legitimasi hukum yang berlaku.
Fungsi utama dari polisi adalah menegakkan hukum dan melayani
kepentingan masyarakat umum. Dapat dikatakan bahwa tugas polisi
adalah melakukan pencegahan terhadap kejahatan dan memberikan
perlindungan kepada masyarakat. Oleh karena itu Polisi disebut sebagai
hukum yang hidup.

2. Kejaksaan Republik Indonesia

4
Salah satu komponen penting dalam penegakan hukum adalah
lembaga Kejaksaan Republik Indonesia, Kejaksaan R.I. adalah lembaga
negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya di bidang
penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam penegakan hukum
dan keadilan, Kejaksaan R.I. dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih
oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung,
Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara
khususnya di bidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu
kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan


Republik Indonesia (selanjutnya disebut UUKRI) mengisyaratkan bahwa
lembaga Kejaksaan berada pada posisi sentral dengan peran strategis
dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan berada di
poros dan menjadi filter antara proses penyidikan dan proses
pemeriksaan di persidangan serta juga sebagai pelaksana penetapan
dan keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga Kejaksaan sebagai
pengendali proses perkara (dominus litis), karena hanya institusi
Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan
ke pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut
hukum acara pidana.

B. Rumusan Masalah
1. Kepolisian Republik Indonesia
a. Apa pengertian dan fungsi Kepolisian Republik Indonesia?

b. Apa tugas dan wewenang Kepolisian Republik Indonesia bagi


negara?

c. Bagaimana perkembangan sejarah dari Kepolisian Republik


Indonesia?

2. Kejaksaan Republik Indonesia


a. Apa pengertian dan fungsi Kejaksaan Republik Indonesia?

b. Bagaimana perkembangan sejarah dari Kejaksaan Republik


Indonesia?

c. Apa tugas dan wewenang dari Kejaksaan Republik Indonesia?

5
C. Tujuan
1. Kepolisian Republik Indonesia

a. Mendeskripsikan pengertian dan fungsi Kepolisian Republik


Indonesia

b. Mendeskripsikan tugas dan wewenang Kepolisian Republik


Indonesia

c. Mendeskripsikan perkembangan sejarah dari Kepolisian


Republik Indonesia

2. Kejaksaan Republik Indonesia

a. Mendeskripsikan pengertian dan fungsi Kejaksaan Republik


Indonesia

b. Mendeskripsikan perkembangan sejarah dari Kejaksaan


Republik Indonesia

c. Mendeskripsikan tugas dan wewenang dari Kejaksaan Republik


Indonesia

6
ISI

A. Kepolisian Republik Indonesia


1. Pengertian
Polisi merupakan alat Negara yang mempunyai tugas utama
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dinyatakan Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI) merupakan lembaga eksekutif dalam hal menjaga keamanan
Negara, serta alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2. Arti Lambang

Lambang Polisi bernama Rastra Sewakottama yang berarti "Polri


adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa." Sebutan itu adalah
Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup
Polri sejak 1 Juli 1954.

Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat,


memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus
pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan sikap
sebagai "penguasa". Ternyata prinsip ini sejalan dengan paham
kepolisian di semua Negara yang disebut new modern police

7
philosophy, "Vigilant Quiescant" (kami berjaga sepanjang waktu agar
masyarakat tentram).

3. Sejarah Kepolisian Republik Indonesia


Sebelum Kemerdekaan Indonesia

a. Masa Kolonial Belanda

Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali


oleh pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang
pribumi untuk menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia
Belanda pada waktu itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di
Semarang, merekrut 78 orang pribumi untuk menjaga keamanan mereka.

Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang dibantu


asisten residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan pada procureur
generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-
macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi lapangan) , stands politie
(polisi kota), cultur politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong
praja), dan lain-lain.

Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian juga


diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada
dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara),
inspekteur van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama
menjadi agen polisi diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana,
dan wedana polisi.

Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-


1920 adalah merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara
Republik Indonesia saat ini.

b. Masa Pendudukan Jepang

Pada masa ini Jepang membagi wiliyah kepolisian Indonesia menjadi


Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta, Kepolisian Sumatera
yang berpusat di Bukittinggi, Kepolisian wilayah Indonesia Timur berpusat di
Makassar dan Kepolisian Kalimantan yang berpusat di Banjarmasin.

Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun dikepalai oleh seorang


pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat
Jepang yang disebut sidookaan yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala
polisi.

8
Awal Kemerdekaan Indonesia

a. Periode 1945-1950

Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu,


pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun, sedangkan
polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara resmi
kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka.

Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin, Komandan


Polisi di Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan
Pasukan Polisi Republik Indonesia sebagai langkah awal yang dilakukan
selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara
Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan
patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang
dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Sebelumnya pada
tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29
September 1945 Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo
menjadi Kepala Kepolisian Negara (KKN).

Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam


Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung
jawab masalah administrasi, sedangkan masalah operasional bertanggung
jawab kepada Jaksa Agung.

Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946 dengan Penetapan Pemerintah


tahun 1946 No. 11/S.D. Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab
langsung kepada Perdana Menteri. Tanggal 1 Juli inilah yang setiap tahun
diperingati sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini.

b. Periode 1950-1950

Dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17 Agustus 1950 dan


diberlakukannya UUDS 1950 yang menganut sistem parlementer, Kepala
Kepolisian Negara tetap dijabat R.S. Soekanto yang bertanggung jawab
kepada perdana menteri/presiden.

Waktu kedudukan Polri kembali ke Jakarta, karena belum ada kantor


digunakan bekas kantor Hoofd van de Dienst der Algemene Politie di Gedung
Departemen Dalam Negeri. Kemudian R.S. Soekanto merencanakan kantor

9
sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan
sebutan Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi
Markas Besar Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi gedung
perkantoran termegah setelah Istana Negara.

Sampai periode ini kepolisian berstatus tersendiri antara sipil dan militer
yang memiliki organisasi dan peraturan gaji tersendiri. Anggota Polri
terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia (P3RI) tidak
ikut dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak zaman revolusi sudah
membentuk organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan nama
Bhayangkari tidak ikut dalam Dharma Wanita ataupun Dharma Pertiwi.
Organisasi P3RI dan Bhayangkari ini memiliki ketua dan pengurus secara
demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di
Konstituante dan Parlemen. Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di
bawah gaji angkatan perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji
dan berhasil melahirkan Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri
relatif lebih baik dibanding dengan gaji pegawai negeri lainnya (mengacu
standar PBB).

c. Masa Orde Baru

Karena pengalaman yang pahit dari peristiwa G30S/PKI yang


mencerminkan tidak adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI, maka untuk
meningkatkan integrasi ABRI, tahun 1967 dengan SK Presiden No. 132/1967
tanggal 24 Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur
Bidang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan
bagian dari organisasi Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK
yang masing-masing dipimpin oleh Panglima Angkatan dan bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada
Menhankam/Pangab. Jenderal Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang
pertama.

Setelah Soeharto dipilih sebagai presiden pada tahun 1968, jabatan


Menhankam/Pangab berpindah kepada Jenderal M. Panggabean. Kemudian
ternyata betapa ketatnya integrasi ini yang dampaknya sangat menyulitkan
perkembangan Polri yang secara universal memang bukan angkatan perang.

Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan Panglima


Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala
Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri.
Pergantian sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969.

10
4. Tugas dan wewenang
Tugas

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. Menegakkan hukum; dan

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada


masyarakat.

Wewenang

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang


dapat mengganggu ketertiban umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau


mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan


administrative kepolisian;

f.Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan


kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;

i. Mencari keterangan dan barang bukti;

11
B. Kejaksaan Republik Indonesia
1. Pengertian
Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan
kekuasaan negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan
yang berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan
dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih oleh dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan
Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang
penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh
yang tidak dapat dipisahkan.

Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang


menggantikan UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I.,
Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk
lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan
kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta
pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Di dalam UU
Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka,
terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2004).

2. Arti Lambang

12
Bintang bersudut tiga

Bintang adalah salah satu benda alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang tinggi letaknya dan memancarkan cahaya abadi. Sedangkan
jumlah tiga buah merupakan pantulan dari Trapsila Adhyaksa sebagai
landasan kejiwaan warga Adhyaksa yang harus dihayati dan diamalkan.

Pedang

Senjata pedang melambangkan kebenaran, senjata untuk membasmi


kemungkaran/kebathilan dan kejahatan.

Timbangan
Timbangan adalah lambang keadilan, keadilan yang diperoleh melalui
keseimbangan antara suratan dan siratan rasa.

Padi dan Kapas

Padi dan kapas melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran yang


menjadi dambaan masyarakat.

Seloka ”Satya Adhi Wicaksana”

Merupakan Trapsila Adhyaksa yang menjadi landasan jiwa dan raihan


cita-cita setiap warga Adhyaksa dan mempunyai arti serta makna:

 Satya : Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap


Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun
kepada sesama manusia.

 Adhi : kesempurnaan dalam bertugas dan yang berunsur utama,


bertanggungjawab baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap
keluarga dan terhadap sesama manusia.
 Wicaksana : Bijaksana dalam tutur-kata dan tingkah laku,
khususnya dalam penerapan kekuasaan dan kewenangannya.

3. Sejarah

Sebelum Reformasi

13
Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia.
Pada zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa
Kerajaan Majapahit, istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa
sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-
istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama
dalam Bahasa Sansekerta.

Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa


dhyaksa adalah pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit,
tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa (1350-1389
M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani
masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini
dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang
memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.

Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll,


yang mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau
hakim tertinggi (oppenrrechter). Krom dan Van Vollenhoven, juga
seorang peneliti Belanda, bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari
Majapahit yakni Gajah Mada, juga adalah seorang adhyaksa.

Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya


dengan jaksa dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie.
Lembaga ini yang menitahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai
Magistraat dan Officier van Justitie di dalam sidang Landraad
(Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen (Pengadilan Justisi ) dan
Hooggerechtshof (Mahkamah Agung ) dibawah perintah langsung dari
Residen / Asisten Residen.

Masa Reformasi

Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan


terhadap pemerintah Indonesia serta lembaga penegak hukum yang
ada, khususnya dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi. Karena
itulah, memasuki masa reformasi Undang-undang tentang Kejaksaan
juga mengalami perubahan, yakni dengan diundangkannya Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2004 untuk menggantikan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran undang-undang ini disambut
gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai peneguhan

14
eksistensi Kejaksaan yang merdeka dan bebas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah, maupun pihak lainnya.

Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan


RI, Pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah
lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dalam
bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-
undang”. Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus
Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum,
karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah
suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat
bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai
penyandang Dominus Litis, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya
instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Karena
itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini dipandang lebih kuat
dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai
lembaga negara pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di
bidang penuntutan.

Mengacu pada UU tersebut, maka  pelaksanaan kekuasaan


negara yang diemban oleh Kejaksaan, harus dilaksanakan secara
merdeka. Penegasan ini tertuang dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 16
Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan secara
merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakan fungsi, tugas dan
wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
pengaruh kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi
profesi jaksa dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

4. Tugas dan Wewenang


Berdasarkan Pasal 30 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan Republik Indonesia, berikut adalah tugas dan
wewenang Kejaksaan.

Di bidang pidana :

 melakukan penuntutan;
 melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

15
 melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas
bersyarat;
 melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang- undang;
 melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

Di bidang perdata dan tata usaha negara :


Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun
di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.

Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, Kejaksaan turut


menyelenggarakan kegiatan:

 peningkatan kesadaran hukum masyarakat;


 pengamanan kebijakan penegakan hukum;
 pengawasan peredaran barang cetakan;
 pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan
masyarakat dan negara;
 pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
 penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

16
KESIMPULAN

A. Kepolisian Republik Indonesia


Jadi Kepolisian Republik Indonesia adalah alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
menegakkan hukum; serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.

B. Kejaksaan Republik Indonesia


Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan
kekuasaan negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan
yang berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan
dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih oleh dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan
Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang
penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh
yang tidak dapat dipisahkan.

17
LAMPIRAN

A. Kepolisian Republik Indonesia

B. Kejaksaan Republik Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai