Anda di halaman 1dari 20

“ KEPOLISIAN”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penegakan Hukum di Indonesia
Dosen Pengampu : Bapak Dadan Hadiansyah, S.Ag., M.Ag.

Oleh :

1. Jana Aboy (2121.065.1)


2. Leli Nurlaeli (2121.007.1)
3. M.Irham Maulana (2121.070.1)
4. Nida Khafia K. (2121.040.1)
5. Siti Nabila Angelina (2121.043.1)
6. Zepa Salsabila (2121.045.1)

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM KH.RUHIAT CIPASUNG
SINGAPARNA-TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinya. Karena atas segala
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. sebagai
panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penegakkan Hukum di
Indonesia dengan judul “Kepolisian“.

Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen Penegakkan Hukum di Indonesia yaitu Bapak
Dadan Hadiansyah,S.Ag.,M.Ag. yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini dan tentunya
kepada rekan-rekan yang banyak membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, kami berharap para
pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT, dan kekurangan
adalah milik kita. Oleh karena itu diharapkan bagi para pembaca dan para pemerhati pendidikan dimohon
untuk memberikan kritik dan sarannya kepada kami demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Tasikmalaya, 04 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1


A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................6

A. Pengertian Polisi dan Kepolisian.................................................................6


B. Tugas dan Wewenang Kepolisian...............................................................7
C. Problematika dikalangan Aparat Kepolisian...............................................11

BAB IV PENUTUP................................................................................................15

A. Kesimpulan..................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi dan peran Kepolisian Republik Indonesia dari masa ke masa selalu

menjadi bahan perbincangan berbagai kalangan, dari praktisi hukum sampai

akademis bahkan masyarakat kebanyakan. Pada umumnya mereka berusaha

memposisikan secara positif kedudukan, fungsi dan peranan Kepolisian tersebut.

Upaya pembahasan Kepolisian itu dikarenakan adanya faktor kecintaan dari

berbagai pihak kepada lembaga Kepolisian dan ditaruhnya harapan yang begitu

besar, agar fungsinya sebagai aparat penegak hukum bisa berjalan sebagaimana

mestinya, perubahan struktur Kepolisian secara kelembagaan, mulai dari intitusi

sipil, ABRI atau Militer, sampai dengan berdiri sendiri, merupakan sejarah yang

unik.

Seiring dengan perubahan sesuai kebijakan politik itu, maka citra

Kepolisian terus melekat, baik positif maupun negatif. Sebagai pelaksana fungsi

pemerintahan di bidang penegakan hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia

melaksanakan tugas memerangi tingkah laku yang bervariasi atas ketertiban yang

terjadi di masyarakat.

Kepolisian dinegara manapun selalu berada dalam sebuah dilema

kepentingan kekuasaan yang selalu menjadi garda terdepan perbedaan pendapat

antara kekuasaan dengan masyarakatnya. Sistem Kepolisian suatu Negara sangat

1
dipengaruhi oleh Sistem Politik serta kontrol social yang diterapkan.Berdasarkan

Penetapan Pemerintah No. 11/S.D Kepolisian beralih status menjadi Jawatan

tersendiri dibawah langsung Perdana Menteri.Ketetapan Pemerintah tersebut

menjadikan kedudukan Polisi setingkat dengan Departemen dan kedudukan Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) setingkat dengan Menteri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian kepolisian menurut para ahli dan hukum positif?

2. Apa saja tugas dan wewenang kepolisian dalam penegakkan hukum di

Indonesia?

3. Adakah problematika dikalangan aparat kepolisian?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mendefinisikan tentang kepolisian menurut berbagai sumber.

2. Untuk mengidentifikasi tugas dan wewenang kepolisian dalam penegakkan

hukum di Indonesia.

3. Untuk menganalisis problematika dikalangan aparat kepolisian.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Polisi dan Perannya dalam Penegakkan Hukum di Indonesia

Peran Polisi saat ini adalah sebagai pemelihara Kamtibmas juga sebagai

aparat penegak hukum dalam proses pidana. Polisi adalah aparat penegak hukum

jalanan yang langsung berhadapan dengan masyarakat. Dalam Pasal 2 UU

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, “Fungsi

Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”. Dalam Pasal 4 UU No.2

Tahun 2002 juga menegaskan “Kepolisian Negara RI bertujuan untuk

mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan

dan ketertiban masyarakat, tertib, dan tegaknya hukum, terselenggaranya

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya

ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”.

Penyelenggaraan fungsi kepolisian merupakan pelaksanaan profesi

artinya dalam menjalankan tugas seorang anggota Polri menggunakan

kemampuan profesinya terutama keahlian di bidang teknis kepolisian. Dalam

menjalankan tugas sebagai hamba hukum polisi senantiasa menghormati hukum

dan hak asasi manusia. Oleh karena itu dalam menjalankan profesinya setiap

insan kepolisian tunduk pada kode etik profesi sebagai landasan moral.

3
Kode etik profesi Polri mencakup norma prilaku dan moral yang

dijadikan pedoman sehingga menjadi pendorong semangat dan rambu nurani

bagi setiap anggota untuk pemulihan profesi kepolisian agar dijalankan sesuai

tuntutan dan harapan masyarakat. Jadi polisi harus benar-benar jadi pelindung,

pengayom dan pelayan masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang bersih

agar tercipta clean governance dan good governance.

Etika profesi kepolisian merupakan kristalisasi nilai-nilai yang dilandasi

dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam wujud komitmen moral yang

meliputi pada pengabdian, kelembagaan dan kenegaraan, selanjutnya disusun

kedalam Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Etika profesi

kepolisian terdiri dari

1. Etika pengabdian merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia terhadap profesinya sebagai pemelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum serta pelindung,

pengayom dan pelayan masyarakat.

2. Etika kelembagaan merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia terhadap institusinya yang menjadi wadah

pengabdian yang patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir batin dari

semua insan Bhayangkara dan segala martabat dan kehormatannya.

3. Etika kenegaraan merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan institusinya untuk senantiasa bersikap

4
netral, mandiri dan tidak terpengaruh oleh kepentingan politik, golongan

dalam rangka menjaga tegaknya hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Keberhasilan penyelenggaraan fungsi kepolisian dengan tanpa

meninggalkan etika profesi sangat dipengaruhi oleh kinerja polisi yang

direfleksikan dalam sikap dan perilaku pada saat menjalankan tugas dan

wewenangnya. Dalam Pasal 13 UU Kepolisian ditegaskan tugas pokok

kepolisian adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat.

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Polisi dan Kepolisian

Kepolisian di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna suatu

yang erat hubungannya dengan polisi. Polisi merupakan badan pemerintah yang

bertugas guna memelihara keamanan serta ketertiban umum seperti menangkap

seseorang yang melanggar peraturan yang berlaku, juga diartikan sebagai anggota

badan pemerintah atau biasa disebut pejabat egara yang memiliki tugas guna

menjaga keamanan negara. Adapun menurut Momo Kelana istilah polisi memiliki

dua arti, Pertama polisi dalam pengertian secara formal yaitu mencakup sebuah

organisasi serta kedudukan pada institusi kepolisian, Kedua polisi dalam pengertian

secara material yaitu memberikan suatu jawaban terhadap sebuah tugas serta

wewenang dalam menghadapi suatu gangguan keamanan dan ketertiban

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia atau UU Kepolisian

menyatakan bahwa “Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan

fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan Kepolisian di dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia memiliki makna suatu yang erat hubungannya dengan

polisi. Polisi merupakan badan pemerintah yang bertugas guna memelihara

keamanan serta ketertiban umum seperti menangkap seseorang yang melanggar

peraturan yang berlaku, juga diartikan sebagai anggota badan pemerintah atau biasa

6
disebut pejabat egara yang memiliki tugas guna menjaga keamanan negara. Adapun

menurut Momo Kelana istilah polisi memiliki dua arti, Pertama polisi dalam

pengertian secara formal yaitu mencakup sebuah organisasi serta kedudukan pada

institusi kepolisian, Kedua polisi dalam pengertian secara material yaitu

memberikan suatu jawaban terhadap sebuah tugas serta wewenang dalam

menghadapi suatu gangguan keamanan dan ketertiban berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia atau

UU Kepolisian menyatakan bahwa “Kepolisian adalah segala hal ihwal yang

berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan.

Berbicara tentang kepolisian maka berbicara terkait dengan fungsi serta

lembaga kepolisian. Makna dari kepolisian dipengaruhi dari konsep suatu fungsi

kepolisian yang diembannya serta dirumuskan dalam tugas dan wewenangnya.

Polisi adalah pengertian dari kepolisian, akan tetapi definisi mengenai kepolisian

tidak dirumuskan secara jelas karena hanya menyangkut sebuah fungsi serta

lembaga polisi sesuai yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

B. Tugas dan Wewenang Kepolisian

Kejahatan pada kondisi dewasa saat ini semakin beragam serta mengalami

peningkatan dengan berbagai modus operandi. Dengan kondisi seperti itu

diharapkan peran dari aparat maupun masyarakat untuk selalu meningkatkan

kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar.

7
Undang-undang menyebutkan Polri merupakan kekuatan inti untuk

membina keamanan serta ketertiban didalam kehidupan masyarakat, hal tersebut

yang menyebabkan polri dituntut selalu meningkatkan mutu profesionalismenya

maupun mental kejuangan secara tepat baik pada skala pendek, jangka pendek

maupun jangka panjang. Terkait dengan tugas pokok polisi tidak terlepas dari peran

penegakan hukum dalam hal Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas).

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, dalam Pasal 13 dijelaskan bahwa tugas pokok Kepolisian

Negara Republik Indonesia adalah:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

b. Menegakkan hukum,

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Adapun dari ketiga tugas pokok kepolisian diatas, dijelaskan pula pada

Pasal 14 bahwasannya dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13, Kepolisian Republik Indonesia bertugas:

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan,

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas dijalan,

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran

hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan

peraturan perundang-undangan,

8
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional,

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamaan umum,

f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian

khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan

swakarsa,

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan peraturan perundangundangan lainnya,

h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium

forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian,

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan

hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan

bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani

oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang,

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian,

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundangundangan.

Kewenangan kepolisian diatur didalam Pasal 15 ayat (1) UndangUndang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang

menyebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum

berwenang:

9
a. Menerima laporan dan/atau pengaduan,

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum,

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat,

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa,

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administrative

kepolisian,

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian

dalam rangka pencegahan

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian,

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang,

i. Mencari keterangan dan barang bukti,

j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional,

k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat,

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat,

m. Menerima dan menyimpan barang temuan sementara waktu.

10
C. Problematika di Kalangan Aparat Kepolisian

Pemakalah mengambil masalah perilaku anggota polisi dalam kasus suap

menyuap. Sejarah praktek suap menyuap dikalangan pejabat dan aparat hukum

telah terjadi sejak jaman kerajaan kuno diindonesia sebagai contoh para adipati

memberikan emas dan perak kepada raja yang menaklukan wilayah mereka dan

sebagai imbalan sang raja tidak akan menggangu wilayah yang dikuasai para

adipati tersebut. Ketika jaman penjajahan belanda budaya suap meyuap juga sangat

sering terjadi, para pejabat belanda menyuap para petinggi negara untuk

mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Budaya suap menyuap yang sudah ada sejak berabad abad lalu ,namun seperti

sudah menjadi tradisi dan mendarah daging (sudah berakar) menyebabkan praktek

suap menyuap terus terjadi hingga kini, Pola berpikir dan bertindak terutama bagi

orang orang berduit memberi suap dalam bentuk uang, ataupun barang kepada para

pejabat pemerintah ataupun aparat keamanan menjadi hal yang lumrah, menjadi

sangatlah sulit untuk memberantas atau menghilangkan budaya suap.

Aparat kepolisian adalah pihak yang menjadi sasaran empuk praktek suap

menyuap, salah satu penyebab utamanya karena pekerjaan polisi yang berhubungan

dengan para pelanggar pelanggar hukum . gaji yang rendah namun memiliki gaya

hidup yang konsumtif dan glamor, ditambah mental yang rusak dan iman yang

lemah serta lemahnya hukum menjadi penyebab aparat polisi mudah untuk disuap.

11
Faktor lain yang membuat aparat mudah disuap adalah Perilaku serakah, tamak,

ingin cepat kaya raya,  perilaku negatif ini mampu menghilangkan rasa

kemanusiaan dan keadilan, meruntuhkan nilai nilai etika, moral dan keagamaan. 

Adapun salah satu contoh kasus suap yang terjadi dikalangan aparat

kepolisian yaitu kasus 2 Jenderal yang jadi tersagka kasus red notice Djoko

Tjandra.

Inspektur Jenderal Napoleon Bonaparte dan Brigadir Jenderal Prasetijo

Utomo atau Brigjen Prasetijo sebagai tersangka penghapusan red notice, dan surat

jalan Djoko Tjandra. Kepolisian menduga kedua jenderal tersebut menerima suap

terkait pengurusan surat jalan dan red notice Djoko. Kepala Divisi Hubungan

Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono menggelar konferensi

pers ihwal terbitnya surat jalan Joko Tjandra dari institusinya, di Gedung Bareskrim

Polri, Jakarta Selatan, pada Rabu, 15 Juli 2020. Tempo/Andita Rahma

Badan Reserse Kriminal Polri telah menetapkan Inspektur Jenderal

Napoleon Bonaparte dan Brigadir Jenderal Prasetijo Utomo atau Brigjen

Prasetijo sebagai tersangka penghapusan red notice, dan surat jalan Djoko Tjandra.

Kepolisian menduga kedua jenderal tersebut menerima suap terkait pengurusan

surat jalan dan red notice Djoko.

Kasus terhapusnya red notice Djoko Tjandra mulanya diketahui setelah

buronan 11 tahun itu masuk ke Indonesia tanpa terdeteksi untuk mendaftarkan

Peninjauan Kembali kasusnya ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Penghapusan

red notice ini menyeret nama Brigadir Jenderal Nugroho Slamet Wibowo.

12
Selaku Sekretaris National Central Bureau Interpol Indonesia, Ia menyurati

pihak Imigrasi pada 5 Mei 2020 mengenai telah terhapusnya red notice Djoko

Tjandra dari basis data Interpol. Atas surat itu, Imigrasi kemudian menghapus nama

Djoko dari sistem perlintasan. Hal ini diduga membuat Djoko bisa masuk ke

Indonesia tanpa terdeteksi.

Kepala Polri Jenderal Idham Azis lalu mencopot Nugroho dari jabatannya.

Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Inspektur Jenderal Napoleon

Bonaparte juga ikut dicopot karena dianggap tak mengawasi bawahannya. Dalam

menyelidiki perkara ini, kepolisian telah memeriksa sekitar 15 orang saksi.

Penyidik, kata Argo, juga sudah berkoordinasi dengan Pusat Pelaporan Analisis dan

Transaksi Keuangan. Terhapusnya red notice Djoko Tjandra diketahui.

Polisi kini telah menjerat Irjen Napoleon Bonaparte dan Brigjen Prasetijo

Pasal 5 ayat 2, pasal 11 dan 12 huruf a dan b UU Tipikor juncto Pasal 55 KUHP.

Argo mengatakan penetapan tersangka ini dilakukan setelah dilakukan gelar

perkara. Adapun barang bukti yang disita berupa US$ 20 ribu, surat dan sejumlah

barang bukti elektronik.

Dari kasus tersebut, faktor ekonomi dan ketidakprofesionalan seorang

aparat kepolisian menjadi penyebab utama adanya kasus-kasus yang mencoreng

nama baik aparat kepolisian. Untuk itu solusi dari hal tersebut adalah melakukan

upaya pencegahan, upaya pencegahan praktek suap  menyuap dapat dilakukan

dengan cara:

13
1. Pemilihan calon aparat kepolisian dilakukan melalui mekanisme yang benar

benar bersih.

2. Sebagai penegak hukum sudah seharusnya para polisi bekerja dengan

berprinsip, berpikir dan bekerja dengan etos kerja menegakkan hukum

tanpa memandang status sosial, jabatan. menghilangkan budaya berlomba

lomba mencari imunitas karena merasa sebagai polisi adalah berkuasa,

memiliki kekuatan dimata hukum. hal inilah yang akan menjadikan hukum

di indonesia lama lama tidak bekerja dan berfungsi sebagaimana harusnya.

3. Penegakkan hukum harus tegas, seperti dakwaan atau tuntutan hukum

(vonis yang dijatuhi ringan atau malah bisa bebas dari jeratan hukum).

karena akan sangat sulit memberantas jika para penegak hukum cenderung

memperlemah upaya penegakkan hukum.

4. Memasukan kurikulum anti korupsi ketika masa pendidikan di kepolisian

dengan output generasi kepolisian yang mendatang akan terdokrin untuk

bekerja dengan bersih berakhlak mulia  dengan mulai dengan mengatakan

"tidak" pada praktek suap menyuap.

5. Dengan memberikan jaminan gaji dan tunjangan yang mencukupi

kesejahteraan hidup para aparat kepolisian, sehingga para aparat tidak

mudah menerima suap.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Polisi merupakan badan pemerintah yang bertugas guna memelihara

keamanan serta ketertiban umum seperti menangkap seseorang yang melanggar

peraturan yang berlaku, juga diartikan sebagai anggota badan pemerintah atau biasa

disebut pejabat negara yang memiliki tugas guna menjaga keamanan negara.

Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Kepolisian Negara

RI bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi

terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib, dan tegaknya hukum,

terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,

serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia

B. Saran

Demikian makalah yang dapat pemakalah sajikan. Alhamdulillah dengan

ijin Allah SWT. pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu

walaupun dengan proses yang tidak mudah. Terimakasih kepada dosen pengampu

yang telah membimbing pemakalah sampai makalah ini dapat terselesaikan walau

masih banyak kekurangan. Terimakasih juga kepada teman-teman mahasiswa

khususnya kelas Hukum yang selalu membersamai dan mendukung pemakalah

15
sampai saat ini. Pemakalah sadar betul bahwa dalam penyusunan makalah ini masih

banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu bimbingan dari

dosen pengampu sangat kami harapkan, serta kritik dan saran yang membangun

dari teman-teman semua sangat kami harapkan, demi perbaikan makalah

selanjutnya Akhirnya dari harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi para

pembaca umumnya dan bagi pemakalah khususnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin S,2004, Metode Penelitian Hukum ,Jakarta:Raja Grafindo.

Hadikusuma,Hilman,1995, Metode Pembuatan Skripsi Ilmu Hukum,Bandung: Mandar

Maju.

Meleong Lexi., 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT Rosakarya.

Sukanto, Soerjono 1983, Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Jakarta:rajawali pers Satjipto,Raharjo, 2007, Membangun Polisi Sipil,Jakarta:kompas.

Satjipto,Rahardjo,2001,Community Policing Indonesia,Jakarta;Ui-pres.

17

Anda mungkin juga menyukai