Anda di halaman 1dari 13

Makalah Etika Profesi

“Proses Penegakkan Kode Etik Di Lembaga Kepolisian, Kejaksaan Dan


Kehakiman”

RADEATRI MULYANI

200701093

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2023
DAFTAR ISI

BAB I (PENDAHULUAN) ....................................................................................................................... 2

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................................. 2

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................................. 3

BAB II (PENJELASAN) .......................................................................................................................... 4

A. Penegakan kode etik di kepolisian .................................................................................................. 4

B. Penegakan kode etik di kejaksaan .................................................................................................. 6

C. Penegakan kode etik di kehakiman ................................................................................................ 8

BAB III (PENUTUP) .............................................................................................................................. 11

Kesimpulan.......................................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 12

1
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum, yang artinya adalah bahwa
hukum memegang peranan penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat. Segala aspek
kehidupan manusia mengikat serta memaksa seluruh anggota masyarakat Indonesia untuk tunduk
dan patuh terhadap peraturan dan norma hukum yang berlaku. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah dalam menjalankan fungsi untuk menciptakan ketertiban dan keamanan masyarakat
yaitu dengan menegakkan aturan hukum yang dibuat. Untuk mewujudkan upaya tersebut dalam
menegakkan hukum dan cita-cita negara adalah dengan adanya aparat penegak hukum. Aparat
penegak hukum memiliki peran penting yang berorientasi pada kepentingan dan perkembangan
masyarakat, salah satu lembaga penegak hukum yaitu kepolisian,kejaksaan dan kehakiman yang
diberi kewenangan berdasarkan undang – undang.

Bagi profesional hukum dalam menjalankan fungsi keprofesionalannya dilengkapi


dengan rambu – rambu dalam arti luas, yaitu rambu – rambu hukum (hukum perundangan)
dalam arti luas, dan rambu – rambu etik dan moral profesi (kode etik profesi), sehingga tanggung
jawab profesi dalam pelaksanaan profesi meliputi tanggung jawab hukum dan tanggung jawab
moral. Etika profesi hukum (kode etik profesi) merupakan bagian yang terintegral dalam
mengatur perilaku penegak hukum sebagai wujud penegakan hukum yang baik sekaligus
berkeadilan. Penegakan hukum menuntut sikap integritas moral, sikap ini menjadi modal bagi
penyelenggara profesi hukum dalam menjalankan tugas profesinya. Tolak ukur utama menjadi
penyelenggara profesi hukum dalam menegakkan hukum terletak pada indepensi penyelenggara
profesi dan kuatnya integritas moral ketika menghadapi beragam permasalahan yang menjadi
tanggung jawabnya. Untuk menjadi penyelenggaraa profesi hukum yang baik dalam
menjalankan tugas profesinya dalam menegakkan hukum dibutuhkan praktisi yang memiliki
kualifikasi sikap, sikap kemanusiaan, sikap keadilan, mampu melihat dan menempatkan nilai-
nilai obyektif dalam suatu perkara yang ditangani, sikap jujur, serta kecakapan teknis dan
kematangan etis.

Kode etik bertujuan untuk mengatur dan memberi kualitas kerja kepada pelaksanaan
profesi serta untuk menjaga kehormatan dan nama baik organisasi profesi serta untuk melindungi
masyarakat yang memerlukan jasa-jasa baik profesional. Kode etik merupakan mekanisme

2
pendisiplinan, pembinaan, dan pengontrolan etos kerja anggota-anggota organisasi profesi.
Pelaksanaan fungsi kemasyarakatan berupa karya pelayanan yang pelaksanaannya dijalankan
secara mandiri dengan komitmen dan keahlian berkeilmuan dalam bidang tertentu yang
pengembangannya dihayati sebagai panggilan hidup dan terikat pada etika umum dan etika
khusus (etika profesi) yang 4 bersumber pada semangat pengabdian terhadap sesama demi
kepentingan umum, serta berakar dalam penghormatan terhadap martabat manusia. Kode etik
profesi merupakan suatu tuntutan, bimbingan atau pedoman moral atau kesusilaan untuk suatu
profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang disusun
oleh para anggota profesi itu sendiri dan mengikat mereka dalam praktek. Dengan demikian
maka kode etik profesi berisi nilai-nilai etis yang ditetapkan sebagai sarana pembimbing dan
pengendali bagaimana seharusnya atau seyogyanya pemegang profesi bertindak atau berperilaku
atau berbuat dalam menjalankan profesinya. Untuk meletakkan pondasi penegakan hukum, maka
pilar yang utama adalah penegak hukum yang mampu menjalankan tugasnya dengan integritas
dan dedikasi yang baik

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah proses penegakkan kode etik di lembaga kepolisian, kejaksaan dan
kehakiman?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penegakan kode etik yang ada di lembaga kepolisian, kejaksaan dan
kehakiman

3
BAB II (PENJELASAN)
A. Penegakan kode etik di kepolisian
Polisi harus mampu memberikan rasa nyaman dan tentram kepada masyarakat.Pasal 13
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
mengamanatkan setiap anggota polri untuk: “Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan terhadap
masyarakat”. Rasa aman dan tenteram akan menciptakan stabilitas dalam negeri baik dalam segi
politik maupun ekonomi dan keamanan. Peran polisi sangat strategis dalam menciptakan
stabilitas dalam negeri tesebut.

Wewenang polisi secara umum sesuai Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia antara lain:

a. menerima laporan dan/atau pengaduan; b. membantu menyelesaikan perselisihan warga


masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum; c. mencegah dan menanggulangi
tumbuhnya penyakit masyarakat; d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup
kewenangan administratif kepolisian; f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari
tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan; g. melakukan tindakan pertama di tempat
kejadian; h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari
keterangan dan barang bukti; j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional; k.
mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan
masyarakat; l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; m.menerima dan menyimpan
barang temuan untuk sementara waktu.

Tugas seperti ini tentu tidak mudah bagi kepolisian dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat melalui pemberian perlindungan, pengayoman, pelayanan pada
masyarakat serta penegakan hukum.Kepolisian merupakan institusi penting dalam mendukung
terciptanya penegakan hukum yang adil, yang berdiri di garda utama dalam penegakan
hukum.Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai etika profesi dalam berperilaku. Kode
etik Polri diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode etik profesi polri
Negara Republik Indonesia.Etika profesi tersebutberlaku bagi anggota kepolisian itu sendiri.

4
Etika profesi bertujuan agar polisi dapat menjadi penegak hukum yang profesional, memiliki
kredibilitas, serta beretika. Dasar hukum etika profesi polisi diatur pada Pasal 34 ayat (1)
Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
menentukan: “ Sikap dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republuik Indonesia terikat pada
kode etik profesi polri Negara Republik Indonesia”. Dasar hukum tersebut mengamanatkan agar
setiap anggota kepolisian bertindak berdasarkan aturan etika profesi.

Penegakan Kode etik profesi polri secara lembaga menurut pasal 17 Peraturan Kapolri
Nomor 14 tahun 2011 tentang Kode etik profesi polri Negara Republik Indonesia berada di
bawah suatu lembaga yang bernama Profesi dan Pengamanan atau Propam. Pada tingkat Mabes
Polri Propam berbentuk Divisi yang bertanggung jawab pada Kapolri sementara pada tingkat
Polda berbentuk Bidang yang bertanggung jawab pada Kapolda. Pada Pasal 17 Peraturan Kapolri
Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode etik profesi polri Negara Republik Indonesia menyebutkan:
Penegakan Kode Etik Kepolisian dilaksanakan oleh:

a. Propam Polri bidang Pertanggungjawaban Profesi;

b. Komite Kode Etik Polri (KKEP);

c. Komisi Banding;

d. pengemban fungsi hukum Polri;

e. SDM Polri; dan

f. Propam Polri bidang rehabilitasi personel.

Berdasarkan amanah pasal 17 tersebut maka organisasi propam memiliki peranan yang strategis
dalam mendorong tegaknya etika profesi kepolisian.Kepolisian yang berwibawa dengan
menjunjung tinggi etika dalam melaksanakan tugas adalah impian seluruh warga negara
Indonesia. Dengan adanya polisi yang beretika makaakan semakin meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga kepolisian.

Untuk menegakkan Etika Profesi Polri maka setiap pimpinan disetiap tingkatan Polri
(Polsek, Polres, Polwil, Polda dan Mabes), dituntut mampu memberikan sanksi kepada Anggota
Polri yang melakukan pelanggaran melalui Sidang Komisi Kode Etik Profesi (KKEP) maupun
Sidang Disiplin. Penegakan etika dan disiplin kepada Anggota Polri diharapakan dapat

5
dilaksanakan oleh setiap Kepala Satuan Organisasi Polri selaku Atasan Yang Berhak
Menghukum (Ankum) di-seluruh tingkatan sehingga pelanggaran sekecil apapun harus ditindak-
lanjuti dengan tindakan korektif atau sanksi. Apabila kondisi ini selalu terpelihara, maka
pelanggaran-pelanggaran hukum yang akan dilakukan oleh Anggota Polri dapat diminimalisir.

B. Penegakan kode etik di kejaksaan


Dalam proses penyelenggaraan negara, Kejaksaan memiliki peranan penting sebagai
lembaga penegak hukum. Peranan kejaksaan tersebut meliputi upaya dalam melakukan
supremasi hukum, penegakan hukum, melindungi kepentingan umum, perlindungan dan
pemenuhan terhadap hak asasi manusia, dan lain hal sebagainya. Kejaksaan berkewajiban
melaksanakan kekuasaan dibidang penuntutan sebagai wakil negara di pengadilan. Sehingga,
Kejaksaan harus senantiasa mengedepankan kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya. Agar jaksa sebagai representasi Kejaksaan mampu
mewujudkan tugas yang diembannya, maka ia dibatasi oleh kode etik profesi yang mengatur
tentang tata cara dan pedoman berperilaku ketika menjalankan tugas dan fungsinya. Kode etik
jaksa tersebut berfungsi meningkatkan integritas jaksa dan meminimalisir terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan. Dalam hal ini, kode etik jaksa berorientasi untuk menjalankan
amanat konstitusi.

Secara normatif, eksistensi Kejaksaan diatur dalam UU No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesiasedangkan kode etik jaksa diatur dalam Peraturan Jaksa Agung RI
Nomor: PER-016/A/JA/11/2012 tentang Kode Etik Perilaku Jaksa. Aturan tersebut berlaku bagi
jaksa-jaksa yang berada dilingkup Kejaksaan I Republik Indonesia baik secara vertikal maupun
secara horizontal. Menaati aturan-uturan yang ada terkhusus pada aturan kode etik prefesi
tententu menjadi kewajiban setiap masyarakat hukum, termasuk jaksa.

Karena itu, untuk pelaksanaan kode etik Jaksa di Kejaksaan Negeri maka harus :

1. Pelaksanaan Kode Etik Jaksa Melalui Kesadaran Hukum dalam Menerapkan Doktrin
Kejaksaan

Kesadaran hukum bagi penegak hukum termasuk jaksa merupakan hal penting dalam
mewujudkan keadilan dan ketertiban. Kesadaran hukum dapat dimaknai sebagai kesadaran

6
individu atau kelompok yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu. Melalui kesadaran hukum,
tujuan hukum yakni keadilan, kepastian, dan kemanfaatan dapat tercapai. Kesadaran hukum
tidak hanya dilakukan oleh masyarakat, tetapi juga harus dilakukan oleh para penegak hukum.

2. Pelaksanaan Kode Etik Jaksa Melalui Pemahaman Menyeluruh Terhadap Kode Etik

Seorang jaksa juga harus memahami kode etiknya yang diatur dalam eraturan Jaksa
Agung Republik Indonesia Nomor PER-014/A/JA/11/2012 entang Kode Perilaku Jaksa sebagai
aturan mainnya, karna mana mungkin orang jaksa dapat menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik jika dia dak memahami kede etik profesinya, atas dasar itulah Kejaksaan Negeri ota
Parepare melakukan upaya memberikan pemahaman mengenai kode etik jaksa secara
menyeluruh dengan harapan para jaksa dapat menjalankan apoksinya sebagaimana mestinya.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa pengaturan mengenai kode etik jaksa tersebut sebagai
pedoman atau petunjuk jaksa dalam berperilaku dan bertindak agar dapat melahirkan jaksa yang
memiliki integritas, moralitas. Serta bertanggungjawab dalam menjalankan perannya sebagai
penegak hukum. Secara kelembagaan, kehadiran kode etik jaksa berfungsi untuk menciptakan
birokrasi kejaksaan yang bersih,efesien , serta dapat di percaya oleh masyarakat.

Penjabaran kode etik jaksa yang dimaksud ialah Peraturan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor PER-014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku Jaksa nemiliki 6 Bab dan 31
Pasal yang substansinya meliputi ketentuan umum, perilaku aksa, tindakan administratif, tata
cara pemeriksaan dan penjatuhan tindakan administratif, ketentuan lain-lain, dan ketentuan
penutup. Aturan mengenai perilaku aksa yang diatur dalam peraturan tersebut merupakan bentuk
kewajiban, batasan, sikap merdeka, berintegritas, adil, serta sebagai pelindung masyarakat.
Adapun beberapa kewajiban jaksa yang diatur dalam peraturan tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Jaksa kepada negara

Dalam hal ini jaksa memiliki kewajiban untuk senantiasa mematuhi nilai-nilai Pancasila dan
UUD NRI 1945, berlandaskan pada peraturan perundangan-undangan yang berlaku,
mengamalkan norma-norma (kesopanan, kesusilaan, maupun agama) yang hidup dan diakui oleh
masyarakat, menjamin dan melindungi hak asasi manusia, serta melaporkan hal-hal yang
berpotensi memunculkan bahaya dan merugikan negara kepada pimpinan;

7
b. Jaksa kepada institusi

Kewajiban jaksa kepada instansi diwujudkan melalui mengimplementasikan doktrin Tri Krama
Adhyaksa ketika menjalankan tugas dan fungsi profesinya, menjalankan amanat sumpah serta
janji jabatan jaksa, pelaksanaan tugas dan fungsi berorientasi pada visi dan misi Kejaksaan
RImenjalankan tugas dan fungsi sesuar kewenangan, memiliki sikap kepemimpinan,
kewibawaan, serta memajukan sinergitas dan solidaritas sesama jaksa dalam upaya menjaga
nama baik institusi

c. Jaksa kepada profesi jaksa

Kewajiban jaksa dalam tahap ini meliputi menjaga nama baik dan martabat profesinya melalui
pengamalan prinsip profesionalitas, jujur, mandiri, adil, dan sebagainya.

d. Jaksa kepada masyarakat

Kewajiban jaksa terhadap masyarakat meliputi memberikan pelayanan yang baik dan benar
dengan berlandaskan supremasi hukum serta hak asasi manusia. Selain itu, jaksa juga
berkewajiban menyesuaikan dengan nilai-nilai pola hidup yang diakui dan hidup dalam
masyarakat.

C. Penegakan kode etik di kehakiman


Kode etik profesi hakim diatur dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH)
sebagaimana termaktub dalam Peraturan Bersama Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI
Nomor 02/PB/MA/IX/2012- 02/PB/P/KY/09/2012. Dalam paragraf pembukaan KEPPH
dituliskan bahwa Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
diimplementasikan dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut: (1) Berperilaku Adil, (2)
Berperilaku Jujur, (3) Berperilaku Arif dan Bijaksana, (4) Bersikap Mandiri, (5) Berintegritas
Tinggi, (6) Bertanggung Jawab, (7) Menjunjung Tinggi Harga Diri, (8) Berdisplin Tinggi, (9)
Berperilaku Rendah Hati, (10) Bersikap Profesional. Merujuk pada KEPPH sebagaimana
disebukan diatas, menguraian tentang 10 (sepuluh) pedoman prilaku hakim, sebagai berikut;

Petama, Berprilaku Adil; Adil bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan
memberikan yang menjadi haknya, yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa semua orang sama

8
kedudukannya di depan hukum. Dengan demikian, tuntutan yang paling mendasar dari keadilan
adalah memberikan perlakuan dan memberi kesempatan yang sama (equality and fairness)
terhadap setiap orang.

Kedua, Berperilaku Jujur; Kejujuran bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa yang
benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Kejujuran mendorong terbentuknya pribadi yang
kuat dan membangkitkan kesadaran akan hakekat yang hak dan yang batil. Dengan demikian,
akan terwujud sikap pribadi yang tidak berpihak terhadap setiap orang baik dalam persidangan
maupun diluar persidangan.

Ketiga, Berperilaku Arif dan Bijaksana; Arif dan bijaksana bermakna mampu bertindak
sesuai dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat baik norma-norma hukum, norma-
norma keagamaan, kebiasan-kebiasan maupun kesusilaan dengan memperhatikan situasi dan
kondisi pada saat itu, serta mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya.

Keempat Bersikap Mandiri; Mandiri bermakna mampu bertindak sendiri tanpa bantuan
pihak lain, bebas dari campur tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun. Sikap mandiri
mendorong terbentuknya perilaku Hakim yang tangguh, berpegang teguh pada prinsip dan
keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan ketentuan hukum yang berlaku.

Kelima, Berintegritas Tinggi; Integritas bermakna sikap dan kepribadian yang utuh,
berwibawa, jujur dan tidak tergoyahkan. Integritas tinggi pada hakekatnya terwujud pada sikap
setia dan tangguh berpegang pada nilai- nilai atau norma-norma yang berlaku dalam
melaksanakan tugas.

Keenam, Bertanggung Jawab; Bertanggungjawab bermakna kesediaan untuk


melaksanakan sebaik-baiknya segala sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta
memiliki keberanian untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan wewenang dan tugasnya
tersebut.

Ketujuh, Menjunjung Tinggi Harga Diri; Harga diri bermakna bahwa pada diri manusia
melekat martabat dan kehormatan yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap
orang.

9
Kedelapan, Berdisplin Tinggi; Disiplin bermakna ketaatan pada norma- norma atau
kaidah-kaidah yang diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta
kepercayaan masyarakat pencari keadilan.

Kesembilan, Berperilaku Rendah Hati; Rendah hati bermakna kesadaran akan


keterbatasan kemampuan diri, jauh dari kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk
keangkuhan. Rendah hati akan mendorong terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri untuk
terus belajar, menghargai pendapat orang lain, menumbuh kembangkan sikap tenggang rasa,
serta mewujudkan kesederhanaan, penuh rasa syukur dan ikhlas di dalam mengemban tugas; dan

Kesepuluh, Bersikap Profesional dan wawasan luas.

10
BAB III (PENUTUP)
Kesimpulan
Etika profesi hukum (kode etik profesi) merupakan bagian yang terintegral dalam
mengatur perilaku penegak hukum sebagai wujud penegakan hukum yang baik sekaligus
berkeadilan. Penegakan hukum menuntut sikap integritas moral, sikap ini menjadi modal bagi
penyelenggara profesi hukum dalam menjalankan tugas profesinya. Tolok ukur utama menjadi
penyelenggara profesi hukum dalam menegakkan hukum terletak pada indepensi penyelenggara
profesi dan kuatnya integritas moral ketika menghadapi beragam permasalahan yang menjadi
tanggung jawabnya. Untuk menjadi penyelenggaraa profesi hukum yang baik dalam
menjalankan tugas profesinya dalam menegakkan hukum dibutuhkan praktisi yang memiliki
kualifikasi sikap, sikap kemanusiaan, sikap keadilan, mampu melihat dan menempatkan nilai-
nilai obyektif dalam suatu perkara yang ditangani, sikap jujur, serta memiliki kecakapan teknis
dan kematangan etis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Iba Nurkasihani, "Kesadaran Hukum Sejak Dini Bagi Masyarakat,"Jdih. Tanahlautkab.


Go.ld, December 2018.

Niru Anita Sinaga, "Kode Etik Sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum Yang B
Imiah Hukum Dirgantara 10 no 2 (2020)

Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-014/A/JA/11/2012, "Tentang


Kode Perilaku Jaksa Pasal 3-6." (2012).

Arfandi, "Analisis Kritis Terhadap Kode Etik Jaksa," December 2020.

Abdul Manan, 2010. Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan, Jakarta: Kencana

12

Anda mungkin juga menyukai