Anda di halaman 1dari 8

RESUME

Pengertian Etika.
Dalam kamus hukum Bahasa Indonesia WJS Poerwadarminta mengemukakan bahwa
pengertian etika adalah Ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak.
Menurut Verkuyl, perkataan etika berasal dari perkataan “ethos” sehingga muncul kata-
kata etika.
Dr. James J. Spillane SJ. Mengungkapkan bahwa etika adalah memperhatikan atau
mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika
mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas
untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang
lain.
Menurut Ensiklopedia pendidikan, dijelaskan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai,
kesusilaan, tentang baik dan buruk, kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia juga merupakan
pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.
Secara historis, Aristoteles dalam bukunya “Ethika Nichomacheia” menguraikan
bagaimana tata pergaulan, dan penghargaan seseorang manusia kepada manusia yang lainnya,
yang tidak didasarkan kepada egoism atau kepentingan individu , akan tetapi didasarkan atas
hal-hal yang bersifat altruistis, yaitu memperhatikan orang lain.

Hubungan Etika Dan Profesi Hukum.


Menurut Pasal 1 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 17/0/1993
tentang Kurikulum yang berlaku secara Nasional Pendidikan Tinggi Program Sarjana Ilmu
Hukum pada Fakultas Hukum, tujuan pendidikan tinggi dimaksudkan untuk menyiapkankan
peserta didik atau mahasiswa menjadi sarjana hukum yang :
1. Menguasai hukum Indonesia,
2. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan dasar-dasar kemahiran kerja untuk mengembangkan
ilmu hukum dan hukum.
3. Mengenal dan peka akan masalah-masalah keadilan dan masalah-masalah
kemasyarakatan.
4. Mampu menganalisa masalah-masalah hukum dalam masyarakat.
5. Mampu menggunakan hukum sebagai sarana untuk memecahkan masalah-masalah
kemasyarakatan dengan bijaksana dan tetap berdasar pada prinsip-prinsip hukum.
Tujuan pendidikan yang disebut di atas tidaklah lengkap tanpa adanya etika. Hal tersebut
tidaklah mengherankan apabila saat ini di kalangan penegak hukum ada penurunan etika
dalam menjalankan profesinya.
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk memberikan
pelayanan professional di bidang hukum terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas yang berupa kewajiban
terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan hukum dengan disertai refleksi yang
seksama, dan oleh karena itulah di dalam melaksanakan profesi terdapat kaidah-kaidah pokok
berupa etika profesi.
Kaidah-kaidah pokok tersebut :
1. Profesi harus dipandang sebagai suatu pelayanan.
2. Profesi harus mendahulukan kepentingan penghadap.
3. Profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat secara keseluruhan.
4. Adanya semangat solidaritas antara sesame rekan seprofesi.

Pengertian Profesi.
Muhammad Imaduddin Abdulrahim mengemukakan bahwa : Profesionalisme biasanya
dipahami sebagai suatu kualitas, yang wajib dipunyai setiap eksekutif yang baik, yang
mempunyai ciri-ciri :
1. mempunyai keterampilan tinggi dalam suatu bidang.
2. mempunyai ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisa suatu masalah.
3. mempunyai sikap berorientasi ke hari depan.
4. mempunyai sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi.

Menurut Ensiklopedia Pendidikan, suatu profesi mempunyai ciri-ciri :


1. suatu bidang yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus menerus dan berkembang
dan diperluas.
2. suatu teknik intelektual.
3. penerapan praktis dari teknik intelektual.
4. adanya suatu periode untuk pelatihan dan sertifikasi.
5. mempunyai standar etika.
6. kemampuan memimpin.
7. tergabung dalam asosiasi profesi.
8. pengakuan sebagai profesi.
9. mempunyai tanggung jawab atas profesinya.
10. mempunyai hubungan erat dengan rekan seprofesi.

Profesi Hukum dan Etika Profesi Hukum.


Dalam menjalankan profesi hukum, ada wadah organisasi yang menjadikan para
profesional hukum sebagai anggotanya. Organisasi ini dalam pelaksanaannya bersifat nirlaba
(tidak mencari keuntungan), dan bersifat mengontrol dan mengawasi para profesi hukum
terutama yang berhubungan dengan etika dari para anggotanya. Rumusan-rumusan etika
tersebut kemudian dikodifikasikan menjadi kode etik.
Beberapa organisasi yang menjadi wadah dari profesi hukum antara lain Ikatan Notaris
Indonesia (INI) dan Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN). Dalam pelaksanaannya organisasi-
organisasi tersebut mempunyai kode etik masing-masing dalam mengontrol perilaku dan
kebiasaan para anggotanya.
Tujuan dari adanya kode etik bagi para professional hukum adalah
1. Kemampuan untuk kesadaran etis (ethical sensibility).
Para profesional hukum dapat menempatkan diri dengan kesadaran beretika bukan
dengan paksaan.
2. Kemampuan untuk berpikir secara etis (ehical reasoning).
Berpikir secara etika, dimaksudkan agar setiap pemikiran yang dilakukan oleh
professional hukum selalu dilandasi etika.
3. Kemampuan untuk bertindak secara etis (ethical conduct).
Sebagai bentuk manifestasi dari kesadaran dan berpikir secara etis, yang diperlihatkan
dalam bentuk tindakan yang beretika dalam mengambil keputusan.
4. Kemampuan untuk kepemimpinan etis (ethical leadership).
Berkaitan dengan pelaksanaan etika yang dilakukan sebagai pemimpin.
Selain itu ada beberapa faktor yang turut berperan dalam menumbuhkan etika dari profesi
hukum itu sendiri. Faktor-faktor tersebut meliputi :
1. Keutamaan moral.
Keutamaan moral terdiri dari kebijaksanaan dan keadilan.
2. Keutamaan Theologikal.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, disebutkan bahwa “Notaris adalah
pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-Undang
lainnya”. Jadi notaris sebagai pejabat umum mempunyai kewenangan untuk membuat akta
autentik yang meliputi antara lain semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan
oleh suatu peraturan atau oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Sebagai pejabat umum, maka hasil pekerjaan notaris mempunyai akibat hukum tidak
hanya bagi para pihak yang disebutkan di dalam suatu akta autentik tapi juga bagi notaris itu
sendiri. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan akibat hukumnya di kemudian
hari, maka INI sebagai wadah organisasi notaris sebagaimana disebutkan dalam pasal 82 ayat
2 Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris mengatur dan mengawasi para anggota organisasinya dengan
Kode Etik Notaris INI.
Dalam Kode Etik Notaris INI, diatur beberapa hal yang menjadi pegangan notaris dalam
menjalankan jabatannya. Hal-hal tersebut meliputi :
1. Bab I Ketentuan Umum.
Dalam bab ini berisi pejelasan dari berbagai istilah yang digunakan dalam Kode Etik
Notaris INI.
2. Bab II Ruang Lingkup Kode Etik.
Dalam bab ini menjelaskan tentang ruang lingkup diberlakukannya Kode Etik Notaris
INI.
3. Bab III Kewajiban, Larangan dan Pengecualian.
Aturan dalam bab ini membahas tentang apa yang menjadi kewajiban notaris dalam
melaksanakan jabatannya, hal-hal yang dilarang dan hal-hal yang boleh dijalankan
sebagai bentuk pengecualian.
4. Bab IV Sanksi.
Berisi penjelasan tentang sanksi yang akan diberikan kepada notaries yang melanggar
larangan yang diatur dalam Bab III Kode Etik Notaris INI.
5. Bab V Tata Cara Penegakan Kode Etik.
Mengatur tentang tata cara pengawasan, pemeriksaan, penjatuhan sanksi serta banding
dalam pelaksanaan Kode Etik Notaris INI.
6. Bab VI Pemecatan Sementara.
Sanksi yang diberikan bagi notaris yang telah terbukti melanggar kode etik dan
dinyatakan bersalah serta dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
7. Bab VII Kewajiban Pengurus Pusat.
Kewajiban Pegurus Pusat untuk memberitahukan sanksi pemecatan sementara
(schorsing) demikian sanksi (onzetting) maupun pemberhentian tidak hormat kepada
Majelis Pengurus Daerah dengan tembusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.

8. Bab VIII Ketentuan Penutup.


Bab ini menjelaskan tentang semua anggota INI wajib untuk mematuhi Kode Etik Notaris
INI.
Notaris merupakan jabatan umum yang dijalankan dengan berlandaskan kepercayaan,
serta termasuk profesi yang mulia (officium nobile). Namun demikian dalam pelaksanaannya
sehari-hari sering ditemukan adanya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan dengan
berbagai alasan. Padahal penyimpangan-penyimpangan tersebut sudah diatur dalam Bab III
Kode Etik Notaris INI tentang Kewajiban, Larangan dan Pengeculian. Hal ini bisa terjadi
karena dalam pelaksanaan jabatan notaris tidak bersumber dari kesadaran.
Mochtar Kusumaatmadja dalam tulisannya “Pembaharuan Pendidikan Hukum dan
Pembinaan Profesi” mengemukakan pendapat bahwa “Pendidikan keterampilan teknis tanpa
disertai pendidikan tanggung jawab professional dan etika adalah bahaya”. Penyandang
jabatan profesi yang dalam pelaksanaannya tidak menyertakan tanggung jawab dan etika akan
merusak citra profesi hukum secara keseluruhan.
Baik dan Buruk
Pengertian baik dan buruk dalam Ensiklopedia Indonesia : “Suatu hal dikatakan baik, bila
ia mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang atau bahagia, jadi sesuatu yang
dikatakan baik bila ia dihargai secara positif.” Sedangkan pengertian buruk : “adalah segala
yang tercela, lawan baik, pantas, bagus dan sebagainya. Perbuatan buruk berarti perbuatan
yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.”
Baik dan buruk suatu tindakan akan sangat tergantung dari orang yang menilainya,
disebabkan karena baik dan buruk terikat pada ruang dan waktu. Beberapa sudut pandang
yang digunakan untuk menilai baik dan buruk.
1. agama;
Mengamalkan ajaran agama berarti mengetahui apa yang bisa diperbuat dan apa yang
dilarang oleh agama.
2. adat Kebiasaan;
Setiap suku atau bangsa mempunyai adat istiadat yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi yang lain. Barang siapa yang patuh kepada adat istiadat tersebut maka orang
yang bersangkutan dapat dipandang baik, dan sebaliknya bagi siapa yang melanggar adat
istiadat tersebut, maka yang bersangkutan dipandang telah berbuat buruk.
3. hedonisme;
Aliran yang memandang baik dan buruk sebagai kebahagiaan yang sama dengan
kenikmatan yang diperoleh.
4. instuisi;
Instuisi adalah kekuatan batin yang dapat mengidentifikasi apakahh suatu perbuatan itu
baik atau buruk tanpa terlebih dahulu melihat akibat yang ditimbulkan perbuatan itu.
5. evolusi;
Paha mini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini selalu berangsur-
angsur mengalami perubahan. Begitupun dengan kesenangan dan kebahagiaan, akan
selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi sosial.
6. Utilitarianisme;
Paham ini menilai ukuran baik dan buruk didasarkan kepada “apakah perbuatan tersebut
berguna atau bermanfaat?”
7. eudemonisme
Aliran yang memandang baik dan buruk sebagai kebahagiaan yang sama dengan
kebaikan tertinggi, bukan kenikmatan sebagaimana pandangan hedonism.
8. pragmatism
Pragmatism adalah paham yang menilai baik dan buruk itu dari manfaat yang diberikan
kepada seorang individu tanpa mempedulikan individu yang lain, manfaat tersebut bisa
bersifat moril maupun materiil;
9. positivisme;
Aliran yang memandang baik dan buruk dari kesesuaian kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat. Jika kepentingan individu tidak bertentangan dengan
kepentingan masyarakat, maka hal itu dikatakan baik dan sebaliknya.
10. natularisme;
Naturalisme adalah paham yang menilai baik dan buruk dari kesesuaian dengan alam.
Jika suatu tindakan yang dilakukan tidah merusak atau bertentangan dengan alam, maka
hal itu dikatakan baik dan sebaliknya.
11. idealism;
Paham yang menilai baik dan buruk itu dari pikiran sebagai sumber dari idea. Aliran ini
berpendapat bahwa yang baik itu hanya apa yang ada dalam idea itu sendiri. Segala yang
ada hanyalah tiada sebab perwujudan dari alam tiruan (bersifat tiruan).

Pengertian Keadilan
Keadilan itu erat kaitannya dengan sila kelima Pancasila yang berbunyi : “Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Berikut ini beberapa definisi keadilan :
1. Menurut W J S Poerwadarminta pengertian adil itu :
(1). tidak berat sebelah;
(2). sepatutnya, tidak sewenang-wenang.
2. Drs Kahar Masyhur dalam bukunya “Mengemukakan Pendapat-Pendapat Tentang
Apakah Yang Dinamakan Adil Tersebut” :
(1). adil ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya;
(2). adil ialah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang;
(3). Adil ialah memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap, tanpa lebih tanpa
kurang antara sesama yang berha, dalam keadaan yang sama, dan penghukuman
orang jahat atau yang melanggar hukum, sesuai dengan kesalahan dan
pelanggarannya.

Adil dan Keadilan Sosial.


Setiap individu yang mampu berlaku adil akan melahirkan suatu keadilan sosial pada
masyarakat umumnya. Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan seimbang antara hak dan
kewajiban.
Dalam hubungan bermasyarakat, keadilan sosial dapat diartikan sebagai :
(1). Mengembalikan hak-hak yang hilang kepada yang berhak;
(2). Menumpas keaniayaan, ketakutan dan perkosaan dan pengusaha-pengusaha.
(3). Merealisasikan persamaan terhadap hukum antara setiap individu pengusaha-pengusaha,
dan orang-orang mewah yang didapatnya dengan tidak wajar.
Keadilan sosial menyangkut kepentingan masyarakat luas, dengan sendirinya setiap
individu harus mengesampingkan kebebasan individunya untuk kepentingan individu yang
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai