Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Untuk melaksanakan suatu fungsi, pada semua lini dalam setiap bidang

pada dasarnya terdapat beberapa unsur pokok, yaitu Tugas, yang merupakan kewajiban dan
kewenangan. Aparat, orang yang melaksanakan tugas tersebut. Lembaga, yang merupakan tempat atau
wadah yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana bagi aparat yang akan melaksanakan tugasnya.Bagi
seorang aparat, mendapatkan tugas merupakan kepercayaan untuk dapat mengemban tugas dengan
baik dan harus dikerjakan dengan sebaiknya. Untuk mengerjakan tugas tersebut akan terkandung
sebuah tanggung jawab dalam melaksanakan tugas tersebut. Tanggung jawab dapat dibedakan menjadi
3 hal yakni : moral, tehnis profesi dan hukum. Tanggung jawab hukum merupakan tanggung jawab yang
menjadi beban

aparat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-rambu hukum yang telah ada, dan wujud
dari pertanggung jawaban ini merupakan sebuah sanksi. Sementara itu tanggung jawab moral
merupakan tanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
kehidupan yang bersangkutan (kode etik profersi).). Dunia hukum di Indonesia telah mengalami pasang
dan surut. Banyak

pihak yang mencibir sinis dan pesimis namun ada juga yang tetap menaruh harapan. Banyak masalah
yang memicu kekecewaan masyarakat, salah satunya adalah konkursus tentang etika profesi hukum
yang sering dikangkangi oleh mereka-mereka sendiri yang berkecimpung di dalam dunia hukum itu
sendiri. Hal ini pula berkaitan dengan profesi hakim sebagai salah satu profesi terhormat di dunia hukum
atau dapat juga dikatakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari profesi hukum sekaligus sebagai
motor penggerak mesin peradilan. Ditinjau dari kemampuan masyarakat memberikan reaksi, atau
respons

terhadap dunia peradilan, ada fluktuasi keluhan-keluhan yang disampaikan. Pada suatu saat masalah
indepedensi mengemukakan, di saat lain muncul ke permukaanmasalah mutu hakim dan mutu
putusan.Semua keluhan di atas bermuara pada

pertanyaan tentang profesionalitas hakim yang bersangkutan. Sehingga hampir

dapat dikatakan bahwa hakim yang baik adalah hakim yang profesional di

bidangnya. Bagir Manan menguraikan sedikitnya ada 5 (lima) perspektif untuk

menjadi hakim yang profesional, yaitu :

dalam perspektif intelektual sebagai perspektif pengetahuan dan konsep-

konsep baik ilmu hukum maupun ilmu-ilmu atau konsep-konsep ilmu lain

terutama ilmu sosial;


dalam perspektif etik, berkaitan dengan moral;

dalam perspektif hukum, sehubungan dengan ketaatan hakim pada kaidah

-kaidah hukum baik bersifat administratif maupun pidana;

dalam perspektif kesadaran beragama, berkenaan dengan hubungan

seorang hakim dengan Tuhannya; dan

dalam perspektif teknis peradilan dimana pengusaan terhadap hukum

acara (hukum formil) mutlak diperlukan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, yang berkaitan dengan etika

profesi hakim maka rumusan masalah dalam makalah kami ini adalah sebagai

berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan etika?

2. Bagaimana kedudukaan hakim di dalam sistim peradilan di innesia ?

3. Apa fungsi dan tugas hakim dalam sistim peradilan?

4. Apa yang dimaksud dengan etika profesi dan kode etik hakim?

5. Apa maksud dan tujuan dari kode etik hakim ?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai

berikut :1. Untuk mengetahui apa pengertian dari etika

2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan hakim dalam sistem

peradilan di indonesia

3. Untuk megetahui bagaimana fungsi dan tugas hakim dalam sistem

peradilan.

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika profesi dan kode

etik hakim serta tujuan dari kode etik hakim.


5. Untuk mengetahui apa kewajiban dan larangan dalam profesi hakim

.BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA

etik (etika) merupakan falsafah moral untuk mendapat petunjuk tentang

prilaku yang baik, berupa nilai-nilai luhur dan aturan-aturan pergaulan yang baik,

dalam hidup bermasyarakat dan kehidupan pribadi. Sedang kan didalam kamus

besar bahasa Indonesia,dirumuskan pengertian etik (etika):

1. ilmu tentang apa saja yang baik dan buruk, dan tentang hak dan

kewajiban moral(akhlak)

2. kumpulan azaz atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut opleh suatu golongan atau

masyarakat umum

setiap bidang profesi mempunyai nilai-nilai yang merupakan pedoman dalam

prikehidupan profesi yang bersangkutan. Demikianlah, pada lingkungan profesi

hakim Indonesia, terdapat kode etik profesi. Kode etik profesi hakim Indonesia,

didasarkan pada nilai-nilai yang berlaku di indonesia walaupun tentunya juga

mengandung nilai-nilai yang bersifat universal bagi hakim sebagai pelaksana

kekuasaan kehakiman.

2.2 KEDUDUKAN HAKIM

1. Secara Formal

kedudukan hakim telah diatur didalam undang – undang No. 14 Tahun

1970 tentang ketentuan – ketentuan pokok kekuasaan kehakiman sebagaimana

telah diubah dengan undang – undang No. 35 tahun 1999, undang – undang
tersebut didasarkan pada UUD- 1945 pasal 24 dan 25 beserta penjelasannya,

sebagaimana telah diubah dengaan perubahan ke 3 tanggal 9 november 2001[3].

Selanjutnya ketentuan – ketentuan pokok tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam

undang – undang tentang mahkamah agung maupun undang – undang tentgang

peradilan umum juga tata usaha Negara dan peradilan militer. Dalam fungsi dan

tugas tersebut. Hakim berkedudukan sebagai pejabat Negara sebagaimana diaturdalam undang –
undang No.8 tahun 1974, sebagaimana telah di ubah dengan

undang – undang No.43 tahun 1999 tentang pokok – pokok kepegawaian.

2. kontroversi kedudukan hakim

kedudukan sebagai pemberi keadilan itu sangat mulia, sebab dapat

dikatakan bahwa kedudukan itu hanyalah setingkat di bawah Tuhan Yang Maha

Esa Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa

hakim itu bertanggung jawab langsung kepadanya. Disamping itu hakim juga

mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Namun walaupun begitu

hakim tetap manusia biasa yang bisa salah, keliru, dan khilaf. Dalam ke khilafan,

orang mempunyai niat yang baik tapi pelaksanaan melakukan kealpaan. Dalam

kekeliruan, orang mempunyai niat yang baik tapi pengetahuannya tidak baik,

sehingga pelakjsanaan nya kliru. Dalam pelaksanaan nya terkadang kesalahan

terjadi karena adanya niatan yang tidak baik walaupun pengetahuannya

sebenarnya baik, sehingga dalam pelaksanaan nya secara sadar melakukan

kesalahan.

3. intervensi

dalam kondisi sebagai manusia yang fana itu, seorang hakim harus

menghadapi keadaan yang mengintervensi kebebasan dan kemandiriannya :

- yang bersifat internal

intervensi ini berupa dorongan dari dalam diri pribadi hakim sendiri seperti
misalnya : rasa simpati, impati, antipati, emosi, integritas, keinginan, kepentingan,

popularitas dan lain-lain.

- yang bersifat eksternal

intervensi ini berupa kondisi yang berasal dari luar diri hakim, seperti misalnya

persaudaraan, pertemanan, penyuapan, pengarahan, tekanan, intimidasi, tindakan

kekerasan, pembentukan opini, kepentingan politis dan lain-lain, termasuk juga

intervensi struktural.

4. Fungsi dan Tugas Hakim

Berdasarkan keturunan-keturunan formal tersebut fungsi dan tugas hakim

adalah sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang merdeka untukmenyelenggarakan pengadilan


guna menegakkan hukum dan keadilan, yang pada

dasarnya adalah mengadili.Kata mengadili merupakan rumusan yang sederhana,

namun didalamnya terkandung pengertian yang sangat mendasar, luas dan mulia,

yaitu meninjau dan menetapkan suatu hal secara adil atau memberikan keadilan.

Pemberian kadilan tersebut harus dilakukan secara bebas dan mandiri. Untuk

dapat mewujudkan fungsi dan tugas tersebut, penyelenggaraan peradilan harus

bersifat tekhnis profesional dan harus bersifat non politis serta non pertisan.

Peradilan dilakukan sesuai standart profesi berdasarkan ketentuan hukum yang

berlaku, tanpa pertimbangan-pertimbangan politis dan pengaruh kepentingan

pihak-pihak.

5. Kode Etik Profesi Hakim

Sebagai salah satu upaya mewujudkan fungsi dan tugas hakim, disusun

kode etik profesi hakim oleh IKAHI yang merupakan pedoman prilaku. Naskah

lengkap kode etik profesi hakim sebagaimana dirumuskan dalam Munas XIII di

bandung tahun2001.

Etika berasal dari bahasa yunani, ethos dalam kamus Webster new world
dictionary, etika didefinisikan sebagai “the characteristic and distinguishing

attitudes, habits, belive, etc, of an individual or of group” dengan kata lain, etika

merupakan system nilai-nilai dan norma-normna yang berlaku yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkahlakunya.

Sedangkan Istilah profesi dalam kamus Webster new world dictionary

didefinisikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang memerlukan pendidikan

atau latihan yang maju dan melibatkan keahlian intelektual, seperti dalam bidang

obat-obatan, hokum, teologi, engineering dan sebagainya.

Berdasarkan rumusan diatas, jabatan hakim adalah suatu profesi, karena

memenuhi kriteria-kriteria. Pekerjaan tetap, bidang tertentu, berdasarkan keahlian

khusus, dilakukan secara bertanggung jawab dan memperoleh penghasilan. untuk

melaksanakan profesi yang luhur secara baik dianut moralitas yang tinggi, dan

tanggungjawab dari pelakunya

.KODE ETIK PROFESI HAKIM

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Pengertian

1. Kode Etik Profesi Hakim ialah aturan tertulis yang harus dipedomani oleh

setiap Hakim Indonesia dalam melaksanakan tugas profesi sebagai Hakim.

2. Pedoman Tingkah laku (Code of Conduct) Hakim ialah penjabaran dari

kode etik profesi Hakim yang menjadi pedoman bagi Hakim Indonesia,

baik dalam menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan keadilan dan

kebenaran maupun dalam pergaulan sebagai anggota masyarakat yang

harus dapat memberikan contoh dan suri tauladan dalam kepatuhan dan
ketaatan kepada hukum.

3. Komisi Kehormatan Profesi Hakim ialah komisi yang dibentuk oleh

Pengurus Pusat IKAHI dan Pengurus Daerah IKAHI untuk memantau,

memeriksa, membina, dan merekomendasikan tingkah laku Hakim yang

melanggar atau diduga melanggar Kode Etik Profesi.

4. Azas Peradilan yang baik ialah prinsip-prinsip dasar yang harus dijunjung

tinggi oleh Hakim dalam melaksanakan tugasnya untuk mewujudkan

peradilan yang mandiri sesuai dengan aturan dasar berdasarkan ketentuan

yang ada.

Pasal 2

Maksud dan Tujuan

Kode Etik Profesi Hakim mempunyai maksud dan tujuan :

1. Sebagai alat :

a. Pembinaan dan pembentukan karakter Hakim

b. Pengawasan tingkah laku Hakim

2. Sebagai sarana :

a. Kontrol sosial

b. Pencegah campur tangan ekstra judicial

c. Pencegah timbulnya kesalah pahaman dan konflik antar sesama

anggota dan antara anggota dengan masyarakat.

3. Memberikan jaminan peningkatan moralitas Hakim dan kemandirian

fungsional bagi Hakim.

4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada lembaga peradilan.


BAB II

PEDOMAN TINGKAH LAKU

Pasal 3

Sifat-sifat HakimSifat Hakim tercermin dalam lambang Hakim yang dikenal dengan "Panca

Dharma Hakim" :

1. Kartika, yaitu memiliki sifat percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Cakra, yaitu sifat mampu memusnahkan segala kebathilan, kezaliman dan

ketidakadilan.

3. Candra, yaitu memiliki sifat bijaksana dan berwibawa.

4. Sari, yaitu berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela.

5. Tirta, yaitu sifat jujur.

Pasal 4

Sikap Hakim

Setiap Hakim Indonesia mempunyai pegangan tingkah laku yang harus

dipedomaninya :

A. Dalam persidangan :

1. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan dalam Hukum

Acara yang berlaku, dengan memperhatikan azas-azas peradilan yang

baik, yaitu :

a. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat putusan (right to

a decision) dimana setiap orang berhak untuk mengajukan perkara

dan dilarang menolak untuk mengadilinya kecuali ditentukan lain

oleh Undang-undang serta putusan harus dijatuhkan dalam waktu


yang pantas dan tidak terlalu lama.

b. Semua pihak yang berperkara berhak atas kesempatan dan

perlakuan yang sama untuk didengar, diberikan kesempatan untuk

membela diri, mengajuan bukti -bukti serta memperoleh informasi

dalam proses pemeriksaan (a fair hearing).

c. Putusan dijatuhkan secara obyektif tanpa dicemari oleh

kepentingan pribadi atau pihak lain (no bias) dengan menjunjung

tinggi prinsip (nemo judex in resud).

d. Putusan harus memuat alasan-alasan hukum yang jelas dan dapat

dimengerti serta bersifat konsisten dengan penalaran hukum yang

sistematis (reasones and argumentations of decision), dimana

argumentasi tersebut harus diawasi (controleerbaarheid) dan

diikuti serta dapat dipertanggung-jawabkan (account ability) guna

menjamin sifat keterbukaan (transparancy) dan kepastian hukum (

legal certainity) dalam proses peradilan.

e. Menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia.

2. Tidak dibenarkan menunjukkan sikap memihak atau bersimpati ataupun

antipati kepada pihak-pihak yang berperkara, baik dalam ucapan maupun

tingkah laku.3. Harus bersifat sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik

dalam ucapan maupun dalam perbuatan.

4. Harus menjaga kewibawaan dan kehidmatan persidangan antara lain serius

dalam memeriksa, tidak melecehkan pihak-pihak baik dengan kata-kata

maupun perbuatan.

5. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan.

B. Terhadap Sesama Rekan


1. Memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antara sesama

rekan.

2. Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan saling menghargai antara

sesama rekan.

3. Memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap Korps Hakim secara

wajar.

4. Menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di luar

kedinasan.

C. Terhadap Bawahan/Pegawai

1. Harus mempunyai sifat kepemimpinan.

2. Membimbing bawahan/pegawai untuk mempertinggi pengetahuan.

3. Harus mempunyai sikap sebagai seorang Bapak/lbu yang baik.

4. Memelihara sikap kekeluargaan terhadap bawahan/pegawai.

5. Memberi contoh kedisiplinan.

D. Terhadap Masyarakat

1. Menghormati dan menghargai orang lain.

2. Tidak sombong dan tidak mau menang sendiri.

3. Hidup sederhana.

E. Terhadap Keluarga/Rumah Tangga

1. Menjaga keluarga dari perbuatan-perbuatan tercela, menurut norma-norma

hukum kesusilaan.

2. Menjaga ketentraman dan keutuhan keluarga.

3. Menyesuaikan kehidupan rumah tangga dengan keadaan dan pandangan

masyarakat.

Pasal 5
Kewajiban dan Larangan

Kewajiban :

1. Mendengar dan memperlakukan kedua belah pihak berperkara secara

berimbang dengan tidak memihak (impartial).

2. Sopan dalam bertutur dan bertindak.

3. Memeriksa perkara dengan arif, cermat dan sabar.

4. Memutus perkara, berdasarkan atas hukum dan rasa keadilan.

5. Menjaga martabat, kedudukan dan kehormatan Hakim.Larangan :

1. Melakukan kolusi dengan siapapun yang berkaitan dengan perkara yang

akan dan sedang ditangani.

2. Menerima sesuatu pemberian atau janji dari pihak-pihak yang berperkara.

3. Membicarakan suatu perkara yang ditanganinya diluar acara persidangan.

4. Mengeluarkan pendapat atas suatu kasus yang ditanganinya baik dalam

persidangan maupun diluar persidangan mendahului putusan.

5. Melecehkan sesama Hakim, Jaksa, Penasehat Hukum, Para pihak

Berperkara, ataupun pihak lain.

6. Memberikan komentar terbuka atas putusan Hakim lain, kecuali dilakukan

dalam rangka pengkajian ilmiah.

7. Menjadi anggota atau salah satu Partai Politik dan pekerjaan/jabatan yang

dilarang Undang-undang.

8. Mempergunakan nama jabatan korps untuk kepentingan pribadi ataupun

kelompoknya.
BAB III

KOMISI KEHORMATAN PROFESI HAKIM

Pasal 6

1. Susunan dan Organisasi Komisi Kehormatan Profesi Hakim terdiri dari :

a. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat.

b. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Daerah.

2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat terdiri dari 5 (lima)

orang dengan susunan :

o Ketua : salah seorang Ketua Pengurus Pusat IKAHI merangkap

anggota.

o Anggota : Dua orang anggota IKAHI dari Hakim Agung.

o Anggota : Salah seorang Ketua Pengurus Daerah IKAHI yang

bersangkutan.

o Sekretaris : Sekretaris Pengurus Pusat IKAHI merangkap Anggota.

Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Daerah terdiri dari 5

(lima) orang dengan susunan :

o Ketua : Salah seorang Ketua Pengurus Daerah IKAHI merangkap

anggota.

o Anggota : Seorang anggota IKAHI Daerah dari Hakim Tinggi.

o Anggota : Ketua Pengurus Cabang IKAHI yang bersangkutan.

o Anggota : Seorang Hakim yang ditunjuk Pengurus Cabang IKAHI

yang bersangkutan.o Sekretaris : Sekretaris Pengurus Daerah IKAHI merang kap

Anggota.Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat

diangkat dan diberhentikan oleh PP IKAHI.

Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Daerah diangkat dan


diberhentikan oleh PD IKAHI.

Pasal 7

1. Komisi Kehormatan Hakim Tingkat Daerah berwenang memeriksa dan

mengambil tindakan-tindakan lain yang menjadi kewenangan terhadap

anggota di daerah/wilayahnya.

2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim Tingkat Pusat berwenang memeriksa

dan mengambil tindakan-tindakan lain yang menjadi kewenangannya

terhadap persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh Daerah atau yang

menurut Pengurus Pusat IKAHI harus ditangani oleh Komisi Kehormatan

Profesi Hakim Tingkat Pusat.

Pasal 8

Tugas dan Wewenang

1. Komisi Kehormatan Profesi Hakim mempunyai tugas :

a. Memberikan pembinaan pada anggota untuk selalu menjunjung

tinggi Kode Etik.

b. Meneliti dan memeriksa laporan/pengaduan dari masyarakat atas

tingkah laku dari para anggota IKAHI.

c. Memberikan nasehat dan peringatan kepada anggota dalam hal

anggota yang bersangkutan menunjukkan tanda-tanda pelanggaran

Kode Etik.

2. Komisi Kehormatan Profesi Hakim berwenang :

a. Memanggil anggota untuk didengar keterangannya sehubungan

dengan adanya pengaduan dan laporan.

b. Memberikan rekomendasi atas hasil pemeriksaan terhadap anggota

yang melanggar Kode Etik dan merekomendasikan untuk


merehabilitasi anggota yang tidak terbukti bersalah.

Pasal 9

Sanksi

Sanksi yang dapat direkomendasikan Komisi Kehormatan Profesi Hakim kepada

PP IKAHI adalah :

1. Teguran.

2. Skorsing dari keanggotaan IKAHI.

3. Pemberhentian sebagai anggota IKAHI.

Pasal 10

Pemeriksaan1. Pemeriksaan terhadap anggota yang dituduh melanggar Kode Etik

dilakukan secara tertutup.

2. Pemeriksaan harus memberikan kesempatan seluas-Iuasnya kepada

anggota yang diperiksa untuk melakukan pembelaan diri.

3. Pembelaan dapat dilakukan sendiri atau didampingi oleh seorang atau

lebih dari anggota yang ditunjuk oleh yang bersangkutan atau yang

ditunjuk organisasi.

4. Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang

ditandatangani oleh semua anggota Komisi Kehormatan Profesi Hakim

dan yang diperiksa

Pasal 11

Keputusan

Keputusan diambil sesuai dengan tata cara pengambilan putusan dalam Majelis

Hakim.

BAB IV

PENUTUP
Pasal 12

Kode Etik ini mulai berlaku sejak disahkan oleh Musyawarah Nasional (MUNAS)

IKAHI ke-XIII dan merupakan satu-satunya Kode Etik Profesi Hakim yang

berlaku bagi para Hakim Indonesia.

Ditetapkan di : Bandung

Pada tanggal : 30 Maret 2001

Maksud dan Tujuan Kode Etik Profesi

Jika pedoman hidup mendasari prilaku setiap orang yang meyakini

kebenaran pedoman hidup tersebut maka kode etik tersebut harus menjadikan dan

dijadikan pedoman bagi prilaku/tindakan profesi hakim di luar pertimbangan-

pertimbangan hukum serta harus dijunjung tinggi serta dipergunakan untuk

memajukan korps dan masyarakat ini berarti pula bahwa seorang hakim secara

langsung harus melakukan ketentuan-ketentuan yang terhormat dalam kode etik

tersebut baik dalam menjalankan tugas maupun dalam berinteraksi m asyarakat.

Adapun Maksud dan tujuan kode atik profesi hakim adalah sebagai

berikut:

1) sebagai alat untuk melakukan pembinaan dan pembentukan karakter

hakim serta untuk pengawasan tingkahlaku hakim.

2) Sebagai sarana kontrol sosial, mencegah campur tangan ekstra judicial sert3) sebagai sarana
pencegah timbulnya salah paham dan konflik antar sesama

anggota dan antara anggota dengan masyarakat

4) Untuk lebih memberikan jaminan bagi peningkatan moralitas hakim dan

kemandirian fungsional bagi hakim.

5) Untuk lebih menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam lembaga

peradilan.

komisi kehormatan profesi hakim dan pengawasan hakim


Salah satu keputusan yang dihasilkan oleh Munas IKAHI XIII di bandung

yaitu dibentuknya komisi kehormatan hakim, dimana komisi ini sebelumnya

bernama majelis kehormatan. Keberadaan komisi kehormatan hakim ini adalah

untuk menegakkan dan agar dapat terlaksananya ketentuan-ketentuan yang

tercantum dan terurai dalam kode etik hakim tersebut sekaligus untuk mengawasi

serta untuk memberikan pertimbangan serta sanksi apabila terjadi pelanggaran

terhadap kode etik tersebut. Pembentukan komisi ini dilakukan di tingkat pusat

maupun daerah.Komisi ini memiliki tugas untuk memantau, memeriksa, membina

dan untuk merekomendasikan tingkahlaku hakim yang melanggar atau diduga

melanggar kode etik profesi. Sedangkan komisi yang memiliki wewenang ini

disesuaikan dengan ruang lingkup keberadaannya. Hanya bedanya, jika komisi

tingkat daerah berwenang mengambil tindakan-tindakan terhadap anggotanya di

daerah/wilayahnya, sementara komisi kehormatan hakim tingkat pusat dapat

mengambil tindakan-tindakan terhadap anggotanya didaerahnya/wilayahnya,

sementara didalam tingkat pusat dapat mengambil tindakan yang tidak dapat

diselesaikan oleh komisi tingkat daerah dimana menurut pengurus pusat IKAHI

harus ditagani oleh komisi kehormatan profesi hakim tingkat pusat.

tugas komisi kehormatan profesi hakim dan pengawasan hakim

Adapun tugas dari Komisi Kehormatan profesi hakim dan pengawasan

Hakim adalah sebagai berikut:

1. memberikan pembinaan pada anggota untuk selalu menjunjung tinggi

kode etik

2. meneliti dan memeriksa laporan/pengaduan dari masyarakat atas tingkah

laku dari para anggota IKHI3. memberikan nasehat dan peringatan kepada anggota dalam hal anggota

yang bersangkutan menunjukkan tanda-tanda pelanggaran kode etik


- wewenang komisi kehormatan profesi hakim dan pengawasan hakim

1. memanggil anggota untuk didengar keterangannya sehubunagn dengan

adanya pengaduan dan laporan.

2. memberikan rekomendasi atas hasil pemeriksaan terhadap anggota yang

melanggar kode etik dan merekomendasikan untuk merehabilitasi anggota

yang tidak terbukti bersalah.

Berkaitan dengan pengawasan hakim itu sendiri, Mahkamah Agung RI

telah mengeluarkan keputusan tentang pengawasan oleh pengadilan tingkat

banding dari peradilan tingkat pertama dengan keputusan MA Nomor :

009/SK/11/1994.

.BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil diskusi kelompok kami tentang kode etik hakim, kami dapat menyimpulkan bahwa : -
Pengadilan yang mandiri, netral (tidak memihak), kompeten, transparan, akuntabel dan berwibawa,
yang mampu menegakkan wibawa hukum, pengayoman hukum, kepastian hukum dan keadilan
merupakan conditio sine qua non atau persyaratan mutlak dalam sebuah negara yang berdasarkan
hukum.

- Pengadilan sebagai pilar utama dalam penegkkan hukum dan keadilan serta proses pembangunan
peradaban bangsa. Tegaknya hukum dan keadilan serta penghormatan terhadap keluruhan nilai
kemanusiaan menjadi prasyarat tegaknya martabat dan integritas negara., dan hakim sebagai aktor
utama (figure sentral) dalam proses peradilan senatiasa dituntut untuk mengasah kepekaan nurani,
memelihara integritas, kecerdasan moral dan meningkatkan profesinalisme dalam menegakkan hukum
dan keadilan bagi rakyat banyak.

- wewenang dan tugas yang dimiliki oleh hakim harus dilaksanakan dalam rangka menegakkan hukum,
kebenaran dan keadilan tanpa pandang bulu dengan tidak membeda-bedakan orang seperti diatur
dalam lafal sumpah hakim, dimana setiap orang sama kedudukannya di depan hukum dan hakim.

B. SARAN

Semoga pemaparan dari hasil diskusi kelompok ini dapat memberikan


mamfaat berupa sumbangsi pemikiran dan mengetahui lebih jauh menegenai kode etik hakim. Kami
tahu bahwa pemaparan kelompok kami ini masih jauh dari apa yang kita harapkan, untuk itu saran
(masukan) dari pembaca yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini kami nantikan

Anda mungkin juga menyukai