Anda di halaman 1dari 12

KODE ETIK SEBAGAI PEDOMAN

DALAM BERPROFESI TERKAIT


JALANNYA PENEGAKAN HUKUM
(Ditinjau dari Pelanggaran Kode Etik Pemotongan Vonis
Koruptor Oleh Hakim)

Oleh : Fatimatuz Zahroh (210111100194)


PENDAHULUAN
Indonesia kini sedang terjadi banyak
permasalahan, umumnya terkait dengan tingkah
laku dari penegakan etika yang menjadi bahan
oleh masyarakat untuk berkomentar. Tingkah
laku penegakan etika tidak jauh dengan yang
namanya profesi. Seseorang yang memiliki
profesi di segala bidang, tetap akan dituntut
untuk bersikap sesuai etika yang diatur. Hal ini
disebut dengan kode etik. Salah satu profesi
yang sekarang sering menjadi bahan utama
untuk masyarakat berkomentar adalah etika dari
profesi hukum.
PENGERTIAN ETIKA PROFESI HUKUM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah
ilmu tentang apa yang baik dan buruk, mengenai hak dan
kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berhubungan
dengan akhlak, dan nilai benar atau salah yang dianut dalam
kehidupan masyarakat. Sedangkan arti kata profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Etika profesi hukum (kode
etik profesi) merupakan bagian yang terintegral dalam mengatur
perilaku penegak hukum sebagai wujud penegakan hukum yang
baik sekaligus berkeadilan.
Dapat disimpulkan mengenai pengertian dari Etika
Profesi Hukum, yaitu Ilmu kesusilaan, tentang apa yang
baik dan buruk, yang seharusnya dikerjakan seseorang
dalam jabatannya sebagai pelaksana hukum dari hukum
yang berlaku dalam suatu negara sesuai dengan
keperluan hukum bagi masyarakat Indonesia.
PEMBAHASAN

1 2 3
Permasalahan Terkait Etika dan Profesi Kode Etik Sebagai
Etika Profesi Hukum Di Hukum Pedoman Dalam
Indonesia Berprofesi

5 4
Pelanggaran Kode Etik ditinjau dari Pelaksanaan Penegakan
Pemotongan Vonis Koruptor Oleh Hukum dan Kode Etik
Majelis Hakim Hakim
Permasalahan Terkait Etika Profesi Hukum Di
Indonesia
Menurut Sumaryono sebagaimana dikutip Abdulkadir Muhammad
menyebutkan lima masalah yang dihadapi sebagai kendala yang cukup
serius, Beberapa masalah profesi hukum itu antara lain:

● Kualitas Pengetahuan Profesional Hukum


● Penyalahgunaan Profesi
● Profesi Hukum Menjadi Kegiatan Bisnis
● Kurang Kesadaran dan kepedulian Sosial
● Kontinuasi Sistem Yang Telah Usang
ETIKA DAN PROFESI HUKUM
Setiap profesional hukum dituntut agar memiliki nilai moral yang kuat. Franz Magnis Suseno
mengemukakan lima kriteria nilai moral yang kuat yang mendasari kepribadian Professional
Hukum, diantaranya adalah
Kejujuran
Tanpa kejujuran maka profesional hukum mengingkari misi profesinya, sehingga
akan menjadi munafik, licik dan penuh tipu daya.
Otentik
Otentik artinya menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan
keasliannya, kepribadian yang sebenarnya.
Bertanggung Jawab
Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja
yang termasuk lingkup profesinya dan bertindak secara proporsional, tanpa
membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma.
Kemandirian Moral
Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah
mengikuti pandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan
membentuk penilaian dan mempunyai pendirian sendiri. mandiri secara
moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak
terpengaruhi oleh pertimbangan untung rugi (pamrih), penyesuaian diri
dengan nilai kesusilaan dan agama

Keberanian Moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani
yang menyatakan kesediaan untuk menanggung resiko konflik.
Keberanian tersebut antara lain :
a. menolak segala bentuk korupsi, kolusi suap, pungli;
b. menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan
belakang yang tidak sah.
Kode Etik Sebagai Pedoman Dalam
Berprofesi
Kode etik profesi menjadi acuan supaya anggota
profesi tetap bermartabat dalam profesinya. Dengan
adanya kode etik ini, suatu profesi yang dijalankan akan
menghindari komunitas dan interaksi yang liar dan
cenderung menolelir beragam cara melanggar norma-
norma. Dapat dipertegaskan lagi antara hukum dan
etika profesi mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaan dua-duanya memiliki sifat normative dan
mengandung norma-norma etik, barsifat mengikat.
Disamping itu mempunyai tujuan sosial yang sama, yaitu
agar manusia berbuat baik sesuai dengan norma
masyarakat, dan siapa yang melanggar akan dikenai
sanksi.
Pelaksanaan Penegakan Hukum dan Kode Etik
Hakim
Dalam upaya penegakan hukum suatu negara beberapa aktor utama yang
peranannya sangat penting, diantaranya adalah hakim, jaksa, advokat, dan polisi.
Atau lebih dikenal dengan penegak hukum. Hakim sebagai pelaksana kekuasaan
yudikatif adalah lembaga penegak hukum yang mewakili kepentingan negara.
Mahkamah Agung telah mengadakan kajian dengan memperhatikan masukan dari
Hakim di berbagai tingkatan lingkungan peradilan, kalangan praktisi hukum, akademisi
hukum, serta pihak-pihak lain dalam masyarakat untuk menyusun Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim.

Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim diimplementasikan dalam
10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut : (1) Berperilaku Adil, (2) Berperilaku
Jujur, (3) Berperilaku Arif dan Bijaksana, (4) Bersikap Mandiri, (5) Berintegritas Tinggi,
(6) Bertanggung Jawab, (7) Menjunjung Tinggi Harga Diri, (8) Berdisiplin Tinggi, (9)
Berperilaku Rendah Hati, (10) Bersikap Profesional.
Pelanggaran Kode Etik ditinjau dari Pemotongan Vonis
Koruptor Oleh Majelis Hakim
Munculnya perbincangan hangat di kalangan masyarakat mengenai anggapan bahwa telah terjadi
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh majelis hakim terkait dengan berjalannya penegakan hukum
di Indonesia yaitu Hakim yang memotong vonis dari seorang koruptor dengan alasan koruptor tersebut
dermawan dan sudah berusia lansia. Dari tinjauan pelanggaran kode etik di atas yang sedang menjadi
perbincangan masyarakat Indonesia, di sinilah rakyat, yang merupakan korban sesungguhnya dari
perbuatan penyalahgunaan kekuasaan, harus mengambil inisiatif untuk mengembangkan pengawasan
massal, yang melibatkan peran serta masyarakat di semua lapisan sosial dan profesi. Saat ini, sudah
terbangun mitos di dalam kehidupan sosial masyarakat bahwa korupsi hampir mustahil dihilangkan
karena ada anggapan bahwa korupsi telah menjadi budaya bangsa Indonesia. Seorang Majelis Hakim
sebagai peran tertinggi dalam penegak hukum, yang seharusnya bersinergi dalam melakukan
pemberantasan korupsi. Dengan demikian, Langkah-langkah hukum yang dilakukan penyidik
kepolisian, kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hakim serta penegak hukum lainnya
saling mendukung satu sama lain.
KESIMPULAN
Putusan yang diambil oleh Hakim, menjadikan
kepercayaan masyarakat kepada penegak hukum semakin
berkurang. Kode etik yang seharusnya dimiliki hakim,
bertolak belakang dengan putusan tersebut. Hal ini akan
terus menjadi pertanyaan yang tak kunjung hilang dari
pandangan masyarakat.
Masyarakat akan selalu berharap agar sistem penegakan
hukum di Indonesia cepat membaik dan selalu menjadikan
kode etik sebagai pedoman dalam berprofesi hukum. Hal
ini tentunya dalam menjalankan sesuai kode etik perlu
dimulai dari mempunyai sifat dan sikap moral yang baik,
yang dibangun dari lingkungan sekitar dan keinginan
untuk menjadikan hukum di Indonesia mengalami
perubahan.
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai