Anda di halaman 1dari 8

NAMA : PUTU AGUNG SURYA PRAWIRA

NPM : 1710122099

KELAS : K7B

UAS ETIKA DAN TANGGUNGJAWAB PROFESI

1. Etika dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur perilakunya. Etika juga sebagai ilmu tentang yang baik dan
buruk. Kata profesi dapat diartikan sebagai pekerjaan tetap yang dilakukan seseorang
untuk mencari nafkah, baik secara legal maupun tidak. Setiap orang pastinya mempunyai
suatu tujuan dalam mengambil suatu profesiDalam hal relevansi antara etika dengan
dunie profesi hukum tentu ada. Relevansi antara etika dengan dunia profesi hukum,
bahwa etika profesi adalah sebagai sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk
memberikan pelayanan profesional di bidang hukum terhadap masyarakat dengan
keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas
yang berupa kewajiban terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan hukum
dengan disertai refleksi yang seksama, karena itulah di dalam melaksanakan profesi
terdapat kaidah-kaidah pokok berupa etika profesi yaitu sebagai berikut:
- Profesi harus dipandang (dan dihayati) sebagai suatu pelayanan
- Pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu
kepada kepentingan atau nilai nilai luhur sebagai norma kritik yang memotivasi sikap
dan tindakan.
- Pengemban profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat sebagai keseluruhan.
- Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara rsehat sehingga dapat menjamin
mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi, maka pengembangan profesi harus
bersemangat solidaritas antar sesama rekan seprofesi

Dengan adanya pelajaran etika diharapkan lahirlah nantinya sarjana-sarjana hukum yang
profesional dan beretika. Pengembangan profesi hukum harus memiliki keahlian yang
berkeilmuan, khususnya dalam bidang itu, oleh karena itu setiap profesional harus secara
mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat yang memerlukan pelayanan
dalam bidang hukum. Untuk itu tentunya memerlukan keahlian yang berkeilmuan.
2. Menurut Abdul Kadir Muhammad, kode etik profesi merupakan norma yang diterapkan
dan diterima kelompok profesi yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggota
sebagaimana harusnya berbuat, sekaligus menjamin mutu moral profesi tsb. Ada beberapa
fungsi kode etik yaitu sebagai sarana control social, sebagai pencegah campur tangan
pihak lain, sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik, sebagai self regulation. Dalam
menjalankan profesi hukum tentu kode etik sangat diperlukan dan tidak dianggap
berlebihan walaupun sudah ada peraturan perundang-undanngan yang mengaturnya. Hal
tersebut karena kode etik tidak dapat dikategorikan dalam peraturan perundang-undangan.
Kode etik merupakan norma atau asas yang dibuat dan diterima oleh suatu kelompok
tertentu sebagai landasan perilaku. Sedangkan peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Kode etik merupakan kristalisasi
perilaku yang dianggap benar dan diterima oleh umum karena berdasarkan pertimbangan
kepentingan profesi yang bersangkutan. Norma-norma yang terdapat dalam kode etik
merupakan norma-norma yang berasal dari dalam lingkungan organisasi profesi itu
sendiri yang tidak dipaksakan dari luar. Kode etik profesi diartikan sebagai norma yang
ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi
petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin
mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Karena kode etik profesi tersebut dibuat oleh
kelompok profesi itu sendiri maka kode etik memiliki nilai tambahan jika dibandingkan
dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga dari perbedaan antara kode etik dan
peraturan perundang-undangan, serta pengertian-pengertian dari kode etik sendiri tentu
kode etik diperlukan dalam menjalankan suatu profesi dan tidak dianggap berlebihan agar
nama hukum di negara Indonesia terjaga dan masyarakat masih percaya dengan hukum
yang ada.
3. Penegakan hukum di Indoensia saat ini, masih bisa dikatakan belum memberikan rasa
keadilan bagi masyarakat. Seperti apa yang disampaikan oleh Jaksa Agung RI menurut
Kompas.com. salah satu alasan belum adanya rasa keadilan dalam penegakan hukum
adalah dari sisi etika penegak hukum. Hasrat dalam menjalankan penegakan hukum
terkadang dilakukan tidak sesusai dengan kode etik yang ada. Dalam kenyataanya, sering
sekali terjadi penyalahgunaan kode etik di profesi hukum. Biasanya disebabkan karena
adanya factor kepentingan. Menurut Supriadi, itu terjadi karena adanya persaingan
individu professional hukum atau tidak adanya disiplin diri. Dalam profesi hukum dapat
dilihat dari dua hal yang sering terjadi terkontradiksi satu sama lain, yaitu di satu sisi cita-
cita etika yang terlalu tinggi, di sisi lain, praktik pengembangan hukum berada jauh
dibawah cita-cita tsb. Ada beberapa alasan lain seperti pengaruh sifat kekeluargaan,
pengaruh jabatan, pengaruh konsumeriasme, dan karena lemah iman. Pelaksanaan profesi
hukum mengalami persoalan-persoalan pokok antara lain kualitas pengetahuan di bidang
hukum, terjadinya penyalahgunaan kekuasaan profesi, kecenderungan profesi menjadi
kegiatan bisnis, kurangnya toleransi, dan kontinusiasi sitem peradilan.
4. Aliran deontologis adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang
berarti kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Aliran deotologis sering disebut juga
dengan etika kewajiban. Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak
sebagai keburukan, aliran ini menjawab, karena perbuatan pertama menjadi kewajiban
kita dan karena perbuatan kedua dilarang. Sejalan dengan itu, suatu tindakan dinilai baik
atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Karena
bagi aliran deontologis yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Atau dengan kata lain suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang baik
pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya,
suatu tindakan dinilai buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita
lakukan. Bersikap adil adalah tindakan yang baik, dan sudah kewajiban kita untuk
bertindak demikian. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hak orang lain atau mencurangi
orang lain adalah tindakan yang buruk pada dirinya sendiri sehingga wajib dihindari.
Kewajiban seroang Notaris menurut UUJN terdapat pada Pasal 16 ayat (1), seperti
bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang
terkait dalam perbuatan hukum; membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan
menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris; mengeluarkan Grosse Akta, Salinan
Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta; dan lain sebagainya. Dari kewajban-
kewajiban Notaris yang tertuang dalam UUJN, hal tersebut yang menjadi etika seorang
Notaris dalam menjalankan profesinya. Segala tindakan yang ada di dalam kewajiban
tersebut merupakan suatu tindakan yang dinilai baik, sedangkan apabila suatu tindakan
tidak sesuai dengan kewajiban yang diatur dalam UUJN maka tindakan tersebut dinilai
buruk. Begitu juga dalam Kode Etik Notaris, kewajiban seorang Notaris sudah tulis
dengan jelas dalam Kode Etik Notaris, seperti memiliki moral, akhlak serta kepribadian
yang baik; menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan Notaris; dan
lain sebagainya. Jadi apabila seorang Notaris melakukan tindakan sesuasi dengan
kewajiban yang diatur dalam UUJN dan Kode Etik Notaris maka tindakan tersebut dinilai
baik, apabila tidak sesuai dengan kewajibannya maka akan dinilai buruk.
5. Penjelasan beserta contohnya
a. Tangung jawab moral adalah Tanggung Jawab sesuai dengan nilai-nilai, norma yang
berlaku dalam lingkungan kehidupan profesi yang bersangkutan (Kode Etik Profesi)
yang bisa bersifat Pribadi maupun bersifat Kelembagaan (bagi suatu lembaga yang
merupakan ikatan/perikatan para aparat). Contohnya seorang Notaris memiliki
tanggung jawab untuk bersikap jujur dan tidak berpihak. Tidak berpihak kepada salah
satu penghadap yang dating menghadap kepada Notaris.
b. Tanggung Jawab Profesi merupakan tuntutan bagi aparat untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional sesuai dengan kriteria teknis yang berlaku dalam bidang
profesi yang bersangkutan, baik yang bersifat umum maupun ketentuan khusus yang
berlaku dalam lembaga yang bersangkutan. Contohnya, apabila seorang Notaris ingin
mengeluarkan sebuah akta, harus melakukan sesuai dengna prosedur dan teknis yang
ada.
c. Tanggung jawab hukum adalah tanggung Jawab yang menjadi beban aparat untuk
dapat melaksanakan tugasnya dengan tidak melanggar aturan-aturan hukum.
Contohnya, apbila seorang Notaris tidak membacakan akta di hadapan penghadap
dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat
itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris, maka tindakan tersebut dianggap
pelanggaran serta dapat diberikan sanksi. Tindakan tersebut mengakibatkan suatu akta
hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau suatu akta
menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian
untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris
1. Konflik diartikan sebagai persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak
cocok satu sama lain dan keadaan atau perilaku yang bertentangan. Ada dua macam
konflik yaitu konflik yang berskala besar dan konflik yang berskala kecil. Konflik
berskala besar diartikan sebagai persaingan atau pertentangan yang terjadi antar
kelompok yang merugikan orang banyak. Dengan contoh penistaan agama, tawuran antar
suku. Sedangkan konflik yang berskala kecil adalah persaingan atau pertentangan yang
terjadi yang hanya merugikan secara pribadi atau sebatas penghinaan terhadap moralnya
saja. Dengan contoh saling menghina dan mengejek, berkelahi antar teman karena saling
menghina agamanya.

2. Pasal 1 angka 1 UU 30/1999 adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa. Sedangkan tugas bagi seorang arbiter adalah untuk
memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya
melalui arbitrase atau di luar peradilan umum.

3. As

4. Asdsfg

5. Keuntungan alternatif penyelesaian sengketa bagi para pihak yaitu salah satu faktor
penting dalam menilai efektivitas tersebut adalah terkait dengan kerahasiaan. Dalam
dunia komersial, sengketa yang diketahui oleh umum bisa membawa dampak terhadap
citra yang mungkin berakhir pada berkurangnya pendapatan. Oleh karena itu, para pihak
lebih memilih menyelesaikan sengketa melalui mediasi maupun arbitrase. Selanjutnya
keuntungan lainnya, penghematan biaya. Dengan menempuh jalur mediasi atau arbitrase
para pihak akan menghemat biaya. Sebab, mereka tak perlu menghabiskan uang untuk
menyewa banyak penasehat hukum. Dan keuntungannya juga dapat dilihat dari
penghematan waktu. Arbitrase bisa diputuskan dalam waktu yang hampir setengah dari
yang dibutuhkan bila sengketa diselesaikan melalui litigasi. Sementara itu, menurutnya
mediasi bisa diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat.

6. a. Menurut M. Yahya Harahap, rekonvensi diatur dalam Pasal 132a HIR yang maknanya
rekonvensi adalah gugatan yang diajukan tergugat sebagai gugatan balasan terhadap
gugatan yang diajukan penggugat kepadanya. Dalam penjelasan Pasal 132a HIR
disebutkan, oleh karena bagi tergugat diberi kesempatan untuk mengajukan gugatan
melawan, artinya. untuk menggugat kembali penggugat, maka tergugat itu tidak perlu
mengajukan tuntutan baru, akan tetapi cukup dengan memajukan gugatan pembalasan itu
bersama-sama dengan jawabannya terhadap gugatan lawannya.
b. Intervensi adalah ikut sertanya pihak ketiga atas inisiatif sendiri, maupun karena ditarik
masuk oleh salah satu pihak untuk ikut menanggung dalam pemeriksaan sengketa perkara
perdata.
c. Pembuktian dalam Arbitrase adalah pembuktian melalui alat-alat bukti oleh para pihak
dan pembuktian dengan saksi atau saksi ahli.
1. Tindak pidana ekonomi dalam arti luas adalah perbuatan pelanggaran terhadap
ketentuan – ketentuan dari peraturan – perbuatan di bidang ekonomi. pelanggaran
diancam dgn hukuman yang tidak termuat dalam undang – undang darurat No. 7
Tahun 1955. Dalam arti luas, Tindak Pidana Ekonomi didefinisikan sebagai semua
tindak pidana diluar UU darurat no 7 tahun 1955 yang bercorak atau bermotif
ekonomi atau yang dapat berpengaruh negatif terhadap kegiatan perekonomian dan
keuangan negara yang sehat.
2. Safdsgfb
3. Secara singkat, peradilan in absentia dapat diartikan pemeriksaan suatu perkara tanpa
kehadiran pihak terdakwa di mana terdakwa telah dipanggil secara sah dan tidak hadir
di persidangan tanpa alasan yang sah, sehingga pengadilan melaksanakan
pemeriksaan di pengadilan tanpa kehadiran terdakwa.
4. * Strict liability: hanya diberlakukan terhadap perkara ringan yang merupakan delik
terhadap kejahatan umum.
* Tidak diperlukan adanya mens Rea untuk memidana seseorang yang melakukan
Tindak Pidana.
* Vicarius liability : Tanggungjawab yang dibebankan pada seseorang atas perbuatan
orang lain.
* Pada Vicarius liability : Mens Rea menjadi unsur utama yang harus dipenuhi untuk
memidana seseorang yang melakukan Tindak Pidana.
5. Tindak Pidana Ekonomi memiliki kekhusussan tersendiri , yaitu adalah:
a. Peraturan Hukum Pidana Ekonomi bersfiat elastis, mudah berubah-ubah
b. Perluasan subyek hukum pidana (pemidanaan badan hukum)
c. Peradilan In Absentia, peradilan ini berlaku terhadap orang yang sudah meninggal
dunia dan terhadap orang yang tidak dikenal
d. Percobaan dan membantu melakukan pada delik ekonomi
e. Pembedaan delik ekonomi berupa kejahatan dan pelanggaran
f. Perluasan berlakunya hukum pidana
g. Penyelesaian di luar acara
h. Perkara Tindak Pidana Ekonomi diperiksa dan diadili di Pengadilan Ekonomi.
i. Hakim, Jaksa dan Panitera adalah Hakim, Jaksa, dan Panitera yang diberi tugas
khusus untuk memeriksa dan mengadili perkara tindak pidana ekonomi. Artinya
bukan Hakim, Jaksa, dan Panitera Umum.
j. Hakim, Jaksa, dan Panitera pada Pengadilan Ekonomi dapat dipekerjakan lebih
dari satu Pengadilan Ekonomi.
k. Pengadilan Ekonomi dapat bersidang di luar tempat kedudukan Pengadilan
Ekonomi.
6. a. Sanksi Keperdataan: terdapat dalam berbagai peraturan yang mengatur hubungan
keperdataan antara pelaku-pelaku ekonomi, dimana pelanggaran terhadap norma
memberikan akibat adanya tuntutan ganti rugi bagi yang bersalah sesuai dengan
gugatan dari pihak yang merasa dirugikan dalam hubungan tersebut.
b. Sanksi Administratif: berupa proses pemberia ijin-ijin oleh aparat pemerintahan
kepada para pelaku ekonomis (misalnya ijin ekspor dan impor), memberikan
konsekuensi pencabutan ijin atau denda bagi mereka yang melakukan pelanggaran
terhadap ijin yang diperolehnya.
c. Sanksi Kepidanaan: sanksi yang paling berat dimana hal ini merupakan sanksi yang
menyangkut nyawa, kemerdekaaan maupun harta benda bagi mereka yang bersahal
melakukan pelanggaran.

Anda mungkin juga menyukai