Anda di halaman 1dari 18

Etika dan Profesi Hukum

Etika dan Tanggung Jawab Pofesi Advokat

Narasumber : parlindungan Pasaribu, SH.,MH.,MA,

Disusun Oleh :

KHAIRIL HAFIDZ
1408015005

Kelas A

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
ABSTRAK :
Dalam menjalankan profesi sebagai advokat tentu tidak lepas
dari yang namanya beretika dan bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya, undang-undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2003 tentang advokat bahwa organisasi advokat wajib
menyusun kode etik advokat untuk menjaga martabat dan kehormatan
profesi advokat sebagai profesi yang terhormat dan mulia sehingga
setiap advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik tersebut.
Didalam tulisan kali ini paper saya mendeskripsikan, dan akan
menjelaskan agar kita lebih memahami lagi bagaimana advokat dalam
beretika dan bertanggung jawab di pengadilan atau bagaimana
beretika kepada klien dan bahkan ke teman sejawat.
Didalam tulisan ini dan untuk lebih mempertajam pemahaman
kita tentang bagaimana cara beretika dan bertanggung jawab yang
baik dan benar saya dan kelompok melakukan wawancara ke salah
satu kantor advokat di samarinda di jalan Letjen Soeprapto komp.ruko
century No.07 Samarinda, mengutip wawancara dari seorang advokat
dari Bapak Parlindungan Pasaribu, SH.,MH.,MA,. Bapak Parlindungan
Pasaribu, SH.,MH.,MA, sudah melakukan profesi advokat/pengacara di
samarinda sudah selama 26 tahun. beliau sudah berpenggalaman
dalam menyelesaikan masalah-masalah hukum terkait profesinya
sebagai advokat/pengacara. Menurut beliau etika itu ada yang tidak
tertulis dan ada yang dibuat dalam bentuk tertulis dalam beretika,
bukan hanya apa yang telah diatur dalam undang-undang yang diatur
dalam kode etik tetapi juga apa yang dilakoni secara adat istiadat yang
berlaku didalam kelompok masyarakat tertentu didaerah tersebut
itulah kode etik.
Dari pertanyaan dan semua penjelasan dari bapaknya
bagaimana cara beretika dan bertanggung jawab baik dan benar
dalam profesi hukum advokat dan selama menjadi advokat apakah
pernah terjadi pelanggaran dan bagaimana bentuk dari pelanggaran
tersebut, berikut ulasan dan pejelasan dari paper saya.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Prinsip
negara hukum yaitu menuntut adanya jaminan kesederajatan bagi
setiap orang di hadapan hukum (equality before the law). Oleh karena
itu, Undang-undang Dasar juga menentukan bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Dalam usaha
mewujudkan prinsip tersebut dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, peran dan fungsi advokat sebagai profesi yang bebas,
mandiri, dan bertanggung jawab merupakan hal yang penting
disamping lembaga peradilan dan instansi penegak hukum lainnya
seperti polisi, jaksa, dan hakim.
Advokat sebagai nama resmi profesi dalam sistem peradilan kita,
pertama ditemukan dalam ketentuan Susunan Kehakiman dan
Kebijaksanaan Mengadili (RO). Advokat itu merupakan asal dari kata
Advocaat (Belanda) yakni seseorang yang telah resmi diangkat untuk
menjalankan profesinya setelah memperoleh gelar meester in de
rechten (Mr). Lebih jauh lagi, sesungguhnya akar kata itu berasal dari
kata latin advocare, advocator. Oleh karena itu, hampir di setiap
bahasa di dunia istilah itu dikenal.
Kemandirian dan kebebasan yang dimiliki oleh profesi advokat
harus diikuti oleh adanya tanggung jawab dari masing-masing advokat
dan organisasi profesi yang menaunginya. Sebagaimana yang telah
diamanatkan oleh Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang
Advokat, bahwa organisasi advokat wajib menyusun kode etik advokat
untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi advokat sebagai
profesi yang terhormat dan mulia (officium mobile), sehingga setiap
advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik tersebut. Dalam
pembukaannya, Kode Etik Advokat Indonesia menyatakan bahwa kode
etik tersebut sebagai hukum tertinggi dalam menjalankan profesi
advokat, yang menjamin dan melindungi namun juga membebankan
kewajiban kepada setiap advokat untuk jujur dan bertanggun jawab
dalam menjalankan profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara,
atau masyarakat, dan terutama kepada dirinya sendiri. Dan untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik tersebut,
maka organisasi advokat membentuk suatu dewan kehormatan yang
juga berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran
kode etik yang dilakukan oleh advokat.
Namun dalam pembahasan saya kali ini tidak menuntut
kemungkinan profesi dari advokat ini bisa saja melakukan
pelanggaran dalam kode etik sebagai advokat atau penasehat hukum.
maka dari itu tugas tulisan dari saya kali ini akan membahas
pelanggaran apa saja yang pernah terjadi dan bagaimana bentuk dari
pelanggarannya.

B. Tujuan
Tujuan dari paper dan tulisan ini adalah untuk memenuhi tugas
kuliah etika dan tanggung jawab profesi hukum. lebih memahami lagi
apa yang menjadi dasar dibentuknya etika dan tanggung jawab profesi
hukum terutama adalah profesi advokat sebagai penasehat hukum dan
juga membuka pemikiran kita apakah pernah terjadi pelanggaran
terutama profesi advokat diindonesia ini, maka dari itu apa-apa saja
pelanggarannya dan bagaimana bentuk pelanggarannya dan
penanggananya agar terhidar dari penyimpangan kode etika dalam
profesi advokat
C. Manfaat
Menambah ilmu lebih dalam terhadap matakuliah etika dan
tanggung jawab profesi hukum terutama advokat.

D. Penelitian Terkait
Dalam menyusun dan menulis untuk mendasari suatu karya tulis
saya ini saya menggambil dari berbagai buku-buku literatur dan
informasi sumber dari internet dan beberapa penelitian dilapangan
terkait masalah ini.
Wawancara terkait dengan mata kuliah etika & tanggung
jawab profesi hukum ADVOKAT oleh Bapak Parlindungan
pasaribu, SH.,MH.,MA, Beliau berpendapat bahwa mata kuliah etika
dan tanggung jawab profesi hukum advokat ini sangat penting
bagaimanapun mahasiswa harus melakukan perkuliah dengan tujuan
dalam melakukan penelitian terjun langsung kelapangan menanyakan
sendiri datang kekantor advokat dan menanyakan langsung terkait
membedah lebih dalam lagi terhadap profesi advokat bagaimana etika
dan tanggung jawab profesi itu dilaksanakan dilapangan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Advokat, Kode Etik Dan Tanggung Jawab Profesi

1. Pengertian Advokat
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, Advokat
adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.
Sedangkan menurut Kode Etik Advokat adalah orang yang
berpraktek memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-
undang yang berlaku, baik sebagai Advokat, Pengacara,
Penasehat Hukum, Pengacara praktek ataupun sebagai konsultan
hukum.
Pendapat lain juga berkata bahwa advokat adalah
seseorang atau mereka yang melakukan pekerjaan jasa bantuan
hukum termasuk konsultan hukum yang menjalankan
pekerjaannya baik dilakukan diluar pengadilan dan atau didalam
pengadilan bagi klien sebagai mata pencariannya.

2. Kode Etik Profesi Advokat


Hingga saat ini masih ditemui bermacam-macam defenisi
tentang Kode etik profesi. Namun demikian umumnya
mempunyai maksud dan pengertian yang sama. Menurut
"Bertens"1, kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan
dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau
memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya
berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu dimata
masyarakat.
Sedangkan Menurut Parlindungan Pasaribu, SH.,MH.,MA, Etika itu
maksudnya disamping advokat menguasai pekerjaan bisa
membuat gugatan jawaban, replik, duplik, konklusi, bisa
membuat surat kuasa, membuat surat resumen misalnya
sebelum membuat surat gugatan advokat juga harus beretika,
beretika itu maksudnya jangan sampai advokat berbicara
dipengadilan atau diluar ke klien atau teman sejawat bagaikan
orang tidak berpendidikan, tetapi juga harus tau sopan santun,
sopan santun ini ada yang berasal dari adat istiadat adapun
diajukan dalam bentuk tertulis. Etika yang dimaksud disini yaitu
yang pedoman berdasarkan tertulis yaitu kode etik advokat
indonesia (KEAI), tapi banyak beraneka ragam karena banyaknya

1 Bertens. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Hal-10


sekarang organisasi advokat diindonesia sekarang ini. Tapi adat
istiadat maupun dulu asalnya dari romawi. Hukum itu awalnya
berasal dari aglos axon maupun continental kemudian ada yang
menganut continental atau anglos axon dan kita diindonesia
penganut continental tidak terkecuali tidak termasuk kode etik
asalnya dari sana tapi tentunya disesuaikan dengan negara
masing-masing. Sedangkan di indonesia juga dulu dibawakan
oleh belanda, setelah dibawakan oleh belanda tapi juga tentunya
disesuaikan dengan adat-istiadat yang ada diindonesia walaupun
tidak semuanya mungkin tertulis adat-istiadat itu misalnya lewat
dari hadapan orang tua atau dari hadapan hakim menjongkok
membuat tangan kebawah itu kode etik tapi kita perlu lakukan
itu misalnya juga ketemu orang tua cium tangan kan tidak ada
diatur itu dalam kode etik tapi kan dilakukan orang itulah
namanya adat-istiadat. Tetapi apapun alasannya sopan santun
yang dimaksudkan bukan hanya apa yang telah diatur dalam
undang-undang yang diatur dalam kode etik tetapi juga apa
yang dilakoni secara adat istiadat yang berlaku didalam
kelompok masyarakat tertentu didaerah tersebut itulah kode
etik.
Etika yang dimaksud ada yang diatur dan ada yang tidak
diatur dalam undang-undang terhadap profesi advokat, yang
tidak diatur dalam undang-undang seperti etika terhadap klien
dan teman sejawat yaitu. tetapi kode etik yang paling utama
yaitu adalah kode etik yang dibuat oleh organisasi bukan yang
diatur didalam undang-undang, tetapi kode etik itu adalah
karena dibilang didalam undang-undang diberikan kewenangan
kepada organisasi untuk membuat kode etiknya tapi kode etik itu
menjadi undang-undang bagi para advokat, itu menjadi perturan
yang harus ditaati jika tidak dia bisa ditindak. dan sekarang
masalah bagaimana kode etik tentang advokat. bahwa kode etik
itu harus sopan misalnya jika dalam beracara pidana advoakt itu
harus sopan, sopan yang dimaksudkan awalnya adalah berasal
dari pada adat istiadat atau sopan santun dan sebagainya yang
misalnya seperti contoh sopan santun seperti diatas tadi itu
berasal dari adat istiadat yang didalam kode etik didalam
undang-undang itu tidak diatur. tetapi apaun alasannya tentang
kode etik itu dalam kode etik tersebut itu adalah ada yang
berasal dari hukum adat tetapi setelah dibuat tertulis itu menjadi
pedoman utama untuk beretika dalam melaksanakan tugas dan
itulah kode etik advokat indonesia.
Tidak terfokus juga pada undang-undang tetapi juga apa
yang diatur dalam adat istiadat setempat misalnya dimana bumi
dipijak disitu langit dijunjung, misalnya jika menjadi advokat
dijawa akan beda sedikit tatakramanya yang ada dikalimantan
mungkin beda sedikit dilingkungan sumatra batak juga misalnya
etika advokat akan beda sedikit. dan seorang advokat tidak bisa
bertatakrama akan dipandang tidak tahu adat, tetapi itu semua
tidak tertulis dalam kode etik tapi disini sopan santun yang
dimaksudkan bukan hanya tertulis di kode etik advokat indonesia
yang tertulis di undang-undang juga ada yang terdapat di adat-
istiadat setempat. itulah maksudnya dengan kode etik maka kita
harus tau etika sebagai advokat harus tau.2

3. Kode Etik Advokat di Indonesia


Advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile) yang dalam
menjalankan profesinya berada di bawah perlindungan hukum,
Undang-undang dan kode etik, memiliki kebebasan yang
didasarkan kepada kehormatan dan kepribadian Advokat yang

2 Hasil wawancara dengan Bapak Parlindungan Pasaribu, SH.,MH.,MA, 2016. Etika


dan tanggung jawab profesi advokat. Samarinda, kantor Advokat. Pertanyaan ;
Selama berprofesi 26 tahun sebagai advokat apa saja etika dan tanggung jawab
profesi sebagai seorang advokat.
berpegang teguh kepada kemandirian, kejujuran, kerahasiaan,
dan keterbukaan.
Dari ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf a.
Kode Etik Advokat Indonesia dapat disimpulkan bahwa seorang
advokat, dalam menjalankan profesinya, harus selalu
berpedoman kepada:
a. Kejujuran profesional (professional honesty) sebagaimana
terungkap dalam Pasal 3 huruf a. Kode Etik Advokat
Indonesia dalam kata-kata Oleh karena tidak sesuai
dengan keahilannya.
b. Suara hati nurani (dictate of conscience) Keharusan bagi
setiap advokat untuk selalu berpihak kepada yang benar
dan adil dengan berpedoman kepada suara hati nuraninya
berarti bahwa bagi advokat Indonesia tidak ada pilihan
kecuali menolak setiap perilaku yang berdasarkan he
who pays the piper calls the tune karena pada
hakikatnya perilaku tersebut adalah pelacuran profesi
advokat. Keperluan bagi advokat untuk selalu bebas
mengikuti suara hati nuraninya adalah karena di dalam
lubuk hati nuraninya, manusia menemukan suatu satu
hukum yang harus ia taati.3

4. Tanggung Jawab Profesi Advokat


Hubungan antara Klien :
Kalau kepada klien apa yang telah diberikan kuasa kita harus
laksanakan kepada kliennya hubungan dengan klien. advokat
dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan dengan
jalan damai kemudia advokat dilarang memberikan keterangan
yang menyesatkan klien misalnya pura-pura menjelaskan tapi
membuat supaya klien bingung tapi supaya minta tolong untuk
berapapun saya bayar misalnya. menjajikan menang. Advokat
tidak seharusnya seperti itu kenapa karena undang-undang
3 Abdulkadir. Etika Profesi Hukum. Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, Hal-15
mengatakan bahwa advokat dilarang berjanji kepada kliennya
untuk menyatakan pasti menang perkara yang sedang
diurusnya, advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya
bahwa perkara yang ditanganinya akan menang dalam
menentukan besarnya honorernya advokat wajib
mempertimbangkan kemampuan klien dan advokat tidak
dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak
perlu, advokat dalam menggurus perkara cuma-cuma harus
memberikan perhatian yang sama seperti terhadap perkara
untuk mana ia menerima uang jasa, advokat harus menolak
menggurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada
dasarnya dan advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang
hal-hal yang diberitahukan oleh klien secara kepercayaan dan
wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan
antara advokat dan klien itu dan advokat tidak dibenarkan
melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang
tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan
dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi
bagi klien yang bersangkutan dengan tidak mengurangi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a.
Advokat yang mengurus kepentingan dari dua pihak atau lebih
harus mengundurkan diri sepenuhnya dari kepengurusan
kepentingan-kepentingan tersebut apabila dikemudian hari
timbul pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang
bersangkutan. hak kompetensi advokat terhadap diakui
sempanjang tidak akan menimbulkan kerugian kepentingan
klien.4

4 Hasil wawancara dengan Bapak Parlindungan Pasaribu, SH.,MH.,MA, 2016. Etika


dan tanggung jawab profesi advokat. Samarinda, kantor Advokat. Pertanyaan ;
Tanggung jawab advokat itu seperti apa dan bagaimana tanggung jawab terhadap
klien dan teman sejawat.
Hubungan antara Advokat dengan klien diatur di dalam Pasal 4
Kode Etik Advokat, yaitu:
a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus
mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai.
b. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang
dapat menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang
diurusnya.
c. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya
bahwa perkara yang ditanganinya akan menang.
d. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib
mempertimbangkan kemampuan klien.
e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-
biaya yang tidak perlu.
f. Advokat dalam mengurus perkara Cuma-Cuma harus
memberikan perhatian yang sama seperti terhadap
perkara untuk mana ia menerima uang jasa.
g. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut
keyakinannya tidak ada dasar hukumnya.
h. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal
yang diberitahukan oleh klien secara kepercayaan dan
wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya
hubungan antara advokat dan klien itu.
i. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang
dibebankan kepadanya pada saat yang tidak
menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan
dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki
lagi bagi klien yang bersangkutan, dengan tidak
mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf (a).
j. Advokat mengurus kepentingan bersama dari dua pihak
atau lebih harus mengundurkan diri sepenuhnya dari
pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila
dikemudian hari timbul pertentangan kepentingan antara
pihak-pihak yang bersangkutan.
k. Hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak
akan menimbulkan kerugian kepentingan klien.5

Hubungan antara teman sejahwat :


Advokat harus diandasi dengan sikap saling menghormati, saling
menghargai dan saling mempercayai, advokat jika
membicarakan tempat sejahwat atau jika berhadapan satu sama
lain dalam sidang pengadilan hendaknya tidak menggunakan
kata-kata yang tidak sopan baik secara lisan maupun tertulis.
keberatan-keberatan tindakan teman sejahwat yang dianggap
bertentangan dengan kode etik advokat harus diajukan kepada
dewan kehormatan untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk
disiarkan melalui media masa atau cara lain.
Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut
seorang klien dari teman sejahwat apabila klien hendak
menganti advokat maka advokat yang baru hanya dapat
menerima perkara itu setelah menerima bukti pencabutan
pemberian kuasa kepada advokat semula dan berkewajiban
mengingatkan klien untuk memenuhi kewajibannya apabila
masih ada terhadap advokat semula apabila suatu perkara
kemudian diserahkan oleh klien terhadap advokat yang baru
maka advokat semula wajib memberikan kepadanya semua surat
dan keterangan yang penting untuk mengurus perkara itu
dengan memperhatikan hakritensi advokat terhadap klien
tersebut.6
Adapun hubungan antar Advokat dengan Teman Sejawat,
diatur di dalam Pasal 5 Kode Etik Advokat, yaitu:

5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun2003, Pasal 4

6 Ibid - Hasil wawancara dengan Bapak Parlindungan Pasaribu, SH.,MH.,MA, 2016.


Etika dan tanggung jawab profesi advokat. Samarinda, kantor Advokat. Pertanyaan ;
Tanggung jawab advokat itu seperti apa dan bagaimana tanggung jawab terhadap
klien dan teman sejawat.
a. Hubungan antara teman sejawat Advokat harus dilandasi
sikap saling menghormati, saling menghargai dan saling
mempercayai.
b. Advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika
berpapasan satu sama lain dalam sidang pengadilan,
hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan
baik secara lisan maupun tertulis.
c. Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat
yang dianggap bertentangan dengan kode etik Advokat
harus diajukan kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa
dan tidak dibenarkan untuk disiarkan. Melalui
media massa atau cara lain.
d. Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut
seorang klien dari teman sejawat
e. Apabila klien hendak mengganti Advokat, maka Advokat
yang baru hanya dapat menerima perkara itu setelah
menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada
Advokat semula dan berkewajiban mengingatkan klien
untuk memenuhi kewajibannya apabila masih ada
terhadap Advokat semula.
f. Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien
terhadap Advokat baru, maka Advokat semula wajib
memberikan kepadanya semua surat dan keterangan yang
penting untuk mengurus perkara itu, dengan
memperhatikan hak retensi Advokat terhadap klien
tersebut.7

B. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat


Advokat dalam menjalankan profesinya untuk membela perkara
yang menjadi tanggung jawabnya berpegang pada kode etik profesi
dan peraturan perundang-undangan (lihat pasal 15 UU Advokat).
Kemudian, di dalam pasal 26 ayat (2) UU Advokat juga diatur bahwa

7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun2003, Pasal 5


advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi advokat dan
ketentuan tentang Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
Hubungan yang paling mendasar dalam hubungan advokat-klien
adalah saling percaya (reciprocal trust). Dalam hubungan tersebut,
klien percaya bahwa advokat menangani dan melindungi
kepentingannya (klien) dengan profesional dan penuh keahlian,
memberikan nasihat-nasihat yang benar, serta tidak akan melakukan
hal-hal yang akan merugikan kepentingannya tersebut.
Di pihak lain, advokat berharap kejujuran dari klien dalam
menjelaskan semua fakta mengenai kasus yang dihadapinya kepada
advokat. Advokat juga berharap klien mempercayai bahwa advokat
menangani dan membela kepentingan klien dengan profesional dan
dengan segala keahlian yang dimilikinya.
Kepercayaan yang diperoleh advokat dari klien menerbitkan
kewajiban bagi advokat untuk menjaga kerahasiaan segala sesuatu
yang diketahui atau diperoleh dari kliennya. Kewajiban advokat untuk
menjaga kerahasiaan dalam hubungan advokat-klien diatur secara
tegas baik di dalam UU Advokat (pasal 19 ayat (1)) maupun di dalam
KEAI (pasal 4 huruf a).8

C. Pelanggaran-Pelanggaran Dalam Profesi Sebagai Advokat


Pelanggaran kode etik itu ada, ada yang sudah dikeluarkan dari
organisasi PERADI. Ada yang diindonesia ada beberapa organisasi dia
meloncat ke KAI jadi dia sampai sekarang tetap pengacara, kemudian
ada yang dipecat dia diberhentikan dari PERADI dia meloncat ke
PERADIN.
Tapi Undang-undang Nomor 18 tahun 2003 mengatakan bahwa
advokat itu harus ada tunggal, tapi dalam perakteknya Mahkamah
Agung sekarang menerima semua organisasi untuk diambil sumpah
padahal undang-undang masih tetap berlaku undang-undang nomor
18 tahun 2003 terutama sejak tahun 2015 waktu PERADI pecah
menjadi 3 yaitu PERADI yang dibawa Otto Hasibuan,sama yang dibawa
8 www.Hukumonline.com, diakses pada tanggal 28 Oktober 2016
jne robison, sama yang dibawa oleh pangaribuan. tadinya diakui yang
tunggal itu adalah PERADI sehingga segala sesuatu hubungan kalau
ada bantuan dari negara kepada advokat semuanya ke PERADI yang
disumpah juga yang diambil dilantik diambil sumpah oleh pengadilan
tinggi diperintahkan oleh mahkamah agung hanya kepada advokat
baru yang ada di PERADI sehingga yang lain tidak tapi sekarang sejak
tahun 2015 keluar peraturan mahkamah agung sehingga dengan
demikian diberikan kesempatan kesemua organisasi berarti semakin
pecah-pecahlah organisasi semakin banyaklah kode etik kalau sudah
diminta semua organisasi -organisasi advokat di indonesia dan
gampang saja membuatnya dan malah banyak yang ditakutkan diakui
oleh tunggal tapi ada 10 organisasi yang membentuk PERADI itu jadi
sehingga jadilah kode etik advokat indonesia KAI. ada dari kode etik
advokat dari KAI tetapi bapak parlindungan pasaribu berpedoman pada
kode etik advokat dari PERADI.9

D. Bentuk Pelanggaran Dan Bagaimana penanganannya


Misalnya klien seorang pemerintah sekarang misalnya mengungkit
masalah keuangan negara yang diambil oleh oknum tertentu suatu
saat dia berpaling kepada oknum-oknum tertentu tadi menjadi kuasa
hukumnya sehingga negara menjadi lawannya otomatis kerahasiaan
negara sudah dia tahu padahal tidak bisa membongkar rahasia
hubungannya maka melanggar kode etik tapi karena itu sudah menajdi
lawannya kalau dibongkar salah dan dari contoh tadi ada yang seperti
itu. Tetapi banyak yang melanggar kode etik seperti misalnya banyak
pengacara yang berbicara melalui media elektronik mungkin dari Tv
dan koran maupun media cetak tapi tidak dibawakan ke bidang
kehormatan, ada yang melaporkan seperti misalnya antar hotman

9 Wawancara dengan Bapak Parlindungan Pasaribu, SH.,MH.,MA, 2016. Etika dan tanggung
jawab profesi advokat. Samarinda, kantor Advokat. Pertanyaan ; Pelanggaran kode etik,
apakah bapak pernah mendengar atau mengetahui terkait dengan pelanggaran kode etik
itu sendiri dalam profesi advokat.
paris yang berbicara melalui media elektronik tapi tidak dibawa ke
dewan kehormatan tapi kenyataan tidak ada yang kena hukum berarti
tidak ada yang membawakan tapi itu menurut bapak parlindungan
pasaribu dari kode etik PERADI itu tidak bisa seperti membicarakannya
melalui media cetak maupun media elektronik itu melanggar.10
Organisasi itu ada disana dewan kehormatan yang namanya DPD
tingkat povinsi itu tingkat pertama nanti kalau ada yang tidak
sependapat itu bisa banding sekaligus putusan akhir yaitu di DPD jadi
dewan kehormatan ada 2, satu di DPD satu di DPT.11
Kalau ada pidananya itu berarti dia tidak sedang dalam melakukan
tugas karena kode etik itu tidak menyangkut pidana, di dalam kode
etik itu menyatakan bahwa pengacara itu tidak bisa dipidana maupun
diperdata didalam undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang
advokat tapi ada seseorang melaksanakan tugas pembelaan tapi dia
diluar melakukan melaksanakan tugas, melaksanakan tugas karena
diberikan kuasa tapi dia tidak melaksanakan tugas pada saat yang
kuasa itu tapi diluar misalnya dia menyogok hakim kan itu diluar tidak
ada diminta disurat kuasa dibuat itu karena itu dilarang oleh undang-
undang emangnya bisa dikausakan untuk mencuri, membunuh,
menyuap dan sebagainya tidak bisa memberikan kuasa seperti tadi
karena yang dibolehkan adalah yang dibenarkan hukum misalnya
kalau pun klien pembunuh, pencuri harus membela berdasarkan
kuasanya dalam melaksanakan tugas. maka dewan kehormatan tidak
ada mengadili masalah pidana tetapi seandainya itu bukan masalah

10 wawancara dengan Bapak Parlindungan Pasaribu, SH.,MH.,MA, 2016. Etika dan tanggung
jawab profesi advokat. Samarinda, kantor Advokat. Pertanyaan ; Terkait pelanggaran diatas
itu dalam bentuk pelanggaran kode etik seperti apa.

11 Ibid- Pertanyaan ; Untuk penangananya sendiri apakah didalam suatu organisasi


itu saja atau bagaimana
kode etik yang dilanggar maka masuk pidana karena dia memalsukan
bukti dan meyogok hakim dia akan diserahkan kepolisi.12
kalau ada kesalahan pada advokat tersebut maka ada yang
melaporkan ke dewan kehormatan terutama ke dewan kehormatan
tingkat daerah dulu yang melaporkan itu siapa di undang-undang jelas
disebutkan pelapornya bisa klien itu sendiri, teman sejawat, penjabat
pemerintah, anggota masyarakat, dewan pimpinan daerah atau daerah
dari organisasi provinsi dimana teradu menjadi anggota. dan jika
sudah terbukti apa sangsi-sangsi bagi pelanggar kode etik ini,
sangsinya memang ringan, sangsinya itu adalah pertama mendapat
peringatan biasa, kedua dapat peringatan keras tertulis, dan yang
ketiga bisa pemberhentian sementara profesinya selama 3 sampai 12
bulan dan yang keempat pemberhentian tetap Pada (pasal 7 ayat
(1)).13

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang


Advokat

Parlindungan Pasaribu, SH.,MH.,MA, 2016. Etika dan tanggung jawab


profesi advokat. Samarinda : Wawancara kantor advokat, Jalan. Letjen
Soeprapto komp.ruko century No.07 Samarinda

www.Hukumonline.com

Kode Etik Advokat Indonesia

Bertens. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,


1994.Muhammad,

12 Ibid- Pertanyaan ; Untuk penangananya sendiri apakah ada yang sampai terkena pidana
dari pelanggaran kode etik itu

13 Ibid- Pertanyaan ; Bagaimana bentuk penanganan oleh dewan kehormatan


PERADI apabila ada anggota organisasinya yang melanggar kode etik tersebut dan
bentuk sanksi-sanksi seperti apa.
Abdulkadir. Etika Profesi Hukum. Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti,

Sumaryono,E. Etika Profesi Hukum dan Norma-Norma Bagi, 2001

Anda mungkin juga menyukai