Anda di halaman 1dari 15

ETIKA PROFESI HAKIM

Disusun Oleh:

Nama : Rama Gunawan

NIM : 1703101010023

Dosen Pembimbing:

Dr. Rizanizarli, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM

BANDA ACEH

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga makalah dengan judul “etika profesi pada hukum dan peranannya” ini
dapat di selesaikan tepat pada waktunya, sebagai salah satu pemenuhan salah satu tugas
Etika Profesi.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
baaik dari segi penulisan, susunan kata, maupun isi materi. Dengan ini kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini, serta sebagai jembatan ilmu yang berujung pada intelektualitas. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, Mei 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karena kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari hukum, ia merupakan


kebutuhan dalam kehidupannya. Hukum berfungsi sebagai sandaran atau ukuran
tingkah laku atau kesamaan sikap (standard of product) yang harus ditaati setiap
anggota masyarakat. Dan lebih jauh hukum berfungsi sebagai suatu sarana
perekayasaan untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih sempurna (as a tool of
social engineering) ia sebagai alat untuk mengecek ketidak benarannya suatu tingkah
laku (as a tool of justification), dan ia pun sebagai alat untuk mengontrol pemikiran dan
langkah-langkah manusia agar mereka selalu terpelihara,tidak melakukan perbuatan
yang melanggar hukum (as a tool of social control).

Hukum merupakan kesimpulan pertimbangan tentang apa yang patut dan baik
dilakukan, tentang ada apa yang tidak dan tidak baik dilakukan. Apa yang dipandang
baik, itulah yang harus dilakukan, dan apa yang tidak baik harus ditinggalkan. Mereka
yang tidak melakukan sesuatu yang dipandang baik, atau melakukan sesuatu yang tidak
dipandang baik, berarti mengingkari kebaikan dan membenarkan ketidak baikan
(keburukan). Oleh karena itu timbullah norma kewajiban dan larangan, di samping ada
norma yang tidak diwajibkan dan dilarang.1

Dengan demikian seorang yang berprofesi hukum haruslah tertuntut untuk


mewujudkan cita keadilan di mana keadaannya haruslah mempunyai tanggung jawab
dan berkepribadian yang Amanah untuk dapat mendapat dukungan dari seluruh bangsa
Indonesia serta cita keadilan tidaklah hanya tampak pada permukaan saja di mana di
balik semua tersebut banyak ketidak adilan terjadi pada realitasnya sebagai hasil dari
seorang yang berprofesi hukum tidak mempunyai kepribadian dan jiwa amanah dalam
dirinya

Contoh pekerja hukum adalah hakim. Hakim adalah pegawai negeri sipil yang
mempunyai jabatan fungsional. Tugas hakim adalah mengkonstatir, mengkwalifisir dan

1
Suparman Usman, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2008), hlm 53.

3
kemudian mengkonstituir. Apa yang harus dikonstatirnya adalah peristiwa dan
kemudian peristiwa ini harus dikwalifisir, pasal 5 ayat 1 UU. 14/1970 mewajibkan
hakim mengadili menurut hukum. Maka oleh karena itu hakim harus mengenal hukum
di samping peristiwanya.

Seorang hakim haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun juga


walaupun itu keluarganya, kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan sama.
Hakim harus berpegang kepada Tri Prasetya Hakim Indonesia. Hakim harus dapat
membedakan antar sikap kedinasan sebagai jabatannya sebagai pejabat negara yang
bertugas menegakkan keadilan dengan sikap hidup sehari-hari sebagai bagian dari
keluarga dan masyarakat. Untuk membedakan itu hakim mempunyai kode etik sendiri
bagaimana supaya dia dapat mengambil sikap. Zaman sekarang kadang-kadang hakim
salah menempatkan sikapnya, yang seharusnya sikap itu harus di lingkungan keluarga,
ia bawa waktu persidangan. Ini tentunya akan mempengaruhi putusan. Masalah kode
etik inilah yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini. Supaya hakim-hakim
agar lebih memperhatikan lagi tugasnya sebagai penegak keadilan di dalam masyarakat.
Pada makalah ini akan di jelaskan pengertian etika, macam-macam etika, pengertian
profesi, penjelasan hakim, tanggung jawab seorang hakim, kemudian syarat menjadi
hakim dan lainnya..

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian etika profesi ?
2. Apa pengertian hakim?
3. Apa saja etika profesi hakim ?
4. Bagaimana pelanggaran kode etik hakim?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian etika profesi.
2. Untuk mengetahui pengertian hakim.
3. Untuk mengetahui etika profesi hakim.
4. Untuk mengetahui pelanggaran kode etik hakim.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika Profesi

Etika menurut Rini dan Intan, berasal dari kata Yunani “Ethos” (Ta Etha) berarti
adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan-
kebiasaan hidup yang baik, yaitu baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat atau kelompok masyarakat ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai tata
cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan semua kebiasaan yang dianut dan
diwariskan secara turun temurun.

Menurut Prakoso, etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang


menjadi pegangan bagi seseorang/suatu kelompok masyarakat dalam mengatur
perilakunya. Ini berarti etika merupakan kebiasaan/tingkah laku yang berkaitan dengan
nilai-nilai, norma-norma moral, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, yang
menjadi pegangan bagi seseorang/kelompok masyarakat dan diwariskan secara turun-
temurun.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani
ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi
tingkah laku manusia yang baik.2

Sedangkan pengertian profesi Menurut Prakoso, profesi adalah sebutan atau


jabatan di mana orang yang menyandangnya memiliki pengetahuan khusus yang
diperolehnya melalui minimal training atau pengalaman lain atau bahkan diperoleh
melalui keduanya, sehingga dapat membimbing atau memberi nasihat/saran juga
melayani orang lain dalam bidangnya sendiri. Menurut Muchtar, profesi merupakan
suatu konsep yang lebih spesifik dibandingkan dengan pekerjaan. Istilah pekerjaan
memiliki konotasi yang lebih luas dari pada profesi. Setiap profesi adalah pekerjaan,
akan tetapi tidak semua pekerjaan merupakan profesi. Maka dapat disimpulkan profesi

2
Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi, (Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro 2009), hal 2-6.

5
merupakan bidang ilmu dan keterampilan tertentu yang tidak semua pekerjaan
memilikinya.

Adapun Ideologi Profesi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Harus ada ilmu (hukum), yang diolah di dalamnya.


2. Harus ada kebebasan. Tidak boleh ada hubungan dinas atau hirarki.
3. Harus mengabdi kepada kepentingan umum. Mencari kekayaan tidak boleh menjadi
tujuan.
4. Harus ada hubungan kepercayaan dengan klien.
5. Harus ada imuniteit (hak tidak boleh dituntut) terhadap penuntutan-penuntutan
criminal tentang sikap dan perbuatan yang dilakukan di dalam pembelaan.
6. Harus ada Kode Etik dan Peradilan Kode Etik oleh suatu Dewan Peradialan Kode
Etik.
7. Boleh menerima honorarium yang tidak perlu seimbang dengan hasil pekerjaan
atau banyaknya usaha atau jerih payah, pikiran yang dicurahkan di dalam pekrjaan
itu. Orang tidak mampu, harus ditolong Cuma-Cuma dan dengan usaha yang sama.3
Dan  oleh  karena  itulah  dalam  melaksanakan  profesi  terdapat  kaidah‐kaidah 
pokok  berupa  etika  profesi  yaitu sebagai berikut :4
a. Profesi  harus  dipandang  sebagai  pelayanan  dan  oleh  karena  itu  sifat  “tanpa 
pamrih”  menjadi  ciri  khas  dalam  mengembangkan  profesi.  
b. Pelayanan  profesional  dalam  mendahulukan  kepentingan  pencari
keadilan mengacu pada nilai‐nilai luhur.  
c. Pengembangan  profesi  harus  selalu  berorientasi  pada  masyarakat 
sebagai keseluruhan. 
d. Persaingan  dalam  pelayanan  berlangsung  secara  sehat  sehingga
dapat menjamin mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi. 

B. Pengertian Hakim
3
Livia V. Pelle, Peranan Etika Profesi Hukum Terhadap Upaya Penegakan Hukum Di
Indonesia, (Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012), hal 23-24.
4
Ika Atikah, Fungsi Etika Profesi Hukum sebagai Upaya Penegakan Hukum Yang Berkeadilan,
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, hal 177.

6
Hakim menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman ketentuan bahwa hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung
dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan
tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan
peradilan tersebut.
Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. kode
etik hakim disebut juga kode kehormatan hakim. Hakim juga adalah pejabat yang
melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman yang syarat dan tata cara pengangkatan,
pemberhentian dan pelaksanaan tugasnya ditentukan oleh undang-undang.5
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk mengadili. Dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman disebutkan
bahwa hakim adalah penegak hukum dan keadilan yang wajib menggali, mengikuti dan
memahami nilai-nilai hukum yang hidup di masyarakat. Dengan demikian, hakim
sebagai pejabat Negara yang diangkat oleh kepala Negara sebagai penegak hukum dan
keadilan yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang telah diembannya
menurut Undang-undang yang berlaku. Karenanya, hakim merupakan profesi yang
mulia.
Seorang hakim dituntut untuk menjalankan kode etika sebagai simbol
profesionalisme. Namun dalam perkembangannya, menjadi sebuah keniscayaan akan
terjadi gejala-gejala penyalahgunaan terhadap profesi hakim, yang seharusnya dengan
penguasaan dan penerapan disiplin ilmu hukum dapat menyelenggarakan dan
menegakkan keadilan di masyarakat.
1. Kewajiban dan Tugas dari hakim
Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan mempunyai kewajiban yaitu :
a. Menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup di masyarakat.
Dalam masyarakat yang masih mengenal hukum tidak tertulis, serta berada dalam
masa pergolakan dan peralihan. Hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai-
nilai hukum yang hidup dikalangan rakyat. Untuk itu ia harus terjun ke tangah-
tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan, dan mampu menyelami perasaan
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.Dengan demikian hakim
5
C.S.T Kansil, Kitab Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman (KUKK), (PT. Bina Aksara,
Jakarta, 1986), hlm 20.

7
dapat memberikan keputusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
b. Hakim wajib memperhatikan sifat-sifat baik dan buruk dari tertuduh dalam
menentukan dan mempertimbangkan berat ringannya pidana. Sifat-sifat yang jahat
maupun yang baik dari tertuduh wajib diperhatikan Hakim dalam
mempertimbangkan pidana yang akan dijatuhkan. Keadaan-keadaan pribadi
seseorang perlu diperhitungkan untuk memberikan pidana yang setimpal dan seadil-
adilnya. Keadaan pribadi tersebut dapat diperoleh dari keterangan orang-orang dari
lingkungannya, rukun tetangganya, dokter ahli jiwa dan sebagainya.
2. Kewajiban hakim
Tanggung jawab hakim kepada penguasa (negara) artinya telah melaksanakan
peradilan dengan baik, menghasilkan keputusan bermutu, dan berdampak positif bagi
bangsa dan negara.6
a. Melaksanakan peradilan dengan baik. Peradilan dilaksanakan sesuai dengan undang-
undang, nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, dan kepatutan (equity);
b. Keputusan bermutu. Keadilan yang ditetapkan oleh hakim merupakan perwujudan
nilai-nilai undang-undang, hasil penghayatan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat, etika moral masyarakat, dan tidak melanggar hak orang lain;
c. Berdampak positif bagi masyarakat dan negara. Keputusan hakim memberi manfaat
kepada masyarakat sebagai keputusan yang dapat dijadikan panutan dan
yurisprudensi serta masukan bagi pengembangan hukum nasional.
d. Tanggung jawab kepada Tuhan, Tanggung jawab hakim kepada Tuhan Yang Maha
Esa artinya telah melaksanakan peradilan sesuai dengan amanat Tuhan yang
diberikan kepada manusia, menurut hukum kodrat manusia yang telah ditetapkan
oleh Tuhan melalui suara hati nuraninya.

C. Etika Profesi Hakim


Etika seorang hakim telah dituangkan dalam keputusan bersama Mahkamah
Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor
6
Siti Zulaikha, Etika Profesi Hakim Dalam Perspektif Hukum Islam (AL-‘ADALAH Vol. XII,
No. 1 Juni 2014), hlm 91.

8
047/KMA/SKB/IV/2009 dan Nomor 02/SKB/P-KY/ IV/2009, tentang Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim, yang mengatur perilaku hakim sebagai berikut :
1. Berperilaku Adil
Pengertian adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan yang
menjadi haknya, yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa semua orang sama
kedudukannya di depan hukum. Dengan demikian, tuntutan yang paling mendasar
dari keadilan adalah memberikan perlakuan dan memberi kesempatan yang sama
(equality and fairness) terhadap setiap orang. Oleh karenanya, seseorang yang
melaksanakan tugas atau profesi di bidang peradilan yang memikul tanggung jawab
penegakan hukum yang adil dan benar harus selalu berlaku adil dengan tidak
membeda-bedakan orang.
2. Berperilaku Jujur
Pengertian kejujuran adalah berani menyatakan bahwa yang benar adalah banar dan
salah adalah salah. Kejujuran mendorong terbentuknya pribadi yang ikut dan
mengakibatkan kesadaran akan hakikat yang hak dan yang batil. Dengan demikian,
akan terwujud sikap pribadi yang tidak berpihak terhadap setiap orang baik dalam
persidangan maupun di luar persidangan.7
3. Berlaku Arif dan Bijaksana
Pengertian Arif dan bijaksana adalah mampu bertindak sesuai dengan norma-norma
yang hidup dalam masyarakat baik norma-norma hukum, norma- norma keagamaan,
kebiasaan-kebiasaan maupun kesusilaan dengan memperhatikan situasi dan kondisi
pada saat itu, serta mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya. Perilaku yang
arif dan bijaksana mendorong terbentuknya pribadi yang berwawasan luas,
mempunyai tenggang rasa yang tinggi, bersikap hati-hati, sabar, dan santun.
4. Bersikap Mandiri
Pengertian Mandiri adalah mampu bertindak sendiri tanpa bantuan pihak lain, bebas
dari campur tangan siapa pun dan bebas dari pengaruh apa pun. Sikap mandiri
mendorong terbentuknya perilaku hakim yang tangguh, berpegang teguh pada
prinsip dan keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan ketentuan hukum
yang berlaku.
5. Berintegritas Tinggi
7
Muhammad Abdul Kadir, Etika Profesi Hukum, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001), hlm
42.

9
Pengertian Integritas adalah sikap dan kepribadian yang utuh, berwibawa, jujur dan
tidak tergoyahkan. Integritas tinggi pada hakikatnya terwujud pada sikap setia dan
tangguh berpegang pada nilai-nilai atau norma-nor- ma yang berlaku dalam
melaksanakan tugas. Integritas tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang
berani menolak godaan dan segala bentuk intervensi, dengan mengedepankan
tuntutan hati nurani untuk menegakkan kebenaran dan keadilan serta selalu berusaha
melakukan tugas dengan cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan terbaik.
6. Bertanggung Jawab
Pengertian Bertanggung jawab adalah kesediaan untuk melaksanakan sebaik-baiknya
segala sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta memiliki keberanian
untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan wewenang dan tugasnya tersebut.
Rasa tanggung jawab akan mendorong terbentuknya pribadi yang mampu
menegakkan kebenaran dan keadilan, penuh pengabdian, serta tidak
menyalahgunakan profesi yang diamanatkan.
7. Menjunjung Tinggi Harga Diri
Pengertian Harga diri adalah pada diri manusia melekat martabat dan kehormatan
yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap orang. Prinsip menjunjung
tinggi harga diri, khususnya hakim, akan mendorong dan membentuk pribadi yang
kuat dan tangguh, sehingga terbentuk pribadi yang senantiasa menjaga kehormatan
dan martabat sebagai aparatur peradilan.
8. Berdisiplin Tinggi
Pengertian Disiplin adalah ketaatan pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang
diyakini sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta kepercayaan
masyarakat pencari keadilan. Disiplin tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi
yang tertib di dalam melaksanakan tugas, ikhlas dalam pengabdian dan berusaha un-
tuk menjadi teladan dalam lingkungannya, serta tidak menyalahgunakan amanah
yang dipercayakan kepadanya.
9. Berperilaku Rendah Hati
Pengertian Rendah hati adalah kesadaran dan keterbatasan kemampuan diri, jauh dari
kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk keangkuhan. Rendah hati mendorong
terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri untuk terus belajar, menghargai

10
pendapat orang lain, menumbuhkembangkan sikap tenggang rasa, serta mewujudkan
kesederhanaan, penuh rasa syukur, dan ikhlas di dalam mengemban tugas.8
D. Pelanggaran Etika Profesi Pada hakim
Pelanggaran kode etik hakim bukan suatu fenomena baru dalam dunia peradilan,
yang akhir-akhir ini justru semakin marak terjadi. Pelanggaran kode etik menunjukkan
bahwa kode etik dan pedoman perilaku hakim dalam implementasinya mulai diabaikan.
Pembentukan Majelis Kehormatan Hakim oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial
diharapkan dapat menjadi sebuah perangkat peradilan yang menjaga agar kode etik dan
pedoman perilaku hakim tetap ditaati.
Terdapat banyak kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh hakim.
Pelanggaran kode etik hakim tidak hanya dilakukan oleh hakim di Pengadilan Negeri
saja tetapi hakim Pengadilan Tata Usaha Negara, hakim Pengadilan Agama juga
melakukan pelanggaran kode etik. Hakim yang dituntut untuk selalu menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, serta etika dan perilaku hakim justru
pada kenyataan tidak mewujudkannya dalam menjalankan tugasnya sebagai corong
Undang-Undang.9
Pelanggaran kode etik hakim yang marak terjadi tidak hanya disebabkan oleh
satu penyebab. Pelanggaran kode etik hakim disebabkan oleh perselingkuhan yang
dilakukan oleh hakim, hakim yang menerima suap, hakim yang melakukan tindak
pidana korupsi dan masih banyak penyebab lainnya termasuk dalam perbuatan yang
melanggar 10 prinsip dalam kode etik hakim. Pada tahun 2014 kasus pelanggaran kode
etik hakim yang ditangani oleh Majelis Kehormatan Hakim paling banyak adalah akibat
perselingkuhan. Persentase kasus pelanggaran kode etik hakim akibat perselingkuhan
adalah 38,64% atau 5 kasus dari 13 kasus yang ditangani oleh Majelis Kehormatan
Hakim.
Kasus pelanggaran kode etik hakim, salah satu penyebabnya hakim yang
menerima suap. Penyuapan tersebut dilakukan oleh salah satu pihak dalam perkara yang
memberikan sejumlah uang kepada hakim yang menangani perkaranya agar dapat
dimenangkan. Kode etik hakim sebenarnya memberi toleransi bahwa hakim hanya

8
Ibid, hlm 43.
9
Widiartana G, Silabus Etika dan Tanggung Jawab Profesi, (Universitas Atma Jaya, 2009), hlm.
9.

11
dapat menerima paling banyak Rp.500.000 dari keluarga, saudara maupun teman yang
tidak berkaitan dengan kasus yang ditangani oleh seorang hakim.
Faktanya yang terjadi justru sebaliknya, pemberian itu justru diberikan oleh
orang yang berkaitan dengan perkara yang ditangani oleh hakim. Tindakan penyuapan
tentu saja merupakan perbuatan melanggar hukum yang dapat dipidana baik bagi pihak
yang memberi maupun hakim yang menerimanya. Kasus suap yang melibatkan para
hakim merupakan penyebab yang mendominasi pelanggaran kode etik akhir-akhir ini.
Kasus suap yang melibatkan hakim tidak hanya melanggar kode etik tetapi juga
merupakan bentuk pelanggaran hakim yang dapat dipidana.
Adapun tahapan-tahapan pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik dan/atau
pedoman perilaku hakim terdiri dari:
1. Pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Komisi Yudisial
Dalam rangka melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku
hakim, Tim Pemeriksa KY melakukan hal-hal berikut ini:
a. melakukan verifikasi terhadap laporan;
b. melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran;
c. melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari Hakim yang diduga
melanggar pedoman kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku Hakim untuk
kepentingan pemeriksaan;
d. melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari saksi; dan
e. menyimpulkan hasil pemeriksaan.10
2. Pemeriksaan oleh Majelis Kehormatan Hakim
Majelis Kehormatan Hakim dapat dikatakan sebagai forum pembelaan diri bagi
hakim yang akan diusulkan tim pemeriksa KY ataupun MA untuk diberhentikan
sementara ataupun diberhentikan dengan tidak hormat berdasarkan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan oleh tim yang bersangkutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Majelis Kehormatan Hakim dibentuk apabila Ketua MA dan Ketua KY menerima
laporan hasil pemeriksaan yang mengusulkan agar hakim terlapor dijatuhi sanksi
pemberhentian yang termasuk ke dalam kategori sanksi berat.

10
Pasal 22 A ayat (1) Undang-Undang Nomor Nomor 18 Tahun 2011 tentang KY.

12
Keanggotaan Majelis Kehormatan Hakim terdiri dari 3 orang hakim agung
dan 4 orang anggota Komisi Yudisial. Adapun langkah-langkah untuk melakukan
pemeriksaan oleh Majelis Kehormatan Hakim antara lain sebagai berikut:
a. Penetapan Majelis Kehormatan Hakim melalui penetapan bersama antara
Ketua MA dan Ketua KY;
b. Majelis yang telah ditetapkan wajib mempelajari dengan seksama hasil
pemeriksaan yang diberikan oleh tim pemeriksa;
c. Majelis menetapkan hari sidang dan memerintahkan kepada Sekretaris Majelis
untuk memanggil hakim terlapor agar hadir untuk membela diri pada hari
sidang yang telah ditetapkan dengan membawa surat-surat dan saksi-saksi yang
dianggap perlu. Panggilan harus sampai pada hakim terlapor paling lama 3 hari
kerja sebelum hari sidang.
d. Pemeriksaan dalam persidangan dengan mendengarkan keterangan dari hakim
terlapor serta memeriksa bukti dan saksi yang diajukannya.
e. Keputusan harus dibacakan paling lama 14 hari kerja sejak Majelis dibentuk.
f. Keputusan diserahkan kepada Ketua MA dan Ketua KY paling lama 7 hari
kerja sejak tanggal pemeriksaan selesai.
3. Pemeriksaan Bersama
Pemeriksaan bersama adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh satu tim
pemeriksa yang merupakan tim gabungan yang dibentuk bersama oleh MA dan KY
untuk melakukan pemeriksaan guna mendapatkan keyakinan terbukti atau tidaknya
suatu pelanggaran. Pemeriksaan bersama diatur di dalam Peraturan Bersama Ketua MA
dan Ketua KY tentang Tata Cara Pemeriksaan Bersama.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani
ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi
tingkah laku manusia yang baik. Sedangkan pengertian profesi Menurut Prakoso,
profesi adalah sebutan atau jabatan di mana orang yang menyandangnya memiliki
pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui minimal training atau pengalaman lain
atau bahkan diperoleh melalui keduanya, sehingga dapat membimbing atau memberi
nasihat/saran juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri.
Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. kode
etik hakim disebut juga kode kehormatan hakim. Hakim juga adalah pejabat yang
melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman yang syarat dan tata cara pengangkatan,
pemberhentian dan pelaksanaan tugasnya ditentukan oleh undang-undang.
Etika seorang hakim telah dituangkan dalam keputusan bersama Mahkamah
Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor
047/KMA/SKB/IV/2009 dan Nomor 02/SKB/P-KY/ IV/2009.
Pelanggaran kode etik hakim bukan suatu fenomena baru dalam dunia peradilan,
yang akhir-akhir ini justru semakin marak terjadi. Pelanggaran kode etik menunjukkan
bahwa kode etik dan pedoman perilaku hakim dalam implementasinya mulai diabaikan.
Pembentukan Majelis Kehormatan Hakim oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial
diharapkan dapat menjadi sebuah perangkat peradilan yang menjaga agar kode etik dan
pedoman perilaku hakim tetap ditaati.

14
DAFTAR PUSTAKA

Suparman Usman, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2008).
Rizal Isnanto, Buku Ajar Etika Profesi, (Program Studi Sistem Komputer Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro 2009).
Livia V. Pelle, Peranan Etika Profesi Hukum Terhadap Upaya Penegakan Hukum Di
Indonesia, (Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012),
Ika Atikah, Fungsi Etika Profesi Hukum sebagai Upaya Penegakan Hukum Yang
Berkeadilan, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
C.S.T Kansil, Kitab Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman (KUKK), (PT. Bina
Aksara, Jakarta, 1986).
Siti Zulaikha, Etika Profesi Hakim Dalam Perspektif Hukum Islam (AL-‘ADALAH
Vol. XII, No. 1 Juni 2014).
Muhammad Abdul Kadir, Etika Profesi Hukum, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2001).
Widiartana G, Silabus Etika dan Tanggung Jawab Profesi, (Universitas Atma Jaya,
2009).
Pasal 22 A ayat (1) Undang-Undang Nomor Nomor 18 Tahun 2011 tentang KY.

15

Anda mungkin juga menyukai