Anda di halaman 1dari 11

“Etika Profesi Hakim”

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah:

“Etika Profesi Hakim”

Dosen Pembimbing: Tazkiah Ashfia, S.HI, M.H.

Disusun Oleh:

Sarnidasari
Jihan Kamila Nur Rizki
(Semester VI)

PROGRAM STUDY AHWAL AL-SYAKHSIYAH

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA JAKARTA

KAMPUS B PARUNG

KEMANG – BOGOR
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb.
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas kehendak – Nya makalah sederhana ini dapat terselesaikan dengan
semampunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas dalam bidang mata kuliah Etika Profesi Hakim.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai rintangan dan
hambatan dikarenakan terbatas ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu
sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen bidang studi yang telah
memberikan limpahan ilmu yang berguna kepada kami.

Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih sederhana ini.


Dalam makalah ini kami semaksimal mungkin. Kami sebagai penulis menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya yang
membangun dan menambahkan ilmu dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.

Bogor, 07 April 2019


Penyusun

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Etika Kepribadian Hakim ........................................................................... 3
B. Etika Melakukan Tugas Jabatan ................................................................. 4
C. Etika Pelayanan Terhadap Pencari Keadilan ............................................. 4
D. Etika Hubungan Sesama Rekan Hakim ..................................................... 5
E. Hubungan Kode Etik Hakim Dengan UU .................................................. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 7
B. Saran ........................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat manusia sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem
hukum, ada masyarakat ada norma hukum. Hal tersebut dimaksudkan oleh
Cicero bahwa tata hukum harus mengacu pada penghormatan dan
perlindungan bagi keluhuran martabat manusia. Hukum berupaya menjaga
dan mengatur keseimbangan antara kepentingan atau hasrat individu yang
egoistis dan kepentingan bersama agar tidak terjadi konflik.
Kehadiran hukum justru mau menegakkan keseimbangan perlakuan
antara hak perorangan dan hak bersama. Oleh karena itu, secara hakiki
hukum haruslah pasti dan adil sehingga dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Hal tersebut menunjukkan pada hakikatnya para penegak hukum
(hakim, jaksa, Notaris, Advokat, dan polisi) adalah pembela kebenaran dan
keadilan sehingga para penegak hukum harus menjalankan dengan itikad
baik dan ikhlas, sehingga profesi hukum merupakan profesi terhormat dan
luhur. Oleh karena itu mulia dan terhormat, profesional hukum sudah
semestinya merasakan profesi ini sebagai pilihan dan sekaligus panggilan
hidupnya untuk melayani sesama di bidang hukum.
Kewenangan hukum adalah hak seorang individu untuk melakukan
sesuatu tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain
dalam suatu kelompok tertentu. Penegak hukum mempunyai batas
kewenangan profesi hukum seperti batas kewenangan hakim.
Hakim dalam menjalankan tugasnya selain dibatasi norma hukum atau
norma kesusilaan yang berlaku umum, juga harus patuh pada ketentuan
etika profesi yang terdapat dalam kode etik profesi. Kode etik sendiri
merupakan penjabaran aturan tingkah laku bagi hakim baik dalam
menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran
maupun mengenai pergaulan dalam masyarakat. Namun realitanya masih
cukup banyak hakim yang tidak mengindahkan aturan-aturan yang ada di

1
2

dalam kode etik hakim yang telah ada. Oleh karena itu, sepertinya menarik
membahas lebih lanjut mengenai kode etik profesi bagi hakim dalam hal
daya ikatnya dengan hakim serta bagaimana bentuk penanganan setiap
pelanggaran kode etik profesi yang dilakukan oleh hakim.
B. Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan maslah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Etika Kepribadian Hakim?
2. Bagaiman Etika melakukan tugas jabatan?
3. Bagaimana Etika pelayanan terhadap pencari keadilan?
4. Bagaimana Etika hubungan sesama rekan hakim?
5. Bagaiman Hubungan kode etik hakim dengan UU?
C. Tujuan
Sesuai rumusan masalah tersebut sehingga yang menjadi tujuan dari
makalah ini antara lain agar pembaca dan pendengar mengetahui tentang:
etika kepribadian hakim, etika melakukan tugas jabatan, etika pelayanan
terhadap pencari keadilan, etika hubungan sesama rekan hakim, dan
hubungan kode etik hakim dengan uu?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Kepribadian Hakim


Profesi hakim adalah suatu kemulian atau suatu officium mobile
(Pedoman MA mengutamakan lambang Kartika, cakra, candra, sari, dan
tirta). Kesemuanya itu ingin melambangkan adanya kewajiban pada hakim
untuk berperilaku terhormat, murah hati dan bertanggung jawab.1
Sebagai pejabat penegak hukum, seorang yang berprofesi hakim harus
memiliki Etika kepribadian yang melekat pada setiap individu kemudian
diimplementasikan dan direalisasikan oleh semua hakim,2 sehingga apapun
yang menjadi putusan hakim, masyarakat memiliki nilai kepercayaaan
terhadap hakim itu sendiri.
Dalam bertingkah laku, sikap dan sifat hakim tercermin dalam
lambang kehakiman dikenal sebagai Panca Dharma Hakim, yaitu:
1. Kartika, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Cakra, berarti seorang hakim dituntut untuk bersikap adil;
3. Candra, berarti hakim harus bersikap bijaksana atau berwibawa;
4. Sari, berarti hakim haruslah berbudi luhur atau tidak tercela; dan
5. Tirta, berarti seorang hakim harus jujur.
Sebagai perwujudan dari sikap dan sifat di atas, maka sebagai pejabat
hukum, hakim harus memiliki etika kepribadian, yakni:
1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Menjunjung tinggi citra, wibawa, dan martabat hakim;
3. Berkelakuan baik dan tidak tercela;
4. Menjadi teladan bagi masyarakat;
5. Menjauhkan diri dari perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela oleh
masyarakat;
6. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim;
7. Bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab;

1
Sirajuddin Saileh, Cita Hukum Pancasila Terhadap Pengawasan Hakim Indonesia, (Jakarta:
Focus Grahamedia, 2015), Hal. 56.
2
Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, (Jakarta: Kencana, 2013), Hal. 119.

3
4

8. Berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu;


9. Bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan);
10. Dapat dipercaya; dan
11. Berpandangan luas.3
B. Etika Melakukan Tugas Jabatan
Dalam melaksanakan tugas jabatan, Profesi hakim memiliki sistem
etika yang mampu menciptakan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman
bagi hakim dalam menyelesaikan tugasnya dalam menjalankan fungsi dan
mengemban profesi sebagai seorang hakim.4
1. Bersikap tegas, disiplin;
2. Penuh pengabdian pada pekerjaan;
3. Bebas dari pengaruh siapapun juga;
4. Tidak menyalahgunakan kepercayaan, kedudukan, dan wewenang
untuk kepentingan, pribadi atau golongan;
5. Tidak berjiwa mumpung;
6. Tidak menonjolkan kedudukan;
7. Menjaga wibawa dan martabat hakim dalam hubungan kedinasan;
8. Berpegang teguh pada kode kehormatan hakim;
C. Etika Pelayanan Terhadap Pencari Keadilan
Tugas hakim adalah pemberi keadilan terhadap masyarakat pencari
keadilan. Masyarakat menyoroti sistem dan praktek penegakan hukum
dibidang peradilan lingkungan kekuasaan kehakimanm khususnya yang
berkaitan dengan ruang lingkup tugas seorang hakim. Masyarakat
memberikan sorotan pada cara dan hasil kinerja para hakim sebagai
tumpuan dan sekaligus sebagai benteng terakhir dalam penegakan hukum,
kebenaran, dan keadilan.5
1. Bersikap dan bertindak menurut garis-garis yang ditentukan didalam
hukum acara yang berlaku;
2. Tidak memihak, tidak bersimpati, tidak antipasti pada pihak yang
berperkara;

3
Muhammad Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), Hal. 102.
4
Wildan Suyuthi Mustofa, Op.Cit., Hal. 120.
5
Sirajuddin Saileh, Op.Cit., Hal. 62.
5

3. Berdiri diatas semua pihak yang kepentingannya bertentangan, tidak


membeda-bedakan orang;
4. Sopan, tegas, dan bijaksana dalam memimpin sidang, baik dalam
ucapan maupun perbuatan;
5. Menjaga kewibawaan dan kenikmatan persidangan;
6. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan;
7. Memutus berdasarkan keyakinan hati nurani;
8. Sanggup mempertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
D. Etika Hubungan Sesama Rekan Hakim
Hakim yang dalam tugas pokoknya adalah memeriksa, mengadili,
dan menyelesaikan perkara, maka ia akan melaksanakan tugas tersebut
dalam bentuk majlis (kelompok) meskipun dimungkinkan untuk
melaksanakan persidangan dengan hakim tunggal. Demikian pula dengan
seorang hakim ia tidak akan bisa terlepasuntuk saling berkomunikasi dengan
rekan sejawat hakim.6 Oleh karena itu, terhadap sesama hakim diharuskan
mengimplementasikan dan merealisasikan etika hubungan sesama rekan
hakim, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antara
sesama rekan;
2. Memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa, dan saling menghargai
antara sesame rekan;
3. Memiliki kesadaran, kesetiaan, pengghargaan terhadap korp hakim;
4. Menjaga nama baik dan martabat rekan-rekan baik didalam maupun
diluar kedinasan;
5. Bersikap tegas, adil, dan tidak memihak;
6. Memelihara hubungan baik dengan hakim bawahannya dan hakim
atasannya;
7. Memberi contoh yang baik didalam dan diluar kedinasan.

6
Wildan Suyuthi Mustofa, Op.Cit., Hal. 145-146.
6

E. Hubungan Kode Etik Hakim Dengan UU


Hubungan kode etik hakim dengan UU terdapat Etika pengawasan
hakim. Didalam rumusan kehormatan hakim tidak terdapat rumusan
mengenai pengawasan dan sanksi. Ini berarti pengawasan dan sanksi akibat
pelanggaran kode kehormatan hakim dan pelanggaran Undang-undang
sepenuhnya diatur dalam Undang-undang. Pengawasan terhadap hakim
dilakukan oleh majelis kehormatan hakim. Menurut ketentuan pasal 20 ayat
3 Undang-undang No 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum :
Pembentukan, susunan, dan tatakerja majelis kehormatan hakim serta
tatacara pembelaan diri ditetapkan oleh ketua mahkamah agung bersama-
sama menteri kehakiman.7
Dalam undang-undang No 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
kehakiman pada Bab V mengenai kedudukan hakim dan pejabat peradilan
menyatakan :
 Pasal 31: Hakim adalah pejabat yang melakukan kekuasaan
kehakiman yang diatur dalam Undang-undang
 Pasal 32: Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, jujur, adil, professional dan berpengalaman dibidang
hukum.
 Pasal 33: Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim wajib
menjaga kemandirian peradilan.
 Pasal 34:
(1) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara
pengangkatan hakimagung dilakukan, oleh komisi
Yudisial yang diatur dengan Undang-undang.
(2) Ketentuan mengenai syara-syarat dan tata cara
pengankatan hakim diatur dalam undang-undang.
(3) Dalam rangka mengajaga kehormatan, keluhuran
martabat serta perilaku hakim agung dan hakim,
pengawasan dilakukan oleh Komisi Yudisial yang diatur
dalamUndang-undang.

7
Muhammad Abdul kadir, Op.cit., Hal. 101.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap hakim diharuskan untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional sesuai dengan tanggung jawabnya. Setiap hakim dituntut
mampu mempertanggungjawabkan tindakannya sebagai profesional di
bidang hukum, baik di dalam maupun di luar kedinasan, secara materil dan
formil. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang mutlak bagi para hakim untuk
memahami secara mendalam aturan-aturan mengenai hukum acara di
persidangan.
Tanggung jawab yang diemban oleh hakim ini sekaligus
mencerminkan apa-apa saja ketentuan perilaku hakim baik menurut
Undang-Undang maupun menurut kode etik, karena ketentuan perilaku
hakim menurut Undang-Undang tercantum dalam tanggung jawab hukum,
sedangkan ketentuan perilaku hakim menurut kode etik tercantum di dalam
tanggung jawab moral
B. Saran
Sebagai mahasiswa hukum agar kiranya kita mengetahui tentang kode
etik profesi hakim, sebagai salah satu pondasi pengetahuan mahasiswa
terhadap ilmu-ilmu hukum. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan
guna kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad. Etika Profesi Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti,


2006.

Mustofa Wildan Suyuthi. Kode Etik Hakim. Jakarta: Kencana, 2013.

Saileh Sirajuddin. Cita Hukum Pancasila Terhadap Pengawasan Hakim


Indonesia. Jakarta: Focus Grahamedia, 2015.

Anda mungkin juga menyukai