Anda di halaman 1dari 12

ETIKA PROFESI KEJAKSAAN DI INDONESIA

Makalah

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Etika Profesi

Dosen pengampu Ratna Sari, S.HI., MH

Oleh:

Muhammad Fikri Erlangga 1213040090

Nuzulul Tiezqil Ardhi 1213040099

Pipit Fitria Nurfadhillah 1213040100

Rahma Nurhaliza 1213040105

Rio Fuji Husnaedi 1213040113

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DA HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. karena dengan rahmat, karunia, taufiq, serta hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Profesi Kejaksaan di
Indonesia”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw. Dan juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ratna Sari, S.HI,. MH.
selaku dosen mata kuliah Hukum etika profesi UIN SGD yang telah membimbing dalam
penulisan makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta
wawasan kita tentang hukum etika profesi di Indonesia. Oleh sebab itu, penting bagi penulis
adanya kritik, saran dan usulan untuk memperbaiki makalah yang penulis buat diwaktu yang
akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah bagi siapapun yang membacanya
dan juga dapat berguna bagi penulis. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata.

Bandung, 9 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN\ ................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A. Pengertian etika profesi jaksa........................................................................................................ 3
B. Pengaturan kode etik jaksa di Indonesia ........................................................................................ 4
C. Pelanggaran kode etik jaksa ........................................................................................................... 5
BAB III................................................................................................................................................... 8
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam penjelasan umum Undang-Undang No 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan
dinyatakan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945menentukan
secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Sejalan denganketentuan tersebut
maka salah satu prinsip penting Negara hukum adalah adanya jaminan kesederajatan bagi
setiap orang dihadapan hukum (equality before the law). Oleh karena itusetiap orang berhak
atas perlakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil,serta perlakuan yang
sama dihadapan hukum.

Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih
berperandalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan hukum, penegakan
HAM,serta pemberantasan KKN. Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya,
Kejaksaan RI sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang
penuntutan harus mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan,
dankebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan,
dankesusilaan, serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum, dan keadilan yang
hidupdalam masyarakat.

Kejaksaan juga harus mampu terlibat sepenuhnya dalam proses pembangunan


antaralain: turut menciptakan kondisi yang mendukung dan mengamankan pelaksanaan
pembangunan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila serta
berkewajiban untuk turut menjaga dan menegakkan kewibawaan pemerintah dan Negaraserta
melindungi kepentingan masyarakat.

Kejaksaan dalam mengimplementasikan tugas dan wewenangnya secara kelembagaan


tersebut, diwakili oleh petugas atau pegawai kejaksaan yang disebut “Jaksa”. Seorang jaksa
sebelum memangku jabatannya tersebut harus mengikrarkan dirinya bersumpah atau berjanji
sebagai pertanggungjawaban dirinya kepada Negara, bangsa, dan lembaganya. Kode Etik Jaksa
adalah Tata Krama Adhyaksa dimana dalam melaksanakan tugas Jaksa sebagai pengemban
tugas dan wewenang Kejaksaan adalah insani yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang
Maha Esa yang berasaskan satu dan tidak terpisah-pisahkan, bertindak berdasarkan hukum dan
sumpah jabatan dengan mengidahkan norma keagamaan, kesopanan, kesusilaan dan keadilan

1
yang hidup dalam masyarakat berpedoman kepada Doktrin TataKrama Adhyaksa. Dengan
adanya Kode Etik maka akan memperkuat sistem pengawasan terhadap Jaksa, karena
disamping ada peraturan perundang-undangan yang dilanggar jugaada kode etik yang
dilanggar.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan etika profesi jaksa?
2. Bagaimana etika tugas dan jabatan jaksa?
3. Bagaimana penegakan hukum etika profesi jaksa di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, didapatlah tujuan penulisan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan yang dimaksud dengan etika profesi


2. Untuk memahami etika profesi di Indonesia
3. Untuk mengetahui pelanggaran-pelanggaran terhadap etika profesi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian etika profesi jaksa


Etika profesi jaksa merujuk pada seperangkat norma, prinsip, dan pedoman moral yang
mengatur perilaku dan tindakan seorang jaksa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
mereka. Etika profesi ini bertujuan untuk memastikan bahwa jaksa bertindak dengan integritas,
keadilan, dan profesionalisme dalam sistem peradilan.

Sumber-sumber etika profesi jaksa dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk:

1. Kode Etik Profesi Jaksa: Banyak negara memiliki kode etik khusus yang dirancang
untuk mengatur perilaku jaksa. Kode etik ini biasanya mencakup prinsip-prinsip seperti
kejujuran, integritas, keadilan, dan kewajiban untuk melindungi hak asasi manusia.
Jaksa diharapkan untuk mematuhi kode etik ini dalam menjalankan tugas mereka.
2. Hukum dan Undang-Undang: Hukum dan undang-undang negara yang mengatur
sistem peradilan juga dapat menjadi sumber etika profesi jaksa. Jaksa harus mematuhi
undang-undang dan peraturan yang mengatur tugas dan tanggung jawab mereka.
Mereka juga harus menjalankan tugas mereka dengan kepatuhan pada prinsip-prinsip
hukum yang mendasari sistem peradilan.
3. Prinsip-Prinsip Umum Keadilan: Etika profesi jaksa juga mencakup prinsip-prinsip
umum keadilan, seperti prinsip persamaan di hadapan hukum, prinsip keadilan, dan
prinsip hak asasi manusia. Jaksa diharapkan untuk memastikan bahwa mereka tidak
hanya memenangkan kasus, tetapi juga menjalankan tugas mereka dengan
memperhatikan prinsip-prinsip keadilan ini.
4. Kode Etik Profesi Hukum: Beberapa aspek etika profesi jaksa dapat juga bersumber
dari kode etik profesi hukum secara umum. Misalnya, prinsip-prinsip seperti
kerahasiaan klien, konflik kepentingan, dan kejujuran adalah prinsip-prinsip yang
penting dalam profesi hukum dan berlaku juga untuk jaksa.
5. Etika Pribadi: Etika pribadi dan moral setiap jaksa juga memainkan peran penting
dalam etika profesi jaksa. Jaksa harus memiliki integritas pribadi dan komitmen untuk
bertindak dengan keadilan, tanpa memandang tekanan eksternal atau kepentingan
pribadi.

Sebagai penegak hukum yang memegang peran kunci dalam sistem peradilan, jaksa
memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa keadilan tercapai dalam setiap kasus

3
yang mereka tangani. Dengan mematuhi etika profesi jaksa, mereka dapat membantu menjaga
kepercayaan masyarakat pada sistem peradilan dan memastikan bahwa hak asasi individu
terlindungi.

B. Pengaturan kode etik jaksa di Indonesia


Kejaksaan sebagai salah satu lembaga negara yang menjalankan fungsi penuntutan
umum memiliki tugas dan kewajiban dibidang penegakan hukum serta memainkan peran
penting dalam penyelenggaraan ketertiban umum disamping mandat tugas yang diberikan oleh
Pemerintah. Sehingga, dalam menguatkan peranan dan fungsinya, Kejaksaan berlandaskan
pada Catur Asana. Catur Asana ialah empat landasan yang menjadi dasar eksistensi,
wewenang, peran, serta tindakan Jaksa dalam rangka mengemban tugasnya, antara lain
Pancasila yang merupakan landasan idiil, UUD Tahun 1945 yang berkedudukan sebagai
landasan konstitusional, Undang-Undang Kejaksaan sebagai suatu landasan struktural, serta
peraturan perundang-undangan lainnya sebagai landasan operasionalnya.1

Jaksa sebagai suatu profesi memiliki kode etik yang diatur berdasarkan Peraturan Jaksa
Agung Republik Indonesia Nomor PER-014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku Jaksa.
Keberadaan kode etik dalam profesi ini berfungsi sebagai petunjuk atau arahan kepada anggota
profesi tersebut mengenai perilaku dan menjamin mutu moral profesi tersebut di masyarakat2,
dalam hal ini kode etik Jaksa digunakan sebagai suatu arahan atau petunjuk perilaku untuk
mewujudkan Jaksa yang memiliki integritas, bertanggung jawab, dan menjamin mutu moral
Jaksa di masyarakat demi mewujudkan suatu birokrasi yang efektif, efisien, bersih, transparan
dan akuntabel yang berlandaskan Tri Krama Adhyaksa.

Kewajiban Jaksa sebagaimana termuat dalam Pasal 3 hingga 6, terbagi menjadi empat
yang meliputi: kewajiban kepada negara, kewajiban kepada institusi, kewajiban kepada profesi
jaksa, dan kewajiban kepada masyarakat. Selanjutnya peraturan mengenai integritas
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 yang berisi mengenai larangan-larangan Jaksa dalam
menjalankan profesinya. Adapun peraturan terkait kemandirian sebagaimana diakomodasi
dalam Pasal 8, yang mana Jaksa dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya secara
mandiri terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah maupun kekuasaan lainnya, serta tidak
pula terpengaruh kepentingan individu maupun kelompok dan tekanan publik maupun media.

1
Nurul Qamar dan Farah Syah Rezah, Etika Profesi Hukum: Empat Pilar Hukum, (Makassar: CV Social Politic
Genius, 2017), hlm. 27.
2
Niru Anita Sinaga, “Kode Etik sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum yang Baik”, Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara Vol. 10, No.2, (2020): 3.

4
Dalam hal ini, Jaksa dapat menolak perintah atasannya apabila perintah tersebut melanggar
norma hukum dan berkaitan dengan penolakannya, Jaksa tersebut memperoleh perlindungan
hukum.

Selain itu, kode perilaku Jaksa juga menegaskan ketidak berpihakan Jaksa dalam
menjalankan tugasnya sebagaimana termaktub pada Pasal 9, sehingga Jaksa dilarang
melakukan tindakan diskriminasi, merangkap jabatan menjadi pengusaha, pengurus atau
karyawan baik BUMN/BUMD maupun badan usaha swasta, pengurus atau anggota suatu
partai politik, advokat, serta dilarang memberikan dukungan terhadap hal-hal politik
sebagaimana Pasal 9 huruf c. Adapun demi menjamin kelancaran menjalankan tugas dan fungsi
profesinya, Jaksa juga memperoleh perlindungan dari tindakan sewenang-wenang
sebagaimana Pasal 10, serta memiliki hak-hak sebagaimana termuat dalam Pasal 11.

Kode etik Jaksa tersebut tidak lepas dari adanya prinsip-prinsip Tri Atmaka. Prinsip ini
merupakan ciri yang dimiliki oleh Jaksa dan terdiri dari ketunggalan profesi, kemandirian, dan
mumpuni. Pertama, prinsip ketunggalan profesi berarti bahwa profesi jaksa dalam menjalankan
tugasnya ada kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua, prinsip kemandirian
merupakan prinsip yang menerangkan bahwa dalam menjalankan tugasnya selaku penuntut
umum, jaksa adalah satu-satunya instansi yang berwenang untuk melakukan penuntutan,
sehingga tidak ada badan lain yang dapat mempengaruhi jaksa di bidang penuntutan ini. Ketiga,
prinsip mumpuni yang mana korps kejaksaan dianggap mumpuni dalam menjalankan
tugasnya, sehingga profesi ini harus banyak berinisiatif dalam menjalankan tugasnya
disamping selalu bekerja sama dengan penegak hukum lainnya, seperti hakim, polisi, maupun
advokat.3

C. Pelanggaran kode etik jaksa


Adapun beberapa polemik yang terjadi di Indonesia tentang pelanggaran kode etik
profesi hukum sering kali dijumpai di berita manapun baik dari media cetak maupun media
elektronik. Kasus mengenai pelanggaran kode etik jaksa yang masih hangat di tahun 2020 dan
dan sering kali diperbincagkan yaitu tentang kasus jaksa pinangki. Menurut berita yang telah
beredar bahwa kasus jaksa pinangki merupakan contoh dari pelanggarakan kode etik profesi
hukum yaitu sebagai seorang jaksa. Jaksa sebagai salah satu penegak hukum Indonesia yang

3
Ismantoro Dwi Yuwono, Memahami Berbagai Etika Profesi & Pekerjaan, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013),
hlm. 114-115.

5
bertugas untuk menerapkan sistem hukum Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Jaksa Pinangki Sirna Malasari didakwa menerima suap sebesar US$ 500 ribu atau
sekitar Rp7 miliar dari Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra. Jaksa Pinangki selain
didakwa tindak pidana suap juga didakwa Pasal 3 Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang karena Jaksa Pinangki diduga
mempergunakan uang suap tersebut untuk kepentingan sendiri dengan total lebih dari Rp4,7
miliar. Selain itu, Jaksa Pinangki diduga melakukan permufakatan jahat dengan dakwaan Pasal
15 juncto Pasal 5 ayat (1) huruf a dan/atau Pasal 15 juncto Pasal 13 Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.4

Mengenai kasus dari jaksa pinangki sebagai contoh dari pelanggaran kode etik profesi
hukum jaksa bisa dijadikan suatu bahan analisis bahwa tindakan yang dilakukan oleh jaksa
pinangki telah melanggar beberapa kode etik jaksa berdasarkan Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor PER-014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku Jaksa, khususnya
larangan untuk seorang jaksa yang termuat dalam pasal 7 PERJA tersebut. Perilaku yang telah
dilakukan oleh jaksa pinangki tidak mencerminkan sama sekali tentang kode etik profesi
hukum dikarenakan perbuatan tersebut telah melanggar norma ataupun kaidah hukum yang
berlaku. Perbuatan jaksa piangki yang telah melakukan penyuapan dan pencucian uang
termasuk kedalam tindak pidana khusus atau extraordinary crime, maka dari itulah dalam
menangani perkara tersebut perlu dilakukan secara khusus baik dari proses penyidikan sampai
pengadilan khusus. Berdasarkan kasus jaksa pinangki tersebut telah melanggar kode etik jaksa
yang termuat dalam PERJA Nomor PER014/A/JA/11/2012 pasal 7.

Adapun jaksa dalam melaksanakan tugasnya juga memiliki larangan sebagai kode etik
profesinya, larangan tersebut merupakan bagian dari integritas yang diatur dalam pasal 7 dan
terdiri atas beberapa hal, dalam kaitannya kasus tersebut larangan yang yang yelah dilanggar
yaitu :

1. Jaksa dilarang memberikan atau menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan


keuntungan pribadi secara langsung maupun tindak langsung bagi diri sendiri maupun
orang lain dengan menggunakan nama atau cara apapun.

4
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia54231689. Diakses pada tanggal kamis,9 Novenmber 2023

6
2. Jaksa dilarang meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan dalam bentuk
apapun dari siapapun yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung. 5

5
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku Jaksa pasal
7.

7
BAB III

KESIMPULAN

Etika profesi jaksa merujuk pada seperangkat norma, prinsip, dan pedoman moral yang
mengatur perilaku dan tindakan seorang jaksa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
mereka. Etika profesi ini bertujuan untuk memastikan bahwa jaksa bertindak dengan integritas,
keadilan, dan profesionalisme dalam sistem peradilan.

Adapun sumber etika profesi jaksa dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk:

1. Kode Etik Profesi Jaksa


2. Hukum dan Undang-Undang
3. Prinsip-Prinsip Umum Keadilan
4. Kode Etik Profesi Hukum
5. Etika Pribadi

Pengaturan kode etik jaksa di Indonesia diwujudkan dengan berlakunya prinsip prinsip
seperti landasan Catur Asana, Doktrin Tri Krama Adhyaksa, serta prinsipprinsip Tri Atmaka.
Selain itu adanya peraturan dalam Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor
PER014/A/JA/11/2012 mengenai kode perilaku jaksa yang memiliki 6 Bab dan 31 Pasal yang
substansinya meliputi ketentuan umum, perilaku jaksa, tindakan administratif, tata cara
pemeriksaan dan penjatuhan tindakan administratif, ketentuan lain-lain, dan ketentuan
penutup.

Peraturan mengenai perilaku jaksa ini memuat tentang kewajibankewajiban jaksa,


peraturan tentang integritas, kemandirian, ketidakberpihakan, dan perlindungan. Jaksa yang
tidak mampu atau melanggar peraturan kode etik yang telah ditetapkan akan dikenakan sanksi
tindakan administratif yang mana tindakan ini tidak mengesampingkan ketentuan hukum
pidana dan hukuman disiplin berdasarkan peraturan disiplin PNS apabila diketahui adanya
pelanggaran ketentuan terkait. Dalam realitasnya banyak pelanggaran yang terjadi pada kode
etik profesi ini, seperti kasus Jaksa Pinangki terkait suap dan pencucian uang yang secara jelas
melanggar kode etik profesi jaksa berdasarkan peraturan yang ada.

8
DAFTAR PUSTAKA

Yuwono, Ismantoro Dwi. Memahami Berbagai Etika Profesi & Pekerjaan. Yogyakarta,
Media Pressindo, 2013.

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia54231689. Diakses pada tanggal kamis,9


Novenmber 2023

Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor PER-014/A/JA/11/2012 tentang Kode


Perilaku Jaksa pasal 7.

Qamar, Nurul & Farah S. Rezah. Etika Profesi Hukum: Empat Pilar Hukum. Makassar, CV
Social Politic Genius, 2017.

Sinaga, Niru Anita. “Kode Etik sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum yang Baik”.
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara Vol. 10, No. 2, (Maret 2020).

Anda mungkin juga menyukai