Anda di halaman 1dari 12

KODE ETIK ADVOKAT

MAKALAH

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum

Dose Pengampu : Sri Mulyani, S.H.,M.Hum

DYAH WAREH KUSUMASTUTY

191003742016597

A1/VI

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat nikmat dan hidayah
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah “Kode Etik Advokat”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Etika Profesi Hukum.
Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang kode etik advokat, peranan advokat
sebagai penegak hukum, serta kasus pelanggaran etika profesi.

Penulis berterima kasih kepada Ibu Sri Mulyani, S.H., M.Hum selaku dosen mata kuliah
Etika Profesi Hukum yang telah memberikan bimbingan kepada kami, dan kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih
baik dan bermanfaat.

Semarang, 27 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………………………………………2


DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH...........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. KODE ETIK ADVOKAT.......................................................................................................................5
B. PERANAN ADVOKAT SEBAGAI PENEGAK HUKUM............................................................................8
C. ANALISIS KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI.............................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................11
A. KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………………………………………………11
B. SARAN .……………………………………………………………………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………………………………………….12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Etika dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, filsafat moral, dan nilai serta
norma norma yang menjadi pegangan manusia dalam mengatur perilakunya.

Secara historis, Advokat termasuk salah satu profesi yang tertua. Dalam perjalanannya, profesi
ini dinamai sebagai officium nobile (jabatan yang mulia). Penamaan itu terjadi karena ada aspek
“kepercayaan” dari (pemberi kuasa, klien) yang dijalankannya untuk mempertahankan dan
memperjuangkan haknya di forum yang telah ditentukan.

Kemandirian dan kebebasan yang dimiliki oleh profesi advokat harus diikuti oleh adanya
tanggung jawab dari masing-masing advokat dan organisasi profesi yang menaunginya. Dalam
UU No.18 Tahun 2003 tentang Advokat, bahwa organisasi advokat wajib menyusun kode etik
advokat untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi advokat sebagai profesi yang terhormat
dan mulia, sehingga setiap advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan kode etik advokat ?


2. Bagaimana peranan advokat sebagai penegak hukum ?
3. Bagaimana kasus pelanggaran etika profesi

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui kode etik advokat


2. Dapat mengetahui peranan advokat sebagai penegak hukum
3. Serta mengetahui kasus pelanggaran etika profesi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KODE ETIK ADVOKAT

Istilah pengacara dan advokat sering digandengkan penyebutannya. Pengacara dan advokat
keduanya sama-sama bergerak dalam lapangan hukum. Dalam UU No.14 Tahun 1985 dan UU
No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, digunakan istilah Penasehat Hukum. Sementara
dalam rangka pengangkatan seseorang menjadi advokat, istilah yang dicantumkan dalam
keputusan Menteri Kehakiman disebut Advokat.1

Profesi advokat tidak bisa lepas dari Kode Etik ( Code of conduct ) yang memiliki nilai dan
moral didalamnya. Menurut Filsuf Jerman – Amerika. Hans Jonas nilai adalah The Addresses of
a yes yaitu sesuatu yang kita iyakan atau kita aminkan. Nilai mempunyai konotasi yang positif
yang berarti kuat dan berharga. Nilai berguna sebagai sumber dan tujuan pedoman hidup
manusia.

Oleh karena ada nilai tersebut, maka munculah sebuah norma yaitu sebuah aturan, patokan, atau
ukuran yang bersifat “pasti” dan “tidak berubah”, yang dengannya kita dapat membandingkan
sesuatu hal lain yang hakikatnya, ukurannya, atau kualitasnya kita ragukan.

Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asas-asas akhlak ( moral ), nilai,
kesusilaan yang mengatur tentang perilaku baik dan buruk dalam hidup dimasyarakat.

Jadi, paling tidak ada 3 maksud yang terkandung dalam kode etik :

1. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral


2. Menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis
3. Melindungi kesejahteraan materiil para pengemban profesi

Uraian penting mengenai kode etik advokat meliputi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
oleh advokat :

1. Etika Kepribadian Advokat

Etika Kepribadian Advokat ditegaskan dalam Pasal 3 Kode Etik Advokat bahwa :

a. Advokat dapat menolak untuk memberikan nasehat dan bantuan hukum karena
pertimbangan keahlian dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat
menolak dengan alasan perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin,
keyakinan politik atau kedudukan sosialnya.
1
Dardji Darmodihardjo & Shidarta, pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta, Gramedia, 1995. Hlm 255.

5
b. Tidak semata-mata mencari imbalan material, tetapi lebih mengutamakan tegaknya
hukum, keadilan, dan kebenaran.
c. Bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun dan wajib
menjujung tinggi hak asasi manusia dalam negara hukum Indonesia.
d. Memegang teguh rasa solidaritas sesame advokat dan wajib membela secara cuma-cuma
teman sejawat yang diduga atau didakwa dalam perkara pidana.
e. Wajib memberikan bantuan hukum dan pembelaan hukum kepada teman sejawat yang
diduga atau didakwa dalam suatu perkara pidana atas permintaannya atau karena
penunjukan organisasi profesi.
f. Tidak dibenarkan melakukan pekerjaan yang dapat merugikan kebebasan derajat dan
martabat advokat.
g. Wajib senantiasa menjujung tinggi profesi advokat sebagai profesi terhormat.
h. Harus bersikap sopan terhadap semua pihak
i. Advokat yang diangkat untuk menduduki suatu jabatan negara ( Eksekutif, Legislatif, dan
Yudikatif ) tidak dibenarkan untuk berpraktek sebagai advokat dan tidak diperkenankan
namanya dicantumkan atau dipergunakan oleh siapapun atau oleh kantor manapun dalam
suatu perkara yang sedang diproses / berjalan selama ia menduduki jabatan tersebut.

2. Etika Hubungan Dengan Klien

Bahwa sejatinya advokat juga harus menjaga etika dengan kliennya. Hal ini ditegaskan dalam
Pasal 4 Kode Etik Advokat :

a. Advokat dalam perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai.
b. Tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai
perkara yang sedang diurusnya.
c. Tidak dibenarkan memberikan jaminan bahwa perkaranya akan menang.
d. Dalam menentukan honorarium, advokat wajib mempertimbangkan kemampuan klien.
e. Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya yang tidak perlu.
f. Dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti
perkara yang menerima imbalan jasa.
g. Harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar
hukumnya.
h. Memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan kepadanya dan sampai
berakhirnya hubungan antara advokat dan klien itu.
i. Tidak diperkenankan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak
menguntungkan posisi klien atau pada saat itu dapat menimbulkan kerugian terhadap
kliennya.
j. Harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan bersama
dua pihak atau lebih yang menimbulkan pertentangan kepentingan antara pihak-pihak
yang bersangkutan.

6
k. Hak retensi terhadap klien diakui sepanjang tidak menimbulkan kerugian kepentingan
kliennya.

3. Hubungan Dengan Teman Sejawat

Hubungan dengan teman sejawat diatur dalam Pasal 5 Kode Etik Advokat :

a. Saling menghormati, menghargai, dan mempercayai.


b. Dalam persidangan hendaknya menggunakan kata-kata yang sopan dan baik secara lisan
maupun tertulis.
c. keberatan-keberatan tindakan teman sejawat yang dianggap bertentangan dengan kode
etik advokat harus diajukan kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa dan tidak
dibenarkan untuk disiarkan melalui media massa atau cara lain.
d. Tidak dibenarkan untuk merebut klien dari teman sejawat.
e. Apabila klien menghendaki untuk mengganti advokat, maka advokat yang baru hanya
dapat menerima perkara itu setelah menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada
advokat semula dan berkewajiban mengingatkan kliennya untuk memenuhi kewajibannya
apabila masih ada terhadap advokat semula.
f. Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien terhadap advokat yang baru, maka
advokat semula wajib memberikan kepadanya semua surat dan keterangan yang penting
untuk mengurus perkara ini, dengan memperhatikan hak retensi advokat terhadap klien
tersebut.

4. Etika Cara Bertindak menangani Perkara

Daitur dalam Pasal 7 Kode Etik adalah :

a. Surat yang dikirim oleh advokat kepada teman-teman sejawatnya dalam suatu perkara
dapat ditunjukan kepada hakim apabila dianggap perlu kecuali surat yang bersangkutan
dibuat dengan membubuhkan catatan.
b. Isi pembicaraan atau korespondensi dalam rangka upaya perdamaian antar advokat, tetapi
tidak berhasil, tidak dibenarkan untuk dijadikan alat bukti pengadilan.
c. Dalam perkara yang sedang berjalan advokat tidak dapat menghubungi hakim tanpa
adanya pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut umum dalam perkara
pidana.
d. Advokat tidak dibenarkan mengajari atau mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan oleh
pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut umum dalam perkara pidana.
e. Apabila mengetahui bahwa seseorang telah menunjuk advokat maka hubungan dengan
orang itu hanya dapat dilakukan oleh advokat tersebut.
f. Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang dikemukakan
dalam sidang pengadilan dalam rangka pembelaan yang menjadi tanggung jawabnya,

7
yang dikemukakan secara proporsional dan tidak berlebihan dan untuk itu advokat
memiliki hak imunitas hukum baik perdata maupun pidana.
g. Advokat wajib untuk memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi orang yang tidak
mampu.
h. Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan mengenai
perkara yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya.

B. PERANAN ADVOKAT SEBAGAI PENEGAK HUKUM

Advokat juga memiliki peran dalam pengawasan penegak hukum, penjaga kekuasaan kehakiman
dan sebagai pekerja sosial. Peran tersebut dijabarkan :

1. Peran advokat sebagai pengawas penegak hukum.


Pengawasan ini mencakup 2 hal yaitu :
a. Internal
Secara internal, peran himpunan advokat harus dapat menjadi sarana efektif
mengawasi tingkah laku advokat dalam profesi penegak hukum atau penerapan
hukum.
b. Eksternal
Secara eksternal, baik himpunan advokat maupun advokat secara individual harus
menjadi pengawas agar peradilan dapat berjalan secara benar dan tepat.

2. Peran advokat sebagai penjaga kekuasaan kehakiman


Perlindungan atau jaminan kehakiman yang merdeka tidak boleh hanya diartikan sebagai
bebas dari pengaruh atau tekanan dari kekuasaan negara atau pemerintahan. Tekanan itu
dapat dalam bentuk melancarkan tekanan nyata, membentuk pendapat umum yang tidak
benar, ancaman dan pengrusakan prasarana dan sarana peradilan. Tekanan tersebut dapat
bersifat individual dalam bentuk menyuap penegak hukum agar berpihak.
Advokat sebagai penegak hukum, terutama yang terlibat dalam penyelenggaraan
kehakiman semestinya ikut menjaga agar kekuasaan kehakiman yang merdeka dapat
berjalan sebagaimana mestinya.

3. Peran advokat sebagai pekerja sosial


UU Advokat pasal 21 dalam hal ini memaparkan bahwa advokat wajib memberikan
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Bantuan
hukum bagi para advokat bisa berupa nasehat hukum, pembelaan atau mewakili
(mendampingi) kliennya dalam beracara dan menyelesaikan perkara yang diajukan
peradilan.

C. ANALISIS KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI

8
JAKARTA – Kasus dugaan suap yang diduga dilakukan pengacara kondang OC Kaligis
terhadap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan, sedianya telah mencoreng
profesi advokat. Izin praktik hukum dari seorang OC Kaligis pun bisa dicabut bila terbukti
melakukan suap. 2

Menurut Abdul Fickar, jika terbukti OC Kaligis telah merendahkan officium nobile yang
sejatinya mencederai kehormatan profesi advokat. Selain itu, dirinya menilai OC Kaligis telah
melakukan persaingan yang tidak sehat sesame lawyer dengan cara menyuap.

Sementara itu terkait dengan izin praktiknya, sambung Abdul Fickar, bisa saja dilakukan dan bila
dia tergabung dalam organisasi advokat. Maka yang bisa mencabutnya setelah ada sidang etik
dan disiplin profesi.

KPK Tangkap Hakim Medan

“kalau tidak tergabung dalam organisasi advokat-red berarti izinnya dari izin menteri kehakiman
dulu, berarti organisasi yang ada harus mendorong itu ke menteri”, pungkasnya.

KPK diketahui melakukan OTT dan menetapkan M.Yagari Bhastara Guntur (MYB) alias Gerry
sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terhadap hakim PTUN Medan. Gerry yang telah
bergabung dalam Lawfirm OC Kaligis and Patners itu diduga menyuap untuk memuluskan
gugatan yang diajukan Pemprov Sumatera Utara melalui Kabiro Keuangan Ahmad Fuad Lubis.

Sementara uang suap tersebut diduga diberikan kepada tiga hakim PTUN dan satu penitera yang
juga sudah berstatus tersangka mereka adalah Ketua Majelis Hakim Tripeni Irianto Putro, Hakim
Anggota Dermawan Ginting dan Amir Fauzi serta Panitera Syamsir Yusfan.

Adapun gugatan tersebut dilakukan untuk menguji kewenangan Kejaksaan Tinggi Sumut yang
menerbitkan sprindik atas dugaan korupsi Bansos dan Bantuan Daerah Bawahan (BDB) di
Sumut. KPK juga sudah menetapkan OC Kaligis sebagai tersangka dan menahannya di rutan
Pomdam Jaya, Guntur.

1. Analisis Kasus

Terseretnya pak OC Kaligis dalam kasus suap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Medan membuat banyak orang terkejut. Karena selama ini bapak OC Kaligis terkenal sebagai
pengacara yang memperjuangkan keadilan ternyata sama seperti pengacara lainnya. Suka

2
http://news.okezone.com/read/2015/07/15/337/1182030/coreng-profesi-advokat-izin-praktik-oc-kaligis-harus-
dicabut

9
menyuap, jual beli perkara dan memutarbalikan fakta. Ada beberapa dampak terhadap
penangkapan bapak OC Kaligis.

Pertama, semakin membuat citra pengacara di mata masyarakat semakin menurun. Bila bapak
OC Kaligis saja yang gigih memperjuangkan keadilan publik selama ini dan memperjuangkan
kejujuran dalam berpekara, apalagi dengan pengacara-pengacara lain yang hanya berjuang demi
material semata.

Kedua, citra KPK yang sempat meredup akibat kriminalisasi yang dilakukan oleh polri mulai
meningkat karena dulu masyarakat sempat tidak yakin dengan KPK, tetapi sekarang mulai
sedikit yakin dengan kinerja KPK saat ini.

Ketiga, terbongkarnya kasus suap yang menyeret Gatot Pujo Nugroho sebagai Gubernur Kepala
Daerah Sumatera Utara, telah menguatkan bukti bahwa selama ini, pemerintah daerah tidak juga
lepas dari pemerasan para hakim lewat para pengacara. Kasus-kasus yang melibatkan pemerintah
daerah kerap dikalahkan oleh pengadilan. Contoh Pemprov DKI Jakarta kerap dikalahkan oleh
pengadilan atas berbagai kasus sengketa tanah,properti, dan sebagainya.

Keempat, mereka semua yang melakukan tindak pidana korupsi melanggar sumpahnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan dapat merusak moral bangsa Indonesia.

2. Analisis Pelanggaran Sesuai dengan Etika Profesi yang Berlaku

Dalam kasus yang menyeret bapak OC Kaligis. Sebagai seorang advokat professional tidak
seharusnya melakukan tindakan seperti kasus diatas. Pada dasarnya bahwa setiap advokat harus
professional dalam melakukan pekerjaannya. Setiap advokat dituntut untuk selalu melihat sebuah
masalah dengan sebenar-benarnya tanpa mengambil jalan pintas sebagai penyelesaian untuk
setiap kasus yang ditanganinya. Setiap advokat harus patuh pada etika profesi yang berlaku.

Berikut adalah pelanggaran etika profesi advokat untuk kasus diatas, antara lain:

a. Pasal 3 huruf b, yaitu “Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata
untuk memperoleh imbalan materi tetapi lebih mengutamakan tegaknya hukum,
kebenaran dan keadilan”.
b. Pasal 4 huruf a yaitu “Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan
penyelesaian dengan jalan damai”.
c. Pasal 4 huruf c, yaitu “Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada klienya bahwa
perkara yang ditanganinya akan menang”.
d. Pasal 9 huruf a, yaitu “Setiap Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Advokat
ini”.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar
pengadilan dengan sayarat yang telah diatur dalam Pasal 3 UU Advokat. Advokat memiliki
peranan dalam penegakan hukum, sebagai pengawas penegak hukum, sebagai penjaga
Kekuasaan Kehakiman dan sebagai sebagai pekerja sosial.

Dalam masyarakat sederhana, pola penegakan hukumnya dilaksanakan melalui prosedur dan
mekanisme yang sederhana pula. Namun,dalam masyarakat modern yang bersifat rasional dan
memiliki tingkat spesialisasi dan diferensiasi yang begitu tinggi, pengorganisasian penegakan
hukumnya menjadi begitu kompleks dan sangat birokratis. Semakin modern suatu masyarakat,
maka akan semakin kompleks dan semakin birokratis proses penegakan hukumnya.

Kewenangan Advokat dari Segi Kekuasaan Yudisial Advokat dalam sistem kekuasaan yudisial
ditempatkan untuk menjaga dan mewakili masyarakat. Sedangkan hakim,jaksa,dan polisi
ditempatkan untuk mewakili kepentingan negara. Pada posisi ini fungsi dan peran Advokat
sangat penting, terutama di dalam menjaga keseimbangan diantara kepentingan negara dan
masyarakat.

B. Saran

Sebagai advokat yang taat hukum sudah seharusnya selalu mementingkan hukum positif yang
berlaku serta mematuhi segala kode etik advokat guna mencerminkan sebagai penegak hukum
yang baik, bukan sebaliknya. Sebagai advokat seharusnya membantu klien mendapatkan
keadilan, bukan membantu membebaskan orang yang bersalah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Dardji Darmodiharjo & Shidarta. 1995. Pokok-pokok Filsafat Hukum. Jakarta:Gramedia.

Inerntet :

http://news.okezone.com/read/2015/07/15/337/1182030/coreng-profesi-advokat-izin-praktik-oc-
kaligis-harus-dicabut

12

Anda mungkin juga menyukai