Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas semua limpahan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Penegakan Kode Etik Advokat
: Komisi Pengawas, Dewan Kehormatan, & Tata Cara Pengaduan. Shalawat serta
salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya kelak di hari kiamat.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan atau pedoman bagi pembaca,menambah wawasan serta
pengalaman dalam kepenulisan. Sekalipun telah diusahakan dengan sebaik
mungkin,namun makalah ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu,saran dan kritik dari pembaca diharapkan bisa untuk disampaikan demi
perbaikan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
B. Dewan Kehormatan..................................................................... 4
PENUTUP ............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ............................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
masing-masing advokat dan organisasi profesi yang menaunginya.
Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-undang No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat, bahwa organisasi advokat wajibmenyusun kode etik advokat
untuk menjaga martabat dan kehormatan profesiadvokat sebagai profesi yang
terhormat dan mulia (officium mobile), sehingga setiap advokat wajib tunduk
dan mematuhi kode etik tersebut. Kode Etik Advokat Indonesia menyatakan
bahwa kode etik tersebut sebagai hukum tertinggi dalam menjalankan profesi
advokat,yang menjamin dan melindungi namun juga membebankan kewajiban
kepadasetiap advokat untuk jujur dan bertanggun jawab dalam menjalankan
profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara, atau masyarakat, dan
terutama kepadadirinya sendiri. Dan untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kode etiktersebut, maka organisasi advokat membentuk suatu
dewan kehormatan yang juga berwenang untuk memeriksa dan mengadili
perkara pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh advokat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komisi Pengawas
Komisi Pengawas Advokat, yang selanjutnya cukup disingkat "Komisi"
adalah perangkat yang diatur dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang
Advokat, yang dibentuk oleh DPN PERADI yang beranggotakan unsur
Advokat Senior, Para Ahli/ Akademisi dan Masyarakat, yang melakukan
pengawasan sehari-hari terhadap Advokat, memantau, memeriksa dan
merekomendasikan tindakan tertentu terhadap Advokat yang diduga melanggar
Kode Etik. Advokat atau melanggar norma hukum sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Anggota Komisi adalah orang yang memenuhi
syarat, yang dipilih dan ditetapkan oleh DPN PERADI. 1 Ketua dan Sekretaris
adalah Anggota Komisi yang dipilih dan ditetapkan oleh DPN PERADI untuk
memimpin dan menatalaksanakan Komisi.
Komisi adalah lembaga yang pendiriannya diatur dalam Undang-Undang
No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan dibentuk oleh DPN PERADI untuk
melakukan pengawasan sehari-hari terhadap Advokat. Komisi merupakan
lembaga yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat mandiri,
terbuka dan bertanggungjawab. Tujuan Advokat dalam menjalankan profesinya
selalu bertindak sesuai dengan Kode Etik Advokat Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang mengatur profesi dilakukannya pengawasan oleh
Komisi adalah untuk menjaga agar Advokat serta sumpah Advokat.
Tugas Komisi Pengawas dalam menjalankan tugasnya, yaitu :
a. Mengawasi Advokat agar dalam menjalankan profesinya selalu sesuai
dengan Kode Etik Advokat Indonesia dan peraturan perundang-
undangan yang mengatur profesi Advokat serta sumpah Advokat.
1
Harmoko, ‘Kode Etik Profesi Advokat Dalam Menjaga Eksistensi Advokat Sebagai Profesi
Terhormat ( Officium Nobile )’, Jurnal IUS, 02, 2022, 184–93.
3
b. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada DPN PERADI apabila
berkaitan dengan masalah tindakan teknis dan administratif yang wajib
ditegakkan terhadap Advokat selaku anggota PERADI dan melaporkan
kepada Dewan Kehormatan apabila diperlukan suatu penindakan
terhadap Advokat.
Selain itu Komisi Pengawas juga berwenang untuk mengawasi :
B. Dewan Kehormatan
Selain organisasi advokat yang mewadahi keseluruhan advokat, dalam
perundang-undangan dikenal pula apa yang dinamakan Dewan Kehormatan
yang dimaksudkan untuk menjaga profesionalitas advokat agar selalu taat pada
Kode Etik. Dewan kehormatan adalah lembaga atau badan yang dibentuk oleh
organisasi profesi advokat (Organisasi advokat) yang berfungsi dan
berkewenangan mengawasi pelaksanaan kode etik advokat sebagaimana
4
semestinya oleh advokat dan berhak menerima dan memeriksa pengaduan
terhadap seorang advokat yang dianggap melanggar kode etik advokat.2
2
Sartono & Suryani, B. (2013). Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Advokat (T. D. Cerdas (cetakan 1).
Dunia Cerdas.
5
3. Dewan Kehormatan Cabang/daerah memeriksa pengaduan pada tingkat
pertama dan Dewan Kehormatan Pusat pada tingkat terakhir.
4. Segala biaya yang dikeluarkan dibebankan kepada:
a. Dewan Pimpinan Cabang/Daerah dimana teradu sebagai anggota
pada tingkat Dewan Kehormatan Cabang/Daerah;
b. Dewan Pimpinan Pusat pada tingkat Dewan Kehormatan Pusat
organisasi dimana teradu sebagai anggota;
c. Pengadu/Teradu.
Penegakan kode etik advokat di Indonesia menjadi kewenangan Dewan
Kehormatan yang harus dibentuk oleh organisasi advokat, baik ditingkat Pusat
maupun di daerah. Selanjutnya meskipun Dewan Kehormatan ini dibentuk oleh
organisasi advokat, tetapi dalam melaksankan tugas pokoknya harus
independen dan bebas dari campur tangan dari organisasi advokat dan pihak-
pihak lain, termasuk pemerintah. Dewan Kehormatan selanjutnya berwenang
menyusun peraturan-peraturan penegakan, seperti tata cara pengaduan, tata cara
pemeriksaan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan putusan.
6
7) Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan mengadili pelanggaran
kode etik profesi Advokat diatur lebih lanjut dengan Keputusan Dewan
Kehormatan Organisasi Advokat.
3
Khoirin, N. (2015). Keadvokatan dan Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia (cetakan
1). CV. Karya Abadi Jaya.
7
4. Keputusan Dewan Kehormatan Pusat Perhimpunan Advokat Indonesia
Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Susunan Dan Tata Laksana Kerja Majlis
Kehormatan Dewan Kehormatan Perhimpunan Advokat Indonesia.4
4
Agus Raharjo and Sunarnyo Sunarnyo, ‘Penilaian Profesionalisme Advokat Dalam Penegakan
Hukum Melalui Pengukuran Indikator Kinerja Etisnya’, Jurnal Media Hukum, 21.2 (2014), 184–85
<http://journal.umy.ac.id/index.php/jmh/article/view/1186>.
5
‘Peraturan Komwas No. 1 2021.Pdf-on-Peraturan-Komwas-No-1-20216489.Pdf’.
8
diperiksa terlabih dahulu oleh Dewan Kehormatan. Dewan Kehormatan
Organisasi dalam memeriksa dan mengadili advokat yang melanggar kode etik
harus berjalan sesuai dengan aturan yang ada dalam pasal 13, 14 dan 15 Kode
Etik Advokat Indonesia. Putusan Dewan Kehormatan Organisasi yang
menyatakan seorang advokat terbukti telah melanggar Kode Etik Profesi akan
mendapatkan sanksi sesuai pasal 16 pada Kode Etik Advokat Indonesia,
Hukuman yang diberikan dalam keputusan dapat berupa:
a) Peringatan biasa.
b) Peringatan keras.
c) Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu.
d) Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi.
Sama halnya dengan penegakan hukum adalah penegakan kode etik.
Penegakan kode etik adalah usaha melaksanaan kode etik sebagaimana
mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi pelanggaran, dan
jika terjadi pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar itu supaya
ditegakkan kembali. Karena kode etik adalah bagian dari hukum positif, maka
norma-norma penegakan hukum undang-undang juga berlaku pada penegakan
kode etik.
Kode etik bermuara pada hukum undang-undang, maka terhadap
pelanggar kode etik sejauh merugikan kepentingan negara atau kepentingan
umum, di berlakukannya sanksi undang-undang yang keras itu sesuai dengan
berat ringannya pelanggaran yang dilakukan. Kode Etik harus di tegakkan
untuk memberikan shock therapy bagi advokat yang melanggar kode etik. Demi
menjaga martabat advokat sebagai profesi mulia atau terhormat (officium
nobile) dan tegaknya keadilan. Sanksi inilah yang akan menjadi sosok yang
mengerikan bagi profesi advokat karena memberikan dampak buruk terhadap
kariernya. Sanksi ini pula memberikan efek jerah bagi Pelaku Pelanggaran dan
memberikan efek cegah bagi advokat lain yang berpotensi untuk tidak
melakukan pelanggaran.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komisi pengawas Advokat merupakan komisi yang dibentuk oleh
PERADI yang beranggotakan unsur Advokat Senior, Para Ahli/ Akademisi dan
Masyarakat, yang melakukan pengawasan sehari-hari terhadap Advokat,
memantau, memeriksa dan merekomendasikan tindakan tertentu terhadap
Advokat yang diduga melanggar Kode Etik. Dalam pembentukannya Komisi
Pengawas dibentuk berdasarkan UU No.18 Tahun 2003, dalam melaksanakan
tugasnya Komisi Pengawas menjalankan tugas secara mandiri, terbuka, dan
bertanggung jawab.
Advokat juga memiliki sebuah wadah yang bertujuan untuk mewadahi
keseluruhan advokat, dalam perundang-undangan dikenal pula apa yang
dinamakan Dewan Kehormatan. Dewan kehormatan adalah lembaga atau badan
yang dibentuk oleh organisasi profesi advokat (Organisasi advokat) yang
berfungsi dan berkewenangan mengawasi pelaksanaan kode etik advokat
sebagaimana semestinya oleh advokat dan berhak menerima dan memeriksa
pengaduan terhadap seorang advokat yang dianggap melanggar kode etik
advokat. Setelah kedua elemen ini terbentuk maka terdapat tata cara dalam
mengajukan pengaduan mengenai kode etik Advokat. Berdasarkan pasal 12
Kode Etik Adovkat terdapat 4 tata cara dalam mengajukan pengaduan terkait
kode etik Advokat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Harmoko, ‘Kode Etik Profesi Advokat Dalam Menjaga Eksistensi Advokat Sebagai
Profesi Terhormat ( Officium Nobile )’, Jurnal IUS, 02, 2022, 184–93
Sartono & Suryani, B. (2013). Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Advokat (T. D. Cerdas
(cetakan 1). Dunia Cerdas.
11