Anda di halaman 1dari 12

KODE ETIK ADVOKAT

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Advokat


Kode etik advokat dapat juga disebut sebagai etika profesi advokat. Dalam
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang artinya cara berpikir,
kebiasaan, adat, perasaan, sikap dll.
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia, ada beberapa pengertian yang
dapat dipakai untuk kata Etika, antara lain :
1. Etika sebagai nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pedoman bagi
seseorang atau kelompok untuk bersikap dan bertindak (untuk mengatur tingkah
lakunya).
2. Etika sebagai kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau moral.
3. Etika sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang diterima dalam suatu
masyarakat, menjadi bahan refleksi yang diteliti secara sistematis dan
metodis.1[1]
Beberapa pendapat tentang pengertian kode etik advokat:
1. Menurut Muhammad Sanusi mendefinisikan kode etik advokat sebagai ketentuan
atau norma yang mengatur sikap, perilaku dan perbuatan yang boleh atau tidak
boleh dilakukan seorang penasehat hukum dalam menjalankan kegiatan
profesinya, baik sewaktu beracara di muka pengadilan maupun di luar pengadilan.
2[2]

1[1] http://haposanrendynaibaho.blogspot.com/p/advokat.html
2[2] Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Dalam Perspektif Islam
Dan Hukum Positif (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 88.
2. Sidharta berpendapat bahwa Kode Etik Profesi adalah seperangkat kaedah
perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban suatu profesi.
3[3]
3. Dalam kode etik advokat Indonesia tahun 2002 dijelaskan bahwa Kode Etik
Advokat Indonesia adalah sebagai hukum tertinggi dalam menjalankan profesi,
yang menjamin dan melindungi namun membebankan kewajiban kepada setiap
advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya baik
kepada klien, pengadilan, negara, UUD, lawan berperkara, rekan advokat atau
masyarakat dan terutama kepada dirinya sendiri.4[4]
Dengan demikian kode etik advokat, diartikan sebagai pengaturan tentang
perilaku anggota-anggota, baik dalam interaksi sesama anggota atau rekan
anggota organisasi advokat lainnya maupun dalam kaitannya di muka pengadilan,
baik beracara di dalam maupun diluar pengadilan.5[5]
Profesi advokat tidak bisa dilepaskan dari Kode Etik (Code of conduct) yang
memiliki nilai dan moral di dalamnya. Kode Etik Advokat ini berguna untuk
mencegah kemungkinan adanya terjadi konflik antara sesama profesi Advokat.
Kode etik Advokat merupakan kaidah yang telah ditetapkan untuk dijadikan
pedoman oleh Advokat dalam berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral
profesi Advokat dimata masyarakat.
B. Fungsi serta peran dari kode etik advokat
Fungsi Kode Etik, adalah: sebagai kontrol untuk membatasi kebebasan
profesional untuk melindungi kepentingan hukum dan tentu kepentingan
masyarakat yang dilayani pengemban profesi.

Subekti menilai bahwa “fungsi dan tujuan kode etik adalah menjunjung
martabat profesi dan menjaga atau memelihara kesejahteraan para anggotanya

3[3] http://lawyersinbali.wordpress.com/2013/04/17/profesi-dan-kode-
etik-profesi-advokat-indonesia/
4[4] Shidarta, Moralitas profesi Hukum: Suatu Tawaran Kerangka Berfikir
(Bandung: Refika Aditama, 2006), 185.
5[5] Rosyadi, Advokat Dalam Perspektif Islam Dan Hukum Positif, 88.
dengan melarang perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan
materiil para anggotanya”.6[6]
Sedangkan peranan Kode Etik, dapat digariskan:
1. Kode Etik ditujukan untuk melindungi anggota-anggotanya dalam menghadapi
tindakan-tindakan yang tidak jujur,
2. Kode Etik mengatur hubungan antar anggota,
3. Kode Etik sebagai pelindung dari campur tangan pihak luar atau perlakuan yang
tidak adil,
4. Kode Etik meningkatkan pengembangan kwalitas profesi dalam praktek, yang
sesuai dengan cita-cita masyarakat,
5. Kode Etik mengatur hubungan antara profesi dengan pelayanan yang memang
dibutuhkan oleh masyarakat umum.7[7]
Ada 3 maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik, yakni :
1. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral
2. Menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis
3. Melindungi kesejahteraan materiil para pengemban profesi.

C. Poin-poin dalam kode etik advokat


Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai kode etik advokat diantaranya
adalah:8[8]
1. Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Adokat (UU Advokat).
 Pasal 6, Pasal 7 dan pasal 8 UU Advokat, tentang tindakan, jenis tindakan yang
dikenakan oleh Dewan Kehormatan,
 Pasal 26 dan 27 UU Advokat, tentang kewenangan Oganisasi Advokat dan
Dewan Kehormatan,

6[6] http://lawyersinbali.wordpress.com/2013/04/17/profesi-dan-kode-
etik-profesi-advokat-indonesia/
7[7] http://haposanrendynaibaho.blogspot.com/p/advokat.html
8[8] Ibid. ,
 Pasal 29 ayat (1) UU Advokat, tentang ditetapkan dan dijalankannya Kode
Etik bagi para anggotanya,
2. Kode Etik Advokat Indonesia,
Berlakunya Kode Etik sebagaimana diatur Undang-Undang Advokat, yaitu:
 Pasal 1 huruf a, b dan c KEAI, tentang pengertian Advokat, Klien dan Teman
Sejawat.
 Pasal 33 UU Advokat mengatur bahwa Kode Etik dan Ketentuan tentang Dewan
Kehormatan Profesi Advokat yang ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002,
dinyatakan mempunyai kekuatan hukum secara mutatis mutandis menurut
Undang-Undang ini sampai ada ketentuan yang baru yang dibuat oleh Organisasi
Advokat,
 Pasal 27 ayat (5) UU Advokat mengatur bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai
susunan, tugas, dan kewenangan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat diatur
dalam Kode Etik,
 Pasal 26 ayat (2) UU Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Profesi
Advokat dan Ketentuan tentang Dewan Kehormatan Organisasi Advokat,
 Pasal 21 UU Advokat, Kode Etik ini adalah peraturan tentang Kode Etik dan
Ketentuan Tentang Dewan Kehormatan bagi mereka yang menjalankan
Profesi Advokat sebagai satu-satunya Kode Etik yang diberlakukan dan berlaku
di Indonesia,
3. Keputusan Dewan Kehormatan
 Pasal 26 ayat (5) UU Advokat mengatur: Dewan kehormatan organisasi advokat
memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat berdasarkan
tata cara Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
 Pasal 26 ayat (7) mengatur: Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan
mengadili pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
 Pasal 20 KEAI mengatur: Dewan Kehormatan berwenang menyempurnakan
hal-hal yang telah diatur tentang Dewan Kehormatan dalam Kode Etik ini dan
akan menentukan hal-hal yang belum diatur di dalamnya dengan kewajiban
melaporkannya kepada Dewan Pimpinan Pusat/Organisasi, agar diumumkan dan
diketahui oleh setiap anggota.
4. Keputusan Organisasi Advokat (PERADI)
Pasal 12 ayat (3) UU Advokat mengatur : “Ketentuan mengenai tata cata
pengawasan diatur lebih lanjut dengan keputusan organisasi”. 9[9]
5. Honorarium
Pasal 21 Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2003 tentang
Advokat. Ketentuan tentang honorarium tersebut umumnya memerintahkan
advokat untuk menentukan besarnya honorarium dalam batas-batas yang layak
dengan mengingat kemampuan klien dan berdasarkan persetujuan kedua belah
pihak.
Kode etik yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan kepribadian penasehat
hukum pada umumnya memuat aturan yang sejalan dengan sumpah pengangkatan
seorang advokat, diantaranya: 10[10]
a. Kepribadian Advokat, yang diatur dalam pasal 2 KEAI, “Advokat adalah warga
negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan menjalankan
praktek profesinya menjunjung tinggi hukum, berdasarkan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Kode Etik Advokat serta Sumpah Jabatannya”.11[11]
b. Advokat dalam menjalankan tugas dilarang membeda-bedakan karena jenis
kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya.
c. Advokat wajib memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat dan apabila
teman sejawat diajukan sebagai tersangka dalam suatu perkara pidana maka ia
wajib dibela oleh teman sejawatlainnya secara cuma-cuma.
d. Menurut Pasal 28 ayat (1) UU Advokat, Organisasi Advokat merupakan satu-
satunya wadah profesi Advokat yang bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi
oleh siapa pun dan wajib memperjuangkan setinggi-tingginya hak asasi manusia
di dalam negara hukum indonesia.

9[9] http://lammarasi-sihaloho.blogspot.com/2011/04/kode-etik-
advokat.html
10[10] Rosyadi, Advokat Dalam Perspektif Islam Dan Hukum Positif, 89.
11[11] Shidarta, Moralitas, 186.
e. Advokat tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan lain yang dapat merugikan
kebebasan, derajat dan martabat advokat. Advokat harus senantiasa menjunjung
tinggi profesi advokat sebagai profesi mulia (Officium Nobile).
f. Menurut KEAI pasal 3 butir h, Advokat dalam menjalankan profesinya harus
bersikap sopan terhadap semua pihak namun wajib mempertahankan hak dan
martabat advokat.
g. Setiap Advokat harus menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, serta setia
dan menjungjung tinggi Kode Etik dan Sumpah Profesi, yang pelaksanaannya
diawasi oleh Dewan Kehormatan
Menurut martiman prodjohamidjojo: pekerjaan penasehat hukum adalah
pekerjaan kepercayaan, jadi dalam menjalankan perannya advokat wajib
menjalankan hubungan baik dengan para kliennya seperti yang ditegaskan dalam
Pasal 4 KEAI.12[12] Hubungan baik itu diantaranya:13[13]
a. Advokat dalam perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan
damai.
b. Tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien
mengenai perkara yang sedang diurusnya.
c. Tidak dibenarkan memberikan jaminan bahwa perkaranya akan menang.
d. Dalam menentukan honorarium, Advokat wajib mempertimbangkan kemampuan
klien
e. Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.
f. Dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang sama
seperti perkara yang menerima imbalan jasa.
g. Harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar
hukumnya.
h. Memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan kepadanya dan
sampai berakhirnya hubungan antara Advokat dank klien itu.

12[12] Rosyadi, Advokat Dalam Perspektif Islam Dan Hukum Positif, 89.
13[13] Shidarta, Moralitas, 187-188.
i. Tidak diperkenankan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat
yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat itu dapat menimbulkan
kerugia terhadap kliennya.
j. Harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan
bersama dua pihak atau lebih yang menimbulkan pertentangan kepentingan antara
pihak-pihak yang bersangkutan.
k. Hak retensi terhadap Klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian
kepentingan kliennya.
Etika dengan teman sejawat juga diatur dalam kode etik advokat. Hubungan
dengan teman sejawat ditegaskan dalam Pasal 5 Kode Etik Advokat yang
menerangkan: 14[14]
a. Saling menghormati, saling menghargai dan saling mempercayai.
b. Dalam persidangan hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan
baik scara lisan maupun tertulis.
c. Keberatan-keberatan tindakan teman sejawat yang dianggap bertentangan dengan
Kode Etik Advokat harus diajukan kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa
dan tidak dibenarkan untuk disiarkan melalui media massa atau cara lain.
d. Tidak diperkenankan untuk merebut seorang klien dari teman sejawat.
e. Apabila Klien menghendaki mengganti advokat, maka advokat yang baru hanya
dapat menerima perkara itu setelah menerima bukti pencabutan pemberian kuasa
kepada advokat semula dan berkewajiban mengingatkan kliennya untuk
memenuhi kewajibannnya apabila masih ada terhadap advokat semula.
f. Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien terhadap advokat yang
baru, maka Advokat semula wajib memberikan kepadanya semua surat dan
keterangan yang penting untuk mengurus perkara ini, dengan memperhatikan hak
retensi Advokat terhadap Klien tersebut.
Sedangkan khusus bagi advokat asing yang bekerja di Indonesia atau
Advokat asing yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
menjalankan profesinya di Indonesia tunduk kepada kode etik advokat indonesia
serta wajib mentaati Kode Etik yang ada.

14[14] Ibid. , 188.


Dalam kode etik advokat, selain mengatur hubungan-hubungan sebagaimana
yang telah diterangkan sebelumnya juga terdapat ketentuan-ketentuan lain dalam
pasal 8 KEAI , diantaranya:15[15]
a. Dilarang memasang iklan untuk menarik perhatian dan pemasangan papan nama
dengan ukuran dan atau bentuk yang berlebihan (pada butir b).
b. profesi advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile) dan
karenanya dalam menjalankan profesinya selaku penegak hukum sejajar dengan
jaksa dan hakim.
c. Kantor advokat atau cabangnya tidak dibenarkarkan diadakan di suatu tempat
yang merugikan kedudukan dan martabat Advokat.
d. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan Advokat
mencantumkan namanya sebagai advokat di papn nama kantor advokat atau
mengizinkan orang yang bukan advokat tersebut untuk memperkenalkan dirinya
sebagai advokat.
e. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan karyawannya-karyawannya yang tidak
berkualitas unuk mengurus perkara atau memberi nasihat hukum kepada kliennya
dengan lisan atau dengan tulisan.
f. Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publikasi bagi dirinya
dan atau untuk menarik perhatian masyaraka mengenai tindakan-tindakannya
sebagai advokat mengenai perkara yang sedang atau telah ditanganinya, kecuali
apabila keterangan tersebut bertujuan untuk menegakkan prinsip hukum yang
wajib diperjuangkan oleh Advokat.
g. Advokat wajib mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau diurusnya
apabila timbul perbedaan dan tidak dicapai kesepatan tentang cara penangan
perkara dengan kliennya.
h. Bagi advokat yang pernah menjadi hakim atau panitera dalam pengadilan tidak
dibenarkan untuk memegang atau menagani perkara yang diperiksa pengadilan
tempatnya terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia berhenti dari
pengadilan tersebut.

15[15] Shidarta, Moralitas, 190.


Untuk Pengaduan, dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan
merasa dirugikan yaitu: klien, teman sejawat advokat, pejabat pemerintah,
anggota masyarakat, dewan pimpinan pusat/cabang/daerah dari organisasi profesi
dimana teradu menjadi anggota sebagaimana diatur dalam pasal 11 KEAI.
Sedangkan tata cara pengaduan dapat dilihat pada pasal 12 KEAI.16[16]

16[16] http://riaadvocate.com/?p=476
KESIMPULAN
Kode etik advokat, diartikan sebagai pengaturan tentang perilaku anggota-
anggota, baik dalam interaksi sesama anggota atau rekan anggota organisasi
advokat lainnya maupun dalam kaitannya di muka pengadilan, baik beracara di
dalam maupun diluar pengadilan.
Fungsi dan tujuan kode etik adalah menjunjung martabat profesi dan
menjaga atau memelihara kesejahteraan para anggotanya dengan melarang
perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan materiil para
anggotanya.
Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai kode etik advokat adalah:
1. Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Adokat (UU Advokat):
 Pasal 6, Pasal 7 dan pasal 8 UU Advokat, tentang tindakan, jenis tindakan yang
dikenakan oleh Dewan Kehormatan,
 Pasal 26 dan 27 UU Advokat, tentang kewenangan Oganisasi Advokat dan
Dewan Kehormatan,
 Pasal 29 ayat (1) UU Advokat, tentang ditetapkan dan dijalankannya Kode
Etik bagi para anggotanya,
2. Kode Etik Advokat Indonesia,
DAFTAR PUSTAKA

http://haposanrendynaibaho.blogspot.com/p/advokat.html
http://lammarasi-sihaloho.blogspot.com/2011/04/kode-etik-advokat.html
http://lawyersinbali.wordpress.com/2013/04/17/profesi-dan-kode-etik-
profesi-advokat-indonesia/
http://riaadvocate.com/?p=476
Rosyadi, Rahmat dan Sri Hartini. Advokat Dalam Perspektif Islam Dan
Hukum Positif (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003).
Shidarta. Moralitas profesi Hukum: Suatu Tawaran Kerangka Berfikir
(Bandung: Refika Aditama, 2006).

17[1] http://haposanrendynaibaho.blogspot.com/p/advokat.html
18[2] Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat Dalam Perspektif Islam
Dan Hukum Positif (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 88.
19[3] http://lawyersinbali.wordpress.com/2013/04/17/profesi-dan-kode-
etik-profesi-advokat-indonesia/
20[4] Shidarta, Moralitas profesi Hukum: Suatu Tawaran Kerangka
Berfikir (Bandung: Refika Aditama, 2006), 185.
21[5] Rosyadi, Advokat Dalam Perspektif Islam Dan Hukum Positif, 88.
22[6] http://lawyersinbali.wordpress.com/2013/04/17/profesi-dan-kode-
etik-profesi-advokat-indonesia/
23[7] http://haposanrendynaibaho.blogspot.com/p/advokat.html
24[8] Ibid. ,

25[9] http://lammarasi-sihaloho.blogspot.com/2011/04/kode-etik-
advokat.html
26[10] Rosyadi, Advokat Dalam Perspektif Islam Dan Hukum Positif, 89.
27[11] Shidarta, Moralitas, 186.
28[12] Rosyadi, Advokat Dalam Perspektif Islam Dan Hukum Positif, 89.
29[13] Shidarta, Moralitas, 187-188.
30[14] Ibid. , 188.
31[15] Shidarta, Moralitas, 190.
32[16] http://riaadvocate.com/?p=476

Anda mungkin juga menyukai