Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENEGAKKAN KODE ETIK ADVOKAT

Disusun Guna Memenuhi

Tugas Mata Kuliah : Keadvokatan

Dosen Pengampu : Faqihudin, S.H.I., M.H

Disusun Oleh :

1. Putri Roikhatul Abhariyah 2002026106

2. Rahmawati Wahyu Aribayanah 2002026107

3. Rangga Ahmad Arsilan 2002026108

4. Rizki Yuda Saputra 2002026110

HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpakan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-
Nya kelak di akhirat nanti.

Makalah yang kami buat dengan judul “Penegakkan Kode Etik Advokat ”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisanya dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkermbangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Semarang, 11 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

PRAKATA.....................................................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................................

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN ..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1

BABII..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2

A.Komisi Pengawas................................................................... ....................................................2

B. Dewan Kehormatan...................................................................................................................3

C. Tata Cara Pengajuan Kode Etik..............................................................................................5

BAB III ...........................................................................................................................................8

PENUTUP.......................................................................................................................................8
Kesimpulan.....................................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam perkembangan zaman dan di tengah krisis multidimensi, kehidupan hukum


menunjukkan fenomena adanya ketidakpastian hukum dan ketidakadilan. Pihak yang sering
disalahkan sebagai penyebab runtuhnya supremasi hukum adalah aparat penegak hukum itu
sendiri, seperti polisi, hakim, advokat, dan jaksa. Disinilah eksistensi advokat menjadi sangat
penting sebagai bagian dari elemen yang ikut serta dalam penegakan hukum di pengadilan. Profesi
advokat sesungguhnya sarat dengan idealisme, sehingga sebagai advokat yang mengemban tugas
mulia dengan memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun diluar pengadilan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang harus memiliki independensi yang kuat, tidak terikat pada klien dan
tidak pandang bulu, siapa lawan kliennya, golongan kuat, pejabat, penguasa dan sebagainya.

Untuk menjamin idealisme advokat terdapat kode etik advokat sebagai hukum tertinggi
bagi advokat dalam menjalankan profesinya, yang menjamin dan melindungi. dan agar advokat
dapat bertanggung jawab atas segala perilaku dan tindakan yang diperbuat. Dengan kata lain pada
dasarnya seorang advokat dalam menjalankan tugasnya perlu adanya etika profesi yang mengatur
dan mengawasi segala sesuatunya termasuk dengan tingkah laku advokat itu sendiri dalam
beracara di pengadilan maupun di luar pengadilan. Oleh karena itu, guna mewujudkan hal tersebut
maka penegakan kode etik advokat ini sangatlah penting dalam memperkuat independensi serta
terlaksananya kode etik advokat dengan baik dalam menjalankan profesinya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengawasan advokat Oleh Komisi Pengawas?

2. Apa yang Dimaksud dengan Dewan Kehormatan ?

3. Bagaimana Tata Cara Pengajuan Kode Etik ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Tugas dan Wewenang Komisi Pengawas Advokat.

2. Untuk mengetahui Tugas dan Wewenang Dewan Kehormatan Advokat.

3. Untuk mengetahui Tata Cara Pengajuan Kode Etik.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengawasan Advokat Oleh Komisi Pengawas

Komisi Pengawas Advokat, yang selanjutnya cukup disingkat "komisi" merupakan


perangkat yang diatur dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang Advokat, yang dibentuk
oleh DPN PERADI yang beranggotakan unsur Advokat senior, para ahli/akademisi dan
masyarakat, yang melakukan pengawasan sehari-hari terhadap Advokat yang diduga melanggar
Kode Etik Advokat atau melanggar norma hukum sebagaimana diatur dalam peraaturan
perundang-undangan.

Komisi merupakan lembaga yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat
mandiri, terbuka, dan bertanggungjawab. Tujuan dilakukannya pengawasan oleh komisi adalah
untuk menjaga agar Advokat dalam menjalankan profesinya selalu bertindak sesuai dengan Kode
Etik Advokat Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang mengatur Advokat serta sumpah
Advokat.

Pengawasan terhadap perilaku advokat diatur pada Pasal 12 Undang-undang Nomor 18


Tahun 2003 tentang Advokat sebagai beriku :

1. Pengawasan terhadap Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.


2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan agar advokat dalam
menjalankan profesinya selalu menjunjung tinggi kode etik profesi Advokat dan peraturan
perundang-undangan.

Tentang pelaksanaan pengawasan selarjutnya diatur dalam Pasal 13 sebagai beikut :

1. Pelaksanaan pengawasan schari-hari dilakukan oleh Komisi Pengawas yang dibentuk oleh
Organisasi Advokat.
2. Keanggotaan Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur
Advokat senior, para ahli/akademisi, dan masyarakat.
3. Ketentuan mengenai tata cara pengawasan diatur lebih lanjut dengan keputusan Organisasi
Advokat.

Komisi pengawas in memang lembaga baru yang diperkenalkan oleh undang-undang


advokat untuk memaksimalkan upaya-upaya pengawasan perilaku: advokat dalam menjalankan
profesinya, agar tidak melanggar peraturan perundang-undangan dan etika profesi. Dalam
rumusan Kode Etik Advokat, perlunya Komisi Pengawas in belum disebut, baik mengenai
institusinya maupun kewenangannya. Meskipun demikian bukan berarti pengawasan terhadap
perilaku advokat tidak penting. Dalam Kode Etik tugas pengawasan ini menjadi bagian dari tugas
dan wewenang Dewan Kehormatan. Pada Pasal 9 KEAI menyebutkan :

a) Setiap Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Advokat ini.
b) Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik Advokat ini dilakukan oleh Dewan Kehormatan.

Komisi Pengawas sebagai kelengkapan organisasi advokat yang merupakan amanat


undang-undang ini sampai sekarang ini (2015) lembaganya belum terbentuk, atau setidaknya
belum bejalan sebagaimana yang diharapkan. Demikian juga ketentuan-ketentuan tentang
mekanisme dan tatacara pengawasan juga belum dibuat aturannya oleh organisasi advokat. Hal ini
mungkin karena tugas pengawasan sudah tercaver menjadi bagian dari tugas dan kewenangan
Dewan Kehormatan. Tetapi sebenarnya pengawasan terhadap perilaku advokat dalam
menjalankan profesinya dapat dilakukan oleh siap, oleh klien yang yang secara langsung
memanfaatkan jasa-jasanya, atau ole masyarakat umum yang mengetahui atau menduga terjadinya
pelanggaran kode etik oleh advokat.

B. Dewan Kehormatan

Dewan kehormatan adalah lembaga atau badan yang dibentuk oleh organisasi profesi
advokat yang berfungsi dan berkewenangan mengawasi pelaksanaan kode etik Advokat
sebagaimana semestinya oleh Advokat dan berhak menerima dan memeriksa pengaduan terhadap
seorang Advokat yang dianggap melanggar Kode Etik Advokat.Dewan Kehormatan hanya
menunggu aduan dan tidak secara aktif mencari kasus pelanggaran kode etik.

Dewan Kehormatan Advokat hadir sebagai pihak memeriksa dan mengadili pelanggaran
kode etik profesi advokat berdasarkan tata cara Dewan Kehormatan Organisasi Advokat. Dewan
Kehormatan tersebut merupakan lembaga yang dibentuk oleh organisasi profesi advokat.1

Kewenangan Dewan Kehormatan diatur dalam Pasal 26 Ayat 5, 6 dan 7 Undang-undang


Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat yakni:

1. Dewan Kehormatan Organisasi Advokat memeriksa dan mengadili pelanggaran kode


etik profesi Advokat berdasarkan tata cara Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
2. Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat tidak menghilangkan tanggung
jawab pidana apabila pelanggaran terhadap kode etik profesi Advokat mengandung
unsur pidana.
3. Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi
Advokat diatur lebih lanjut dengan Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi
Advokat.

1
https://www.hukumonline.com/berita/a/peran-dewan-kehormatan-advokat-lt6319206e1c0fc/
Berkaitan dengan pasal 26 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
diatas, perlu dibentuk Dewan Kehormatan Organisasi advokat di daerah-daerah guna efektifitas
pengawasannya terhadap setiap pelanggaran kode etik profesi advokat. Dalam Pasal 27 Undang-
undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat disebutkan sebagai berikut:

1. Organisasi Advokat membentuk Dewan Kehormatan Organisasi Advokat baik di tingkat


Pusat maupun di tingkat Daerah.
2. Dewan Kehormatan di tingkat Daerah mengadili pada tingkat pertama dan Dewan
Kehormatan di tingkat Pusat mengadili pada tingkat banding dan terakhir.
3. Keanggotaan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat terdiri atas unsur Advokat.
4. Dalam mengadili advokat yang melanggar kode etik profesi advokat, Dewan Kehormatan
membentuk majelis yang susunannya terdiri atas unsur Dewan Kehormatan, pakar atau
tenaga ahli di bidang hukum dan tokoh masyarakat.

Berdasarkan Buku Kode Etik Advokat Indonesia menerangkan bahwa tugas dan
wewenang Dewan Pengawas Advokat Indonesia di atur dalam Pasal 10 sebagai berikut:

1. Dewan Kehormatan berwenang memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran Kode Etik
yang dilakukan oleh Advokat.
2. Pemeriksaan suatu pengaduan dapat dilakukan melalui dua tingkat, yaitu:
a. Tingkat Dewan Kehormatan Cabang/Daerah.
b. Tingkat Dewan Kehormatan Pusat.
3. Dewan Kehormatan Cabang/ Daerah memeriksa pengaduan pada tingkat pertama,dan
Dewan Kehormatan Pusat pada tingkat terakhir.
4. Segala biaya yang dikeluarkan dibebankan kepada:
a. Dewan Pimpinan Cabang/ Daerah dimana teradu sebagai anggota pada tingkat Dewan
Kehormatan Cabang/ Daerah.
b. Dewan Pimpinan Pusat pada tingkat Dewan Kehormatan Pusat organisasi dimana
teradu sebagai anggota;
c. Pengadu/ Teradu.2

C. Tata Cara Pengaduan Kode Etik

Pengaduan telah di atur dalam buku Kode Etik Advokat Indonesia Pasal 11 sebagai berikut:

1. Pengaduan dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan merasa dirugikan,yaitu:

a. Klien.

b. Teman sejawat Advokat.

2
KODE ETIK ADVOKAT INDONESIA.
c. Pejabat Pemerintah.

d. Anggota Masyarakat.

e. Dewan Pimpinan Pusat/Cabang dari organisasi profesi dimana Teradu menjadi


anggota.

2. Selain untuk kepentingan organisasi, Dewan Pimpinan Pusat atau Dewan Pimpinan
Cabang/Daerah dapat juga bertindak sebagai pengadu dalam hal yang menyangkut epentingan
hukum dan kepentingan umum dan yang dipersamakan untuk itu.

3. Pengaduan yang dapat diajukan hanyalah yang mengenai pelanggaran terhadap Kode Etik
Advokat.

Kode Etik Advokat Indonesia telah mengatur Tata Cara Pengaduan secara jelas di dalam
Pasal 12 Kode Etik Advokat Indonesia, yaitu :

a. Pengaduan terhadap Advokat sebagai teradu yang dianggap melanggar kode etik Advokat
harus disampaikan secara tertulis disertai dengan alasan-alasannya kepada Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah atau kepada Dewan Pimpinan Cabang/Daerah atau Dewan
Pimpinan Pusat dimana teradu menjadi anggota.
b. Bilamana di suatu tempat tidak ada cabang/daerah organisasi,pengaduan disampaikan
kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah terdekat atau Dewan Pimpinan Pusat.
c. Bilamana pengaduan disampaikan kepad Dewan Pimpinan Cabang/Daerah maka Dewan
Pimpinan Cabang/Daerah meneruskannya kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu.
d. Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan PimpinanPusat/Dewan Kehormatan
Pusat meneruskannya kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang berwenang untuk
memeriksa pengaduan itu baik langsung atau melalui Dewan Pimpinan Cabang/Daerah.3

Didalam pelaksanaan kode etik Advokat, sering sekali terjadi pelanggaranpelanggaran


terhadap kode etik yang dilakukan oleh para Advokat.Terhadap pelanggaran - pelanggaran kode
etik Advokat tersebut, Kode Etik Advokat telah mengatur mengenai hukum acara pelanggaran
kode etik yang dilakukan oleh Advokat. Dalam Pasal 10 ayat (2) Kode Etik Advokat, disebutkan:

3
Makalah Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Advokat ( 2014 ), Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia
Makassar, hlm. 7 – 8
Pemeriksaan suatu pengaduan dapat dilakukan melalui dua tingkat, yaitu:Tingkat Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah dan Tingkat Dewan Kehormatan Pusat.4

Kemudian setelah adanya pengaduan yang di terima,proses selanjutnya mengenai


pemeriksaan pertama oleh Dean Kehormatan Cabang/Daerah di atur dalam pasal Pasal 13 sebagai
berikut:

1. Dewan Kehormatan Cabang/Daerah setelah menerima pengaduan tertulis yang disertai surat-
surat bukti yang dianggap perlu, menyampaikan surat pemberitahuan selambatlambatnya dalam
waktu 14 (empat belas) hari dengan surat kilat khusus/tercatat kepada teradu tentang adanya
pengaduan dengan menyampaikan salinan/copy surat pengaduan tersebut.

2. Selambat-lambatnya dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari pihak teradu harus memberikan
jawabannya secara tertulis kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang bersangkutan,
disertai surat-surat bukti yang dianggap perlu.

3. Jika dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari tersebut teradu tidak memberikan jawaban tertulis,
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah menyampaikan pemberitahuan kedua dengan peringatan
bahwa apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal surat peringatan tersebut ia tetap
tidak memberikan jawaban tertulis, maka ia dianggap telah melepaskan hak jawabnya

4. Dalam hal teradu tidak menyampaikan jawaban sebagaimana diatur di atas dan dianggap telah
melepaskan hak jawabnya, Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dapat segera menjatuhkan putusan
tanpa kehadiran pihakpihak yang bersangkutan.

5. Dalam hal jawaban yang diadukan telah diterima, maka Dewan Kehormatan dalam waktu
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari menetapkan hari sidang dan menyampaikan panggilan
secara patut kepada pengadu dan kepada teradu untuk hadir dipersidangan yang sudah ditetapkan
tersebut.

6. Panggilan-panggilan tersebut harus sudah diterima oleh yang bersangkutan paling tambat 3
(tiga) hari sebelum hari sidang yang ditentukan.

4
Ibid, hlm 8.
7. Pengadu dan yang teradu: a. Harus hadir secara pribadi dan tidak dapat menguasakan kepada
orang lain, yang jika dikehendaki masing-masing dapat didampingi oleh penasehat. b. Berhak
untuk mengajukan saksi-saksi dan bukti-bukti.

8. Pada sidang pertama yang dihadiri kedua belah pihak:

a. Dewan Kehormatan akan menjelaskan tata cara pemeriksaan yang berlaku;

b. Perdamaian hanya dimungkinkan bagi pengaduan yang bersifat perdata atau hanya
untuk kepentingan pengadu dan teradu dan tidak mempunyai kaitan langsung dengan
kepentingan organisasi atau umum, dimana pengadu akan mencabut kembali
pengaduannya atau dibuatkan akta perdamaian yang dijadikan dasar keputusan oleh Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah yang langsung mempunyai kekuatan hukum yang pasti.

c. Kedua belah pihak diminta mengemukakan alasan-alasan pengaduannya atau


pembelaannya secara bergiliran, sedangkan surat-surat bukti akan diperiksa dan saksi-saksi
akan didengar oleh Dewan Kehormatan Cabang/Daerah.

9. Apabila pada sidang yang pertama kalinya salah satu pihak tidak hadir:

a. Sidang ditunda sampai dengan sidang berikutnya paling lambat 14 (empat belas) hari
dengan memanggil pihak yang tidak hadir secara patut.

b. Apabila pengadu yang telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak hadir tanpa alasan yang
sah, pengaduan dinyatakan gugur dan ia tidak dapat mengajukan pengaduan lagi atas dasar
yang sama kecuali Dewan Kehormatan Cabang/Daerah berpendapat bahwa materi
pengaduan berkaitan dengan kepentingan umum atau kepentingan organisasi.

c. Apabila teradu telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak datang tanpa alasan yang sah,
pemeriksaan diteruskan tanpa hadirnya teradu.

d. Dewan berwenang untuk memberikan keputusan di luar hadirnya yang teradu, yang
mempunyai kekuatan yang sama seperti keputusan biasa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agar kode etik ini mencapai sasaran dan tujuan yang dinginkan, maka tidak hanya
dirumuskan dengan Kata-kata yang manis dan enak dibaca, tetapi lebih penting lagi adalah upaya-
upaya pengawasan terhadap perilaku advokat dan upaya-upaya penegakan terhadap pelanggaran
kode etik. Untuk itulah undang-undang advokat memberikan perhatian yang serius, selain secara
tegas mewajibkan organisasi advokat agar menyusun kode etik profesi, juga mengantur
mekanisme pengawasan-pengawasan dan penegakannya.

Upaya pengawasan dan penegakan juga diatur dalam rumusan naskah Kode Etik Advokat
Indonesia (KEAI). Kode Etik Advokat telah mengatur mengenai hukum acara pelanggaran kode
etik yang dilakukan oleh Advokat. Dalam Pasal 10 ayat (2) Kode Etik Advokat,
disebutkan:Pemeriksaan suatu pengaduan dapat dilakukan melalui dua tingkat. Yaitu Tingkat
Dewan Kehormatan Cabang/Daerah dan Tingkat Dewan Kehormatan Pusat.
DAFTAR PUSTAKA

Ishaq, SH.M Hum. (2010). Pendidikan Keadvokatan. Sinar Grafika. Jakarta.

Khoirin, Nur. 2015. Keadvokatan dan Lembaga Bantuan Hukum. Semarang: CV. Ravi Sarana
Perkasa.

https://www.hukumonline.com/berita/a/peran-dewan-kehormatan-advokat-lt6319206e1c0fc/
KODE ETIK ADVOKAT INDONESIA.
Makalah Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Advokat ( 2014 ), Fakultas Hukum Universitas
Muslim Indonesia Makassar, hlm. 7 – 8
Ibid, hlm 8.

Anda mungkin juga menyukai