Disusun Oleh :
1. Alfryanda 2020203874234015
2. Andi Sri Dewi 2020203874234025
3. Arifah Aliah Saleh 2020203874234027
4. Sri Monika 2020203874234008
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberi karunia yang berupa
nikmat kesempatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pelanggaran Kode Etik Hakim Akibat Komunikasi Antara Hakim Dan Pihak
Yang Berperkara Diluar Persidangan”. Shalawat dan salam tercurahkan penuh kepada
Rasulullah SAW.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis dalam meyusun makalah ini, karena
disini penulis bisa mengapresiasikan apa yang ada dibenak sanubarinya yang berupa ide
dan pikiran dalam rangka ikut mencerdaskan generasi muslimin. Di sisi lain penulis harus
berpikir dan bekerja keras agar makalah yang dibuat akan lebih baik untuk menjadi
generasi bangsa yang cerdas dan memiliki sikap berbudi pekerti yang luhur dan
menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen, dan rekan-rekan yang telah
mendukung penulis sehingga makalah ini dapat selesai dan tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada pembaca, yang apabila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan teriring doa semoga sukses. Amin.
Parepare, 10 April 2023
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Kesimpulan .................................................................................................. 21
B. Kritik dan Saran ......................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakim dalam memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara dilindungi dan
diberi kekuasaan yang merdeka dan bebas oleh negara dari berbagai intervensi dari pihak
manapun dan dalam bentuk apapun, sebagai jaminan ketidak berpihakan hakim kecuali
terhadap hukum dan keadilan demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia.
Karena itu, dalam mewujudkan suatu kepastian dan ketertiban hukum bagi masyarakat,
hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat. Atas dasar itu, maka hakim dalam memeriksa, mengadili,
dan memutus dituntut harus berdasarkan atas fakta hukum di persidangan,
norma/kaidahkaidah hukum, moral hukum, dan doktrin hukum sebagai pertimbangan
putusannya terhadap suatu perkara, demi tegaknya keadilan, kepastian, dan ketertiban
hukum, yang merupakan tujuan utama hukum itu sendiri.1 Dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya sebagai hakim, hakim memiliki panduan dalam berprofesi yang diatur
dalam Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Ketua
Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012 - 02/PB/P.KY/09/2012
Tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Di dalam
peraturan tersebut diatur apa saja yang menjadi prinsip-prinsip hakim dan kewajiban serta
larangan bagi hakim dalam menjalankan tugasnya.
Akan tetapi, ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh Hakim yaitu komunikasi
hakim dengan pihal yang berperkara di luar persidangan. Hal ini tentu mencoreng marwah
insitusi kehakiman sebagai institusi yang menjaga ketidakberpihakan. Perbuatan ini tentu
mengundang rasa curiga akan persoalan keberpihakan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan Kode Etik Hakim dalam memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara?
1
Devina Halim, KY Ungkap Dua Alasan Maraknya Pelanggaran Hakim, diakses di
https://nasional.kompas.com /read/2018/09/06/21011321/ky-ungkap-dua-alasan-maraknya-
pelanggaran-hakim, pada pukul 07.20 WITA 12 April 2023.
1
2. Bagaimana pertanggungjawaban hakim yang melakukan komunikasi dengan
pihak yang berperkara di luar ruang persidangan sebagai pelanggaran terhadap
kode etik hakim?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui dan memahami tentang penerapan Kode Etik Hakim dalam
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara.
2. Agar mengetahui dan memahami tentang pertanggungjawaban hakim yang
melakukan komunikasi dengan pihak berperkara diluar persidangan sebagai
pelanggaran terhadap kode etik hakim.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Berperilaku Adil
2Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial
3Pasal 1 angka 1 Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial
Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012 - 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan Penegakan Kode Etik
Dan Pedoman Perilaku Hakim
3
seseorang yang melaksanakan tugas atau profesi di bidang peradilan yang
memikul tanggun g jawab menegakkan hukum yang adil dan benar harus
selalu berlaku adil dengan tidak membeda-bedakan orang.
Penerapan :
a. Umum
4
8) Hakim harus memberikan keadilan kepada semua pihak dan tidak
beritikad semata-mata untuk menghukum.
9) Hakim dilarang menyuruh / mengizinkan pegawai pengadilan atau
pihakpihak lain untuk mempengaruhi, mengarahkan, atau mengontrol
jalannya sidang, sehingga menimbulkan perbedaan perlakuan terhadap
para pihak yang terkait dengan perkara.
2. Berperilaku Jujur
Penerapan :
a. Umum
5
b. Pemberian Hadiah dan Sejenisnya.
1) Hakim tidak boleh meminta / menerima dan harus mencegah suami atau
istri Hakim, orang tua, anak atau anggota keluarga Hakim lainnya, untuk
meminta atau menerima janji, hadiah, hibah, warisan, pemberian,
penghargaan dan pinjaman atau fasilitas dari :
a) Advokat;
b) Penuntut;
c) Orang yang sedang diadili;
Pengecualian dari butir ini adalah pemberian atau hadiah yang ditinjau dari
segala keadaan (circumstances) tidak akan diartikan atau dimaksudkan untuk
mempengaruhi Hakim dalam pelaksanaan tugastugas peradilan, yaitu pemberian
yang berasal dari saudara atau teman dalam kesempatan tertentu seperti
perkawinan, ulang tahun, hari besar keagamaan, upacara adat, perpisahan atau
peringatan lainnya sesuai adat istiadat yang berlaku, yang nilainya tidak melebihi
Rp. 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah). Pemberian tersebut termasuk dalam
pengertian hadiah sebagaimana dimaksud dengan gratifikasi yang diatur dalam
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.
6
a) Advokat ;
b) Penuntut ;
d) pihak lain yang kemungkinan kuat akan diadili oleh hakim tersebut;
7
berwawasan luas, mempunyai tenggang rasa yang tinggi, bersikap hati-hati, sabar
dan santun. Penerapan :
a. Umum :
8) Hakim dapat membentuk atau ikut serta dalam organisasi para hakim atau
turut serta dalam lembaga yang mewakili kepentingan para hakim.
8
2) Hakim tidak boleh memberi keterangan atau pendapat mengenai substansi
suatu perkara di luar proses persidangan pengadilan, baik terhadap perkara
yang diperiksa atau diputusnya maupun perkara lain.
3) Hakim yang diberikan tugas resmi oleh Pengadilan dapat menjelaskan
kepada masyarakat tentang prosedur beracara di Pengadilan atau informasi
lain yang tidak berhubungan dengan substansi perkara dari suatu perkara.
9
3) Hakim tidak boleh menjadi pengurus atau anggota dari partai politik atau
secara terbuka menyatakan dukungan terhadap salah satu partai politik
atau terlibat dalam kegiatan yang dapat menimbulkan persangkaan
beralasan bahwa Hakim tersebut mendukung suatu partai politik.
4. Bersikap Mandiri
a. Hakim harus menjalankan fungsi peradilan secara mandiri dan bebas dari
pengaruh, tekanan, ancaman atau bujukan, baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung dari pihak manapun.
b. Hakim wajib bebas dari hubungan yang tidak patut dengan lembaga eksekutif
maupun legislatif serta kelompok lain yang berpotensi mengancam
kemandirian (independensi) Hakim dan Badan Peradilan.
5. Berintegritas Tinggi
a. Umum
10
1) Hakim harus berperilaku tidak tercela.
b. Konflik Kepentingan
11
b) Hakim dilarang mengadili suatu perkara apabila Hakim itu memiliki
hubungan pertemanan yang akrab dengan pihak yang berperkara,
Penuntut, Advokat, yang menangani perkara tersebut.
2) Hubungan Pekerjaan
3) Hubungan Finansial
12
Hakim dilarang mengadili suatu perkara apabila Hakim tersebut telah
memiliki prasangka yang berkaitan dengan salah satu pihak atau
mengetahui fakta atau bukti yang berkaitan dengan suatu perkara yang
akan disidangkan.
6. Bertanggungjawab
Penerapan :
13
sebagai Hakim, untuk tujuan yang tidak ada hubungan dengan tugas-tugas
peradilan.
Harga diri bermakna bahwa pada diri manusia melekat martabat dan
kehormatan yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap orang.
Prinsip menjunjung tinggi harga diri, khususnya Hakim, akan mendorong dan
membentuk pribadi yang kuat dan tangguh, sehingga terbentuk pribadi yang
senantiasa menjaga kehormatan dan martabat sebagai aparatur Peradilan.
Penerapan :
a. Umum
b. Aktivitas Bisnis
14
tersebut, dan hanya diperbolehkan jika kegiatan tersebut secara wajar
(reasonable) tidak akan mempengaruhi pelaksanaan tugasnya sebagai
Hakim.
8. Berdisiplin Tinggi
b. Hakim harus menghormati hak-hak para pihak dalam proses peradilan dan
berusaha mewujudkan pemeriksaan perkara secara sederhana, cepat dan biaya
ringan.
c. Hakim harus membantu para pihak dan berusaha mengatasi segala hambatan
dan rintangan untuk mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15
d. Ketua Pengadilan atau Hakim yang ditunjuk, harus mendistribusikan perkara
kepada Majelis Hakim secara adil dan merata, serta menghindari
pendistribusian perkara kepada Hakim yang memiliki konflik kepentingan
a. Pengabdian.
b. Popularitas
Hakim tidak boleh bersikap, bertingkah laku atau melakukan tindakan mencari
popularitas, pujian, penghargaan dan sanjungan dari siapapun juga.
Profesional bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad untuk
melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung
oleh keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas. Sikap
profesional akan mendorong terbentuknya pribadi yang senantiasa menjaga dan
mempertahankan mutu pekerjaan, serta berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan kinerja, sehingga tercapai setinggi-tingginya mutu hasil
pekerjaan, efektif dan efisien.
Penerapan :
16
a. Hakim harus mengambil langkah-langkah untuk memelihara dan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kualitas pribadi untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas peradilan secara baik.
Pelanggaran kode etik hakim bukanlah suatu hal baru dalam dunia
peradilan. Pelanggaran kode etik menunjukkan bahwa dalam implementasinya,
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim mulai diabaikan. Terdapat banyak kasus
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh hakim. Komisi Yudisial (KY) pernah
menemukan bentuk-bentuk pelanggaran etik yang pernah dilakukan hakim
berdasarkan hasil investigasi KY itu sendiri, antara lain:4
4Aprilia Sandi dkk, “Bentuk Pelanggaran Kode Etik Serta Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi Hakim Tindak
Pidana Korupsi”, MODERATION: Journal of Islamic Studies Review, Vol. 02, No. 01, 2022, hlm. 126
17
5. Adanya dugaan melakukan penyuapan untuk Pendidikan;
1. Teguran lisan;
2. Teguran tertulis;
3. Pernyataan tidak puas secara tertulis.
18
Selanjutnya sanksi berat yang dapat dikenakan terhadap hakim yang melanggar
dapat berupa:
Dalam hal sanksi berat, dinyatakan bahwa hakim dapat diberhentikan dengan
tidak hormat. Hal ini sejalan juga dengan apa yang diatur dalam Pasal 20 ayat (1)
huruf f UU Peradilan Umum, yang mana dinyatakan bahwa ketua, wakil ketua, dan
hakim pengadilan diberhentikan secara tidak hormat dari jabatannya atas alasan
melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
Pada penelitian ini, dimana dalam hal hakim melanggar ketentuan larangan
dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a dan huruf e Peraturan Bersama Nomor:
02/PB/MA/IX/2012 - 02/PB/P.KY/09/2012, yang mana dinyatakan bahwa:
1. Hakim dilarang memberikan kesan bahwa salah satu pihak yang tengah
berperkara atau kuasanya termasuk penuntut dan saki berada dalam posisi
yang istimewa untuk mempengaruhi hakim yang bersangkutan.
2. Hakim tidak boleh berkomunikasi dengan pihak yang berperkara di luar
persidangan, kecuali dilakukan di dalam lingkungan gedung pengadilan demi
kepentingan kelancaran persidangan yang dilakukan secara terbuka, diketahui
pihakpihak yang berperkara, tidak melanggar prinsip persamaan perlakuan
dan ketidak berpihakan.
Maka hakim dapat dikenakan sanksi ringan.5 Namun hal ini tentu bisa
merangkap dan meluas dengan sanksi-sanksi yang lain apabila terdapat perbuatan
5Pasal 18 ayat (2) Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial
Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012 - 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Panduan Penegakan Kode Etik
Dan Pedoman Perilaku Hakim
19
lanjutan atas komunikasi atau pertemuan di luar persidangan yang tidak diketahui
pihak lawan tersebut.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berperilaku Adil
2. Berperilaku Jujur
3. Berperilaku Arif dan Bijaksana
4. Bersikap Mandiri
5. Berintegritas Tinggi
6. Bertanggung Jawab
7. Menjunjung Tinggi Harga Diri
8. Berdisiplin Tinggi
9. Berperilaku Rendah Hati
10. Bersikap Profesional
Pelanggaran kode etik hakim bukanlah suatu hal baru dalam dunia
peradilan. Komisi Yudisial (KY) pernah menemukan bentuk-bentuk
pelanggaran etik yang pernah dilakukan hakim berdasarkan hasil investigasi KY
itu sendiri, antara lain :
21
B. Kritik dan Saran
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, kerena kesempur-naan
itu hanya milik Allah, berkenaan dengan hal ini kami dari penyusun sangat
membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam pembuatan makalah
ke depannya, dan tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada guru yang
telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat
pada waktunya. Dan semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi pembaca. Akhirul
qalam Assalamu Alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatu
22
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia Sandi dkk, “Bentuk Pelanggaran Kode Etik Serta Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi
Hakim Tindak Pidana Korupsi”, MODERATION: Journal of Islamic Studies Review,
Vol. 02, No. 01, 2022
Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial
Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012 - 02/PB/P.KY/09/2012 Tentang
Panduan Penegakan Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim
23