Dosen Pengampu:
Mahmudi, SHI., MH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Kode
Etik Hakim.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengadilan yang mandiri, netral (tidak memihak), kompeten, transparan,
akuntabel dan berwibawa, yang mampu menegakkan wibawa hukum, pengayoman
hukum, kepastian hukum dan keadilan merupakan conditio sine qua non atau
persyaratan mutlak dalam sebuah negara yang berdasarkan hukum. Tegaknya hukum
dan keadilan serta penghormatan terhadap keluhuran nilai kemanusiaan menjadi
prasyarat tegaknya martabat dan integritas Negara. Dan hakim sebagai aktor utama
atau figure sentral dalam proses peradilan senantiasa dituntut untuk mengasah
kepekaan nurani, memelihara integritas, kecerdasan moral dan meningkatkan
profesionalisme dalam menegakkan hukum dan keadilan bagi rakyat banyak.1 Oleh
sebab itu, semua wewenang dan tugas yang dimiliki oleh hakim harus dilaksanakan
dalam rangka menegakkan hukum, kebenaran dan keadilan tanpa pandang bulu
dengan tidak membeda-bedakan orang seperti diatur dalam lafal sumpah seorang
hakim, di mana setiap orang sama kedudukannya di depan hukum dan hakim. Hakim
adalah seseorang yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur menurut
undang-undang, seseorang yang memutus suatu perkara secara adil berdasar atas
bukti-bukti dan keyakinan yang ada pada dirinya sendiri. Dalam melakukan
kekuasaan kehakiman, hakim dihadapkan dengan berbagai hal yang dapat
mempengaruhi putusannya nanti. Dengan demikian jabatan hakim ini menjadi sangat
penting karena memutus suatu perkara bukanlah hal mudah. Ia harus sangat berhati-
hati menjatuhkan hukuman kepada yang bersalah. Disamping itu hakim adalah
1Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Wempie Jh.Kumendong, SH,MH; Alfrits J. Rondonuwu, SH,MH;
Djefri Lumintang, SH,MH., hal. 17
1
jabatan yang mulia sekaligus penuh resiko dan tantangan. Mulia karena ia bertujuan
menciptakan ketentraman dan perdamaian di dalam masyarakat. Penuh resiko karena
di dunia ia akan berhadapan dengan mereka yang tidak puas dengan keputusannya,
sedangkan di akhirat diancam dengan neraka jika tidak menetapkan keputusan sesuai
dengan yang seharusnya2.
Untuk menjadi hakim yang dapat menciptakan pengadilan yang transparan
maka perlu adanya suatu aturan atau dasar yang dijadikan acuan untuk bekerja atau
dalam memutuskan suatu perkara yang nantinya akan menciptakan suatu pengadilan
yang transparan, acuan dasar untuk hakim tersebut telah dibentuk yaitu yang biasanya
disebut dengan kode etik atau yang yang disebut dengan kode etik hakim, dalam
makalah ini penulis akan memberikan pemaparan mengenai kode atik terutama di
Indonesia, sebelum melangkah lebih jauh ke dalam pembahasan penulis
menejelaskan terlebih dahulu apa itu kode etik hakim, Kode etik hakim merupakan
penjabaran dari lambang atau simbol yang menggambarkan sifat atau watak hakim
yaitu kartika yang dilambangkan dengan bintang yang berarti sifat takwa, candra
yang dilambangkan dengan bulan yang berarti sifat bijaksana, cakra yang
dilambangkan dengan senjata pamungkas yang berart sifat adil, tirta yang
dilambangkan dengan air yang berartisifat jujur, dan sari yang dilambangkan dengan
bunga yang berarti sifat tidak tercela. Baik untuk pembahasan selanjutnya akan
dijelaskan pada bab selanjutnya dengan beberapa rumusan masalah dibawah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas yaitu yang terdiri dari :
1. Apa yang dimaksud dengan kode etik hakim?
2. Bagaimana kode etik di dalam negera Indonesia?
2 Ibid.
2
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai hakim
2. Untuk memberikan pemahaman penulis dalam meteri kode etik hakim
3. Untuk pemenuhan tugas matakuliah Etika Profesi Hukum
4. Untuk memberikan penjelasan mengenai kode etik seorang hakim di dalam
negara Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
3 Widiartana G, 2009, Silabus Etika dan Tanggung Jawab Profesi, Universitas Atma Jaya, hal. 9.
4
etik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang penegak
hukum.
Peraturan Perundang-Undangan mengenai Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman. Lebih khusus lagi diatur dalam Keputusan Bersama Mahkamah Agung
Republik Indonesia dan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: tentang Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim4
4
Keputusan Bersama Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor:
047/KMA/SKB/IV/2009/02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, hal.5.
5
Drs. H. Wildan Suyuthi Mustofa, S.H, M.H. Kode Etik Hakim, Kencana Prenadamedia Group Jakarta,
2013, hal. 48
5
Untuk itu, diperlukan para profesional hukum yang memiliki sejumlah
kualitas diri, seperti:
a) Sikap kemanusiaan, agar tidak menanggapi hukum hanya secara
formal, tetapi selalu mendahulukan hukum secara materiel dengan
mengutamakan penghormatan pada hak asasi manusia
b) Sikap keadilan untuk menentukan apa yang layak bagi masyarakat
agar terjamin rasa keadilannya
c) Sikap kepatutan, dalam mempertimbangkan apa yang sungguh-
sungguh adil dalam satu perkara
d) Sikap jujur agar tidak ikut-ikutan dalam mafia peradilan. Dalam
konteks ini, universitas sebagai lembaga yang menghasilkan sarjana
hukum, perlu secara dini membekali mahasiswanya dengan
pendidikan akhlak (budi pekerti) dan pengenalan mengenai etika
profesi hukum.6
Akan tetapi, bobot dan kualitas penguasaan hukum saja tidak cukup.
Seorang profesional hukum juga harus bermoral. Dalam arti ini, diperlukan
suatu kode etik bagi pengemban profesi hukum. Kode etik adalah sebuah
kompas yang menunjuk arah moral bagi profesional hukum dan sekaligus juga
menjamin mutu moral profesi hukum di mata masyarakat. Kode etik dan
penguasaan hukum ini bersifat komplementer, saling mengisi dan menguatkan
jati diri para profesi hukum. Kode etik juga merupakan nilai-nilai dan norma-
norma moral yang wajib
diperhatikan dan dijalankan oleh profesional hukum. Di dalamnya
terdapat daftar kewajiban khusus bagi setiap anggota profesi hukum untuk
6
Drs. H. Wildan Suyuthi Mustofa, S.H, M.H. Kode Etik Hakim, Kencana Prenadamedia Group Jakarta, 2013,
hal.49
6
mengatur tingkah lakunya dalam masyarakat dan diharapkan akan dipegang
teguh oleh seluruh anggota profesi hukum. Kode etik ini mengikat para pelaku
profesi hukum agar senantiasa menaati kode etik tersebut. Kode etik itu
menjadi ukuran moralitas anggota profesi hukum, motivasi tindakan, dan
ruang lingkup tindakan itu dilakukan. Ini dimaksudkan agar setiap anggota
profesi hukum wajib mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggap hakiki yang
dituangkan dalam kode etik, dan tidak pernah mendapat paksaan dari luar.7
7 Drs. H. Wildan Suyuthi Mustofa, S.H, M.H. Kode Etik Hakim, Kencana Prenadamedia Group Jakarta, 2013,
hal: 50
8
Ibid.51
7
c. Maksud dan Tujuan Kode Etik Profesi
Adapun maksud dan tujuan dibuat kode etik profesi hakim sebagai
berikut:9
a) Pertama: sebagai alat, yaitu untuk melakukan pembinaan dan
pembentukan karakter hakim serta untuk pengawasan tingkah laku
hakim dalam kerangka ini profesionalitas kinerja seorang hakim dapat
terbentuk melalui peningkatankualitas/kemampuan dalam
pemahaman dan penerapan dari aturan-aturan yang ada, dan
kesemuanya itu tidak bisa meninggalkan prinsip-prinsip kode etik
hakim yang telah disepakati. Artinya, bahwa seorang hakim tidak bisa
menjalankan profesinya tanpa mengindahkan etika-etika profesi yang
ada sehingga dengan adanya etika profesi ini diharapkan muncul
kesadaran dan tanggung jawab untuk menegakkan keadilan.
b) Kedua: sebagai sarana kontrol sosial, mencegah campur tangan ekstra
yudisial serta sebagai sarana pencegah timbulnya kesalahpahaman dan
konflik antar sesame anggota dan antara anggota dengan masyarakat.
Sebagai sarana kontrol sosial, bahwa hakim sebagai korps merupakan
komunitas yang tidak lepas dari proses interaksi dimana dalam proses
interaksi tersebut selalu terbuka peluang munculnya ketidaksamaan
pendapat, bahkan konflik dan pelanggaran-pelanggaran yang
kesemuanya itu tidak mungkin dieliminasi jika tidak adaaturan-aturan
(rambu-rambu) yang mengikattanggung jawab profesinya.
Kedudukan kode etik hakim dalam hal ini merupakan pengawas yang
menjadi kontrol terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh anggota
9
Drs. H. Wildan Suyuthi Mustofa, S.H, M.H. Kode Etik Hakim, Kencana Prenadamedia Group Jakarta, 2013,
hal. 127
8
hakim. Pada kenyataannya, bentuk campur tangan ekstra yudisial ,
intervensi politik penguasa, godaan materi, budaya feudal, kolusi dan”
mafia praktek peradilan” selalu menghantui hakim untuk bertindak
menyimpang, sehingga tidak mampu menegakkan keadilan
sebagaimana yang diharapkan. Ketidakmampuan hakim dalam
melepaskan diri dari bentuk campur tangantersebut akan
menghilangkan kemandiriannya. Oleh karena itu, keberadaan kode
etik ini diharapkan dapat meminimalisir adanya praktik-praktik
penyimpangan dalam dunia peradilan.
c) Ketiga: untuk lebih memberikan jaminan bagi peningkatan moralitas
dan kemandirian fungsional bagi hakim.
d. Sifat kode etik hakim dan isi muatan kode etik hakim
Kode etik hakim bersifat universal, terdapat dinegara
manapun.Termasuk Negara Republik Indonesia. Karena dalam kode etik
terkandung nilai-nilai kebaikan yang sudah selayaknya dipatuhi oleh para
Hakim. Seperti yang sudah penulis katakan di awal bahwa kode etik dan
pedoman perilaku hakim itu diatur dalam Surat Keputusan bersama Ketua
Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI Nomor
047/KMA/SKIV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim10.
Kode etik profesi hukum memuat kewajiban dan keharusan untuk
menjalankan profesinya secara bertanggung jawab atas hasil dan dampak dari
perbuatannya dan keharusan untuktidak melangar hak-hak orang lain. Melalui
10
Jurnal KODE ETIK HAKIM DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA1 Oleh: Melfa Deu, Lex et
Societatis, Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2015 hal.48
9
kode etik ini, para profesional hukum diharapkan memiliki beberapa kualitas
diri yang menjadi acuan penilaian dan sikap moralnya dalam menjalankan
profesinya. Kualitas moral tersebut adalah kejujuran kepada hati nuraninya
sendiri, Tuhan dank lien/pencari keadilan. Kejujuran adalah dasar setiap
usaha untuk menjadi orang kuat secara moral. Orang dapat membedakan
mana haknya dan mana hak orang lain.
11
Din Muhammad dikutip di dalam Wildan Suyuthi Muustofa, Kode Etik Hakim (ed kedua), (Jakarta:
Kencana Prenamedia Group, 2013), Hal. 7
10
bahwa hakim wajib bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia
kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945),
berWIBawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.
c) Pasal 13 B UU No. 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU
No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum menyebutkan bahwa
hakim wajib memiliki integritas dan kepribadian tidak tercela, jujur,
adil, professional, bertakwa, berahklak mulia, serta berpengalaman di
bidang hukum, wajib menaati kode etik dan pedoman perilaku.
Dari penjelasan pasal mengenai UU kode etik hakim pada tahun 2009
di atas maka dapat kita lihat dan pahami bahwa kode etik dan pedoman
perilaku hakim yang disusun tersebut memuat 10 (sepuluh) prinsip-prinsip
dasar, yaitu:
a) Berperilaku adil
b) Berperilaku jujur
c) Berperilaku arif dan bijaksana
d) Bersikap mandiri.Berintegritas tinggi.
e) Bertanggung jawab
f) Menjunjung tinggi harga diri.
g) Berdisplin tinggi.
h) Berperilaku rendah hati.
i) Bersikap professional.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas melalui beberapa refrensi yang didapat dapat
kita pahami bahwa Kode etik hakim merupakan penjabaran dari lambang atau simbol
yang menggambarkan sifat atau watak hakim yaitu kartika yang dilambangkan
dengan bintang yang berarti sifat takwa, candra yang dilambangkan dengan bulan
yang berarti sifat bijaksana, cakra yang dilambangkan dengan senjata pamungkas
yang berart sifat adil, tirta yang dilambangkan dengan air yang berartisifat jujur, dan
sari yang dilambangkan dengan bunga yang berarti sifat tidak tercela.
kode etik dan pedoman perilaku hakim itu diatur dalam Surat Keputusan
bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI Nomor
047/KMA/SKIV/2009 dan 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim.
B. Saran
Penulis juga seorang manusia yang tentunya tidak luput dari kesalahan dan
tentunya banyak kekurangan, oleh karena itu untuk kelancaran dalam pengembangan
karya tlis atau makalah ini penulis sangat membutuhkan kritikan dan saran para
pembaca makalah atau karya tulis ini, yang nantinya kritik dan saran ini akan menjadi
acuan penulis dalam membangun dan menulis makalah atau karya tulis ini dengan
lebih baik lagi, kuranglebihnya mohon maaf dan terima kasih untuk semua pembaca
yang telah memberikan kritik dan saranya yang nantinya akan dapat membuat
makalah atau karya tulis yang lain dengan lebih baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
13