Anda di halaman 1dari 21

HUKUM DAN ETIKA PROFESI ADVOKAT

Dosen Pengampu : Rahmat Ramadhani S.H., M.H

KELOMPOK 2 :
DELPIANA 2006200102
MUHAMMAD HAYQAL DESKY 2006200371

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, guna memenuhi
tugas kelompok Mata Kuliah Hukum Etika Profesi dengan judul " HUKUM DAN ETIKA PROFESI
ADVOKAT".
Makalah ini dibuat untuk rangka memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Hukum Etika
Profesi. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Mata
Kuliah Hukum Etika Profesi, Bapak Rahmat Ramadhani S.H., M.H yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada para penulis dan pembaca.
Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, kami akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih
baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Mdan, 14 November 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................................6
C. MANFAAT PENELITIAN...................................................................................................................6
BAB 2.....................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................7
BAB 3...................................................................................................................................................10
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................10
A. KODE ETIK ADVOKAT...........................................................................................................10
B. HAK DAN KEWAJIBAN ADVOKAT.........................................................................................13
C. KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI.................................................................................15
BAB 4………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

A. KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………………..
B. SARAN………………………………………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………………………………………………………………..
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Advokat secara historis termasuk salah satu profesi yang tertua,dalam perjalanannya profesi
advokat dinamai sebagi officum Nobile,jabatan mulia. Penamaan itu terjadi karena aspek
“kepercayaan” dari pemberi kuasa klien .Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat,pengertian advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum,baik di dalam
maupun di luar pengadilan yang memenuhi syarat berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang
berlaku.1 Advokat/penasehat Hukum adalah warga negara Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur dalam mempertahankan keadilan dan kebenaran dilandasi
moral yang tinggi,luhur dan mulia demi tegaknya hukum, setia kepada falsafah pancasila dan
Undang-Undang dasar 1945. Advokat juga berperan penting dalam menciptakan stabilitas hukum di
masyarakat, karena hukum merupakan salah satu norma sosial yang ada pada masyarakat selain
norma agama, kesopanan, dan norma kesusilaan.

Begitu pula dengan profesi advokat. Advokat berprofesi memberi jasa hukum dan bertugas
menyelesaikan persoalan hukum kliennya baik secara litigasi maupun nonlitigasi, Menurut Frans
Hendra Winata, tugas advokat adalah mengabdikan dirinya pada masyarakat sehingga dia dituntut
untuk selalu turut serta dalam penegakan Hak Asasi Manusia, dan dalam menjalankan profesinya ia
bebas untuk membela siapapun, tidak terikat pada perintah (order) klien dan tidak pandang bulu
siapa lawan kliennya, apakah dia dari golongan kuat, penguasa, pejabat bahkan rakyat miskin
sekalipun.2

Fungsi advokat bukan hanya berperkara di pengadilan, namun sangat penting, mewakili
kepentingan warga negara dalam hubungannya dengan pemerintah. Justru karena profesi advokat
mengerti akan bentuk, lembaga dan aturan negara dan bertugas untuk mewakili warga negara kalau
bertentangan dengan negara atau warga negara yang lainnya.

Seorang advokat/penasehat hukum dapat menjalankan tugasnya dengan baik, jujur,


adil,memegang amanat dari negara maupun masyarakat tidak cukup hanya diatur, dilindungi oleh
undang-undang saja tetapi juga perlu adanya etika profesi yang mengatur dan mengawasi. Profesi
advokat merupakan salah satu tugas mulia yang wajib ikut serta menegakkan keadilan bagi setiap

1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
2
endra Winata, Frans, Advokat Indonesia, Citra, Idealisme dan Kepribadian. Sinar Harapan, Jakarta.1995, hal; 14
orang yang membutuhkan tanpa melihat asal usul atau tidak memandang bulu. Kekonsistenan dan
etika profesi wajib dimiliki bagi setiap penegak hukum di Negara Indonesia khusus para advokat.
Dalam kamus bahasa Indonesia etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)3 Dalam kamus bahasa Indonesia “moral” memiliki tiga arti
yaitu yang pertama ajaran tentang baik buruk yang diterima umum,pengertian yang kedua yaitu
kondisi mental yang membuat orang tetap berani,bersemangat,bergairah,disiplin,dan sebagainya,isi
hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perasaan,ketiga yaitu ajaran kesusilaan
yang dapat ditarik dari suatu cerita.

Etika profesi adalah norma-norma,syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus


dipengaruhi oleh sekelompok orang yang disebut kalangan profesional atau orang yang menyandang
suatu profesi tertentu disebut seorang profesional. 3

Dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh aparatur


penegak hukum khususnya advokat dalam menegakkan keadilan atau menerapkan hukum. Sering
pula terjadi penanganan suatu kasus perkara baik perdata maupun pidana menyalahi aturan yang
sudah ada dalam undang-undang Advokat maupun Kode Etik Advokat. Hal ini disebabkan karena
advokat tersebut mengutamakan kepentingan pribadi yang lebih mengutamakan membela orang
yang berani membayar mahal jasa advokat tersebut dibanding orang yang kurang mampu bahkan
tidak mampu untuk membayar atas jasa seorang advokat,sering juga kita jumpai advokat yang
menentukan tarif tinggi dalam berpraktek. Dalam ketentuan umum pasal 1 butir 9 ditentukan bahwa
seorang advokat dapat memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada klien yang tidak
mampu.Pada kenyataannya fenomena yang ada dalam pikiran masyarakat bahwa profesi seorang
advokat bukan merupakan suatu profesi yang mulia melainkan suatu profesi yang kurang baik,tidak
adil dalam mencari suatu keadilan bagi masyarakat yang mencari keadilan dan profesi yang sangat
dibenci sebagian masyarakat khususnya yang kurang mampu. Hal ini disebabkan oleh faktor dari
dalam diri advokat itu sendiri yang semakin hari dalam menjalankan tugasnya,etika moral advokat
sering tidak digunakan bahkan tidak dihiraukan dalam menegakkan keadilan, sering memutar
balikkan fakta, menyalahgunakan profesi jadi ajang bisnis bukan ajang pembelaan kebenaran dan
keadilan yaitu siapa yang berani membayar mahal maka dialah yang patas dibela dan menang dalam
mencari keadilan dan tidak tanggung-tanggung ada advokat yang mala menentukan sendiri tarif
prakteknya. Hal ini sering bertentangan dengan peraturan yang ada, Undang-undang Advokat dan
Kode Etik Advokat Indonesia.

3
E. Sumaryono, 2003, Etika Profesi Hukum, Jakarta, Kanisius, hal 33.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan kode etik advokat?


2. Apa hak dan kewajiban advokat?
3. Bagaimana kasus pelanggaran etika profesi?

C. MANFAAT PENELITIAN

Bagi penulis, dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan, agar nantinya penelitian yang kami
lakukan ini dapat berguna untuk menambah ilmu dan pengetahuan yang mendalam tentang
advokat.

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dengan memberikan gambaran bagi pembaca
terutama dibidang hukum, baik para mahasiswa fakultas hukum maupun masyarakyat tentang
peranan kode etik dan hambatan atau kendala yang ditemui dalam pelaksanaan profesi hukum di
Indonesia serta implikasinya terhadap penyelesaianmmasalah yang timbul berkaitan dengan kode
etik tersebut sehingga dapat mewujudkan tujuan dari hukum yaitu keadilan bagi semua pihak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah Pengacara dan Advokat sering digandengkan penyebutannya. Pengacara dan Advokat
keduanya sama-sama bergerak dalam lapangan bantuan hukum. Dalam Undang-undang No. 14
tahun 1985 dan Undang-undang No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum, digunakan istilah
Penasihat Hukum. Sementara dalam rangka pengangkatan seseorang menjadi advokat, istilah yang
dicantumkan dalam keputusan Menteri Kehakiman disebut advokat.

Advokat adalah salah satu penegak hukum yang termasuk dalam Catur Wangsa Penegak
Hukum selain Polisi, Jaksa dan Hakim. Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003
Tentang Advokat disebutkan bahwa Advokat adalah orang yang berprofesi memberi bantuan
hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Ini.

Profesi advokat sudah dikenal sebagai profesi yang mulia (officium nobile). disebutnya
Advokat sebagai profesi yang mulia karena Advokat mengabdikan dirinya serta kewajibannya kepada
kepentingan masyarakat dan bukan semata-mata karena kepentingannya sendiri. Advokat juga turut
serta dalam menegakkan hak-hak azasi manusia baik tanpa imbalan maupun dengan imbalan.
Advokat mengabdikan dirinya kepada kepentingan masyarakat dan demi penegakan hukum yang
berdasarkan kepada keadilan, serta turut menegakkan hak-hak asasi manusia. Di samping itu,
advokat bebas dalam membela, tidak terikat pada perintah kliennya dan tidak pandang bulu
terhadap terhadap kasus yang dibelanya. Dalam membela kliennya advokat tidak boleh melanggar
aturan hukum yang berlaku. Tidak boleh melanggar prinsip moral, serta tidak boleh merugikan
kepentingan orang lain. Advokat berkewajiban memberikan bantuan hukum berupa jasa hukum
yang berupa menjadi pendamping, pemberi nasehat hukum, menjadi kuasa hukum untuk dan atas
nama kliennya, atau dapat menjadi mediator bagi para pihak yang bersengketa tentang suatu
perkara, baik yang berkaitan dengan perkara pidana, perdata, maupun tata usaha negara. Ia juga
dapat menjadi fasilitator dalam mencari kebenaran dan menegakan keadilan untuk membela hak
asasi manusia serta memberikan pembelaan hukum yang bebas dan mandiri. Dan dibalik pekerjaan
profesionalnya yang menerima profit atau lawyer fee, tidak melupakan asas kemnusiaan yang mulia
yaitu pro-bono atau bantuan hukum Cuma-cumamsebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum
Secara Cuma-Cuma .4
4
Yosep Parera, Advokat Profesi Luhur, Mulia, & Terhormat,
Advokat merupakan salah satu penegak hukum yang bertugas memberikan bantuan hukum
atau jasa hukum kepada masyarakat atau klien yang menghadapi masalah hukum yang
keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Advokat mengandung tugas, kewajiban, dan
tanggung jawab yang luhur, baik terhadap diri sendiri, klien, pengadilan, dan Tuhan, serta demi
tegaknya keadilan dan kebenaran. Dalam sumpahnya, advokat bersumpah tidak akan berbuat palsu
atau membuat kepalsuan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sebagai pekerjaan bermartabat
Advokat karenanya harus mampu melibatkan diri leih tinggi dengan aparat penegak hukum, dasar
filosofis, asas-asas, teori-teori da tentunya norma-norma hukum dan hampir semua aspek harus
dikuasai. Jadi sangat keliru jika Advokat dikatakan membela orang salah karena membela hak hukum
termasuk Hak Asasi Manusia seseorang yang wajib dibela sebagaimana diatur dalam Pasal 28 D
Undang-undang Dasar, Konvenan Hak Sipil dan Politik, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum, Pasal 54 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Definisi atau pengertian advokat tersebut menunjukkan bahwa cakupan pekerjaan advokat
dapat meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan pengadilan dan di luar pengadilan. Sedangkan
sebelum keluarnya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang advokat, maka penggunaan
istilah advokat di dalam praktinya belum ada yang baku untuk sebutan profesi tersebut. Misanya
dalam Undangundang Nomor 14 Tahun 1970 sebagaimana diganti dengan Undang-undang Nomor
35 Tahun 1999, dan diganti dengan Undag-undang Nomor 4 tahun 2004 serta terakhir diganti
dengan Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, menggunakan istilah
bantuan hukum dan advokat.5

Advokat adalah mereka yang memberikan bantuan atau nasehat baik dengan bergabung
atau tidak dalam suatu persekutuan penasehat hukum, baik sebagai mata pencaharian atau tidak,
yang disebut sebagai pengacara atau advokat. Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.” Cita-
cita yang terdapat dalam pasal ini tentu dapat diwujudkan dengan baik apabila advokat sebagai
salah satu pilar dari catur wangsa penegak hukum yang terdiri dari hakim, jaksa, polisi, dan advokat
dapat menjalankan profesinya sesuai dengan ketentuan hukum.

Profesi advokat sesungguhnya sarat dengan idealisme. Profesi ini pada awalnya dikenal di
zaman Romawi kuno sebagai preator. Para preator ini adalah kaum bangsawan yang sebenarnya
punya status sosial yang tinggi namun menaruh hatinya pada rakyat kecil, mereka tampil dengan

https://www.youtube.com/RumahPancasila&Klinik Hukum/2019 diakses tanggal 9 Juli 2019.


5
Supriyadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, ( Jakarta: Sinar Grafika,
2006), hlm. 57.
dengan orasi dan pledoinya membela orang-orang miskin dan buta hukum yang terkena
permasalahan hukum semata-mata karena panggilan nurani dan rasa tanggung jawab membela
orang yang lemah di hadapan penguasa/kekuasaan. 6 Sejarah advokat di Indonesia sendiri terbentuk
pada masa kolonial Hindia-Belanda dengan menganut sistem hukum Eropa Kontinental (civil law)
sehingga advokat di Indonesia dengan sendirinya mengikuti model advokat Belanda.

Indonesia sebagai negara hukum memerlukan profesi advokat yang bebas, mandiri, dan
bertanggung jawab untuk terselenggaranya suatu peradilan yang jujur, adil, dan memiliki kepastian
hukum bagi semua pencari keadilan dalam menegakkan hukum, kebenaran, keadilan, dan hak asasi
manusia. Profesi ini oleh Undang-Undang Advokat dipertegas kedudukannya dan diberikan
keistimewaan dengan diberikannya suatu jaminan dan perlindungan demi terselenggaranya
penegakan supremasi hukum. Undang-Undang Advokat berupaya untuk mengikuti perkembangan
dan kebutuhan hukum masyarakat meskipun masih diperlukan banyak penyempurnaan lagi baik
dalam tatanan pengaturan profesi advokat maupun etika profesinya.

BAB 3
PEMBAHASAN

6
Boris Tampubolon, Mengingat Kembali Tujuan Dan Perjuangan Muliamu, Advokat,
https://www.hukumonline.com/2018, diakses tanggal 9 Juli 2019.
A. KODE ETIK ADVOKAT

Profesi advokat tidak bisa dilepaskan dari Kode Etik (Code of conduct) yang memiliki nilai dan
moral di dalamnya.Menurut Filsuf Jerman-Amerika. Hans Jonas Nilai adalah The Addresses of a yes
yaitu : Sesuatu yang kita iakan atau kita aminkan “Nilai mempunyai konotasi positif sebaliknya
sesuatu yang kita jauhi atau lawan dari nilai adalah “Non Nilai” (Disvalue ). Istilah nilai: value
(Inggris); valua, valere (Latin); Worth, Weorth, Wurth (Amerika) yang berarti kuat dan berharga. Nilai
berguna sebagai sumber dan tujuan pedoman hidup manusia.

Oleh karena ada nilai tersebut, maka muncullah kemudian Sebuah Norma yaitu sebuah aturan,
patokan atau ukuran, yaitu sesuatu yang bersifat “pasti dan tidak berubah,” yang dengannya kita
dapat memperbandingkan sesuatu hal lain yang hakikatnya, ukurannya atau kualitasnya, kita
ragukan. Konon Norma dalam bahasa latin memiliki arti “carpenter’s square” : siku-siku yang dipakai
tukang kayu untuk mengecek apakah benda yang dikerjakannya (meja, bangku, lemari dan
sebagainya) benar-benar lurus.

Dengan merujuk pada kepada arti Etika yang sesuai, maka arti kata Moral sama dengan arti kata
Etika, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Apabila dikatakan : “Advokat yang membela perkara itu tidak
bermoral” artinya perbuatan Advokat itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku
dalam kelompok profesinya”.

Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asas-asas akhlak (moral), nilai,
kesusilaan, yang mengatur tentang perilaku baik dan buruk dalam hidup dimasyarakat. Antara etika
dan etiket terdapat perbedaan yang jelas. Etika sama berarti dengan moral, sedangkan etiket berarti
sopan santun. Namun kedua istilah ini sering dicampuradukkan.

Mengenai tujuan adanya kode etik, Subekti menilai bahwa “fungsi dan tujuan kode etik adalah
menjunjung martabat profesi dan menjaga atau memelihara kesejahteraan para anggotanya dengan
melarang perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan materiil para anggotanya”.
Senada dengan Bertens, Sidharta berpendapat bahwa Kode Etik Profesi adalah seperangkat kaedah
perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban suatu profesi.

Jadi paling tidak ada tiga maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik, yaitu :

1. menjaga dan meningkatkan kualitas moral;

2. menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis;


3. melindungi kesejahteraan materiil para pengemban profesi. Kesemua maksud

tersebut bergantung dengan prasyarat utama yaitu menimbulkan kepatuhan bagi yang terikat oleh
kode etik.

Namun teori hukum positivis dari Hart, Kelsen dan Austin menyebabkan kemudian kode etik itu
dibuat secara tertulis. Ada beberapa alasan kode-kode etik profesi tersebut dibuat tertulis, karena :

1. Kode-kode etik itu penting, sebagai sarana kontrol sosial

2. Kode-kode etik profesi mencegah pengawasan ataupun campur tangan yang dilakukan oleh
pemerintah atu oleh masyarakat melalui beberapa agen atau pelaksananya.

3. Kode etik adalah penting untuk pengembangan patokan kehendak yang lebih tinggi

Tujuan dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik profesi adalah:

1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepada klien, lembaga
(institution), dan masyarakat pada umumnya.

2. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka
perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaannya.

3. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi profesi dalam
masyarakat melawan kelakuan jahat dari anggota tertentu.

4. Standar-standar etika mencerminkan/ membayangkan pengharapan moral dari komunitas.

5. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari
tenaga ahli profesi.

Dalam konteks profesi, kode etik memiliki karakteristik antara lain :

1. Merupakan produk etika terapan, sebab dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas
suatu profesi tertentu.

2. Kode etik dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga sering menimbulkan penyalahgunaan yang meresahkan masyarakat dan
membingungkan profesi itu sendiri.

3. Kode etik tidak akan berlaku efektif bila keberadaannya di-drop begitu saja dari atas, sebab tidak
akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai yang hidup dalam kalangan professional sendiri.
4. Kode etik merupakan self-regulation (pengaturan diri) dari profesi itu sendiri, Ini dimaksudkan
untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggap hakiki, yang prinsipnya tidak pernah dapat
dipaksakan dari luar.

5. Tujuan utama dirumuskannya kode etik adalah mencegah perilaku yang tidak etis, oleh karenanya
kode etik sering berisi ketentuan wajib lapor tentang pelanggarannya.

Untuk menunjang berfungsinya sistem hukum diperlukan suatu system etika yang
ditegakkan secara positif berupa kode etika di sektor publik. Di setiap sektor kenegaraan dan
pemerintahan selalu terdapat peraturan tata tertib serta pedoman organisasi dan tata kerja yang
bersifat internal. Di lingkungan organisasi-organisasi masyarakat juga selalu terdapat Anggaran atau
Pedoman Dasar dan Anggaran atau Pedoman Rumah Tangga organisasi. Demikian pula halnya
Undang-undang Advokat telah menentukan adanya kewajiban menyusun kode etik profesi advokat
oleh Organisasi Advokat untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi advokat. Setiap advokat
wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi advokat dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan
Organisasi Advokat. Berlaku tidaknya kode etik tersebut bergantung sepenuhnya kepada advokat
dan Organisasi Advokat. Pengadilan Tinggi dan sekarang berada sepenuhnya pada organisasi
advokat. Karena itu, pada saat itu kartu advokat tidak lagi dikeluarkan oleh pengadilan tinggi
melainkan oleh KKAI.7

Sebelum diundangkan Undang-undang No. 18 Tahun 2003, tidak ada kewajiban bagi advokat
untuk menjadi anggota organisasi advokat. Hal itu terjadi karena administrasi advokat, terutama
tugas pengangkatan, berada pada Untuk itu perlu dibangun infrastruktur agar kode etik yang dibuat
dapat ditegakkan di lingkungan advokat itu sendiri, baik aturan hukum negara maupun aturan
berorganisasi termasuk anggaran dasar dan rumah tangga serta kode etik profesi. Sebagai organisasi
profesi yang memberikan jasa kepada masyarakat, mekanisme pengawasan yang dibuat tentu harus
pula membuka ruang bagi partisipasi publik dan menjalankan prinsip transparansi. Pada saat
menjalankan tugasnya seorang advokat memiliki hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban seorang
advokat adalah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai Kode Etik Advokat Indonesia dan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat. Hubungan antara advokat dan kliennya dipandang
dari advokat sebagai officer of the court, yang mempunyai dua konsekuensi yuridis, sebagai berikut :

1. Pengadilan akan memantau bahkan memaksakan agar advokat selalu tunduk pada ketentuan
Undang-Undang atau berperilaku yang patut dan pantas terhadap kliennya.

7
Harlen Sinaga, Dasar-dasar Profesi Advokat, Jakarta, Erlangga, 2011, hlm 17.
2. Karena advokat harus membela kliennya semaksimal mungkin, maka advokat harus hati-hati dan
tunduk sepenuhnya kepada aturan hukum yang berlaku.

Selain itu, untuk mewujudkan profesi advokat yang berfungsi sebagai penegak hukum dan keadilan
juga ditentukan oleh peran Organisasi Advokat. UU Advokat telah memberikan aturan tentang
pengawasan, tindakan-tindakan terhadap pelanggaran, dan pemberhentian advokat yang
pelaksanaannya dijalankan oleh Organisasi Advokat. Ketentuan Pasal 6 UU Advokat misalnya
menentukan bahwa advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan 8:

1. mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;

2. berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya;

3. bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan sikap
tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundangundangan, atau pengadilan;

4. berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat
profesinya;

5. melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan dan atau perbuatan tercela;

6. melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.

B. HAK DAN KEWAJIBAN ADVOKAT

Hak dan Kewajiban serta larangan Bagi Advokat Telah Diatur dalam UndangUndang Nomor 18
Tahun 2003 Tentang Advokat, sebagai berikut:

Pasal 14

“Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan
peraturan perundang-undangan”.

Pasal 15

“Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perundangundangan”.
8
Jimly Asshiddiqie, Bahan Orasi Hukum pada acara “Pelantikan DPP IPHI Masa Bakti 2007-
2012”. Bandung, 19 Januari 2008.
Pasal 16

“Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien dalam sidang pengadilan”.

Pasal 17

“Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen
lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan
tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”.

Pasal 18

1. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap Klien
berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya.

2. Advokat tidak dapat diidentikkan dengan Kliennya dalam membela perkara Klien oleh pihak yang
berwenang dan/atau masyarakat.

Pasal 19

1. Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya karena
hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang.

2. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien, termasuk perlindungan atas berkas
dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan
atas komunikasi elektronik Advokat.

Pasal 20

1. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas dan
martabat profesinya.

2. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa sehingga
merugikan profesi Advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam menjalankan tugas
profesinya.

3. Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi Advokat selama
memangku jabatan tersebut.

Pasal 21

1. Advokat berhak menerima Honorarium atas Jasa Hukum yang telah diberikan kepada Kliennya.
2. Besarnya Honorarium atas Jasa Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan secara
wajar berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. 9

C. KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI

Prof. Dr. Otto Cornelis Kaligis, S.H., M.Hum., LL.M.merupakan salah satu advokat besar Indonesia
yang telah hadir di dunia hukum sejak tahun 1966. Pria yang lebih sering disapa dengan panggilan
OC Kaligis atau Otje ini membangun lembaga hukumnya sendiri bernama OC Kaligis & Associated
pada semenjak tahun 1977. Sebelum mendirikan lembaga hukum tersebut, beliau lulusan dari
Fakultas Hukum, Universitas Parahyangan Bandung dan sempat menjadi Notaris F.A.Tumbuan
selama tiga tahun hingga 1969.

Pada tahun 2015, O.C Kaligis tersandung kasus saat memasuki usianya yang ke 73 tahun. la harus
berhadapan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), la ditetapkan sebagai tersangka pada 14
Juli 2015 terkait dengan kasus dugaan suap hakim dan panitera yang menghancurkan reputasinya
selama ini. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) di Medan, Sumatera Utara. Kasus ini bagaikan
setitik borok yang menghancurkan reputasinya selama ini.

Pihak terlibat kasus O.C Kaligis

- Oc Kaligis
- Moh Yagari
- Gatot Pujo N
- Evy Susanti

Perjalanan Kasus O.C Kaligis

JUL 2015

OC Kaligis ditangkap dan divonis 5,5 tahun penjara dan denda 300 Juta Rupiah. Setelah mengajukan
banding, vonis O.C Kaligis malah menjadi 7 tahun sehingga dia mengajukan kasasi dan malah
diperberat menjadi 10 tahun

9
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
DES 2017

O.C Kaligis mengajukan PK pada MA dan vonisnya diturunkan Kembali menjadi 7 tahun

MAR 2022

A. KASUS POSISI

O.C Kaligis dikabarkan sudah bebas setelah menjalani hukumannya Suap bermula ketika
Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatera Utara memanggil Bendahara Umum Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Sumatera Utara Achmad Fuad Lubis untuk dimintai keterangan terkait dugaan korupsi
dana Bantuan Sosial (Bansos). Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho selaku atasan Fuad kemudian
memberitahu Kaligis atas adanya pemanggilan tersebut. Gatot dan istrinya, Evy Susanti, kemudian
pergi ke kantor Kaligis dan bertemu advokat senior itu beserta Gary, Yulius Irawansyah dan Anis Rifai
untuk berkonsultasi karena khawatir pemanggilan terhadap Fuad akan mengarah kepada dirinya.
Kaligis kemudian mengusulkan agar Fuad mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) Medan. Kaligis kemudian menjadi kuasa hukum Fuad dalam gugatan ke PTUN Medan. 10

Pada bulan April 2015, Kaligis bersama Gary dan Indah menemui Syamsir dan Tripeni untuk
konsultasi gugatan. Setelah itu Kaligis memberikan amplop berisi uang 5.000 Dollar Singapura
kepada Tripeni Irianto serta menemui Syamsir dan memberi uang 1.000 Dollar Singapura.
Selanjutnya, pada tanggal 5 Mei 2015, Kaligis dan Gary kembali datang ke Kantor PTUN Medan.
Dalam kesempatan tersebut Kaligis memberi buku karangannya dan satu amplop berisi uang sebesar
10.000 Dollar Amerika dengan maksud agar Tripeni menjadi hakim yang menangani perkara
gugatannya. Gary kemudian disuruh untuk mendaftarkan gugatan tersebut. Pada tanggal 18 Mei
2015, sidang pertama gugatan ini digelar. Sebelum sidang, Kaligis, Gary dan Indah kembali menemui
Tripeni untuk meyakinkannya agar berani memutus sesuai dengan gugatan. Tanggal 1 Juli 2015,
Sekretaris dan Kepala Bagian Administrasi dari Kantor OC Kaligis & Assciates, Yenny Octorina Misnan
melaporkan ke Kaligis tentang penerimaan uang sebesar Rp 50 juta dan 30.000 Dollar Amerika yang
diterima dari Evy Susanti.

Kaligis kemudian meminta Yenny untuk membungkusnya dalam lima amplop dengan
perincian tiga amplop masing-masing 3.000 Dollar Amerika, serta menyiapkan dua amplop yang diisi
dengan masing-masing 1.000 Dollar Amerika. Besoknya, Kaligis menemui Tripeni untuk
menyerahkan amplop putih, namun Tripeni menolak. Kaligis beserta Indah kembali ke Jakarta,
sementara Geri tetap di Medan dan pulang lain hari. Masih pada hari yang sama, Kaligis bertemu
dengan Evy di Jakarta. Kaligis pun meminta uang tambahan kepada Evy senilai 25 ribu Dollar

10
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 1, No. 2 September 2020
Amerika untuk diberikan kepada tiga hakim. Pada tanggal 5 Juli 2015 pagi, Kaligis, Gary dan Indah
kembali ke Medan. Mereka segera menuju kantor PTUN Medan. Kaligis dan Indah menunggu di
mobil sementara Gary masuk ke dalam gedung. Gary kemudian bertemu dengan hakim Dermawan
dan hakim Amir untuk menyerahkan uang dalam amplop putih masing-masing senilai 5.000 Dollar
Amerika.

Setelah itu, Kaligis dan Indah kembali ke Jakarta, sementara Gary tetap di Medan. Pada 7 Juli
2015, majelis hakim membacakan putusan. Dalan putusannya, majelis hakim membatalkan surat
panggilan Kejaksaan Tinggi untuk memeriksa Fuad. Majelis menilai permohonan keterangan kepada
Fuad adalah penyalahgunaan wewenang. Usai sidang, Gary kemudian menyerahkan uang sebesar
1.000 Dollar Amerika kepada Syamsir. Pada tanggal 9 Juli, Gary menyerahkan amplop berisi uang
senilai 5.000 Dollar Amerika untuk Tripeni. Saat keluar kantor PTUN Medan inilah Gary ditangkap
penyidik KPK bersama tiga hakim dan satu panitera tersebut. KPK kemudian mengembangkan kasus
ini dan menetapkan Gatot dan Evy sebagai tersangka. 11

B. DAKWAAN

Atas perbuatan terdakwa Otto Cornelis Kaligis bersama dengan M. Yagari Bhastara alias
Gerry, Gatot Pujo Nugroho, dan Evy Susanti, memberi sejumlah uang kepada Tripeni Irianto Putro
selaku Ketua PTUN Medan sebesar SGD 5.000 dan USD 15.000, kepada Dermawan Ginting dan Amir
Fauzi selaku Hakim PTUN Medan masing-masing sebesar USD5.000, serta 117 Syamsir Yusfan selaku
panitera PTUN Medan sebesar USD2.000, maka terdapat 2 (dua) dakwaan : a) Dakwaan Pertama :
Perbuatan Terdakwa merupakan tindak pidana korupsi yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal
6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1
juncto Pasal 64 ayat (1) Kitab UndangUndang Hukum Pidana; b) Dakwaan Kedua : Perbuatan
Terdakwa merupakan tindak pidana korupsi yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 13
UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 juncto Pasal 64
ayat (1) KUHP.12

C. PERTIMBANGAN HUKUM

Pertimbangan Hakim dalam Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat Nomor :


14/PID/TPK/2016/PT.DKI. yaitu : Menimbang,bahwa terhadap seluruh memori banding Terdakwa
dan Kuasa Hukum Terdakwa tersebut diatas,maka Majelis Hakim menolaknya karena Majelis Hakim

11
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 1, No. 2 September 2020
12
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 1, No. 2 September 2020
Tingkat Pertama telah mempertimbangkan dengan benar dan tepat fakta hukum yang diperoleh dari
alat-alat bukti yang cukup dan sah sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), sehingga Terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana
didakwakan dalam Dakwaan Pertama; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut diatas, maka putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.89/Pid.Sus/TPK/2015/PN.JKT.PST., tanggal 17


Desember 2015 yang dimintakan banding quo harus diubah sekedar mengenai lamanya pidana
penjara terhadap Terdakwa; Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding sependapat dengan
Penuntut Umum dalam memori bandingnya bahwa pidana yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim
Tingkat Pertama terhadap terdakwa belum memenuhi rasa keadilan karena terlalu ringan oleh
karena itu Majelis Hakim Tingkat Banding akan memperberat pidana tersebut dengan alasan sebagai
berikut :

a) Bahwa Terdakwa tidak mengakui dan tidak menyesali perbuatanya;

b) Bahwa Terdakwa adalah Advokat Senior yang seharusnya memberikan contoh kepada Advokat-
Advokat muda, untuk menjalankan pekerjaannya secara profesional dan jujur, akan tetapi Terdakwa
justru memberikan contoh buruk bagi mereka;

c) Bahwa Terdakwa adalah seorang Guru Besar dan ahli hukum yang seharusnya menjunjung tinggi
martabat dan kehormatannya, akan tetapi ternyata justru merusak martabat dan kehormatannya
dengan melakukan perbuatan melawan hukum.

D. AMAR PUTUSAN

Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
No.89/PID/SUS/2015/PN.JKT.PST., amarnya berbunyi sebagai berikut :

1) Menyatakan Terdakwa Prof. DR. OTTO CORNELIS KALIGIS, S.H, M.H. terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan
Pertama “setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili”;

2) Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama : 5 (lima)
Tahun dan 6 (enam) Bulan, dikurangi selama berada dalam tahanan dan pidana denda sebesar
Rp300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah) subsidair pidana kurungan pengganti selama : 4 (empat)
Bulan. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat Nomor : 14/PID/TPK/2016/PT.DKI. :

1) Menerima permintaan banding dari Penuntut Umum dan Terdakwa tersebut;


2) Mengubah putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat No.89/PID.SUS/2015/PN.JKT.PST. tanggal 17 Desember 2015 yang dimintakan


banding tersebut sekedar mengenai lamanya pidana penjara terhadap Terdakwa sehingga amar
putusan selengkapnya sebagai berikut :

a) Menyatakan Terdakwa Prof.DR.OTTO CORNELIS KALIGIS, S.H, M.H. telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut
sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Pertama;

b) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama : 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda sebanyak Rp. 300.000.000.- (TigaJuta Rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak
dibayar, diganti dengan pidana kurungan selama 4 (empat) bulan. 13

BAB 4
PENUTUP

A. KESIMPULAN

- Seorang advokat/penasehat hukum dapat menjalankan tugasnya dengan baik, jujur,


adil,memegang amanat dari negara maupun masyarakat tidak cukup hanya diatur, dilindungi
oleh undang-undang saja tetapi juga perlu adanya etika profesi yang mengatur dan
mengawasi. Profesi advokat merupakan salah satu tugas mulia yang wajib ikut serta
menegakkan keadilan bagi setiap orang yang membutuhkan tanpa melihat asal usul atau
13
Jurnal Indonesia Sosial Sains, Vol. 1, No. 2 September 2020
tidak memandang bulu. Kekonsistenan dan etika profesi wajib dimiliki bagi setiap penegak
hukum di Negara Indonesia khusus para advokat. Dalam prakteknya sering terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum khususnya
advokat dalam menegakkan keadilan atau menerapkan hukum. Sering pula terjadi
penanganan suatu kasus perkara baik perdata maupun pidana menyalahi aturan yang sudah
ada dalam undang-undang Advokat maupun Kode Etik Advokat. Hal ini disebabkan karena
advokat tersebut mengutamakan kepentingan pribadi yang lebih mengutamakan membela
orang yang berani membayar mahal jasa advokat tersebut dibanding orang yang kurang
mampu bahkan tidak mampu untuk membayar atas jasa seorang advokat,sering juga kita
jumpai advokat yang menentukan tarif tinggi dalam berpraktek.
- Dalam menjalankan profesinya seorang Advokat memiliki aturan ataunorma yang harus
dipatuhi yaitu berupa KodeEtik. Kode etik Advokatmerupakanhukum tertinggi dalam
menjalankan profesi,yang menjamin dan melindunginamun membebankan kewajiban
kepada setiap Advokat untuk jujkamu danbertanggung jawab dalam menjalankan profesinya
dengan baikkepada klien, pengadilan,teman sejawat, Negara atau masyarakat, dan terutama
kepada dirinya sendiri.

B. SARAN

- Agar Profesi Advokat dapat menjalankan tugasnya dengan bijak dan patut maka dalam
menjalankan kewajibannya sebagai penegak hukum harus berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kode etik profesi. Profesi Advokat tidak menjalankan
tugas hanya untuk mendapatkan segi materi atau lebih mengutamakan kepentingan pribadi,
tetapi berusaha untuk mencerminkan profesi terhormat (officium nobile) kepada
masyarakat.

DAFTAR PUSAKA

BUKU

Endra Winata, Frans, Advokat Indonesia, Citra, Idealisme dan Kepribadian. Sinar Harapan,
Jakarta.1995

E. Sumaryono, 2003, Etika Profesi Hukum, Jakarta, Kanisius.

Supriyadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, ( Jakarta: Sinar Grafika,

2006)

Harlen Sinaga, Dasar-dasar Profesi Advokat, Jakarta, Erlangga, 2011

Jimly Asshiddiqie, Bahan Orasi Hukum pada acara “Pelantikan DPP IPHI Masa Bakti 2007-

2012”. Bandung, 19 Januari 2008.


JURNAL/MAKALAH/INTERNET

https://eprints.umm.ac.id/51797/3/BAB%20II.pdf

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/460-1332-2-PB.pdf

https://www.kai.or.id/kode-etik-advokat

https://www.researchgate.net/publication/
340179624_ETIKA_PROFESI_ADVOKAT_SEBAGAI_UPAYA_PENGAWASAN_DALAM_MENJALA
NKAN_FUNGSI_ADVOKAT_SEBAGAI_PENEGAK_HUKUM

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/361329936-MAKALAH-ETIKA-DAN-PROFESI-Etika-Profesi-
Advokat-Revisi.pdf

http://digilib.uinsby.ac.id/2060/8/Bab%202.pdf

https://www.kai.or.id/wp-content/uploads/2016/06/KODE-ETIK-ADVOKAT-INDONESIA.pdf

https://youtu.be/Qq7pazAcis4

Anda mungkin juga menyukai