Anda di halaman 1dari 12

PERAN PARALEGAL DALAM ADVOKASI MENURUT PERMENKEMHUM

NOMOR 1 TAHUN 2018

Untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah:

Advokasi dan Penyuluhan Hukum

Dosen Pengampu: Mustholih, SHI., MH., CLA.

Disusun Oleh:

Muhammad Rahmat Martino 11180490000037

Eka Setiawati 11180490000045

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “PERAN PARALEGAL DALAM
ADVOKASI MENURUT PERMENKEMHUM NOMOR 1 TAHUN 2018”, yang mana makalah
ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Advokasi dan Penyuluhan
Hukum

Ada pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.

Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Jakarta, 18 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I. ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. Pendahuluan ...................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
BAB II. .......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
A. Pengertian, Kedudukan dan Ruang Lingkup Paralegal..................................................................... 6
B. Syarat dan Prosedur Menjadi Paralegal ............................................................................................ 7
C. Kedudukan Paralegal dalam Advokasi ............................................................................................. 8
D. Kedudukan Paralegal Setelah Putusan Uji Materi (Judical Review) Mahkamah Agung.................. 9
BAB III. ...................................................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

3
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum yang mana sudah jelas terpatri atau
tertuang dalam konstitusi kita yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (yang selanjutnya disebut UUD RI 1945) dalam Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi bahwa
“Negara Indonesia adalah Negara hukum”.

Manifestasi Indonesia sebagai negara hukum pada dasarnya memiliki kewajiban untuk
memberikan perlindungan hukum kepada setiap warga negaranya, oleh karena itu konstitusi
Indonesia memberikan ruang bagi warga negara untuk mendapatkan perlakuanyang sama di
hdapan hukum. sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1) UUD RI 1945 menegaskan : Setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum Pemberian hak terhadap perlakuan hukum yang sama
tidak saja diterima oleh warga negara biasa, tetapi juga oleh warga negara yang menghadapi
persoalan hukum. Bagi warga negara yang memiliki keduduk-an sosial menengah ke atas,
menghadapi masalah hukum tidak menjadikan persoalan.

Warga yang bermasalah dapat menggunakan jasa advokat, terutama untuk mengahadapi
proses hukum di pengadilan. Penggunaan jasa advokat memerlukan biaya yang tidak kecil,
sehingga tidak semua warga negara dapat membayar jasa advokat terutama bagi warga negara
yang kurang mampu. Pada beberapa kasus, banyak perkara yang melibatkan warga negara tidak
mampu maupun buta hukum hanya bisa menerima keputusan hakim tanpa adanya pembelaan
secara hokum. Hal tersebut terjadi karena ketidakmampuan warga negara tersebut membayar
jasa advokat dan kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang hukum.

Pada situasi yang demikian, negara atas dasar prinsip keadilan wajib memberikan
pelayanan hukum kepada warga negara yang tidak mampu. Pemerintah wajib menyediakan
layanan bantuan hukum untuk masyarakat miskin, jasa bantuan hukum tersebut dibiayai oleh
negara. Konsep ini merupakan implementasi dari konsep negara kesejahteraan (welfaretate) yang

4
mewajibkan pemerintah untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya dalam rangka
peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama di bidang sosial,politik dan hukum,

Lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan


Bantuan Hukum dapat melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa
fakultas hukum untuk dijadikan sebagai tenaga sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 UU BH.
Berdasarkan ketentuan tersebut, pemberian layanan bantuan hukum tidak hanya dilakukan oleh
advokat, tetapi juga dapat dilakukan oleh paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana pengertian, kedudukan dan ruang lingkup paralegal menurut permenkemhum


nomor 1 tahun 2018
2. Apa saja syarat dan prosedur menjadi paralegal
3. Bagaimana peran dan kedudukan paralegal dalam advokasi
4. Bagaimana kedudukan paralegal setelah putusan uji materi (judicial review) mahkamah
agung

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian, kedudukan dan ruang lingkup paralegal menurut


permenkemhum nomor 1 tahun 2018
2. Untuk mengetahui apa saja syarat dan prosedur menjadi paralegal
3. Untuk megetahui peran dan kedudukan paralegal dalam advokasi
4. Untuk mengetahui kedudukan paralegal setelah putusan uji materi (judicial review)
mahkamah agung

5
BAB II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Kedudukan dan Ruang Lingkup Paralegal


Paralegal merupakan seseorang yang direkrut oleh pemberi bantuan hukum berdasarkan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Bantuan Hukum Junto Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2015 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata
Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum. Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 01 Tahun 2018 Tentang Paralegal, Paraegal merupakan
salah satu pemberi bantuan hukum selain advokat, dosen, mahasiswa hukum, yang
mempunyai peranan penting berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum. 1

Peranan Paralegal dalam pemberian bantuan hukum, terutama bagi masyarakat yang kurang
mampu sangat penting dan dibutuhkan sekali. Karena Paralegal itu direkrut oleh Pemberi
Bantuan Hukum, yang mana Pemberi bantuan hukum yang dimaksud adalah memberikan jasa
hukumnya secara cuma-cuma atau gratis dan dikhususkan untuk orang ataukelompok orang
yang miskin secaraekonomi. Upaya ini adalah sebagai perwujudan amanat konstitusi kita yakni
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal27 ayat (1)
yang menentukan bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Sebagaimana diketahui bahwa peranan dan kedudukan Paralegal diakui setelah dikeluarkannya
Peraturan Menteri Hukum dan HakAsasi Manusia Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Paralegal
Dalam Pemberian Bantuan Hukum. Meskipun tidak secara eksplisit mengatur kedudukan dan
kewenangan Paralegal, di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016

1
Ari Handoyo, Tinjauan Yuridis Keberadaan Paralegal dalam Memberikan Bantuan Hukum, Badamai Law Journal,
Vol. 4, Issues 2, September 2019. h.12

6
Tentang BantuanHukum, juga telah menyebutkan adanya istilah Paralegal dalam konteks tata
hukum Indonesia. 2

Ruang lingkup kerja paralegal meliputi dua hal yaitu:

1. Menghubungkan komunitas yang mengalami ketidakadilan atau pelanggaran HAM dengan


sistem hukum yang ada;
2. Menjalankan fungsi fungsi mediasi, advokasi (litigasi/non litigasi/perubahan kebijakan) dan
pedampingan masyarakat3

B. Syarat dan Prosedur Menjadi Paralegal


Menurut Permenkumham No. 1 Tahun 2018 tentang Paralegal, dalam Pasal 3 ayat (2)
Dalam memberikan Bantuan Hukum, Pemberi Bantuan Hukum berhak melakukan rekrutmen
Paralegal sebagai pelaksana Bantuan Hukum, dan Pasal 4 menyatakan Untuk dapat direkrut
menjadi Paralegal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

a. warga Negara Indonesia;


b. berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun;
c. memiliki pengetahuan tentang advokasi masyarakat; dan/atau
d. memenuhi syarat lain yang ditentukan oleh Pemberi Bantuan Hukum.

Siapapun bisa menjadi paralegal, misal: Pemimpin komunitas, Ketua suku, Pemuka
agama, Tokoh pemuda, Mahasiswa, Aktifis Serikat Buruh, Aktifis Serikat Tani, Guru,
dan Anggota komunitas masyarakat lainnya. Untuk menjadi Paralegal, seseorang paling
tidak harus mengikuti pendidikan paralegal, baik pendidikan dasar, maupun pendidikan
lanjutan. Seorang yang telah mendaftar sebagai paralegal maka harus mengikuti segala pelatihan-
pelatihan hukum yang diberikan oleh lembaga bantuan hukum/instansi yang menaungi paralegal.

Menurut Permenkumham Nomor 1 Tahun 20018 Tentang Paralegal, dalam Pasal 6 ayat (2)
Pelatihan Paralegal dilaksanakan untuk meningkatkan kualifikasi Paralegal dalam memberikan
Bantuan Hukum. Ayat (3) Kualifikasi Paralegal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. kemampuan memahami kondisi wilayah dan kelompok-kelompok kepentingan dalam


masyarakat;
b. kemampuan melakukan penguatan masyara-kat dalam memperjuangkan hak asasi
manusia, dan hak-hak lain yang dilindungi oleh hukum; dan

2
Andrianto Prabowo, M. Abdim Munib, Peranandan Kedudukan Paralegal Dalam Pemberian Bantuan Hukum Bagi
Masyarakat Miskin di Kabupaten Bojonegoro, 2019. h.9
3
Siti Aminah dan Muhammad Daerobi, Buku Saku Paralegal Jilid 3 (Jakarta: The Indonesian Legal Resource Center
(ILRC),2019) h.16

7
c. keterampilan mengadvokasi masyarakat berupa pembelaan dan dukungan terhadap
masyarakat lemah untuk mendapatkan haknya.

Dalam Pasal 9 ayat (1) Pelatihan Paralegal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 terdiri atas :

a. tingkat dasar;
b. tingkat lanjutan

Ayat (2) Selain pelatihan Paralegal, penyelenggara pelatihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dapat menyelenggarakan pelatihan khusus lain untuk meningkatkan keterampilan bagi
Paralegal. Ayat (3) Penyelenggaraan pelatihan dapat mengembangkan materi kurikulum
Paralegal untuk menampung kekhasan daerah dan kekhususan ruang lingkup kerja Pemberi
Bantuan Hukum. Ayat (4) Dalam pengembangan materi kurikulum Paralegal yang bersifat
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyelenggara dapat berkonsultasi dengan BPHN.

C. Kedudukan Paralegal dalam Advokasi


Paralegal sebelumnya diberikan kewenangan untuk memberikan bantuan hukum baik secara
litigasi maupun non litigasi. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 11 Permenkumham No.
1 Tahun 2018 yang menentukan bahwa “Paralegal dapat memberikan Bantuan Hukum secara
litigasi dan non litigasi setelah terdaftar pada Pemberi Bantuan Hukum dan mendapatkan
sertifikat pelatihan Paralegal tingkat dasar”. Namun ternyata kewenangan Paralegal tersebut
mendapatkan penolakan yang massif dari kalanganAdvokat. Mengingat untuk dapat diangkat
menjadi Advokat dan bisa memberikan jasa hukum baik secara litigasi maupun nonlitigasi,
haruslah memenuhipersyaratan-persyaratan ketat yang diatur dalamUndang-UndangRepublik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.

Kedudukan paralegal bukan Advokat, dan tidak dapat menggantikan posisi Advokat dalam
melakukan pembelaan di muka pengadilan. Pekerjaan utama paralegal adalah memberikan
nasehat hukum, mendokumentasikan kasus, menumbuhkan kemampuan sosial masyarakat,
mendampingi masyarakat dalam proses perundingan dalam suatu perselisihan hukum atau
memberikan pertolongan pertama apabila terjadi peristiwa hukum di komunitas atau wilayahnya.
Bagian kedua ini akan meberikan pengantar untuk memahami peran dan fungsi paralegal dalam
pemberian bantuan hukum.4

4
Ibid,. h.17

8
D. Kedudukan Paralegal Setelah Putusan Uji Materi (Judical Review) Mahkamah Agung
Paralegal yang sebelumnya dapat memberi bantuan hukum baik secara litigasi maupun non-
litigasi dengan adanya Permenkumham Nomor. 1 Tahun 2018 kini, paralegal tidak dapat
member bantuan hukum secara litigasi (beracara di pengadilan). Jadi, hanya advokatlah yang
dapat memberikan bantuan hukum secara litigasi. “MenyatakanPasal 11 dan 12 Permenkumham
No. 1 Tahun 2018 tentang Paralegal dalam Pemberian Bantuan Hukum bertentangan dengan
Peraturan Perundangan yang lebih tinggi, yakni Undang-Undang Nomor. 18 Tahun 2003
tentang Advokat,”.5

Kedudukan paralegal pasca putusan Mahkamah Agung Nomor: 22 P/HUM/2018, bahwa


sebelum adanya Judicial Review terhadap Permenkumham No. 1 Tahun 2018 Tentang Paralegal,
Paralegal mempunyai peranan penting dalam memberikan bantuan hukum kepada
penerima bantuan hukum. Paralegal mempunyai legitimasi yang telah diatur dalam UU BH
juncto PP 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum juncto Permenkumham No.1 Tahun 2018 Tentang Paralegal.
Dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Permenkumham No. 1 Tahun 2018 Tentang Paralegal, telah
memberikan kedudukan kepada paralegal untuk memberikan bantuan hukum kepada penerima
bantuan hukum baik secara litigasi maupun no n litigasi. Kemudian setelah dilakukan
pencabutan pasal tersebut oleh Mahkamah Agung melalui putusan Judicial Review, maka
sekarang Paralegal tidak mempunyai legal standing untuk memberikan bantuan hukum baik
secara litigasi maupun non litigasi, Namun pemberi bantuan hukum masih mempunyai
kewenangan terkait dengan perekrutan paralegal sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1)
Permenkumham No. 1 Tahun 2018 Tentang Paralegal. Akan tetapi menjadi kontradiktif apabila
dapat merekrut paralegal, akan tetapi paralegal tidak ada peranan dengan dicabutnya pasal untuk
memberikan bantuan hukum scara non litigasi.6

5
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b3cad32048e2/ma-tegaskan-paralegal-tak-boleh-tangani-
perkara-di-pengadilan?page=all diakses pada 13 Oktober 2021
6
http://sekolahparalegal.blogspot.com/2012/11/etika-paralegal.html diakses pada 13 oktober 2021.

9
BAB III.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Paralegal berperan penting dalam terciptanya peluang keadilan bagi masyarakat miskin, buta
hukum dan tertindas terutama yang hidup di sekitar lingkungan tempat tinggal Paralegal guna
mendapatkan dan memperjuangkan hak-hak dasarnya melalui pemberian bantuan hukum. Nilai-
Nilai Dasar Paralegal yaitu Kejujuran, Keterbukaan, Berlaku adil, Bertanggung jawab, Anti
kekerasan, Berdiri sendiri/tidak terikat oleh apapun, Tidak membeda-bedakan seseorang atas
dasar perbedaan suku, agama, budaya dan jenis kelamin.

Sikap dan Kepribadian Paralegal yaitu memiliki kejujuran, bersifat kesatria dan berbudi
luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kebenaran dan hak asasi manusia berdasarkan
pancasila dan UUD 1945, memperjuangkan hak-hak orang miskin, butahukum dan tertindas
tanpa membedabedakan seseorang dalam bentuk apapun, mampu menjaga kehormatan diri dan
nama baik Paralegal. Bertindak bijaksana dan tidak mengabaikan kepentingan masyarakat.
Bersikap terbuka dan mau menerima kritikan yang bersifat membangun. Mampu memperbaiki
diri dan meningkatkan kemampuan dalam menjalankan perannya. Berpikir objektif dan mampu
melakukan analisa sehingga dapat memahami masalah yang sebenarnya dan mencari jalan
penyelesaian sebaik mungkin. Kreatif dalam memanfaatkan cara-cara etis dan sumber daya yang
ada sehingga dapat digunakan untuk membantu masyarakat. Mampu menggalang kerja sama
dengan berbagai profesi dalam upaya menemukan masalah yang sebenarnya dan upaya
pemecahannya. Dalam mendampingi kasus-kasus yang bersifat keperdataan sedapat mungkin
menyelesaikan secara damai dan menghargai aturan, kebiasaan-kebiasaan, budaya dan tata nilai
yang berlaku di masyarakat.

B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, harapan penulis adalah agar makalah ini dapat dijadikan
referensi didalam mengkaji dalam kedudukan serta peran paralegal .Sehingga dapat
diimplementasikan didalam masyarakat. Adapun kritik dan saran dalam materiyang telah

10
penulis paparkan didalam makalah ini, penulis terima demi kebaikan makalah ini dikemudian
hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ari Handoyo, Tinjauan Yuridis Keberadaan Paralegal dalam Memberikan Bantuan Hukum,
Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 2, September 2019.

Andrianto Prabowo, M. Abdim Munib, Peranandan Kedudukan Paralegal Dalam Pemberian


Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Miskin di Kabupaten Bojonegoro, 2019.

Siti Aminah dan Muhammad Daerobi, Buku Saku Paralegal Jilid 3 Jakarta: The Indonesian
Legal Resource Center (ILRC),2019
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5b3cad32048e2/ma-tegaskan-paralegal-tak-boleh-
tangani-perkara-di-pengadilan?page=all diakses pada 13 Oktober 2021
http://sekolahparalegal.blogspot.com/2012/11/etika-paralegal.html diakses pada 13 oktober
2021.

12

Anda mungkin juga menyukai