Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“ETIKA PELAYANAN TERHADAP KLIEN DAN ETIKA HUBUNGAN


SESAMA REKAN ADVOKAT DAN PENEGAK HUKUM LAINNYA”

DISUSUN OLEH :
1. RINALDI IMANDA
2. SAHARA SASA AMIRA
3. EKO WAHYU KURNIAWAN

DOSEN PENGAMPU
MUHAMMAD AJI PURWANTO M.H

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BENGKALIS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Yang telah memberikan
kami kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, beserta keluarga dan para sahabatnya
serta para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kuliah.
Kami berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak
manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita. Kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif
bagi kita semua, khususnya kami selaku penulis.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bengkalis, 14 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Etika Pelayanan Terhadap Klien............................................................ 3
B. Etika Hubungan Sesama Rekan Advokat Dan Penegak Hukum Lainnya 4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................... 6
B. Saran ..................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang meletakkan hukum sebagai kekuatan
tertinggi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah
memberikan jaminan bagi seluruh warga negarannya untuk mendapatkan
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan pada kebenaran
dan keadilan. Hukum mengatur segala hubungan antar individu atau perorangan
dan induvidu dengan kelompok atau masyarakat maupun individu dengan
pemerintah, hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat manusia sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem hukum, ada
masyarakat ada norma hukum.
Dalam agama Islam, etika merupakan bagian dari akhlak. Hal ini
dikarenakan tidak hanya berkaitan dengan perbuatan manusia secara lahiriah
namun juga keterkaitannya dengan akidah, ibadah dan syari’ah oleh karenanya
memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian etika yang
dikemukakan sebelumnya.
tujuan dari mempelajari etika tersebut adalah untuk mendapatkan konsep
mengenai penilaian baik buruk manusia sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Pengertian baik yaitu segala perbuatan yang baik, sedangkan pengertian
buruk yaitu segala perbuatan yang tercela. Tolak ukur yang menjadikan norma-
norma yang berlaku sebagai pedoman tidak terlepas dari hakikat dari keberadaan
norma-norma itu sendiri, yakni untuk mencipatakan suatu ketertiban dan
keteraturan dalam berpolah tindak laku seseorang dalam bermasyarakat.
Kemudian Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Prinsip negara hukum menuntut antara lain adanya jaminan kesederajatan bagi
setiap orang di hadapan hukum. Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi Advokat
sebagai profesi yang bebas, mandiri dan bertanggung jawab merupakan hal yang
penting, selain lembaga peradilan dan instansi penegak hukum seperti kepolisian
dan kejaksaan. Melalui jasa hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas

1
profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan
masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam
menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum. Advokat merupakan
profesi yang bebas yang tidak tunduk pada hirarki jabatan dan tidak tunduk pada
perintah atasan, dan hanya menerima perintah atau order atau kuasa dari klien
berdasarkan perjanjian yang bebas, baik yang tertulis, ataupun yang tidak tertulis,
yang tunduk pada kode etik profesi Advokat, tidak tunduk pada kekuasaan politik,
yang mempunyai kewajiban dan tanggung jawab publik.2 Kode etik profesi ini
bertujuan agar ada pedoman moral bagi seorang profesional dalam bertindak
menjalankan tugas profesinya itu.3 Kode etik merupakan prinsip-prinsip moral
yang melekat pada suatu profesi yang disusun secara sistematis. Hal ini berarti,
tanpa kode etik yang sengaja disusun secara sistematis itupun suatu profesi tetap
bisa berjalan karena prinsip-prinsip moral tersebut sebenarnya sudah melekat pada
profesi itu.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Etika Pelayanan Terhadap Klien?
2. Bagaimana Etika Hubungan Sesama Rekan Advokat dan Penegak Hukum
Lainnya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Etika Pelayanan Terhadap Klien.
2. Untuk Mengetahui Etika Hubungan Sesama Rekan Advokat Dan Penegak
Hukum Lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika Pelayanan Terhadap Klien


Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang
berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai yang benar dan salah yang dianut
masyarakat. Sebagai pejabat umum, notaris harus:
a. Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan jasanya
dengan sebaik-baiknya;
b. Menyelesaikan akta sampai tahap pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan
pengumuman dalam Berita Negara, apabila klien yang bersangkutan dengan
tegas mengatakan akan menyerahkan pengurusannya kepada Notaris yang
bersangkutan dan klien telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan;
c. Memberitahu kepada klien perihal selesainya pendaftaran dan pengumumam,
dan atau mengirim kepada atau menyuruh mengambil akta yang sudah didaftar
atau Berita Negara yang sudah selesai dicetak tersebut oleh klien yang
bersangkutan;
d. Memberikan penyuluhan hukum agar masyarakat menyadari hak dan
kewajiban sebagai warga negara dan anggota masyarakat;
e. Memberikan jasa kepada anggota masyarakat yang kurang mampu dengan
Cuma-Cuma;
f. Dilarang menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang itu
membuat akta pada Notaris yang menahan berkas itu;
g. Dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk semata-mata
menandatangani akta buatan orang lain sebagai akta buatan Notaris yang
bersangkutan;
h. Dilarang mengirim kepada klien atau klien-klien untuk ditandatangani oleh
klien atau klien klien yang bersangkutan;
i. Dilarang membujuk-bujuk atau dengan cara apapun memaksa klien membuat
akta padanya, atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah dari Notaris lain;
j. Dilarang membentuk kelompok di dalam tubuh Ikatan Notaris Indonesia
dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga secara

3
khusus/ekslusif, apalagi menutup kemungkinan anggota lain untuk
berpartisipasi.

B. Etika Hubungan Sesama Rekan Advokat Dan Penegak Hukum Lainnya


Dalam ketentuan asas-asas tentang hubungan antar teman sejawat advokat.
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kegiatan menjalankan profesi
sebagai suatu usaha, maka persaingan adalah normal. Namun persaingan ini harus
dilandasi oleh “ ... sikap saling menghormati, saling menghargai dan saling
mempercayai” (KEAI, Pasal 5 alinea 1). Dalam persaingan melindungi dan
mempertahankan kepentingan klien, sering antara para advokat, atau advokat dan
jaksa/penuntut umum, terjadi “pertentangan”.
Alinea 4 dari Pasal 5 KEAI merujuk kepada penarikan atau perebutan
klien. Dalam bahasa ABA ini dinamakan “encroaching” atau “trespassing”, secara
paksa masuk dalam hak orang lain (teman sejawat advokat). Secara gamblang
dikatakan adanya “obligation to refrain from deliberately stealing each other’s
clients”. Bagaimana dalam praktek nanti Dewan Kehormatan KEAI akan
mendefinisikan “stealing of clients” ini? Bagaimana akan ditafsirkan “menarik
atau merebut klien” itu? Kita harus menyadari bahwa adalah hak klien untuk
menentukan siapa yang akan memberinya layanan hukum; siapa yang akan
mewakilinya; atau siapa advokatnya.
Masalah lain dalam hubungan antar advokat ini adalah, tentang
penggantian advokat. Advokat lama berkewajiban untuk menjelaskan pada klien
segala sesuatu yang perlu diketahuinya tentang perkara bersangkutan. Pengaturan
dalam Pasal 4 alinea 2 KEAI tentang Pemberian Keterangan oleh advokat yang
dapat menyesatkan kliennya. Advokat baru sebaiknya menghubungi advokat lama
dan mendiskusikan masalah perkara bersangkutan dan perkembangannya terakhir.
Seorang advokat adalah berkomunikasi atau menegosiasi masalah perkara,
langsung dengan seseorang yang telah mempunyai advokat, tanpa kehadiran
advokat orang ini. Asas ini tercantum dalam Canon 9 ABA. Dalam asas ini tidak
berlaku untuk mewawancarai saksisaksi dari pihak lawan dalam berperkara
(alinea 5 dan 6, Pasal 7 KEAI). Suatu etika hubungan sesama rekan Advokat
sebagai sesama pejabat penasihat hukum:

4
a. Mempunyai hubungan yang harmonis antara sesama rekan advokat
berdasarkan sikap saling menghargai dan mempercayai;
b. Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan atau yang menyakitkan hati jika
membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan satu sama lain di dalam
sidang pengadilan;
c. Mengemukakan kepada Dewan Kehormatan Cabang setempat sesuai dengan
hukum acara yang berlaku keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang
dianggap bertentangan dengan Kode Etik Advokat;
d. Dilarang menarik klien dari teman sejawat;
e. Dengan sepengetahuan teman sejawat yang telah menjadi advokat tetap
kliennya, dapat memberi nasihat kepada klien itu dalam perkara tertentu atau
menjalankan perkara untuk klien yang bersangkutan;
f. Yang baru dapat menerima perkara dari advokat lama setelah dia memberi
keterangan bahwa klien yang semua kewajiban terhadap advokat yang lama;
g. Yang baru boleh melakukan tindakan yang sifatnya tidak dapat ditunda,
misalnya naik banding atau kasasi karena tenggang waktunya segera berakhir;
h. Yang lama selekas mungkin memberikan kepada advokat yang baru semua
surat dan keterangan penting untuk mengurus perkara itu

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan diatas dapat disimpulkan bahwa, etika merupakan bagian dari
akhlak. Hal ini dikarenakan tidak hanya berkaitan dengan perbuatan manusia
secara lahiriah namun juga keterkaitannya dengan akidah, ibadah dan syari’ah.
Dalam mewujudkan profesi advokat yang berfungsi sebagai penegak
hukum dan keadilan juga ditentukan oleh peran Organisasi Advokat. Dalam
ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat telah
memberikan aturan tentang pengawasan, tindakan-tindakan terhadap pelanggaran,
dan pemberhentian advokat yang pelaksanaannya dijalankan oleh Organisasi
Advokat. Ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat misalnya menentukan bahwa advokat dapat dikenai tindakan dengan
alasan: 1) mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya; 2) berbuat atau
bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya; 3)
bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang
menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-
undangan, atau pengadilan; 4) berbuat hal-hal yang bertentangan dengan
kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat profesinya; 5) melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau perbuatan tercela;
dan 6) melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.

B. Saran
Dengan terselesainya makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca karena makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi pengetikan maupun dari segi penyusunan. Dan
semoga penyusun dan pembaca dapat mengerti dan memahami materi dalam
makalah ini

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung.

Bertens. Etika.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994.Muhammad

Frans Hendra Winata, 1995. Advokat Indonesia, Citra, Idealisme dan Kepribadian,
Sinar Harapan, Jakarta.

Jazim Hamidi, 2005, Makna dan Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17


Agustus l945 dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Disertasi,
Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung

Lasdin Wlas, Wlas, Lasdin, 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Liberty


Yogyakarta.

Munir Fuady, 2005, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa,
advokat, Notaris, Kurator, dan Pengurus), PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.

Undang-Undang Tentang Advokat, UU No.18 Tahun 2003.Kode Etik Advokat


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai