Anda di halaman 1dari 11

PROFESIONALISME ADVOKAT DALAM PENEGAKAN

HUKUM DI INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum

Disusun oleh:

Anggun Agung Prasetyo

201922500008

Universitas Dr. Soetomo

Fakultas Hukum

Jurusan Ilmu hukum

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Profesionalisme Advokat
dalam Penegakan Hukum di Indonesia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena adanya
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang
bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

ii
DAFTAR ISI

Halaman sampul..................................................................................................................... i

Kata pengantar ...................................................................................................................... ii

Daftar isi................................................................................................................................. iii

Bab I....................................................................................................................................... 1

Bab II..................................................................................................................................... 3

Bab III.................................................................................................................................... 7

Daftar Isi................................................................................................................................ 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Advokat adalah salah satu penegak hukum yang sering menjadi perhatian masyarakat. Hal
tersebut dibuktikan dari ruang lingkup pekerjaan yang luas (dari penyidikan sampai penegakan
hukuman) berbeda dengan penegak hukum lainnya yang bersifat parsial. Menurut UU Advokat,
advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini. Hal tersebut
menunjukkan ruang lingkup meliputi mereka yang melakukan pekerjaan baik di pengadilan
maupun di luar pengadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Advokat.

Sebagai penegak hukum, advokat memiliki kedudukan yang hampir sama dengan hakim.
Namun, hal yang membedakan dengan hakim adalah tidak adanya hak pada advokat untuk
memberikan putusan akhir terhadap suatu perkara pidana. Terlepas dari keistimewaan tersebut,
penegak hukum harus mematuhi etika yang telah ada. Etika merupakan konsepsi tentang baik
atau buruknya perangai (perilaku seseorang). Selain itu, etika merupakan ide-ide atau contoh-
contoh tentang dambaan kebaikan perbuatan atau perilaku manusia. Oleh karena itu, orang yang
beretika adalah orang yang memberi contoh perilaku keteladanan.1

Dalam menjalankan tugasnya (pada proses litigasi), advokat menghadapi dilema etika yang
mungkin timbul dalam mewakili kliennya untuk memegang kode etik dan tidak menyuap
penegak hukum (Winarta, 1996: 45). Perilaku negatif para advokat tidak dapat dilepaskan dari
faktor internal dan eksternal. Faktor internal berkaitan dengan perwujudan kode etik profesi
advokat yang seharusnya sudah tertanam dalam diri dan perilaku pelaku. Adapun faktor
eksternalnya berkaitan dengan tuntutan untuk memenangkan setiap perkara yang ditangani. Oleh
karena itu, tugas pokok advokat adalah memberikan pelayanan umum kepada masyarakat tanpa
diskriminatif berdasarkan ketentuan hukum dan etika yang berlaku.

1
Supirman Rahman & Nurul Qamar, Etika Profesi Hukum, Makassar, Refleksi, 2014, hlm. 4
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah pelaksanaan dan penegakan etika profesi advokat dalam menangani
perkara pidana?
b. Apakah dampak yang ditimbulkan jika advokat melakukan pelanggaran etika?

1.3. Tujuan penulisan


a. Untuk mengetahui pelaksanaan dan penegakan etika advokat dalam menangani perkara
pidana.
b. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika seorang advokat melakukan
pelanggaran.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Etika Profesi Advokat

Sebagai salah satu bidang kajian filsafat, khususnya filsafat moral, etika sudah sangat lama
menjadi wacana intelektual para filsuf. Selain itu, sudah menjadi pusat perhatian sejak zaman
Yunani Kuno dan sampai sekarang etika masih menjadi kajian yang menarik untuk dibicarakan
dan diteliti lebih jauh. Hal tersebut sangat membantu dalam interaksi kehidupan sehari-hari
setiap manusia beradab.2

Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti kebiasaan atau watak yang merujuk
pada sebuah disposisi istimewa. Menurut Solomon, etika memiliki dua basic concern yakni
watak individual atau “manusia yang baik” dan peraturan-peraturan yang mengatur dan
membatasi perilaku kita khususnya pertauran yang berkaitan denga “yang baik”, “yang buruk”,
dan “yang benar” secara moral. Etika memberi orientasi normatif bagi keputusan dan tindakan
seseorang supaya keputusan dan tindakan orang itu dapat dikatakan baik secara moral (Ujan,
2007:140).

Menurut sumaryono, pembentukan kode etik memiliki tujuan sendiri, diantaranya adalah:3

1. Sebagai sarana kontrol sosial


Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip professional yang telah digariskan, sehingga
dapat diketahui dengan pasti kewajiban professional anggota lama, baru, ataupun calon
anggota kelompok profesi. Dengan demikian, dapat dicegah kemungkinan terjadinya
konflik antara sesame anggota atau kelompok.
2. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain
Kode etik telah menentukan standarisasi kewajiban professional anggota kelompok
profesi. Pemerintah ataupun masyarakat tidak perlu ikut campur untuk menentukan
kinerja kelompok profesi.
3. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik

Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau yang
sudah mapan dan dianggap efektif apabila dilaksanakan dengan baik, sehingga memuaskan
2
Rahman Hakim, Etika dan Pergulatan Manusia, Surabaya, Visipres, 2010, hlm. 1
3
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum (Bandung : Pt. Citra Aditya Bakti, 2001), hlm.78-79.
semua pihak yang berkaitan. Oleh karena itu, kode etik dapat mencegah kesalahpahaman dan
konflik, sebaliknya berguna sebagai bahan refleksi nama baik profesi.

Dengan demikian kode etik advokat adalah hukum tertinggi dalam perjalanan profesi, selain
melindungi dan menjamin juga membenbankan kewajiban kepada setiap advokat yang jujur dan
bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya kepada pemohon, pengadilan, negara,
masyarakat, dan kepada diri sendiri.4

2.2. Pelaksanaan dan Penegakan Etika Profesi Advokat

Berdasarkan hak dan kewajiban yang telah dijabarkan oleh perundang-undangan dan kode
etik maka terlihat bahwa advokat memiliki tugas yang mulia dalam penegakan hukum di
Indonesia. Selama advokat tersebut menjalankan tugasnya dengan baik, maka tidak aka nada
permasalahan yang membuat citra peradilan Indonesia menjadi buruk. Namun, melihat kasus
yang telah diberikan, justru menunjukkan kebalikan dari penjelasan tersebut.

Jika seorang advokat berjanji akan memenangkan perkara kepada kliennya asalkan tidak
mencari advokat lain dan kenyataanya advokat tersebut justru menjadi penasihat hukum pihak
lawan, maka advokat tersebut setidaknya melakukan dua kesalahan.

Kesalahan yang pertama adalah seorang advokat tidak boleh menjanjikan kemenangan
kepada klien, karena menyalahi dan merusak kehormatan advokat yang ditegaskan dalam KEAI
(Kode Etik Advokat Indonesia) pada pasal 3 (tiga) huruf g yang berbunyi:

Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi Advokat sebagai profesi


terhormat (officium nobile).
Selain itu, melanggar pasal 4 (empat) huruf c, yang berbunyi:

Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang


ditanganinya akan menang.
Adapun kesalahan kedua adalah advokat tidak boleh bekerja sama dengan pihak lawan,
karena berpotensi merugikan kliennya. Hal tersebut diperkuat dalam Undang-Undang No. 18
Tahun 2003 tentang Advokat Pasal 6 (enam) huruf a bahwa advokat dapat dikenai tindakan
dengan alasan mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya.

4
Ibid, hlm.98.
Selain itu, terdapat beberapa kemungkinan, diantaranya adalah:
1. Advokat tersebut bekerja sama dengan tujuan untuk mempengaruhi atau mengajari
saksi-saksi yang diajukan oleh pihak lawan.
2. Advokat tersebut bekerja sama dengan pihak lawan dengan tujuan untuk
membocorkan rahasia kliennya.

Tindakan advokat pada kemungkinan pertama menunjukkan sebuah tindakan yang tidak
dapat dibenarkan berdasarkan Pasal 7 (tujuh) huruf e KEAI, yang berbunyi:

Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau mempengaruhi saksi-saksi yang


diajukan oleh pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut
umum dan perkara pidana.
Sedangkan dalam kemungkinan kedua, seharusnya advokat tidak boleh membocorkan
informasi tentang kliennya. Hal tersebut tertera pada Pasal 19 ayat (1) UU Advokat, yang
berbunyi:

Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari
kliennya karena hubungan profesinya, kecuali di tentukan lain oleh undang-
undang.

2.3. Dampak yang diterima Advokat yang Melanggar Etika dan Tanggung Jawab
Profesi

Advokat yang diduga melanggar Etika dan Tangung Jawab Profesi akan mendapatkan sanksi
mulai dari peringatan biasa, peringatan keras, pemberhentian sementara, pemecatan dari
keanggotaan profesi. Namun, perlu ditegaskan kembali bahwa pelanggaran yang dimaksud
berkaitan dengan Pelanggaran Kode Etik saja. Hal tersebut dinyatakan dalam Pasal 11 ayat (3)
KEAI, yang berbunyi:

Pengaduan yang dapat diajukan hanyalah mengenai pelanggaran terhadap kode


etik advokat.
Selain itu, di dalam Pasal 6 UU Advokat diatur bahwa seorang Advokat dapat dikenai
tindakan dengan alasan:
a) Mengabaikan atau mentelantarkan kepentingan kliennya;
b) Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan
seprofesinya;
c) Bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang
menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-
undangan, atau pengadilan;
d) Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat
dan martabat profesinya;
e) Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau
perbuatan tercela;
f) Melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan atas permasalahan tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa hal.
Pertama, kode etik advokat merupakan sumber hukum tertinggi bagi advokat. Profesionalisme
advokat dalam penegakan hukum dapat diukur dengan menggunakan standar etika yang
rumuskan dalam kode etik tersebut. Kedua, semua tindakan yang dilakukan advokat telah diatur
dalam Kode Etik Advokat Indonesia. Advokat harus mematuhi semua aturan tanpa terkecuali.
Jika advokat melakukan pelanggaran, maka harus diberi sanksi sesuai dengan aturan yang
berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hakim, MF Rahman. 2010. Etika dan Pergulatan Manusia. Surabaya: Visipers.

Munir Fuady. 2005. Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, advokat, Notaris,
Kurator, dan Pengurus). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Rahardjo, Satjipto. 1986. Ilmu Hukum. Bandung, Indonesia : Citra Aditya.

Rahman, Supirman & Nurul Qamar. 2014. Etika Profesi Hukum. Makassar: Refleksi.

Anda mungkin juga menyukai