Anda di halaman 1dari 17

“ PENERIMA BANTUAN HUKUM”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Bantuan Hukum Dan Advokasi

Dosen Pengampu : Ibu Rizki Silvia Putri, M.H.

Disusun oleh :

Kelompok 2

Diah Suci Rahmawati 2021030423

Bayu Nugraha Putra 2021030045

Muhammad Ismail Ajis 2021030266

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 1443 H / 2023 M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT.Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penerima Bantuan Hukum ”
dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bantuan Hukum Dan
Advokasi. Maksud dan Tujuan dari pembuatan Makalah ini untuk memperluas wawasan
serta memberikan inspirasi kepada para pembacanya mengenai “Bantuan Hukum Dan
Advokasi” tersebut.

Terlebih dahulu kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Rizki Silvia Putri, M.H
selaku dosen pengampu mata kuliah Bantuan Hukum Dan Advokasi. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah
ini.

Penulis berusaha sebaik mungkin didalam penyusunan dan penyelesaian makalah


ini dan penulis juga menyadari kemungkinan adanya kekurangan atau kesalahan yang
tidak disengaja dalam isi makalah ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pembuatan
makalah ini. Semoga hasil dari makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri penulis sendiri
maupun bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 15 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................6

1.3 Tujuan Penulis .................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................7

2 .1 Penerima Bantuan Hukum ..............................................................................7


2 .2 prosedur penerima bantuan hukum.................................................................9
2 .3 Hak dan kewajiban penerima bantuan hukum ..............................................11
2.4 Pelayanan bantuan hukum .............................................................................12

BAB III PENUTUP .......................................................................................................15

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................15

3.2 Saran ..............................................................................................................16

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasal 1 angka 1 Bab I Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum, menyebutkan: "Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh
Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum".
Sedangkan penerima bantuan hukum di sini adalah orang atau kelompok orang miskin
dan Pemberi Bantuan Hukum adalah Lembaga Bantuan Hukum atau organisasi
kemasyarakatan yang memberi layanan bantuan hukum seperti yang dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Menurut Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 Pasal 1 angka 9, Bab I memberi pengertian bahwa
"Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma
kepada Klien yang tidak mampu".

Bantuan hukum memiliki kedudukan yang cukup penting dalam setiap sistem
peradilan pidana, perdata, dan tata usaha negara tidak terkecuali di Negara Indonesia.
Secara umum dapat dikatakan bahwa bantuan hukum mempunyai tujuan yang terarah
pada bermacam-macam kategori sosial di dalam masyarakat, yaitu: (1) Menjamin dan
memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan;
(2) Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip
persamaan kedudukan di dalam hukum; (3) Menjamin kepastian penyelenggaraan
Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia; dan (4) Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat
dipertanggungjawabkan

Konsep bantuan hukum berkaitan dengan hak-hak seseorang guna menjalankan


hak-hak tersebut, oleh karenanya bantuan hukum dijalankan oleh para ahli hukum dan

4
orang-orang yang berpengalaman dalam rangka untuk menjalankan profesinya.
Bantuan hukum dijalankan oleh pemberi bantuan hukum yang berorientasi pada nilai-
nilai kemulian, yaitu aspek kemanusiaan untuk memperjuangkan hak-hak manusia
untuk hidup sejahtera dan berkeadilan.

Pemberian bantuan hukum tersebut dapat diberikan kepada semua orang tanpa
membedakan status sosial seseorang. Hal tersebut adalah sebagaimana yang ada pada
negara hukum (rechtsstaat) di mana negara mengakui dan melindungi hak asasi
manusia setiap individu. Pengakuan negara terhadap hak individu ini tersirat di dalam
persamaan kedudukan di hadapan hukum bagi semua orang. Pasal 28 D ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi, "Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum". Oleh karenanya, setiap individu dijamin oleh undang-undang untuk
memperoleh bantuan hukum1.

1
Setyowati peran advokat dalam memberikan bantuan hukum,Volume 2 No 2, November 2018 hal.156

5
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah


ini yaitu :
1.Siapakah yang dapat menerima bantuan hukum ?
2.Bagaimana prosedur penerimaan bantuan hukum ?
3.bagaimana hak penerima bantuan hukum ?
4.Bagaimana pelayanan penerima bantuan hukum ?

1.3 TUJUAN PENULIS

Tujuan yang ingin kami capai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana menerima bantuan hukum
b. Untuk mengetahui prosedur penerimaan bantuan hukum
c. Untuk mengetahui hak dan kewajiban penerima bantuan hukum
d. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan penerima bantuan hukum

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penerima Bantuan Hukum

Pelaksanaan hukum di dalam masyarakat sangatlah bergantung pada kesadaran


hukum suatu masyarakat dikarenakan manusia adalah subjek hukum. Namun selain
tergantung pada kesadaran hukum masyarakat juga tergantung dan sangat ditentukan oleh
pelaksanaan penegakan hukum oleh para petugas penegak hukum. Oleh karenanya
banyak peraturan hukum yang tidak dapat terlaksana dengan baik dikarenakan oknum
penegak hukum kurang paham dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Pemberian bantuan (pembelaan) hukum bagi masyarakat tidak mampu hanya


dapat dilakukan oleh Advokat yang sudah terdaftar pada Pengadilan Tinggi setempat.
Pemberian bantuan hukum tersebut dapat dilakukan melalui : Bantuan (pembelaan)
hukum yang dilakukan oleh Advokat secara perorangan Bantuan (pembelaan) hukum
yang dilakukan oleh Advokat secara kelembagaan melalui Lembaga Bantuan Hukum
setempat.

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam
maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Jasa yang diberikan Advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
klien (jasa hukum). Advokat adalah pengacara yang diangkat oleh Menteri Kehakiman
setelah mendapat nasihat dari Mahkamah Agung. Batas wilayah hukum tugas dari
seorang advokat adalah seluruh provinsi di Indonesia Dasar dari pemberian bantuan
hukum bagi masyarakat tidak mampu dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan:

1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;

7
2) Pasal 13 (1) tentang: Organisasi, administrasi, dan finansial Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung.
3) Pasal 37 tentang: Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperloleh
bantuan hukum.
4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana :
5) Pasal 56 (1) tentang Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa
melakukan tindak pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih
atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau
lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan
pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk
penasehat hukum bagi mereka;
6) Pasal 56 (2) tentang : Setiap penasehat hukum yang ditunjuk untuk bertindak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-
cuma.
7) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (HIR/RBG) Pasal 237 HIR/273
RBG tentang : Barangsiapa yang hendak berperkara baik sebagai penggugat
maupun sebagai tergugat, tetapi tidak mampu menanggung biayanya, dapat
memperoleh izin untuk berperkara dengan cuma-cuma. 8) Instruksi Menteri
Kehakiman RI No. M 01 UM.08.10 Tahun 1996, tentang Petunjuk Pelaksanaan
Program Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Yang Kurang Mampu Melalui
Lembaga Bantuan Hukum. 9) Instruksi Menteri Kehakiman RI No. M 03-
UM.06.02 Tahun 1999, tentang:Barang siapayang hendak berperkara baik sebagai
penggugat maupun sebagai tergugat, tetapi tidak mampu menanggung biayanya,
dapat memperoleh izin untuk berperkara dengan cuma-cuma.
8) Instruksi Menteri Kehakiman RI No. M 01-UM.08.10 Tahun 1996, tentang
Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Yang Kurang
Mampu Melalui Lembaga Bantuan Hukum.
9) Instruksi Menteri Kehakiman RI No. M 03-UM.06.02 Tahun 1999, tentang
Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Yang Kurang
Mampu Melalui Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara.

8
10) Surat Edaran Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha
Negara No. D.Um. 08. 10. 10 tanggal 12 Mei 1998 tentang JUKLAK Pelaksanaan
Bantuan Hukum Bagi Golongan Masyarakat Yang Kurang Mampu Melalui LBH.
11) Dana bantuan hukum tidak diberikan langsung melainkan diberi dalam bentuk
imbalan jasa kepada Advokat yang sudah menyelesaikan kasus/perkara dari
masyarakat yang bersangkutan.2

2.2 Prosedur Penerimaan Bantuan Hukum

Dalam aspek kemanusiaan, tujuan dari program bantuan hukum ini adalah untuk
meringankan beban (biava) hukum yang harus ditanggung oleh masyarakat tidak mampu
di depan Pengadilan dan diluar pengadilan, Dengan demikian, ketika masyarakat
golongan tidak mampu berhadapan dengan proses hukum di Pengadilan, mereka tetap
memperoleh kesempatan untuk memperoleh pembelaan dan perlindungan hukum.Dalam
aspek kesadaran hukum, dihadapkan bahwa program bantuan hukum ini akan memacu
tingkat kesadaran hukum masyarakat ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dengan demikian,
apresiasi masyarakat terhadap hukum akan tampil melalui sikap dan perbuatan yarg
mencerminkan hak dan kewajibannya secara hukum. Kriteria dari sifat bantuan hukum
yang diberikan oleh Mahkamah Agung RI cq. Direktorat Jenderal Badan Peradilan
Umum terhadap masyarakat yang berperkara {pidana dan perdata) di depan Pengadilan
adalah sebagai berikut, Dana bantuan hukum yang diberikaa oleh Mahkamah Agung zu
cq. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum, adalah terhadap gologan (kriteria)
masyarakat tidak mampu yang berperkara di Pengadilan. Dana bantuan hukum tersebut
tidak diberikan secara langsung kepada masyarakat yang membutuhkannya, melainkan
diberikan dalam bentuk imbalan jasa kepada Advokat yang sudah menyelesaikan
kasus/perkara dari masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat tidak mampu yarg
menghadapi perkara di pengadilan, dalam rangka kepentingan dan pembelaan hak-hak
hukumnya, dapat meminta keterangan (informasi) dari instansi-instansi setempat
misalnya:

a. Pengadiian Negeri/ Tinggi

2
Ibid hal.158-159

9
b. kejaksaan Negeri / Tinggi;
c. lembaga Bantuan Hukum.

Untuk mendapatkan bantuan hukum yang disediakan oleh Mahkamah Agung Rl


cq. Direktorat Jenderal Badan peradilan Umum, masyarakat wajib mempersiapkan:

a. Surat Keterangan Tidak Mampu dari Kepala Desa/Lurah setempat atau


b. Surat Pernyataan Tidak Mampu dari pemohon dan dibenarkan oleh
c. Pengadilan Negeri setempat; atau
d. Surat Pernyataan tidak Mampu dari pemohon dan dibenarkan oleh Lembaga
Bantuan Hukum setempat.

Dalam proses peradilan pidana, baik yang menyangkut hukum material dan
formil, dikenal asas-asas yang bertujuan untuk mendudukkan hukum pada tempat yang
sebenamya. Untuk itu, ada ketentuan-ketentuan hukum dalam UU No.4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman yang wajib dipenuhi ketika seseorang harus didakwa dan
dihukum melalui pengadilan, misalnya:

Pasal 6 (1) Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan pengadilan selain daripada yang
ditentukan oleh undang-undang

Pasal 6 (2)Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena
alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa
seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang
didakwakan atas dirinya.

Pasal 8 Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dan/atau dihadapkan di depan
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya.

2.3 Hak Dan Kewajiban Menerima Bantuan Hukum

Hak Mendapat Bantuan Hukum

10
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Pasal 1 (1)
dinyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi
Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.3 Penerima
Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi
hak dasar secara layak dan mandiri yang menghadapi masalah hukum. Sedangkan dalam
SEMA No. 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum, Pasal 27
dinyatakan bahwa yang berhak mendapatkan jasa dari Pos Bantuan Hukum adalah orang
yang tidak mampu membayar jasa advokat terutama perempuan dan anak-anak serta
penyandang disabilitas, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bantuan hukum tersebut meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili,


membela, dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Penerima
Bantuan Hukum, yang bertujuan untuk :

1. Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan
akses keadilan.
2. Mewujudkan hak konstitusional semuaa warga Negara sesuai dengan prinsip
persamaan kedudukan didalam hukum.
3. Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara
merata di seluruh wilayah Negara Indonesia.
4. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 25 SEMA No 10 Tahun 2010 menyatakan bahwa jasa Bantuan Hukum yang dapat
diberikan oleh Pos Bantuan Hukum berupa pemberian informasi, konsultasi, dan nasihat
serta penyediaan Advokat pendamping secara cuma-cuma untuk membela kepentingan
Tersangka/Terdakwa dalam hal Terdakwa tidak mampu membiayai sendiri penasihat
hukumnya.

Hak dan Kewajiban Penerima Bantuan Hukum

Penerima Bantuan Hukum berhak :

3
Undang -undang No 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan hukum

11
a) Mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau
perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan
Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa.
b) Mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan hukum dan/atau
Kode Etik Advokat.
c) Mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Penerima Bantuan Hukum wajib :

a) Menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar kepada


Pemberi Bantuan Hukum.
b) Membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.

2.4 Layanan Penerima Bantuan Hukum

1. Pos Bantuan Hukum

Frans Hendra Winarta menyatakan bahwa, “bantuan hukum merupakan jasa


hukum yang khusus diberikan kepada fakir miskin yang memerlukan pembelaan secara
cuma-cuma, baik di luar maupun di dalam pengadilan, secara pidana, perdata dan tata
usaha negara, dari seseorang yang mengerti seluk beluk pembelaan hukum, asas-asas dan
kaidah hukum, serta hak asasi manusia4.”Dalam undang-undang tersebut dikatakan
bahwa, bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum
secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.5

Pos bantuan hukum merupakan layanan bantuan hukum yang diberikan oleh
pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Pos
bantuan hukum dibentuk oleh dan ada pada setiap pengadilan tingkat pertama, untuk
memberikan layanan hukum berupa informasi, konsultasi, dan saran hukum, serta
pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan perundang-

4
Frans Hendra Winarta,Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan.(Jakarta:Elex
Media Komputindo,2000), hal.23
5
Pasal 1 ayat 1Undang undang Nomor 16 tahun 2011tentang Bantuan Hukum.

12
undangan yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman, peradilan umum, agama, dan
tata usaha negara.

Layanan yang diberikan pos bantuan hukum di antaranya:

a) Pemberian informasi, konsultasi, dan saran hukum.


b) Bantuan pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan.
c) Penyediaan informasi daftar organisasi bantuan hukum sebagaimana dimaksud
dalam UU No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum atau organisasi bantuan
hukum atau advokat lainnya yang dapat memberikan bantuan hukum cuma-cuma.

2. Lembaga Bantuan Hukum

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) adalah lembaga penyedia jasa hukum yang
menyediakan layanan hukum secara gratis pada masyarakat tertentu. LBH berperan
menyediakan bantuan hukum struktural sesuai amanat UU No. 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum.

Pelaksanaan bantuan hukum dilakukan oleh pemberi bantuan hukum yang telah
memenuhi syarat, yaitu:

a. Berbadan hukum.

b. Terakreditasi berdasarkan UU No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

c. Memiliki kantor atau sekretariat tetap.

d. Memiliki pengurus.

e. Memiliki program bantuan hukum.

Pendanaan LBH sebagaimana diatur dalam UU No. 16 Tahun 2011 tentang


Bantuan Hukum dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
selain itu pendanaan berasal dari hibah atau sumbangan dan sumber pendanaan lain yang
sah dan tidak mengikat.

3. Pro Bono

13
Pro bono merupakan pemberian cuma-cuma terhadap suatu layanan atau jasa
kepada orang yang membutuhkan. Orang yang membutuhkan tersebut meliputi
masyarakat miskin, organisasi non profit, dan komunikasi warga yang membutuhkan
konsultasi atau bantuan hukum.

Advokat akan memberikan layanan kepada orang atau kelompok yang


membutuhkan secara cuma-cuma tanpa membebankan biaya. Advokat tidak hanya
melakukan pendampingan hukum, tetapi juga turut serta dalam rangkaian kegiatan lain
yang diakui bagian dari pro bono.

Adapun yang termasuk ke dalam kegiatan pro bono yaitu:

a. Konsultasi dan pendampingan hukum


b. Penelitian
c. Pelatihan atau mengajar
d. Penyusunan dokumen hukum

Dengan mendapatkan bantuan hukum secara gratis, masyarakat kurang mampu


yang tengah tersandung masalah hukum dapat memanfaatkan layanan bantuan hukum
gratis tersebut.

Menkumham juga mengawasi dan memastikan penyelenggaraan bantuan hukum


dan pemberian bantuan hukum dijalankan sesuai dengan asas dan tujuan yang ditetapkan,
serta melakukan verifikasi dan akreditasi terhadap lembaga bantuan hukum atau
organisasi kemasyarakatan untuk memenuhi kelayakan sebagaipemberi bantuan hukum.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan :

14
Bahwa Pelaksanaan hukum di dalam masyarakat sangatlah bergantung pada
kesadaran hukum suatu masyarakat dikarenakan manusia adalah subjek hukum. Namun
selain tergantung pada kesadaran hukum masyarakat juga tergantung dan sangat
ditentukan oleh pelaksanaan penegakan hukum oleh para petugas penegak hukum Dalam
aspek kemanusiaan, tujuan dari program bantuan hukum ini adalah untuk meringankan
beban (biava) hukum yang harus ditanggung oleh masyarakat tidak mampu di depan
Pengadilan dan diluar pengadilan, Dengan demikian, ketika masyarakat golongan tidak
mampu berhadapan dengan proses hukum di Pengadilan, mereka tetap memperoleh
kesempatan untuk memperoleh pembelaan dan perlindungan hukum.Dalam aspek
kesadaran hukumBerdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum, Pasal 1 (1) dinyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan
oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.
Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat
memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri yang menghadapi masalah hukum.
Sedangkan dalam SEMA No. 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan
Hukum, Pasal 27 dinyatakan bahwa yang berhak mendapatkan jasa dari Pos Bantuan
Hukum adalah orang yang tidak mampu membayar jasa advokat terutama perempuan dan
anak-anak serta penyandang disabilitas, sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Lembaga Bantuan Hukum.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) adalah lembaga penyedia jasa hukum yang
menyediakan layanan hukum secara gratis pada masyarakat tertentu. LBH berperan
menyediakan bantuan hukum struktural sesuai amanat UU No. 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum.

Pro bono merupakan pemberian cuma-cuma terhadap suatu layanan atau jasa
kepada orang yang membutuhkan. Orang yang membutuhkan tersebut meliputi
masyarakat miskin, organisasi non profit, dan komunikasi warga yang membutuhkan
konsultasi atau bantuan hukum.

Advokat akan memberikan layanan kepada orang atau kelompok yang


membutuhkan secara cuma-cuma tanpa membebankan biaya. Advokat tidak hanya

15
melakukan pendampingan hukum, tetapi juga turut serta dalam rangkaian kegiatan lain
yang diakui bagian dari pro bono.

Adapun yang termasuk ke dalam kegiatan pro bono yaitu:

a. Konsultasi dan pendampingan hukum


b. Penelitian
c. Pelatihan atau mengajar
d. Penyusunan dokumen hukum

Dengan mendapatkan bantuan hukum secara gratis, masyarakat kurang mampu


yang tengah tersandung masalah hukum dapat memanfaatkan layanan bantuan hukum
gratis tersebut.

B. Saran

Melalui Makalah ini kami berharap semoga pembahasan mengenai “penerima


Bantuan Hukum” ini ,sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu kami
sebagai penulis mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan – kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca, untuk kesempurnaan dari makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

16
Setyowati, peran advokat dalam memberikan bantuan hukum,Volume 2 No 2, November
2018.
Frans Hendra Winarta,Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan.(Jakarta:Elex Media Komputindo,2000).
Undang undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

17

Anda mungkin juga menyukai