Anda di halaman 1dari 15

KENAPA NEGARA PERLU MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM

CUMA-CUMA KEPADA MASYARAKAT MISKIN

TUGAS MAKALAH

DOSEN PENGAMPU:

YUDHA PRASETYANO

NAMA :ROBBY NELANDRESS

BP :2010003600255

KELAS :4H6

MATA KULIAH : BANTUAN HUKUM


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Kenapa negara perlu memberikan bantuan hukum Cuma-
Cuma kepada masyarakat miskin" dengan tepat waktu. Makalah
disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran bantuan hukum.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
manusia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.Penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak yudha prasetyano selaku
dosen bantuan hukum .Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang ,13 mei 2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTA .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................2
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN.............................................................................................3

BAB II ISI

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN .....................................................................................................................1

3.2 SARAN .................................................................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................3


PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bantuan hukum merupakan suatu media yang dapat digunakan oleh
semua orang dalam rangka menuntut haknya atas adanya perlakuan yang
tidak sesuai dengan kaedah hukum yang berlaku. Hal ini didasari oleh arti
pentingnya perlindungan hukum bagi setiap insan manusia sebagai subyek
hukum guna menjamin adanya penegakan hukum. Bantuan hukum itu bersifat
membela masyarakat terlepas dari latar belakang, etnisitas, asal usul
keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, kaya miskin, agama, dan
kelompok orang yang dibelanya.Namun pada kenyataannya masih banyak
masyarakat yang tidak mampu untuk membayar jasa penasihat hukum dalam
mendampingi perkaranya. Meskipun ia mempunyai fakta dan bukti yang
dapat dipergunakan untuk meringankan atau menunjukkan kebenarannya
dalam perkara itu, sehingga perkara mereka pun tidak sampai ke pengadilan.
Padahal bantuan hukum merupakan hak orang miskin yang dapat diperoleh
tanpa bayar (probono publico).Adanya ketidakmampuan masyarakat secara
finansial untuk menuntut haknya sesuai dengan prosedur hukum, menuntut
untuk diadakannya suatu kebijaksanaan sehingga dapat mengajukan suatu
perkara perdata dengan tidak terbentur oleh biaya, khususnya dalam
berperkara perdata, oleh karena itu diperlukan suatu prosedur untuk
mengajukan perkara secara cuma-cuma /tidak perlu membayar panjer perkara
(prodeo). Sehingga bagi pihak yangkurang mampu, dapat mengajukan
gugatan secara cuma-cuma yang disebut dengan berperkara secara prodeo.
Hal tersebut sesuai dengan asas trilogiperadilan yaitu peradilan cepat,
sederhana dan murah. 1
Frans Hendra Winarta mengemukakan bahwa seringkali pihak yang
miskin karena tidak tahu hak-haknya sebagai tergugat, diperlakukan tidak adil
atau dihambat haknya untuk didampingi advokat. 2 Hal ini tentu saja sangat
merugikan pihak yang menuntut hak nya dan yang nantinya di proses di
pengadilan. Untuk menghalangi terjadinya hal tersebut, dibutuhkan suatu
lembaga atau organisasi hukum yang memperjuangkan keadilan dan
penegakan hukum seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang
mendampingi klien atau pihak yang dirugikan hak nya, dengan catatan klien
atau pihak yang akan didampingi perkaranya lemah secara ekonomi atau
financial. 3 Hal ini diatur juga di dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2)
UndangUndang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang
menyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh
Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan
Hukum dan Penerima Bantuan Hukum tersebut adalah orang atau kelompok
orang miskin.
Peranan lembaga bantuan hukum dalam memberikan bantuan hukum
secara cuma-cuma dalam proses perkara perdata bagi orang yang tidak
mampu / golongan lemah adalah sangat penting. Seorang penasihat hukum
dalam menjalankan profesinya harus selalu berdasarkan pada suatu
kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan guna mewujudkan suatu pemerataan
dalam bidang hukum yaitu kesamaan kedudukan dan kesempatan untuk
1 Sudikno Mertokusumo, 1998, Hukum Acara Perdata Edisi kelima, Liberty
Yogyakarta,
hal 16
2 Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia
Bukan Belas
Kasihan, Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm 96
3Financial artinya pembiayaan dalam Kamus Lengkap Bahasa
Inggris,Pustaka Ilmu, Jakarta memperoleh suatu keadilan. Hal tersebut secara
tegas dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 Pasal 27 ayat
(1), yang berbunyi: “Segala warga negara bersamaan kedudukan nya dalam
hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintah
itu dengan tidak ada kecualinya”. Persamaan di hadapan hukum tersebut
dapat terealisasi dan dapat dinikmati oleh masyarakat apabila ada kesempatan
yang sama untuk mendapatkan keadilan. Persamaan dihadapan hukum harus
diiringi pula dengan berbagai kemudahan untuk mendapatkan keadilan,
termasuk didalamnya pemenuhan hak atas bantuan hukum. Pemberian
bantuan hukum juga dapat diberikan oleh Advokat sebagaimana diatur juga
pada Pasal1 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma - Cuma,
yang berbunyi : “Bantuan Hukum Secara Cuma - Cuma adalah jasa hukum
yang diberikan Advokat tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi
pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi,
membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan pencari
keadilan yang tidak mampu”. Dan aturan diatas dipertegas dengan adanya
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang menyebutkan
bahwa Advokat wajib memberi bantuan hukum secara cuma - cuma kepada
pencari keadilan yang tidak mampu. Sementara itu fakir miskin merupakan
tanggung jawab negara yang diatur dalam Pasal 34 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi : “Fakir miskin dan
anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”.
Gerakan bantuan hukum sesungguhnya merupakan gerakan
konstitusional. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) kemudian mengembangkan
konsep Bantuan Hukum Struktural (BHS), konsep yang didasarkan pada
upaya-upaya untuk mendorong terwujudnya negara hukum yang menjamin
keadilan sosial. Hukum-hukum yang ditetapkan bukanlah hasil kompromi
institusi-institusi negara dan kekuatan pasar dan modal semata, tetapi hukum
yang dirumuskan atas dasar tuntutan dan aspirasi masyarakat.
Pada tanggal 4 Oktober tahun 2011, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
telah mengesahkan RUU tentang Bantuan Hukum dalam rangka menjamin
hakkonstitusional bagi setiap warga negara yang mencakup perlindungan
hukum,kepastian hukum, persamaan di depan hukum, dan perlindungan Hak
AsasiManusia (HAM). Dengan disahkannya undang - undang ini terdapat 2
(dua)makna. Pertama, melalui undang-undang ini setiap orang, khususnya
warganegara tidak mampu berhak atas bantuan hukum dan negara
bertanggungjawab memenuhi hak tersebut dengan menyediakan anggaran
yang memadai.Hak atas bantuan hukum adalah hak dasar setiap warga negara
yang sama
kedudukannya dengan hak-hak lain seperti kesehatan, pekerjaan, sandang dan
pangan, dan seterusnya. Kedua, negara melalui Departemen Hukum dan
HAM bertanggung jawab mengelola program bantuan hukum secara
akuntabel,sehingga implementasi program dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakatdengan menerima bantuan hukum yang profesional, bertanggung
jawab danmemenuhi rasa keadilan para pencari keadilan. Dengan adanya
programbantuan hukum diharapkan tidak akan terjadi lagi peristiwa perlakuan
yang timpang terhadap pihak yang tidak mampu yang tersangkut pada perkara
perdata. Selain itu adanya petunjuk program bantuan hukum bagi golongan
masyarakat yang kurang mampu melalui Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Tata Usaha Negara, hal ini tercantum dalam Instruksi Menteri Kehakiman
Republik Indonesia Nomor M.03 -UM.06.02 Tahun 1 999. Negara pun
menyediakan Posbakum (Pos Bantuan Hukum) yaitu ruang yang disediakan
oleh dan pada setiap Pengadilan Negeri bagi Advokat Piket dalam
memberikan layanan bantuan hukum kepada Pemohon bantuan hukum untuk
pengisian formulir permohonan bantuan hukum, bantuan pembuatan
dokumen hukum, advice atau konsultasi hukum, memberikan rujukan lebih
lanjuttentang pembebasan biaya perkara, dan memberikan rujukan lebih
lanjuttentang bantuan jasa Advokat, sebagaimana yang tertera pada
KeputusanDirektur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor :
1/DJU/OT.01.03/I/2012
tentang Petunjuk Pelaksanaan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Bantuan Hukum
Lampiran
A Perkara Perdata, Pos Bantuan Hukum dan Zitting Plaats.
Pemberian bantuan hukum oleh lembaga bantuan hukum memiliki
peranan yang sangat besar yaitu untuk mendampingi kliennya sehingga dia
tidak akan diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh aparat, demikian juga
untuk membela dalam hal materinya yang mana di sini diharapkan dapat
tercapainya keputusan yang mendekati rasa keadilan dari pengadilan. Dengan
adanya bantuan hukum secara cuma-cuma / gratis maka orang yang tidak
mampu yang dalam hal ini dimaksudkan pada tingkat perekonomian, yang
terlibat dalam proses perkara perdata akan mendapat keringanan untuk
memperoleh penasihat hukum sehingga hak - haknya dapat terlindungi dan
proses pemeriksaan perkara perdata tersebut dapat berlangsung sebagaimana
mestinya. Di samping itu hal tersebut akan mendorong para penasihat hukum
untuk lebih meningkatkan profesionalisme dalam hal memberikan bantuan
hukum.
Hal tersebut di atas perlu dilaksanakan sebab dalam kenyataannya
masih ada perlakuan yang tidak baik terhadap para pihak terutama jika ia
miskin. Sehingga ini merupakan suatu fenomena yuridis yang membutuhkan
suatu sarana atau alat yang kiranya mampu untuk memberikan
perlindungan dari penegakan hukum untuk menegakkan hak-hak para pihak.
Peristiwa semacam ini jika tidak ditindaklanjuti akan menyebabkan adanya
tekanan - tekanan dalam setiap tingkat pemeriksaan yang dapat digolongkan
sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Mungkin juga hal tersebut memiliki
dampak psikologis yang dapat berakibat fatal terhadap diri para pihak. Dan
bila hal itu terus terjadi akan menyebabkan wibawa hukum dan pengadilan
semakin terpuruk.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan diatas, terdapat
beberapa rumusan masalah yang akan menjadi topik pembicaraan dalam
penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimana konsep hukumdan pengaturan tentang banguan hukum Cuma-
Cuma
2. Bagaimana syarat mendapakan bantuan hukum secara Cuma-Cuma
3. Bagaimana peran negara dalam sistem bantuan hukum
4. Apa yang dimakusd dengan pemberian bantuan hukum litigasi dan
nonlitigasi
5. Bagaimana penyelesaian sengketa melalui litigasi dan non litigasi

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Lembaga


Bantuan Hukum
2. Untuk menegetahui pengaturan tentang hukum Cuma-Cuma
3. Mengetahui syarat mendapatkan
4. Mengetahui penyelesaian sengketa
5. Mengetahui yang dimaksud hukum litigasi dan non litigasi
BAB II
ISI

2.1 KONSEP HUKUM DAN PENGATURAN TENTANG BANTUAN


HUKUM CUMA-CUMA

Pemberian bantuan hukum secara cuma- cuma juga diatur di UndanG Undang
No 18 Tahun 2003 tentang Advokat, diatur di pasal 22 yang berbunyi “Advokat
wajib untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari
keadilan yang tidak mampu.

2.2 SYARAT MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-


CUMA

Syarat Memperoleh Bantuan Hukum Secara Gratis

Pengajuan ke Lembaga Bantuan Hukum.

Mengajukan Langsung Kepada Advokat (Pro Bono)

Memiliki Uraian Persoalan yang Jelas.

Melampirkan Dokumen Identitas.

Melampirkan Surat Keterangan Miskin.

2.3 PERAN NEGARA DALAM SISTEM BANTUAN HUKUM

Pembentukan undang-undang bantuan hukum, yang mengatur kelembagaan,


mekanisme dan pendananan, segera direalisir untuk memberikan alternatif dan
perluasan akses pemberian bantuan hukum yang tidak semata-mata tergantung
dari kepedulian Advokad.
2.4 YANG DIMAKSUD DENGAN PEMBERIAN PEMBERIAN BANTUAN
HUKUM LITIGASI DAN NON LITIGASI

Seperti yang diketahui proses litigasi berarti membawa permasalahan sengketa ke


jalur hukum sedangkan proses non litigasi penyelesaiannya berdasarkan itikad
baik yang dimiliki para pihak yang bersengketa

2.5 CARA PENYELESAIAN SANGKETA MELALUI LITEGASI DAN NON


LITEGSI

Litigasi dalah persiapan dan presentasi dari setiap kasus, termasuk juga
memberikan informasi secara menyeluruh sebagaimana proses dan kerjasama
untuk mengidentifikasi permasalahan dan menghindari permasalahan yang tak
terduga. Sedangkan Jalur litigasi adalah penyelesaian masalah hukum melalui
jalur pengadilan. Umumnya, pelaksanaan gugatan disebut litigasi. Gugatan adalah
suatu tindakan sipil yang dibawa di pengadilan hukum di mana penggugat, pihak
yang mengklaim telah mengalami kerugian sebagai akibat dari tindakan terdakwa,
menuntut upaya hukum atau adil. Terdakwa diperlukan untuk menanggapi
keluhan penggugat. Jika penggugat berhasil, penilaian akan diberikan dalam
mendukung penggugat, dan berbagai perintah pengadilan mungkin dikeluarkan
untuk menegakkan hak, kerusakan penghargaan, atau memberlakukan perintah
sementara atau permanen untuk mencegah atau memaksa tindakan. Orang yang
memiliki kecenderungan untuk litigasi daripada mencari solusi non-yudisial yang
disebut sadar hukum.

Non-Litigasi Jalur non litigasi berarti menyelesaikan masalah hukum di luar


pengadilan. Jalur non-litigasi ini dikenal dengan Penyelesaian Sengketa Alternatif.
Penyelesaian perkara diluar pengadilan ini diakui di dalam peraturan
perundangan di Indonesia. Pertama, dalam penjelasan Pasal 3 UU Nomor 14
Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman disebutkan ”
Penyelesaian perkara di luar pengadilan, atas dasar perdamaian atau melalui wasit
(arbitase) tetap diperbolehkan” . Kedua, dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka 10 dinyatakan ”
Alternatif Penyelesaian Perkara ( Alternatif Dispute Resolution) adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi,
mediasi, atau penilaian para ahli.”Konsultasi , merupakan suatu tindakan yang
bersifat personal antara suatu pihak (klien) dengan pihak lain yang merupakan
konsultan, yang memberikan pendapatnya atau saran kepada klien tersebut untuk
memenuhi keperluan dan kebutuhan klien. Konsultan hanya memberikan
pendapat (hukum) sebagaimana diminta oleh kliennya, dan selanjutnya keputusan
mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil oleh para pihak.Negoisasi,
penyelesaian sengketa melalui musyawarah/perundingan langsung diantara para
pihak yang bertikai dengan maksud mencari dan menemukan bentuk-bentuk
penyelesaian yang dapat diterima para pihak.Kesepakatan mengenai penyelesaian
tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui oleh
para pihak.Mediasi, merupakan penyelesaian sengketa melalui perundingan
dengan dibantu oleh pihak luar yang tidak memihak/netral guna memperoleh
penyelesaian sengketa yang disepakati oleh para pihak.Konsiliasi, Consilliation
dalam bahasa Inggris berarti perdamaian , penyelesaian sengketa melalui
perundingan dengan melibatkan pihak ketiga yang netral (konsisliator) untuk
membantu pihak yang berdetikai dalam menemukan bentuk penyelesaian yang
disepakati para pihak. Hasil konsilisiasi ini ini harus dibuat secara tertulis dan
ditandatangani secara bersama oleh para pihak yang bersengketa, selanjutnya
harus didaftarkan di Pengadilan Negeri. Kesepakatan tertulis ini bersifat final dan
mengikat para pihak.Pendapat ahli, upaya menyelesaikan sengketa dengan
menunjuk ahli untuk memberikan pendapatnya terhadap masalah yang
dipersengketakan untuk mendapat pandangan yang obyektif .Penyelesaian
sengketa di luar pengadilan (non-litigasi) merupakan upaya tawar-menawar atau
kompromi untuk memperoleh jalan keluar yang saling menguntungkan. Kehadiran
pihak ketiga yang netral bukan untuk memutuskan sengketa, melainkan para
pihak sendirilah yang mengambil keputusan akhir.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan dalam


penulisan ini adalah :
1. Cara masyarakat kurang mampu dapat memperoleh bantuan hukum cuma-
cuma dengan cara memenuhi syarat yaitu pemohon harus mengajukan
permohonan secara tertulis yang berisi paling sedikit tentang identitasnya dan
uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum,
lalu menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara. Setelah itu
pemohon wajib melampirkan surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala
Desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan
Hukum. Setelah memenuhi syarat-syarat yang disebutkan di atas, lalu
masyarakat kurang mampu yang mencari keadilan tersebut dapat mengajukan
dana bantuan hukum melalui Pengadilan Negeri atau LBH.
2. Namun sampai saat ini bantuan hukum cuma-cuma belum dapat terealisasi
karena banyak kendala-kendala yang dijumpai. Berdasarkan fakta di
lapangan, dana bantuan hukum yang diberikan oleh APBN melalui BPHN
belum dapat dicairkan sampai saat ini karena sulitnya birokrasi dan tidak ada
kesamaan pedoman antara BPHN Pusat dan Kanwil.

B. Saran
Agar bantuan hukum secara cuma-cuma dapat dilakukan dengan baik maka
bantuan hukum cuma-cuma ini tidak boleh diasosiasikan sebagai belas kasih
bagi si miskin tetapi juga dalam arti yang lebih luas yaitu selain membantu
orang miskin bantuan hukum juga merupakan gerakan moral yang
memperjuangkan hak asasi manusia.Bantuan hukum akan sangat bermanfaat
apabila diberikan oleh orang yang memahami hukum dan menjunjung tinggi
rasa keadilan, pilihlah pemberi bantuan hukum yang dapat dipercaya, jujur
yang telah dikenal dengan baik perjalanan hidupnya atau perjuangannya di
bidang hukum atau Advokat yang mentolelir segala jenis pemberian yang
tidak ada dasar hukumnya atau sogok atau suap atau “uang saku” atau “uang
kopi”.Menekankan bahwa APBN harus mengalokasikan secara jelas
mengenai dana untuk bantuan hukum, karena memang kenyataannya bantuan
hukum itu mahal dan dibutuhkan untuk masyarakat banyak yang umumnya
adalah orang miskin atau orang kurang mampu.
Membangun dan mendidik masyarakat agar mereka memiliki pengetahuan
dan kesadaran bahwa mereka mempunyai hak-hak untuk membela diri serta
menuntut hak dan kepentingannya dan bantuan hukum dapat disosialisasikan
sampai ke desa-desa oleh pemerintah.

3.4DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia


edisi Keempat, Gramedia, Jakarta.
Adnan Buyung Nasution, 1981, Bantuan Hukum Indonesia, LP 3 ES, Jakarta.
Martiman Prodjohamidjo, S.H., 1982, Penasihat Dan Organisasi Bantuan
Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Dr. Todung Mulya Lubis, 1986, Bantuan Hukum Dan Kemiskinan Struktural,
LP
3 ES, Jakarta.
Frans Hendra Winarta,S.H.,M.H., 2000, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi
Manusia Bukan Belas Kasih, Gramedia, Jakarta.
YLBHI;YOI, 2009, Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Bambang Sunggono, S.H,M.S.; Aries Harianto, S.H., 1994, Bantuan Hukum
Dan
Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung.
YLBHI;PSHK, 2006, Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia, YLBHI,
Jakarta. Lasdin Wlas, 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Liberty,
Yogyakarta.

Website :
http://www.pn-sarolangun.go.id
http://qolbi.wordpress.com/2012/07/31/bantuan-hukum-bagi-terpidana-yang-
tidak-mampu/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
Peraturan Perundangan :
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Undang-Undang No 16
Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum Undang-Undang no 18 Tahun 2003
tentang Advokat
Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum

Anda mungkin juga menyukai