Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUKUM ACARA PIDANA


Tentang

“ BANTUAN HUKUM DAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN SERTA


PENYERAHAN BAP KE JPU ”

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

AFRI YELMI 2113030107


SEPTIA DALFIAZANI 2113030120 RAJA
PRAMANA 2113030044

DOSEN PEMBIMBING :

ERIK SEPRIA, SHI., MH

PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG


T. A 2023 / 2024

KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan hinayahnya serta sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat nya dari zaman jahiliyah
hingga zaman islamiyah seperti sekarang ini. Berkat karunia dan hidayah-Nya kita
bisa memulai perkuliahan semester 5. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah
SWT. Amiin.
Mudah-mudahan makalah yang penulis selesaikan sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai materi “Upaya Paksa
dan Hak – Hak Tersangka dalam KUHAP”. Penulisan dan pembuatan makalah ini
dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada semester 5 dalam mata kuliah
Hukum Acara Pidana yang merupakan mata kuliah wajib Fakultas. Dalam proses
pendalaman materi ini, tentunya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi, dan
saran. Sumber materi ini kami dapatkan pada beberapa buku dan jurnal yang
memang membahas mengenai materi ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna namun kami berharap
makalah ini bisa menjadi referensi bagi rekan-rekan yang ikut serta membaca.

Padang, Oktober 2023

Penyusun
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Bantuan Hukum.........................................................................................
B. Berita acara Pemeriksaan ( BAP ).............................................................
C. Penyerahan BAP ke JPU ...........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................
19
B. Saran ..........................................................................................................

19 DAFTAR PUSTAKA

.......................................................................................... 2
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada hakikatnya Hukum Acara Pidana memiliki keterkaitan yang


erat dengan hukum pidana. Pada dasarnya hukum acara pidana ini mengatur
bagaimana proses beracara di dalam hukum pidana. Ketentuan-ketentuan
Hukum Acara Pidana itu secara sistematik dan teratur dalam sebuah Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dalam perkara pidana
guna mencari kebenaran di perlukan proses atau langkah-langkah mulai dari
penyidikan yang di lakukan oleh Penyidik, tuntutan oleh Jaksa Penuntut
Umum dan pemeriksaan serta putusan oleh hakim. Pada saat ini Hukum
Acara Pidana telah diatur dalam satu undang- undang yang dikenal dengan
Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yaitu Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981, yang mulai berlaku sejak tanggal 31
Desember 1981. KUHAP merupakan hukum acara pidana bagi tindak
pidana umum.
Di dalam Hukum Acara Pidana juga ada yang dikenal dengan istilah
bantuan hukum. Istilah bantuan hukum lebih tepat serta sesuai dengan
fungsinya sebagai pendamping tersangka atau terdakwa dalam pemeriksaan
dari pada istilah pembela. Istilah pembela seakan-akan berfungsi sebagai
penolong tersangka atau terdakwa bebas atau lepas dari pemidanaan
walaupun telah jelas bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan itu.
Pada hal fungsi pembela adalah membantu hakim dalam usaha menemukan
kebenaran materiil.
Pada hakikatnya di dalam Hukum Acara Pidana, mencari kebenaran
dalam suatu perkara di perlukan proses-proses mulai dari penyidikan yang
di lakukan oleh Penyidik, tuntutan oleh jaksa Penuntut Umum dan
pemeriksaan serta putusan oleh hakim. Penyidik harus membuat Berita
Acara Pemeriksaan (BAP) atas segala tindakannya dalam proses
penyidikan. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di jadikan dasar oleh Jaksa

1
Penuntut Umum (JPU) dalam pembuatan Surat Dakwaan, dan dasar
membuktikan kesalahan terdakwa dalam proses pemeriksaan di
persidangan, karena itu kebenaran BAP selalu dipertahankan oleh JPU.
Untuk lebih jelasnya akan kami bahas pada poin selanjutnya di dalam
makalah ini.
Para penyidik yang melakukan serangkaian proses penyidikan,
kemudian menuangkan hasil penyidikan tersebut kedalam Berita Acara
Pemeriksaan tersebut. BAP ini kemudian diserahkan oleh penyidik kepada
penuntut umum untuk dipelajari dan diteliti kelengkapannya sebagai dasar
untuk membuat surat dakwaan. Penyelesaian berkas perkara terdiri dari
kegiatankegiatan Pembuatan Resume, dan Penyusunan isi berkas perkara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa


masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Bantuan Hukum?


2. Apakah yang dimaksud dengan Berita Acara Pemeriksaan
(BAP) ?
3. Bagaimana prosedur penyerahan BAP ke JPU ?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan
maklah ini sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui tentang prosedur penyerahan BAP ke JPU
2. Menjelaskan serta memaparkan tentang Bantuan Hukum.
3. Mendeskripsikan tentang Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

BAB II PEMBAHASAN A. Bantuan Hukum

2
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata “bantuan” bermakna
“pertolongan” atau “sokongan”. Black’s Law Dictionary mendefinisikan
bantuan hukum sebagai “Country wide system administered locally by legal
services is rendered to those in ϔinancial need and who cannot afford
private counsel”.1 Menurut Darmawan Prist bahwa bantuan hukum adalah
suatu pemberian bantuan dalam bentuk hukum, guna memperlancar
penyelesaian perkara. 2 Dalam KUHAP lebih sering digunakan dengan
istilah bantuan hukum, yaitu bahwa bantuan hukum dapat diberikan sejak
pemeriksaan pendahuluan. Penasihat hukum yang terdapat dalam pasal 1
butir 13 KUHAP merupakan seorang yang memenuhi syarat yang
ditentukan oleh atau berdasarkan undang-undang untuk memberikan
bantuan hukum.
Pada sumber lain dikatakan bahwa ada dua istilah terkait dengan
bantuan hukum yakni legal aid dan legal assistance. Istilah legal aid
biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum
dalam arti sempit, yakni pemberian jasa-jasa di bidang hukum kepada
seseorang yang terlibat pada suatu perkara secara cuma-cuma khususnya
bagi mereka yang tidak mampu. Sedangkan pengertian legal assistance
dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam
pengertian luas, karena di samping bantuan hukum terhadap mereka yang
tidak mampu, juga pemberian bantuan hukum yang dilakukan oleh para
pengacara yang mempergunakan honorarium atau mendapatkan
pembayaran sejumlah uang dari klien. 3

Menurut pandangan Yahya Harahap tentang pengertian dari bantuan


hukum memiliki ciri serta istilah yang berbeda, yaitu ; (Harahap, 2009).

1
Frans Hendra Winarta. 2009. Pro Bono Publico Hak Konstitusional Fakir Miskin Untuk
Memperoleh Bantuan Hukum. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 21.
2
Darman Primts. 2002. Hukum Acara Pidana Dalam Praktek. Jakarta Selatan : Djambatan,
hlm.102
3
Sukinta. 1997. Peranan Lembaga Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Dalam Memperoleh Keadilan.
Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, hlm. 4.

3
1) Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu (Legal aid). Yaitu
memberi jasa pada bidang hukum terhadap seseorang yang terlibat
dalam suatu kasus atau perkara, yaitu :
a. Pemberi jasa bantuan hukum yang diberikan secara cuma-
cuma.
b. Bantuan jasa hukum pada legal aid dikhususkan terhadap
masyarakat tidak mampu pada lapisan golongan miskin.

Dengan begitu dorongan utama dalam konsep legal aid yaitu


menegakkan hukum melalui proses pembelaan kepentingan
dan hak asasi rakyat kecil yang tak punya pemahaman dan buta
hukum.

2) Bantuan Hukum Pendampingan (Legal assistance).


Legal assistance menerangkan profesi penasihat hukum sebagai
seorang ahli hukum yang dapat menyediakan jasa bantuan hukum untuk
siapa saja tanpa ada pengecualian dari segi mana pun. Jadi keahlian yang
dimiliki seorang ahli hukum dalam memberikan bantuan hukum tidak
ada batasan dan bukan hanya pada masyarakat miskin saja, namun juga
bagi mereka yang mampu membayar jasa. 3) Pelayanan Hukum Sebagai
Profesi (Legal service).
Legal service diperkenalkan Clarence J. Diaz yang memiliki arti
lebih luas mengenai bantuan hukum yaitu sebagai pelayanan hukum
berbentuk jasa oleh kaum profesi hukum kepada masyarakat dengan
tujuan menjamin hak-hak yang dimiliki untuk memperoleh nasihat-
nasihat hukum sehingga tidak ada individu mana pun yang terampas
haknya. Dalam istilah legal service terkandung makna dan tujuan :
a. Memberi bantuan kepada masyarakat yang operasionalnya
memiliki tujuan menghapuskan kenyataan-kenyataan
diskriminatif dalam penegakkan dan pemberian jasa
bantuan antara rakyat miskin dengan masyarakat kaya
yang memiliki kekuasaan.

4
b. Dengan pelayanan hukum yang diberikan kepada
masyarakat yang membutuhkan, diharapkan dapat
mewujudkan kebenaran hukum itu sendiri oleh aparat
penegak hukum dengan jalan menghormati setiap hak yang
dibenarkan hukum bagi setiap anggota masyarakat tanpa
adanya pembeda antara si kaya dan si miskin.
c. Di samping untuk menegakkan hukum serta penghormatan
kepada yang di berikan hukum terhadap setiap orang, legal
service dalam operasionalnya, lebih cenderung untuk
menyelesaikan setiap persengketaan dengan menempuh
cara melalui jalur perdamaian.
Menurut Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang menghambat
penegakan hukum khususnya dalam hal bantuan hukum adalah ; 4 a. Faktor
hukumnya sendiri yaitu berupa undang-undang.
b. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun
yang menerapkan hukum.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
d. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan di mana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.
e. Faktor kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Bantuan hukum atau (Legal Aid) merupakan segala bentuk bantuan


hukum (baik bentuk pemberian nasihat hukum, maupun yang berupa
menjadi kuasa dari pada seseorang yang berperkara) yang diberikan kepada
orang yang tidak mampu ekonominya, sehingga ia tidak dapat membayar
biaya (honorarium) kepada seorang pembela atau pengacara. Berdasarkan
pendapat Jaksa Agung Republik Indonesia bahwa bantuan hukum ialah
pembelaan yang diperoleh seseorang terdakwa dari seorang penasihat
hukum, sewaktu perkaranya diperiksa dalam pemeriksaan pendahuluan atau

4
Soerjono Soekanto. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, hlm. 3.

5
dalam proses pemeriksaan perkaranya di muka pengadilan. Istilah bantuan
hukum terdapat di dalam beberapa peraturan atau udang-undang seperti
pada KUHAP, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, dan Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.5

Sebenarnya seseorang sudah berhak mendapat bantuan hukum,


seperti didampingi oleh advokat, mulai sejak adanya perkara pidana
misalnya seseorang ingin membuat laporan pengaduan ke Kepolisian atas
tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain kepadanya, maka dalam hal
ini dapat minta bantuan advokat untuk mendampingi ke kantor Kepolisian.
Atau misalnya seseorang dilaporkan telah melakukan tindak pidana lalu
dipanggil Polisi sebagai terlapor atau saksi, maka dapat juga didampingi
oleh advokat.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah


mengangkat serta menempatkan tersangka maupun terdakwa dalam
kedudukan yang berderajat, sebagai makhluk Tuhan yang memiliki harkat
derajat kemanusiaan yang utuh. Tersangka atau terdakwa telah ditempatkan
KUHAP dalam posisi his entity and dignity as a human being, yang harus
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Hukum mesti
ditegakkan, namun dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap
tersangka atau terdakwa tidak boleh ditelanjangi hak asasi utama yang
melekat pada dirinya.6

Pada praktik biasanya kebutuhan advokat mulai sejak seseorang


menjadi tersangka di tingkat penyidikan (Kepolisian/ Jaksa) sampai dengan
menjadi terdakwa di pengadilan. 7 Dasar hukum tentang hal ini diatur pada
Pasal 54 KUHAP berbunyi "Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau
terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat

5
Suyanto. 2018. Hukum Acara Pidana. Jawa Timur : Zifatama Jawara, hlm. 151.
6
M. Yahya Harahap. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 1-2.
7
Ibid, hlm. 152.

6
hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut
tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.8

Bantuan hukum yang diberikan pada tersangka atau terdakwa pada


hakikatnya guna membela peraturan hukum serta perlindungan yang
diberikan agar tersangka atau terdakwa terlindungi haknya. Bantuan hukum
bagi tersangka atau terdakwa bukan semata-mata membela kepentingan
tersangka atau terdakwa untuk bebas dari segala tuntutan tetapi tujuan
pembelaan dalam perkara pidana pada hakikatnya untuk membela peraturan
hukum jangan sampai peraturan hukum tersebut tidak adil diterapkan dalam
suatu perkara.9

Jadi dengan begitu tujuan pembelaan dalam perkara pidana di setiap


proses beracara mengandung arti sebagai pemberian bantuan hukum kepada
aparat atau penegak hukum dalam membuat atau memutuskan suatu
keputusan yang adil dan benar menurut peraturan hukum yang berlaku. Jadi
tugas pembela bukan mati-matian membela kesalahan tersangka atau
terdakwa akan tetapi adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan dalam
masyarakat.

B. Berita Acara Pemeriksaan (BAP)


Pada umumnya Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang ada dibuat
oleh penyidik seperti kepolisian Republik Indonesia. Keterangan saksi
merupakan alat bukti yang utama, dalam hampir setiap perkara pidana selalu
bersandar kepada pemeriksaan keterangan saksi. Meskipun yang dimintai
keterangannya oleh hakim dalam persidangan ialah keterangan terdakwa,
tetapi dilihat dari hierarki alat-alat bukti yang sah keterangan saksi (terutama
saksi korban) dianggap yang pertama, karena keterangan saksi merupakan
keterangan yang disampaikan oleh orang yang mendengar, melihat dan
mengalami suatu peristiwa pidana. Keterangan saksi sebagai alat bukti

8
Fauziah Lubis. 2020. Bunga Rampai Hukum Acara Pidana. Medan. Cv. Manhaji.
9
Riduan Syahrani. 1983. Beberapa Hal Tentang Hukum Acara Pidana. Bandung : Alumni, hlm. 26.

7
adalah apa yang saksi nyatakan didepan sidang pengadilan 10 . Usaha
pembuatan BAP ini merupakan salah satu bagian terpenting dalam
penyidikan. Karena proses berita acara pemeriksaan ini merupakan dasar
untuk pemeriksaan selanjutnya, yaitu penuntutan dan menjadi dasar pula
dalam proses pemeriksaan didepan persidangan pengadilan. Berita acara
pemeriksaan itu disajikan bagi hakim sebagai dasar pemeriksaan suatu
peristiwa pidana dalam sebuah sidang pengadilan. Ida Bagus Dwiyantara
juga mengatakan hal yang sama bahwa BAP pada dasarnya berfungsi
sebagai pedoman atau tuntutan bagi hakim guna memeriksa suatu perkara
pidana yang dipelajari agar hakim mengerti kronologis atau alur tindak
pidana.
Selanjutnya tentang BAP sebagai alat bukti surat Mahkamah Agung
memberi penegasan bahwa berita acara, bukan hanya sekedar pedoman
hakim untuk memeriksa suatu perkara pidana, melainkan sebuah alat bukti
yang memiliki kekuatan pembuktian. Dalam hal ini merujuk pada Pasal 187
huruf a KUHAP yang tertulis bahwa BAP merupakan alat bukti surat. BAP
dibuat oleh penyidik atau penyidik pembantu yang berwenang dalam
melakukan penyidikan, BAP itu harus disetujui dengan pemberian tanda
tangan oleh tersangka, saksi, atau saksi ahli yang diperiksa pada saat
pembuatan Berita Acara Pemeriksaan tersebut. BAP itu adalah bukti dan
keyakinan penyidik akan kesalahan tersangka.
Dalam praktik kepolisian agar suatu berita acara pemeriksaan (BAP)
itu menjadi jelas untuk di baca dan tidak mudah dipalsukan, maka dalam
penulisan suatu berita acara pemeriksaan haruslah diperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:

1. Berita acara itu harus ditulis dengan kalimat-kalimat sederhana,


singkat, tapi lengkap.
2. Tulisan harus terang, serta diberi garis antara yang cukup apabila
ditulis dengan mesin tulis.

10
Susmono Sumowardojo. 1969. Pedoman Dasar dan Cara Pengusutan Peristiwa Tindak Pidana.
Semarang : Semarang SS, hlm. 10.

8
3. Diantara garis-garis itu tidak diperkenankan dituliskan apa apa.
4. Tempat-tempat yang kosong tidak diperbolehkan, garis- garis
yang tidak penuh dengan tulisan harus ditutup dengan garis.
5. Jika menulis manual dilarang menghapus dengan setip.
6. Coretan-coretan atau tambahan-tambahan kata-kata harus
dituliskan pada halaman kiri yang kosong dan disahkan dengan
paraf atau tanda tangan pembuat.
7. Kata-kata wajib ditulis dengan lengkap, tidak diperbolehkan
menyingkat kata-kata yang tidak umum.
8. Angka-angka yang sungguh-sungguh penting harus ditulis
dengan huruf atau diulangi ditulis dengan huruf.
9. Lebih baik apabila nama- nama orang yang tersebut dalam berita
acara itu ditulis dengan huruf besar atau pun bila dengan huruf
kecil tetapi digaris bawahi.
Secara konkret tindakan penyidikan dapat diperinci sebagai tindakan
yang dilakukan oleh penyidik untuk mendapatkan keterangan tentang :
1. Tindak pidana apa yang telah dilakukan.
2. Kapan tindak pidana itu dilakukan.
3. Dimana tindak pidana itu dilakukan.
4. Dengan apa tindak pidana itu dilakukan.
5. Bagaimana tindak pidana itu dilakukan.
6. Mengapa tindak pidana itu dilakukan.
7. Siapa pembuatnya atau yang melakukan tindak pidana itu. 11

Di dalam KUHAP pada Pasal 187 huruf a mengatur bahwa berita


acara, merupakan alat bukti surat. Ahli hukum juga setuju bahwa BAP
sebagai alat bukti surat berdasarkan pasal 187 huruf a KUHAP. R. Soesilo
dalam berbagai buku yang ia tulis menyatakan bahwa BAP merupakan alat
bukti yang sah, beliau mengatakan bahwa “Sesungguhnya berita acara itu

11
Yahya Harahap. 2010. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan
penuntutan Jakarta : Sinar Grafika, hlm. 30.

9
dapat disamakan dengan suatu keterangan saksi yang tertulis, bahkan
nilainya sebagai alat bukti lebih besar daripada kesaksian untuk
membuktikan kesalahan terdakwa. Oleh karena berita acara itu dibuat oleh
pegawai penyidik yang oleh undang-undang diwajibkan untuk itu. Pada
umumnya berita acara pemeriksaan adalah suatu keterangan yang diberikan
oleh saksi, tersangka, maupun saksi ahli yang oleh undang-undang diberi
nilai sebagai bukti yang dapat menjadi landasan hakim untuk menentukan
hasil akhir dari proses persidangan tindak pidana yang terjadi. 12

Namun pada praktik peradilan di Indonesia, keterangan saksi di


depan persidangan dapat berbeda dengan keterangan yang saksi berikan
pada proses penyidikan yang tertuang di dalam berita acara pemeriksaan.
Apabila terjadi perbedaan keterangan seperti ini maka keterangan didepan
pengadilanlah yang lebih diutamakan. Bila yang diutamakan ialah
keterangan dalam BAP maka otomatis dakwaan penuntut umum terbukti
benar adanya.

Jika hal seperti ini maka hal yang dapat dilakukan oleh hakim ialah
memanggil pejabat penyidik yang membuat BAP tersebut untuk diperiksa
di depan persidangan. Berdasarkan pada Pasal 163 KUHAP saksi boleh
memberikan keterangan yang berbeda dengan yang terdapat pada BAP
namun hal yang penting disini adalah saksi tersebut harus memberikan
alasan yang dapat diterima oleh akal sehat mengenai keterangan yang
berbeda tersebut.

Selanjutnya jika berbicara tentang Pencabutan Berita Acara


Pemeriksaan (BAP) dapat terjadi di dalam sebuah persidangan, terdakwa
maupun saksi melakukan pencabutan Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
dengan alasan di bawah tekanan atau paksaan oleh penyidik pada saat
penyidikan, sehingga terdakwa maupun saksi dengan terpaksa mengakui

12
R. Soesiloe. 1985. Membuat Berita Acara Dan Laporan Polisi (Menurut KUHAP). Bogor :
Politeia. hlm. 15.

10
sesuatu yang tidak dilakukannya. Pada tahap penyidikan ini tim penyidik
harus taat dan mengikuti apa yang tertulis dalam Pasal 117 ayat (1) dan ayat
(2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Keterangan tersangka
maupun saksi haruslah diberikan dalam keadaan tanpa tekanan maupun
kekerasan dari siapapun dan dalam bentuk apapun, serta penyidik harus
mencatat keterangan yang diberikan tersebut dalam berita acara seteliti
mungkin dengan kata kata yang digunakan oleh terdakwa maupun saksi
pada saat proses pembuatan Berita Acara Pemeriksaan berlangsung.

Sebenarnya pencabutan Berita Acara pemeriksaan (BAP) ini


diperbolehkan oleh hakim apabila disertai dengan alasan yang logis dan
masuk akal serta dapat diterima oleh hakim, ketika terjadi penyangkalan
ataupun pencabutan keterangan oleh terdakwa terkait dengan adanya
pemaksaan ataupun penyiksaan yang dilakukan dalam proses penyidikan,
maka pada umumnya tindakan pertama dari hakim dalam menyikapi
penyangkalan atau pencabutan BAP ini yaitu dengan memanggil saksi
verbalisan, agar hakim dapat melakukan klarifikasi dengan penyidik, agar
dapat membuktikan kebenaran apakah benar atau tidaknya telah terjadi
pemaksaan dari pihak penyidik dalam proses pembuatan BAP. Apabila
pencabutan diterima oleh hakim, maka keterangan terdakwa dalam
persidangan pengadilan dapat digunakan sebagai alat bukti dan keterangan
yang berada dalam BAP yang dibuat di tingkat penyidikan tidak di gunakan
sama sekali untuk menemukan bukti di persidangan karena isinya yang
dinilai tidak benar. Sedangkan apabila pencabutan ditolak oleh hakim, maka
keterangan terdakwa dalam persidangan pengadilan tidak dapat digunakan
sebagai alat bukti, justru keterangan terdakwa, di tingkat penyidikanlah
(BAP) yang kemudian dapat digunakan dalam proses persidangan.

C. Penyerahan BAP ke JPU


Dalam praktik beracara pidana di Indonesia masih dipertanyakan
kekuatan bukum berita acara pemeriksaan, apakah Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) memili kekuatan hukum sebagai alat bukti yang sah dan
apakahBerita Acara Pemeriksaan tersebut dapat dijadikan sebagai landasan

11
hukum bagi hakim dalam menentukan putusan yang akan diberikan kepada
terdakwa Berita acara pemeriksaan tersangka saksi dan ahli adalah catatan
atau tulisan yang bersifat otentik, yang dibuat oleh penyidik atau penyidik
pembantu atas kekuatan sumpah jabatan, yang diberi tanggal
danditandatangani oleh penyidik atau penyidik pembantu (petugas yang
membuat BAP tersebut) dan tersangka, sakni, atau ahli yang diperiksa serta
memuat uraan tindak pidana yang disangkakan dengan menyebut waktu,
tempat, dan keadaan pada waktu suatu tindak pidana tersebut dilakukan,
berita acara pemeriksaan juga haru memuat identitas penyidik atau penyidik
pembantu dan yang diperiksa sertaketerangan-keterangan yang diperiksa. 13
Berdasarkan Pasal184 ayat (1) KUHAP menyatakan sera limitative
alat bukti yang sahmenurut Undang-Undang Selain alat bukti yang diatur
dalam Pasal 184 tersebut, tidak dibenarkan menggunakan alat bukti lain
selain alat bukti yang telah diatur dalam pasal 184 ayat (1) untuk
membuktikan kesalahan terdakwa DalamPasal 187 huruf a KUHAP
mengatur bahwa berita acara, termasuk berita acar pemeriksaan (BAP)
merupakan alat bukti surat yang dapat di gunakan dalam pengadilan Alat
bukti yang sah dan yang dibenarkan mempunyai kekuatan pembuktian
hanya terbatas pada alat-alat itu saja. 14

Kejaksaan merupakan salah satu subsistem didalam melaksanakan


kekuasan negara di bidang penuntutan dan tugas-tugas lain yang ditetapkan
oleh Undang Undang sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2004 yang dilaksanakan secara merdeka yang
anya terlepas dari pEREAD kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan
lainnya.

13
Erick Malombeke, Daniel F. Aling, Roy Ronny Lembong, PERANAN BERITA ACARA
PEMERIKSAAN PERKARA (BAP) DALAM PROSES PERADILAN PIDANA, Lex
Administratum, Vol. IX/No. 4/Apr/EK/2021. Hal 141.
14
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan sidang
banding, kasasi, dan peninjauan kembali, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, Hal 285

12
Pasal 30 axat (1) huruf d Kejaksaan mempunyai tugas dan menang
melakukan penyidikan terhadap Tindak Pidanatertentu berdasarkan
Undang-Undang (UU) Kewenangan yang diberikan oleh Undang Undang
pada Kejaksaan yang begitu strategis.
Kejaksaan RI adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan
undang undang Sebagai badan yang berwenang dalam penegakan hukum
dan keadilan. Kraksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih oleh dan
bertanggung jawab kepada Presiden Keaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi
dan Keaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya di bidang
penuntutan.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia, Kejaksaan sebagai salah satu lembara
penegak hukum diminut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremani
hukum, perlindungan kepentingan umum penegakan hak asasi manusia serta
pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Dalam
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan
fungsi tugas, dan wewenangnya secara merdeka terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya
Proses penyerahan BAP ke IPU adalah langkah awal dalam
menjalankan proses hukum dalam kasus pidana Ini memungkinkan IPU
untuk memahami temuan dan bukti dari pemeriksaan yang dilakukan oleh
penyidik dan memutuskan langkah selanjutnya dalam menangani kasus
tersebut Secara umum, terdapat beberapa tahapan pada proses penyerahan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) ke Jaksa Penuntut Umum (IPU) :
1. Tim penyidik atau pihak yang melakukan pemeriksaan akan menyasun
Berita Acara Pemeriksaan (BAP). BAP ini berisi hasil pemeriksaan,
kesaksian saksi, bukti yang ditemukan, dan informasi relevan lainnya.
2. Penandatanganan BAP BAP harus ditandatangani oleh penyidik, saksi,
dan pihak terkait lainnya yang terlibat dalam pemeriksaan. Ini untuk
memastikan keabsahan dan keakuratan informasi dalam BAP

13
3. Pengiriman BAP ke IPU Setelah BAP disusun dan ditandatangani, BAP
kemudian diserahkan ke Jaksa Penuntut Umum yang akan menangani
kasus tersebut. Proses penyerahan ini dapat melibatkan pengiriman
secara fisik atau elektronik tergantung pada praktik hukum yang berlaku
4. Evaluasi oleh JPU JPU akan mengevaluasi ni BAP untuk menentukan
apakah cukup bukti untuk melanjutkan proses hukum, seperti
penuntutan atau penyelidikan lebih lanjut. 5 Keputusan lanjutan Setelah
mengevaluas: BAP, JPU dapat memutuskan untuk menindak lanjuti
kasus, mengajukan tuntutan, atau menghentikan kasus jika bukti yang
ada tidak cukup untuk mendukung penuntutan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata “bantuan” bermakna
“pertolongan” atau “sokongan”. Menurut Darmawan Prist bahwa bantuan
hukum adalah suatu pemberian bantuan dalam bentuk hukum, guna
memperlancar penyelesaian perkara. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang
ada dibuat oleh penyidik seperti kepolisian Republik Indonesia. Keterangan
saksi merupakan alat bukti yang utama, dalam hampir setiap perkara pidana
selalu bersandar kepada pemeriksaan keterangan saksi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
maka penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah kami ini di waktu yang akan
datang. Atas masukan dan saran dari pembaca semua, penulis ucapkan
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

14
Harahap, Yahya. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika.
Lubis, Fauziah. 2020. Bunga Rampai Hukum Acara Pidana. Medan. Cv. Manhaji.
Primts Darman. 2002. Hukum Acara Pidana Dalam Praktek. Jakarta Selatan :
Djambatan.
Soekanto, Soerjono. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukinta. 1997. Peranan Lembaga Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Dalam
Memperoleh
Keadilan. Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
Suyanto. 2018. Hukum Acara Pidana. Jawa Timur : Zifatama Jawara.
Syahrani, Riduan. 1983. Beberapa Hal Tentang Hukum Acara Pidana. Bandung :
Alumni.
Winarta, Frans H. 2009. Pro Bono Publico Hak Konstitusional Fakir Miskin Untuk
Memperoleh Bantuan Hukum. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumowardojo, Susmono. 1969. Pedoman Dasar dan Cara Pengusutan Peristiwa
Tindak Pidana. Semarang : Semarang SS.
Soesiloe, R. 1985. Membuat Berita Acara Dan Laporan Polisi (Menurut KUHAP).
Bogor : Politeia.

15

Anda mungkin juga menyukai