Tentang
Disusun Oleh :
KELOMPOK 11
UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nama
rahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah kami sebagai tugas mata kuliah hukum acara perdata dan pidana. Tulisan ini kami
susun dengan mengumpulkan materi beberpa sumber baik buku maupun artikel
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
bapak dosen mata kuliah hukum acara perdata dan pidana. Demikian, semoga tulisan ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KESIMPULAN ............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Menjelaskan upaya hukum biasa dalam hukum acara perdata dan pidana
C. Tujuan
Untuk mengetahui upaya hukum biasa dalam hukum acara perdata dan pidana
BAB II
PEMBAHASAN
Prosedur mengajukan perlawanan (verzet) diatur dalam Pasal 129 ayat (1) HIR
(Herzien Inlandsch Reglement) yang menyatakan bahwa :
1) Dalam waktu 14 hari setelah putusan verstek itu diberitahukan kepada tergugat
sendiri, jika putusan tidak diberitahukan kepada tergugat sendiri maka;
2) Perlawanan boleh diterima sehingga pada hari kedelapan setelah teguran
(aanmaning) yang tersebut dalam pasal 196 HIR atau
3) Dalam delapan (8) hari setelah permulaan eksekusi (pasal 197 HIR).
Upaya perlawanan hanya dapat diajukan satu kali, apabila terhadap upaya
perlawanan ini tergugat tetap dikenakan putusan verstek, maka tergugat harus
menempuh upaya banding. Menurut Pasal 129 ayat (1) dan Pasal 83 Rv yang
berhak mengajukan perlawanan hanya terbatas pihak tergugat saja, sedang kepada
penggugat tidak diberi hak mengajukan perlawanan, dalam hal ini pihak tergugat
tidak oleh pihak ketiga. Perluasan atas hak yang dimiliki tergugat untuk
mengajukan perlawanan meliputi ahli warisnya apabila pada tenggang waktu
pengajuan perlawanan tergugat meninggal dunia, dan dapat diajukan kuasa.
Tergugat yang tidak hadir disebut pelawan dan penggugat yang hadir disebut
terlawan.
2. Banding
Upaya hukum banding diajukan apabila para pihak merasa tidak puas terhadap
isi Putusan Pengadilan Negeri. Pengertian upaya hukum banding merupakan
“suatu upaya hukum biasa yang dapat diajukan oleh salah satu atau kedua belah
pihak yang berperkara terhadap suatu putusan Pengadilan Negeri.”40 Pengajuan
upaya hukum banding ditujukan kepada Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan
Negeri dimana putusan tersebut dijatuhkan. Dengan mengajukan upaya hukum
banding sesuai azasnya maka, proses eksekusi atau pelaksanaan isi Putusan
Pengadilan Negeri tersebut belum dapat dilaksanakan, karena putusan tersebut
belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap sehingga belum dapat dieksekusi,
kecuali dalam putusan serta merta (putusan uit voerbaar bij voeraad).
3. Kasasi
Kasasi termasuk dalam upaya hukum biasa yang dapat diajukan oleh salah
satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan Pengadilan
Tinggi. Kasasi berasal dari kata ‘casser’ yang berarti “memecahkan atau
membatalkan, sehingga bila suatu permohonan kasasi terhadap putusan
pengadilan dibawahnya diterima oleh Mahkamah Agung, maka berarti putusan
tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Agung karena dianggap mengandung
kesalahan dalam penerapan hukumnya.” Para pihak dapat mengajukan kasasi bila
merasa tidak puas dengan isi putusan Pengadilan Tinggi kepada Mahkamah
Agung. Pemeriksaan kasasi hanya meliputi seluruh putusan hakim yang mengenai
hukum, jadi tidak dilakukan pemeriksaan ulang mengenai duduk perkaranya
sehingga pemeriksaaan tingkat kasasi tidak boleh/dapat dianggap sebagai
pemeriksaan tingkat ketiga
KESIMPULAN