BANTUAN HUKUM
Pembahasan : “Konsep – Konsep / Jenis – Jenis dan Ruang Lingkup Bantuan Hukum”
KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARI’AH
1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Swt., yang telah memberikan nikmat-Nya
kepada kami dan seizin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah Saw., yang
menjadi tauladan para ummat manusia yang merindukan keindahan syurga.
kami menulis makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui materi tentang
bantuan hukum yang diberikan oleh dosen bidang mata kuliah bantuan hukum. Dalam
penyelesaian makalah ini kami banyak mengalami kesulitan terutama disebabkan kurangnya
ilmu pengetahuan. Namun, berkat usaha yang keras dan kesungguhan dalam menyelesaikan
makalah ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya tidak seberapa yang
masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah. Di dalam penulisan makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Bantuan hukum merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan keadilan atau
kesamaan kedudukan dalam hukum. Bantuan hukum menurut Soerjono Soekanto, bantuan
hukum pada pokoknya memiliki arti bantuan hukum yang diberikan oeh para ahli bagi warga
masyarakat yang memerlukan untuk mewujudkan hak-haknya serta juga mendapatkan
perlindungan hukum yang wajar. Bantuan hukum merupakan instrument penting dalam
sistem Peradilan Pidana karena merupakan suatu bentuk dari perlindungan HAM bagi setiap
manusia, termasuk hak atas bantuan hukum.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bantuan adalah pertolongan. Menurut kamus
hukum, adalah bantuan yang diberikan oleh seorang ahli atau penasehat hukum kepada
seorang terdakwa di pengadilan. Bantuan hukum menurut Adnan Buyung Nasution ialah
sebuah program yang tidak hanya menjadi sebuah cultural tetapi juga merupakan aksi
struktural yang diarahkan terhadap perubahan tatanan masyarakat yang tidak adil menuju
tatanan masyarakat yang lebih mampu memberikan nafas yang nyaman bagi golongan
mayoritas. Bantuan hukum menurut Hans Wehr ialah sebuah rangkaian tindakan guna
pembebasan masyarakat dari belenggu struktur politik, sosial dan ekonomi yang sarat akan
sebuah penindasan. Bantuan hukum menurut SEMA No. 10 tahun 2010 tentang Pedoman
Umum Bantuan Hukum definisi bantuan hukum adalah pemberian jasa hukum yang di
fasilitasi oleh negara melalui Peradilan Agama, baik dalam perkara perkara gugatan dan
permohonan maupun perkara jinayat.
Bantuan hukum adalah hal yang diberikan kepada si miskin untuk menerima bantuan
hukum dengan Cuma-Cuma (probono publico) sebagai penyebaran persamaan di depan
hukum. Hal ini sudah sejalan dengan undang-undang dasar pasal 34 tahun 1945 dimana
didalamnya ditegaskan bahwa fakir miskin menjadi tanggung jawab negara. Terlebih lagi
konsep tentang prinsip persamaan dihadapan hukum (equality before the law) dan hak untuk
bisa dibela advokat (acces legal counsel) adalah hak asasi manisa yang perlu dijamin dalam
rangka tercapainya pengentasan masyarakat indonesia dari kemiskinan, khususnya dalam
bidang hukum.
Menurut pasal 1 angka 2 UUA disebutkan bahwa jasa hukum adalah jasa yang
diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien. Melalui jasa hukum yang diberikan, advokat menjalankan tugas
profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat
pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak
fundamental mereka di depan hukum. Advokat sebagai salah satu unsur sistem peradilan
merupakan salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia.
Berbicara tentang bantuan hukum tentu tidak terlepas dari keberadaan seorang advokat
sebagaimana fungsinya tugas dan fungsi advokat dalam sebuah pekerjaan atau profesi apapun
tidak dapat di pisahkan satu dengan lainnya. Perbedaan antara advokat dengan Lembaga
Bantuan Hukum (“LBH”) adalah sebagai berikut:
Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum
secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Penerima bantuan hukum meliputi
setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak
dan mandiri yang meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan,
pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.
Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi
masalah hukum. Bantuan hukum meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata
usaha negara baik litigasi maupun non litigasi. Bantuan hukum meliputi menjalankan kuasa,
mendampingi, mewakili, membela, atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum penerima bantuan hukum. Pelaksanaan bantuan hukum dilakukan oleh pemberi
bantuan hukum yang telah memenuhi syarat yang meliputi:
a. berbadan hukum
b. terakreditasi berdasarkan UU 16/2011
c. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap
d. memiliki pengurus dan
e. memiliki program bantuan hukum.
Pendanaan bantuan hukum yang diperlukan dan digunakan untuk penyelenggaraan bantuan
hukum sesuai dengan UU 16/2011 dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Selain pendanaan tersebut, sumber pendanaan bantuan hukum dapat berasal dari:
Patut dipahami bahwa pemberi bantuan hukum dilarang menerima atau meminta
pembayaran dari Penerima Bantuan Hukum atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang
sedang ditanganinya dan dapat dipidana berdasarkan Pasal 21 UU 16/2011 yang
selengkapnya berbunyi:
“Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti menerima atau meminta pembayaran dari
Penerima Bantuan Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang
ditangani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).”
Hubungan antara LBH dan advokat, di antaranya, tampak dalam ketentuan mengenai
hak dan kewajiban LBH sebagai pemberi bantuan hukum. Pemberi bantuan hukum berhak:
Perbedaan LBH dan Advokat. Profesi advokat diatur dalam Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2003 tentang Advokat (“UU Advokat”).Advokat adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan UU Advokat. Jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
klien.Dalam UU Advokat juga diatur mengenai bantuan hukum. Bantuan hukum adalah jasa
hukum yang diberikan oleh advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.
Namun, terdapat perbedaan antara konsep bantuan hukum dalam UU 16/2011 dan UU
Advokat. Tidak semua jasa hukum yang diberikan advokat bersifat gratis. Dalam Pasal 11
Peraturan Perhimpunan Advokat Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, dinyatakan bahwa advokat
hanya dianjurkan untuk memberi bantuan hukum secara cuma-cuma setidaknya 50 jam kerja
setiap tahun. Selebihnya, dalam UU Advokat telah diatur bahwa advokat berhak menerima
honorarium atas jasa hukum yang telah diberikan kepada kliennya. Besarnya honorarium
ditetapkan secara wajar berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. Yang dimaksud dengan
“secara wajar” adalah dengan memerhatikan risiko, waktu, kemampuan, dan kepentingan
klien.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa LBH dan advokat merupakan
dua institusi yang berbeda. Perbedaan antara keduanya dapat diringkas sebagai berikut:
KESIMPULAN
a. Bantuan hukum merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan keadilan atau
kesamaan kedudukan dalam hukum. Menurut kamus hukum, adalah bantuan yang
diberikan oleh seorang ahli atau penasehat hukum kepada seorang terdakwa di
pengadilan. Bantuan hukum adalah hal yang diberikan kepada si miskin untuk
menerima bantuan hukum dengan Cuma-Cuma (probono publico) sebagai penyebaran
persamaan di depan hukum. Hal ini sudah sejalan dengan undang-undang dasar pasal
34 tahun 1945 dimana didalamnya ditegaskan bahwa fakir miskin menjadi tanggung
jawab negara.
b. Jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi
hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Melalui jasa hukum
yang diberikan, advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan
berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha
memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di depan
hukum.
c. Perbedaan antara advokat dengan Lembaga Bantuan Hukum (“LBH”) adalah sebagai
berikut:
LBH merupakan salah satu pemberi bantuan hukum berdasarkan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, sedangkan advokat
merupakan orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun
di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Jika LBH
merupakan sebuah organisasi, advokat merupakan seorang individu.
LBH dapat melakukan rekrutmen advokat, namun tidak semua advokat
merupakan anggota LBH dan
Advokat dapat menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikannya. Hal
ini berbeda dengan LBH yang diwajibkan memberikan jasa hukum secara
cuma-cuma dan ada sanksi pidana bagi LBH yang menerima dan/atau
meminta bayaran.
DAFTAR PUSTAKA
Zainal Asikin, Pengantar ilmu hukum.( Jakarta : Geamedia pustaka indonesisa, 2009) hal
15.
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5dd288eab690c/perbedaan-advokat-dengan-
lembaga-bantuan-hukum/