Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BANTUAN HUKUM

Pembahasan : “Konsep – Konsep / Jenis – Jenis dan Ruang Lingkup Bantuan Hukum”

KELOMPOK 1
Disusun Oleh :

Muhammad Diki : 1613010125


Aldy Darmawan : 1813010001
Tivany Delaunick RH : 1813010002
Nindi Aprilia Ramanta : 1813010003
Hanifatul Fitri : 1813010005
Dosen Pengampu :

ERIK SEPRIA, S.HI.,M.H.

PRODI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Swt., yang telah memberikan nikmat-Nya
kepada kami dan seizin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah Saw., yang
menjadi tauladan para ummat manusia yang merindukan keindahan syurga.

kami menulis makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui materi tentang
bantuan hukum yang diberikan oleh dosen bidang mata kuliah bantuan hukum. Dalam
penyelesaian makalah ini kami banyak mengalami kesulitan terutama disebabkan kurangnya
ilmu pengetahuan. Namun, berkat usaha yang keras dan kesungguhan dalam menyelesaikan
makalah ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya tidak seberapa yang
masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah. Di dalam penulisan makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang, 22 September 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Sistem hukum Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 menjamin adanya
persamaan dihadapan hukum seperti yang tertuang dalam pasal 27 ayat (1) Undang
-Undang Dasar 1945 disebutkan “setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Salah satu upaya untuk
mewujudkan keadilan atau kesamaan kedudukan dalam hukum yaitu dengan adanya
bantuan hukum bagi setiap warga negara yang terlibat dalam kasus hukum.
Bantuan hukum merupakan hak konstitusional setiap warga negara atas jaminan
perlindungan dan persamaan di depan hukum, sebagai sarana pengakuan Hak Asasi
Manusia (HAM). Mendapatkan bantuan hukum bagi setiap orang adalah perwujudan
akses terhadap keadilan sebagai implementasi dari jaminan perlindungan hukum dan
jaminan persamaan di depan hukum. Hal ini sesuai dengan konsep bantuan hukum yang
dihubungkan dengan cita-cita negara kesejahteraan. Hak atas bantuan hukum adalah
salah satu hak yang terpenting yang dimiliki oleh setiap warga negara.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam penyusunan makalah ini penyusun menjelaskan tentang :
1. Pengertian Bantuan Hukum
2. Pengertian Jasa Hukum
3. Perbedaan Antara Bantuan Hukum dengan Jasa Hukum

1.3. Tujuan Masalah


Tujuan penulisan makalah tentang bantuan hukum ini tentunya selain untuk
pemenuhan tugas kuliah juga bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi para
mahasiswa. Dengan mempelajari bantuan hukum kita mengetahui tentang materi
bantuan hukum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bantuan Hukum

Bantuan hukum merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan keadilan atau
kesamaan kedudukan dalam hukum. Bantuan hukum menurut Soerjono Soekanto, bantuan
hukum pada pokoknya memiliki arti bantuan hukum yang diberikan oeh para ahli bagi warga
masyarakat yang memerlukan untuk mewujudkan hak-haknya serta juga mendapatkan
perlindungan hukum yang wajar. Bantuan hukum merupakan instrument penting dalam
sistem Peradilan Pidana karena merupakan suatu bentuk dari perlindungan HAM bagi setiap
manusia, termasuk hak atas bantuan hukum.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum pasal 1,


yaitu bantuan hukum merupakan sebuah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan
hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi masalah
hukum. Terdapat dua istilah terkait dengan bantuan hukum yaitu legal aid dan legal
assistance. Istilah lega aid biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan
hukum dalam arti sempit, yaitu pemberiaan jasa-jasa dibidang hukum kepada seseorang yang
terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma khususnya bagi mereka yang tidak mampu.
Sedangkan pengertian legal assistance dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan
hukum dalam arti luas, karena disamping bantuan hukum terhadap mereka yang tidak
mampu, juga pemberi bantuan hukum yang dilakukan oleh para pengacar yang
mempergunakan hononarium atau mendapatkan pembayaran sejumlah uang dari klien.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bantuan adalah pertolongan. Menurut kamus
hukum, adalah bantuan yang diberikan oleh seorang ahli atau penasehat hukum kepada
seorang terdakwa di pengadilan. Bantuan hukum menurut Adnan Buyung Nasution ialah
sebuah program yang tidak hanya menjadi sebuah cultural tetapi juga merupakan aksi
struktural yang diarahkan terhadap perubahan tatanan masyarakat yang tidak adil menuju
tatanan masyarakat yang lebih mampu memberikan nafas yang nyaman bagi golongan
mayoritas. Bantuan hukum menurut Hans Wehr ialah sebuah rangkaian tindakan guna
pembebasan masyarakat dari belenggu struktur politik, sosial dan ekonomi yang sarat akan
sebuah penindasan. Bantuan hukum menurut SEMA No. 10 tahun 2010 tentang Pedoman
Umum Bantuan Hukum definisi bantuan hukum adalah pemberian jasa hukum yang di
fasilitasi oleh negara melalui Peradilan Agama, baik dalam perkara perkara gugatan dan
permohonan maupun perkara jinayat.

Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum yang diberikan kepada penerima bantuan


hukum merupakan upaya untuk mewujudkan hak-hak konstitusi dan sekaligus sebagai
implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak warga
negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan dan kesamaan dihadapan hukum. Bantuan
hukum merupakan pelayanan hukum yang bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum
dan pembelaan hukum.

Bantuan hukum adalah hal yang diberikan kepada si miskin untuk menerima bantuan
hukum dengan Cuma-Cuma (probono publico) sebagai penyebaran persamaan di depan
hukum. Hal ini sudah sejalan dengan undang-undang dasar pasal 34 tahun 1945 dimana
didalamnya ditegaskan bahwa fakir miskin menjadi tanggung jawab negara. Terlebih lagi
konsep tentang prinsip persamaan dihadapan hukum (equality before the law) dan hak untuk
bisa dibela advokat (acces legal counsel) adalah hak asasi manisa yang perlu dijamin dalam
rangka tercapainya pengentasan masyarakat indonesia dari kemiskinan, khususnya dalam
bidang hukum.

2.2. Pengertian Jasa Hukum

Menurut pasal 1 angka 2 UUA disebutkan bahwa jasa hukum adalah jasa yang
diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien. Melalui jasa hukum yang diberikan, advokat menjalankan tugas
profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat
pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak
fundamental mereka di depan hukum. Advokat sebagai salah satu unsur sistem peradilan
merupakan salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia.

Selanjutnya berdasarkan penjelasan UUA, disebutkan bahwa selain dalam proses


peradilan, peran advokat juga terlihat dijalur profesi diluar pengadilan. Kebutuhan jasa
hukum advokat diluar proses peradilan pada saat sekarang semakin meningkat, sejalan
dengan semakin berkembangnya kebutuhan hukum masyarakat terutama dalam memasuki
kehidupan yang semakin terbuka dalam pergaulan antar bangsa. Berdasarkan pasal 1 angka 1
UUA, disebutkan bahwa advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik
didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
Undang-undang ini.

2.3 Perbedaan Antara Bantuan Hukum dengan Jasa Hukum

Berbicara tentang bantuan hukum tentu tidak terlepas dari keberadaan seorang advokat
sebagaimana fungsinya tugas dan fungsi advokat dalam sebuah pekerjaan atau profesi apapun
tidak dapat di pisahkan satu dengan lainnya. Perbedaan antara advokat dengan Lembaga
Bantuan Hukum (“LBH”) adalah sebagai berikut:

1. LBH merupakan salah satu pemberi bantuan hukum berdasarkan Undang-Undang


Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, sedangkan advokat merupakan orang
yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat. Jika LBH merupakan sebuah organisasi, advokat merupakan
seorang individu.
2. LBH dapat melakukan rekrutmen advokat, namun tidak semua advokat merupakan
anggota LBH dan
3. Advokat dapat menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikannya. Hal ini
berbeda dengan LBH yang diwajibkan memberikan jasa hukum secara cuma-cuma
dan ada sanksi pidana bagi LBH yang menerima dan/atau meminta bayaran.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH),Pengaturan LBH dapat ditemukan dalam Undang-


Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (“UU 16/2011”).LBH merupakan
salah satu pemberi bantuan hukum sebagaimana diatur Pasal 1 angka 3 UU 16/2011 yang
berbunyi:

”Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi


kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-
Undang ini.”

Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum
secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Penerima bantuan hukum meliputi
setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak
dan mandiri yang meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan,
pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.
Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi
masalah hukum. Bantuan hukum meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata
usaha negara baik litigasi maupun non litigasi. Bantuan hukum meliputi menjalankan kuasa,
mendampingi, mewakili, membela, atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum penerima bantuan hukum. Pelaksanaan bantuan hukum dilakukan oleh pemberi
bantuan hukum yang telah memenuhi syarat yang meliputi:

a. berbadan hukum
b. terakreditasi berdasarkan UU 16/2011
c. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap
d. memiliki pengurus dan
e. memiliki program bantuan hukum.

Pendanaan bantuan hukum yang diperlukan dan digunakan untuk penyelenggaraan bantuan
hukum sesuai dengan UU 16/2011 dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Selain pendanaan tersebut, sumber pendanaan bantuan hukum dapat berasal dari:

a. hibah atau sumbangan dan atau


b. sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.

Patut dipahami bahwa pemberi bantuan hukum dilarang menerima atau meminta
pembayaran dari Penerima Bantuan Hukum atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang
sedang ditanganinya dan dapat dipidana berdasarkan Pasal 21 UU 16/2011 yang
selengkapnya berbunyi:

“Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti menerima atau meminta pembayaran dari
Penerima Bantuan Hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang
ditangani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).”

Hubungan antara LBH dan advokat, di antaranya, tampak dalam ketentuan mengenai
hak dan kewajiban LBH sebagai pemberi bantuan hukum. Pemberi bantuan hukum berhak:

a. melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas


hukum.
b. melakukan pelayanan bantuan hukum.
c. menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program kegiatan lain
yang berkaitan dengan penyelenggaraan bantuan hukum.
d. menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan bantuan hukum berdasarkan UU
16/2011.
e. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
f. mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun instansi lain, untuk
kepentingan pembelaan perkara dan.
g. mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan selama
menjalankan pemberian bantuan hukum.

Selain itu, pemberi bantuan hukum juga berkewajiban untuk:

a. melaporkan kepada menteri tentang program bantuan hukum.


b. melaporkan setiap penggunaan anggaran negara yang digunakan untuk pemberian
bantuan hukum berdasarkan UU 16/2011.
c. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bantuan hukum bagi advokat, paralegal,
dosen, mahasiswa fakultas hukum yang direkrut.
d. menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang diperoleh dari
penerima bantuan hukum berkaitan dengan perkara yang sedang ditangani, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang dan.
e. memberikan bantuan hukum kepada penerima bantuan hukum berdasarkan syarat dan
tata cara yang ditentukan dalam UU 16/2011 sampai perkaranya selesai, kecuali ada
alasan yang sah secara hukum.

Perbedaan LBH dan Advokat. Profesi advokat diatur dalam Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2003 tentang Advokat (“UU Advokat”).Advokat adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan UU Advokat. Jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
klien.Dalam UU Advokat juga diatur mengenai bantuan hukum. Bantuan hukum adalah jasa
hukum yang diberikan oleh advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.
Namun, terdapat perbedaan antara konsep bantuan hukum dalam UU 16/2011 dan UU
Advokat. Tidak semua jasa hukum yang diberikan advokat bersifat gratis. Dalam Pasal 11
Peraturan Perhimpunan Advokat Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, dinyatakan bahwa advokat
hanya dianjurkan untuk memberi bantuan hukum secara cuma-cuma setidaknya 50 jam kerja
setiap tahun. Selebihnya, dalam UU Advokat telah diatur bahwa advokat berhak menerima
honorarium atas jasa hukum yang telah diberikan kepada kliennya. Besarnya honorarium
ditetapkan secara wajar berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. Yang dimaksud dengan
“secara wajar” adalah dengan memerhatikan risiko, waktu, kemampuan, dan kepentingan
klien.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa LBH dan advokat merupakan
dua institusi yang berbeda. Perbedaan antara keduanya dapat diringkas sebagai berikut:

1. LBH merupakan sebuah organisasi, advokat merupakan seorang individu.


2. LBH dapat melakukan rekrutmen advokat, namun tidak semua advokat merupakan
anggota LBH dan.
3. Advokat berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikannya. Hal ini
berbeda dengan LBH yang diwajibkan memberikan jasa hukum secara cuma-cuma
dan dapat dipidana jika menerima dan/atau meminta bayaran.
BAB III

KESIMPULAN

a. Bantuan hukum merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan keadilan atau
kesamaan kedudukan dalam hukum. Menurut kamus hukum, adalah bantuan yang
diberikan oleh seorang ahli atau penasehat hukum kepada seorang terdakwa di
pengadilan. Bantuan hukum adalah hal yang diberikan kepada si miskin untuk
menerima bantuan hukum dengan Cuma-Cuma (probono publico) sebagai penyebaran
persamaan di depan hukum. Hal ini sudah sejalan dengan undang-undang dasar pasal
34 tahun 1945 dimana didalamnya ditegaskan bahwa fakir miskin menjadi tanggung
jawab negara.
b. Jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi
hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Melalui jasa hukum
yang diberikan, advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan
berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha
memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di depan
hukum.
c. Perbedaan antara advokat dengan Lembaga Bantuan Hukum (“LBH”) adalah sebagai
berikut:
 LBH merupakan salah satu pemberi bantuan hukum berdasarkan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, sedangkan advokat
merupakan orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun
di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Jika LBH
merupakan sebuah organisasi, advokat merupakan seorang individu.
 LBH dapat melakukan rekrutmen advokat, namun tidak semua advokat
merupakan anggota LBH dan
 Advokat dapat menerima honorarium atas jasa hukum yang diberikannya. Hal
ini berbeda dengan LBH yang diwajibkan memberikan jasa hukum secara
cuma-cuma dan ada sanksi pidana bagi LBH yang menerima dan/atau
meminta bayaran.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Asoek-Aspek Bantuan hukum di indoneisa, cet 1. ( Yogyakarta: cendana


Press, 1993) hal 17-18

Zainal Asikin, Pengantar ilmu hukum.( Jakarta : Geamedia pustaka indonesisa, 2009) hal
15.

Fans Hendra Winata (B0, Probono Publico......,hal vii

Jimly Asshiddiqie, Kitab Advokat Indonesia, PT.Alumni, Bandung, 2007

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5dd288eab690c/perbedaan-advokat-dengan-
lembaga-bantuan-hukum/

Anda mungkin juga menyukai