Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FIKIH ZAKAT
TENTANG :
“ Zakat, Infaq, dan Shadaqah “

Oleh :
Kelompok 2

Helwa Layali 1813010016


Asra Nur Hasanah 1813010025
Eka Septia Ritri 1813010047
Fitriana Rahmi 1813010149

Dosen Pengampu :
Dr. Fathur Rahmi,SHI.,MA.

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ْ ِ‫ب‬

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya kepada kita
semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Zakat, Infaq, dan
Shadaqah”.
Kami sebagai pemakalah menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibuk pengampu
mata kuliah Fikih Zakat yang telah membimbing pemakalah dalam mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu pemakalah mengharapkan saran dan kritik yang membangun, guna menghasilkan
makalah yang lebih baik. Kami berharap makalah yang kami susun bisa memberikan manfaat
bagi kita semua. Aamiin.

Padang, 21 September 2020

Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat, infaq dan shadaqah merupakan hal yang sudah tidak asing lagi
dikalangan umat muslim. Zakat, infaq dan shadaqah juga sudah dikenal dan
dilaksanakan oleh umat muslim sejak lama yakni pada masa sebelum dan sesudah
masuknya islam. Berbicara zakat selalu tidak luput juga berbicara tentang infaq dan
shadaqah. Zakat, infaq dan shadaqah merupakan hal yang sangat penting bagi
kesejahteraan umat.
Namun sebenarnya antara zakat, infaq dan shadaqah ini berbeda, ada beberapa
faktor yang menjadi pembeda antara zakat, infaq dan shadaqah. Dan di dalam Al-
Qur’an dan hadist pun banyak menjelaskan atau mengkaji tentang zakat, infaq dan
shadaqah ini. Dan juga dengan adanya zakat, infaq dan shadaqah ini menjadi
instrumental dalam mengatasi kemiskinan, menjadi sumber dana dalam upaya
mengatasi kemiskinan dan kesenjangan sosial. Maka daripada itu kami pemakalah
akan mengupas permasalahan ini dalam makalah kami dibawah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah ?
2. Bagaimana Zakat, Infaq, Shadaqah dalam Al-Qur’an dan Hadist ?
3. Bagaimana Perhatian Agama Terhadap Orang Miskin dalam Menanggulangi
Kemiskinan ?

C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui apa saja perbedaan dari zakat, infaq,dan shadaqah, untuk
mengetahui bagaimana zakat, infaq, shadaqah dalam Al-Qur’an dan hadist, dan untuk
mengetahui bagaimana perhatian agama terhadap orang miskin dalam menanggulangi
kemiskinan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah


Pengertian dari zakat,infaq dan shadaqah yakni :
a. Zakat secara bahasa adalah berkah,tumbuh,suci,baik, dan bersihnya sesuatu.
Sedangkan secara syara’ adalah hitungan tertentu dari harta dan sejenisnya dimana
syara’ mewajibkan untuk mengeluarkannya kepada orang-orang fakir dan yang
lainnya dengan syarat-syarat khusus (Al-Mu’jam AL-Wasith-396).1
Dan zakat dari segi istilah fikih berarti “Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” disamping berarti “mengeluarkan
jumlah tertentu itu sendiri”. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut
zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti dan
melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.2

b. Infaq adalah segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan) baik untuk


kepentingan pribadi, keluarga, ataupun yang lain.
َ @َ‫ اَ ْنف‬atau to spend : mengeluarkan,membelanjakan
Infaq berasal dari kata anfaqa ‫ق‬
(harta/uang).3

c. Shadaqah adalah “pemberian sesuatu dari seseorang kepada orang lain karena ingin
mendapatkan pahala dari Allah”,menurut Kitab At-Ta’rif,Syekh Ali bin Muhammad
Al-Jurjani-Bab Shad). Atau “segala bentuk pembelanjaan di jalan Allah”.4

Kemudian ada beberapa faktor yang dapat membedakan antara zakat, infaq, dan
shadaqah selain dari pengertian diatas. Yang mana dapat disimpulkan dalam table
dibawah perbedaan dari zakat, infaq, dan shadaqah :5

1
Arifin,Gus, Keutamaan Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2016), hal.3
2
Qardawi,Yusuf,Hukum Zakat, ( Jakarta : P.T. Pustaka Litera Antarnusa,1991 ), hal.34
3
Arifi,.Gus, Op.cit, hal.169
4
Ibid.,hal.185
5
Ibid.,hal.254
Segi Zakat Infaq Sedekah
perbedaan
Hukum Wajib bagi yang telah Sunnah Secara umum :
memenuhi syarat Wajib* ( nafkah sunnah
kepada Sedekah wajib =
istri,anak(keluarga)) zakat
Nisab Ada Tidak ada Tidak ada
Haul Ada Tidak ada Tidak ada
Mustahiq 8 golongan Lebih utama : Lebih utama :
keluarga, kerabat, keluarga, kerabat,
orang/lembaga yang orang/lembaga
sangat memerlukan yang sangat
memerlukan,
bahkan boleh
untuk orang kaya
Bentuknya Harta/ materi Harta/ materi Harta atau materi
dan bukan materi
Jadi, sebagian ulama fikih mengatakan bahwa sedekah wajib adalah zakat, dan
sedekah sunah dinamakan infak. Sebagian yang lain mengatakan infak wajib
dinamakan zakat, sedangkan infak sunah dinamakan sedekah.

B. Zakat , Infaq, Shadaqah Dalam Al-Qur’an dan Hadist


1. Zakat dalam Al-quran dan Hadist
Zakat dalam Al-Qur’an yakni Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (defenisi) disebut
tiga puluh kali di dalam al-quran, diantaranya dua puluh tujuh kali disebut dalam satu
ayat bersama salat, dan hanya satu kali disebut dalam konteks yang sama dengan
sholat tetapi tidak dalam satu ayat, yaitu firmanya: dan orang-orang yang giat
menunaikan zakat, setelah ayatya: “orang-orang yang khusu’ dalam bersholat.”6
Bila diperiksa ketiga puluh kali zakat disebutkan itu, delapan terdapat di salam
surat-surat yang turun di Mekah dan selanjutnya didalam surat-surat yang turun di
Madinah.
Sebagian ahli mengatakan bahwa zakat yang selalu di hubungkan dengan sholat
terdapat pada 82 tempat didalam al-quran jumlah yang terlalu dibesar-besarkan,

6
Qardawi,Yusuf,Hukum Zakat, ( Jakarta : P.T. Pustaka Litera Antarnusa,1991 ), hal.39
sehingga tidak sesuai dengan perhitungan yang kita sebutkan tersebut. Tetapi bila
dimaksudkan mereka adalah juga kata-kata lain yang sama maksudnya dengan zakat
seperti al-infaq (pemberian), al-ma’un (barang-barang kebutuhan), dan tha’am, al-
miskin (memberi makanan orang-orang miskin),dan lainya. Maka kita belum
mengetahui jumlahnya secara pasti namun akan berkisar antara 32 sampai 82 tempat.7
Dalam buku lain zakat bermakna kesucian dan kesalehan yakni terdapat dalam
ayat berikut :8
‫قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن َز َّكاهَا‬
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu”( QS.Asy-
Syams : 9 )

Sedangkan orang yang tidak menunaikan zakat dikategorikan sebagai “golongan


yang celaka”, sebagaimana, disebutkan dalam QS. Fushilat : 6-7:

(6) َ‫ى أَنَّ َمٓا إِ ٰلَهُ ُك ْم إِ ٰلَهٌ ٰ َو ِح ٌد فَٱ ْستَقِي ُم ٓو۟@ا إِلَ ْي ِه َوٱ ْستَ ْغفِرُوهُ ۗ َو َو ْي ٌل لِّ ْل ُم ْش ِر ِكين‬
َّ َ‫قُلْ إِنَّ َمٓا أَن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُو َح ٰ ٓى إِل‬
ِ ‫الَّ ِذينَ اَل ي ُْؤتُونَ ال َّز َكاةَ َوهُ ْم بِاآْل‬
(7) َ‫خ َر ِة هُ ْم َكافِرُون‬
“Katakanlah, "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa,
maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun
kepada-Nya (6).Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang
mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan
mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat”(7).
Dan juga dalam QS. At-Taubah : 1039
َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أَ ْم ٰ َولِ ِه ْم‬
...‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِهم بِهَا‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka...”

Dalam hadist :10

7
Ibid., hal.40
8
Arifin,Gus, Keutamaan Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2016), hal.6
9
Sabiq,Sayyid, Fiqih Sunnah 2, ( Jakarta : Cakrawala Publishing, 2011 ), hal. 56

10
Rifa’i,Moh, Fiqih Islam Lengkap, ( Semarang : PT. Karya Toha Putra Semarang, 2014 ), hal. 316
ِّ‫صاَل ِة َوإِيتَا ِء ال َّز َكا ِة َو ْال َحج‬
َّ ‫س َشهَا َد ِة أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا ِ َوإِقَ ِ@ام ال‬
ٍ ‫بُنِ َي اإْل ِ ْساَل ُم َعلَى َخ ْم‬
)‫ضانَ ( رواهالبخاري ومسلم‬
َ ‫صوْ ِ@م َر َم‬
َ ‫َو‬

“Islam dibangun di atas lima (tonggak), syahadat Laa ilaaha illa Allah dan
(syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, hajji,
dan puasa Ramadhan”( HR. Bukhari dan Muslim )

2. Infaq dalam Al-Qur’an dan Hadist


Dalam Al-Qur’an , kata infaq, dalam berbagai bentuk kata, ditemukan sebanyak
73 kali dimana para penerjemah Al-Qur’an menerjemahkan sebagai (me) nafkah
(kan) atau (me) belanja (kan).11
َ‫ب َو يُـقِ ْي ُموْ نَ الص َّٰلوةَ َو ِم َّما َر َز ْق ٰنھُْ@م يُ ْنفِقُوْ ن‬
ِ ‫الَّ ِذ ْينَ ي ُْؤ ِمنُوْ نَ بِ ْال َغ ْي‬
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan
menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka”( Al-Baqarah :
3)

َ‫وا بِأ َ ْي ِدي ُك ْ@م إِلَى ٱلتَّ ْهلُ َك ِة ۛ َوأَحْ ِسنُ ٓو۟@ا ۛ إِ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ْٱل ُمحْ ِسنِين‬
۟ ُ‫يل ٱهَّلل ِ َواَل تُ ْلق‬ ۟ ُ‫َوأَنفِق‬
ِ ِ‫وا فِى َسب‬
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”( Al-Baqarah :
195)

۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا أَنفِق‬


َ‫وا ِم َّما َرزَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن قَ ْب ِل أَن يَأْتِ َى يَوْ ٌم اَّل بَ ْي ٌع فِي ِه َواَل ُخلَّةٌ َواَل َش ٰفَ َعةٌ َو ْٱل ٰ َكفِرُون‬ َ
ٰ
َ‫هُ ُم ٱلظَّلِ ُمون‬
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian
dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada
hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang
kafir itulah orang-orang yang zalim.” ( Al-Baqarah : 254 )

Dan juga dalam hadist :12

11
Arifin,Gus, Zakat, Infak, Sedekah: Dalil-dalil dan Keutamaan, (Jakarta : Elex Media Komputindo,
2011), hal.284-285
ِ ْ‫ أَ ْنفِقِي َوالَ تُح‬: ‫ال‬
‫صي‬ َ ِ ‫أن َرسُوْ َل هّللا‬
َ َ‫ ق‬,‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ْث أَ ْس َما َء َر‬
َّ ,‫ض َي هللاُ َع ْنهَا‬ ُ ‫َح ِدي‬
ِ ‫ َوالَ تُوْ ِعي فَيُوْ ِع َي هللاُ َعلَي‬,‫ك‬
‫ْك‬ ِ ‫صي@ هللاُ َعلَ ْي‬
ِ ْ‫فَيُح‬
“Asma’ ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : Berinfaklah
kamu dan janganlah menghitung-hitungnya (pelit), sebab nanti Allah akan
memperhitungkan (menyempitkan rizki-Nya) untukmu. Dan janganlah kamu
(menutupi) menyimpan, sebab nanti Allah akan menutup rezekimu.” ( HR.
Bukhari )

3. Shadaqah dalam Al-Qur’an dan Hadist


Kata sedekah ‫ صدق‬atau sedekah ( bahasa indonesia) berasal dari kata ‫ صدق‬yang
berarti benar. Di dalam Al-qur’an kata ‫ ص@@دق‬dan turunannya dalam berbagai
bentuk, disebut 85 kali :13

@۟ ‫ص ِّدقًا@ لِّ َما َم َع ُك ْم َواَل تَ ُكونُ ٓو ۟ا أَ َّو َل َكافِ ۭ ٍر بِ ِهۦ َواَل تَ ْشتَر‬
‫ُوا بِٔـََٔ@ا ٰيَتِى ثَ َمنًا قَلِياًل‬ ۟ ُ‫َو َءا ِمن‬
ُ ‫وا بِ َمٓا أَنزَ ْل‬
َ ‫ت ُم‬
‫َوإِ ٰيَّ َى فَٱتَّقُو ِن‬
“Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Quran)
yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu
menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan
ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus
bertakwa.”( Al-Baqarah : 41 )

Dan juga :14


َ ۡ‫ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ ٰ َولِ ِهم‬
‫ص َدقَ ٗة تُطَهِّ ُرهُمۡ َوتُ َز ِّكي ِهم بِهَا‬
“Ambilah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah itu kamu
mmbersihkan dan menyucikan mereka.” (At-Taubah : 103)

Dan dalam hadist :15

12
Baqi,Muhammad Fuad Abdul, Al-Lu’lu’ wal Marjan:Mutiara Hadist Shahih Bukhari dan Muslim,
( Jakarta : Ummul Qura, 2012 ), hal. 475-475
13
Arifin.Gus, Op.Cit, hal. 306
14
Qardawi,Yusuf,Hukum Zakat, ( Jakarta : P.T. Pustaka Litera Antarnusa,1991 ), hal.36
15
Baqi,Muhammad Fuad Abdul, Al-Lu’lu’ wal Marjan:Mutiara Hadist Shahih Bukhari dan Muslim,
( Jakarta : Ummul Qura, 2012 ), hal. 477
‫ اَ ْليَ ُد ْالع ُْليَا َخ ْي ٌر‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬,‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ ع َِن النَبِ ِّي‬,ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ُ ‫َح ِد ي‬
ٍ ‫ْث َح ِكي ِْم ْب ِن ِح‬
ِ ‫زَام َر‬
,ُ‫ف ي ُِعفَّهُ هللا‬ َ ‫ َوخَ ْي ُ@ر‬,ُ‫ َوا ْبد َْا بِ َم ْن تَعُوْ ل‬,‫ِمنَ ْاليَ ِد ال ُّس ْفلَى‬
ْ ِ‫ َو َم ْن يَ ْستَ ْعف‬,‫الص َد قَ ِة ع َْن ظَه ِْر ِغنًى‬
ُ‫َو َم ْن يَ ْستَ ْغ ِن يُ ْغنِ ِه هللا‬
Hakim bin Hizam ra. Meriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Mulailah dengan
(bersedekah kepada) orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Sedekah yang
paling baik adalah dari orang yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya).
Barang siapa yang menjaga dirinya dari hal yang haram dan meminta, maka
Allah akan menjaganya. Dan barang siapa yang berusaha mencukupkan dirinya
maka Allah akan mencukupinya.” ( HR. Bukhari )

C. Perhatian Agama Terhadap Orang Miskin Dalam Menanggulangi Kemiskinan


Perhatian Islam terhadap Penanggulangan Kemiskinan16
Perhatian islam terhadap penanggulangan kemiskinan dan fakir miskin tidak dapat
diperbandingkan dengan agama samawi dan aturan ciptaan manusia manapun, baik
dari segi pengarahan maupun dari segi pengaturan dan penerapan.

Perhatian islam pada masa periode Makkah17


Perhatian islam yang besar terhadap penanggulangan problema kemiskinan dan
orang-orang miskin dapat dilihat dari kenyataan bahwa islam semenjak fajarnya baru
menyingsing di kota Makkah- saat umat islam masih beberapa orang dan hidup
tetekan, dikejar-kejar, belum mempunyai pemerintah dan organisasi politik- sudah
mempunyai kitab suci Qur’an yang memberikan perhatian penuh dan kontiniu pada
masalah sosial penanggulangan kemiskinan tersebut. Qur’an adakalanya
merumuskannya dengan kata-kata “memberi makan dan mengajak memberi makan
orang-orang miskin,” dan adakalanya dengan rumusan “mengeluarkan sebagian rezeki
yang diberikan Allah,” “mamberikan hak orang-orang yang meminta-minta, miskin,
dan terlantar dalam perjalanan,” “membayar zakat,” dan rumusan-rumusan lainnya.

Beberapa Catatan tentang Sikap Agama-agama terhadap Kemiskinan18

16
Qardawi,Yusuf,Hukum Zakat, ( Bogor : P.T. Pustaka Litera Antarnusa,2007 ), hal.49
17
Ibid., hal. 50
18
Ibid., hal. 48-49
Demikian contoh-contoh menarik tentang perhatian agama-agama sebelum Islam
dalam himbauan kitab-kitab suci sebelum al-quran mengenai nasib orang-orang
miskin. Tetapi disini kita ingin memberikan beberapa catatan, yakninya :
a. Perhatian itu tidak lebih dari pada sekedar anjuran supaya manusia berbuat baik
dan kasih kepada orang-orang miskin, sekedar pernyataan tidak senang kepada
sikap individualis dan kekikiran, dan sekedar seruan konkrit bagi tumbuhnya sikap
persaudaraan secara spontan.
b. Perhatian itu belum sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu instruksi wajib,
dimana orang yang tidak melaksanakanya dipandang tidak melaksanakan
kewajiban-kewajiban agama yang harus dihukum berat baik didunia maupun
akhirat.
c. Realisasi perbuatan baik terserah kepada kemurahan hati pribadi-pribadi saja.
Sedangkan negara tidak berwenang mengumpulkan dan mendistribusikanya.
d. Kekayaan apa yang harus didermakan itu tidak jelas, begitu juga persyaratan dan
besarnya. Hal ini mengakibatkan negara tidak mungkin mengambil inisiatif-
inisiatif untuk memungut derma-derma itu, karena bagaimana mungkin hal itu
dilaksanakan bila apa dan beberapa yang harus diberikan tidak jelas.
e. Tujuan perhatian terhadap orang-orang miskin itu bukanlah penanggulangan
problema kemiskinan, memberantas sampai akarnya, dan memperbaiki nasib
orang-orang yang tak punya sesuatudan akhirnya memilikinya, tetapi tujuan tidak
lain dari pada untuk mengurangi dan meringankan penderitaan mereka.
Jadi kesimpulannya bahwa nasib orang-orang miskin dan lemah itu tergantung
kepada belas kasih orag-orang kaya. Bila orang-orang kaya itu tergerak untuk berbuat
baik, karena cinta kepada Allah, takut kepada hari kiamat, maupun karena ingin dipuji
dan prikemanusiaan,maka mereka akan memberikan sesuatu, sekalipun sedikit sekali,
kepada orang-orang lemah, butuh dan miskin itu lalu pantaslah sudah disebut orang-
orang baik. Tetapi bila mereka diambuk harta dan materi, sengsaralah orang-orang
miskin itu dan menjadi mangsa cengkraman kemelaratan, sedangkan orang yang yang
akan membela dan memperjuangkan hak mereka tidak ada, oleh karrena mereka tidak
memiliki hak-hak yang jelas. Demikianlah banyak kebijakan yang diserhkan kepada
kemurahan hati mereka saja.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbedaan dari zakat, infaq dan shadaqah dapat dilihat dari beberapa segi yakni dari
pengertian, hukumnya, nisab (ukuran/kadarnya) , haul (waktunya), mustahiq (orang yang
berhak mendapatan), dan bentuk ( baik berupa materi ataukah non-materi ).
Zakat, infaq, dan shadaqah di dalam Al-Qur’an dan Hadist terdapat banyak sekali
dibahas dan dijelaskan dalam berbagai aspek permasalahan. Dan didalam makalah kami
hanya memaparkan beberapa saja,lebih banyaknya ada di dalam buku fiqih dan buku hadist.
Dan perhatian agama terhadap penanggulangan kemiskinan dan fakir miskin tidak
dapat diperbandingkan dengan agama samawi dan aturan ciptaan manusia manapun, baik
dari segi pengarahan maupun dari segi pengaturan dan penerapan. Dan juga terdapat contoh
catatan dari sikap agama terhadap kemiskinan yang telah dijelaskan.

B. Saran
Setelah kita mengetahui bagaimana maksud dari pembahasan materi kita mengenai
zakat, infaq dan shadaqah ini, kita diharapkan dalam kehidupan sehari-hari dapat
membedakan dari apa saja yang termasuk zakat, apa saja yang dapat diinfaqkan, dan
bagaimana shadaqah itu. Kita sudah memahaminya, dan diharapkan kedepannya kita tidak
ada keliru lagi dalam membedakannya.

DAFTAS PUSTAKA
Arifin,Gus, Keutamaan Zakat, Infak, Sedekah: Dalil-dalil dan Keutamaan (Jakarta : Elex
Media Komputindo, 2016)
Qardawi,Yusuf,Hukum Zakat, ( Jakarta : P.T. Pustaka Litera Antarnusa,1991 )
Sabiq,Sayyid, Fiqih Sunnah 2, ( Jakarta : Cakrawala Publishing, 2011 )
Rifa’i,Moh, Fiqih Islam Lengkap, ( Semarang : PT. Karya Toha Putra Semarang, 2014 )
Arifin,Gus, Zakat, Infak, Sedekah: Dalil-dalil dan Keutamaan, (Jakarta : Elex Media
Komputindo, 2011)
Baqi,Muhammad Fuad Abdul, Al-Lu’lu’ wal Marjan:Mutiara Hadist Shahih Bukhari dan
Muslim, ( Jakarta : Ummul Qura, 2012 )
Qardawi,Yusuf,Hukum Zakat, ( Bogor : P.T. Pustaka Litera Antarnusa,2007 )

Anda mungkin juga menyukai