Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN HUKUM (LAW)

OLEH:
NAMA : IDRUS SULEMAN
NPM : 0725 1911 009

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpah rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehigga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk dan isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak yang kekurangan-
kekurangan baik pada penulisan teknis maupun materi, mengingat kemampuan yang
dimiiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT. memberikan imbalan yang
setimpal kepada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah. Aamiin Yaa Robbal’Alamiin.

i
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
BAB II DASAR TEORI.................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Profesi dan Profesi Hukum............................................................. 2
2.2 Ruang Lingkup dan Kewajiban Profesi Hukum................................................. 3
2.3 Batas Kewenangan Profesi Hukum.................................................................. 4
2.3.1 Batas Kewenangan Profesi Notaris……………………………………………. 4
2.3.2 Batas Kewenangan Profesi Jaksa……………………………………………... 5
2.3.3 Batas Kewenangan Profesi Advokat…………………………………………... 6
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan kehidupan masyarakat
manusia sehingga di dalam masyarakat selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada norma
hukum (ubi societas ibi ius). Hal tersebut dimaksudkan oleh Cicero bahwa tata hokum harus
mengacu pada penghormatan dan perlindungan bagi keluhuran martabat manusia. Hukum
berupaya menjaga dan mengatur keseimbangan antars kepentingan atau hasrat individu yang
egoistis dan kepentingan bersama agar tidak terjadi konflik .
Kehadiran hukum justru mau menegakkan keseimbangan perlakuan antara hak
perorangan dan hak bersama. Hal tersebut menunjukan pada hakikatnya para penegak
hukum (hakim, notaris, jaksa, advokat, dan polisi) adalah pembela kebenaran dan keadilan
sehingga para penegak hukum harus menjalankan dengan itikad baik dan ikhlas, sehingga
profesi hukum merupakan profesi terhormat dan luhur (officium nobile). Oleh karena itu mulia
dan terhormat, professional hukum sudah sudah semestinya merasakan profesi ini sebagai
pilihan dan sekaligus panggilan hidupnya untuk melayani sesama di bidang hukum.
1.2 Rumusan Masalah
Bardasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah sbb.
1. Apa pengertian profesi dan profesi hukum
2. Bagaimana ruang lingkup hak dan kewajiban profesi hkum
3. Sampai di mana batas kewenangan profesi hokum

1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 PENGERTIAN PROFESI DAN PROFESI HUKUM
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan pengertian profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran dan
sebagainya) tertentu.
Sejalan dengan pengertian profesi di atas, Habyb menyatakan bahwa profesi adalah
pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata pencarian. Sementara itu menurut
Kamaruddin, profesi ialah suatu jenis pekerjaan yang sifatnya menuntut pengetahuan yang
tinggi, khusus dan latihan yang istimewa.
Menurut Menurut Frans Magnis Suseno profesi itu harus dibedakan dalam dua jenis
yaitu profesi pada umumnya dan profesi luhur. Profesi pada umumnya paling tidak ada dua
prinsip yang wajib ditegakkan yaitu:
1. Prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung jawab
2. Hormat terhadap hak-hak orang lain

Dalam profesi yang luhur motifasi yang utamanya untuk memperoleh nafkah dari
pekerjaan yang dilakukannya disamping itu juga terdapat dua prinsip penting yaitu:

1. Mendahulukan kepentingan orang yang dibantu


2. Mengabdi pada tuntutan luhur profesi
Profesi adalah pekerjaan yang sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah
hidupdan mengandalkan suatu keahlian.
Profesi hukum merupakan salah satu dari sekian profesi lain, misalnya profesi dokter,
profesi teknik, dan lain-lain. Profesi hukum mempunyai ciri tersendiri, karena profesi ini sangat
bersentuhan langsung dengan kepentingan manusia yang lazim disebut dengan klien. Profesi
hukum mempunyai keterkaitan dengan bidang-bidang hukum yang terdapat Negara kesatuan
Republik Indonesia, misalnya kehakiman, kejaksaan, kepolisian, mahakama agung, serta
mahakama konstitusi.

2
Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang
dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.
Profesi hokum adalah profesi yang mewujudkan ketertiban berkeadilan yang
memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar (tidak perlu tergantung
pada kekuatan fisik maupun finansia). Hal ini di karenakan ketertiban berkeadilan adalah
kebutuhan dasar manusia, dan keadilan merupakan nilai dan keutamaan yang paling luhur
serta merupakan unsur esensial dan martabat manusia.
2.2 Ruang Lingkup dan Kewajiban Profesi Hukum
Ruang lingkup etika profesi hukum adalah untuk melaksanakan suatu fungsi pada
semua ini dalam setiap bidang pada dasarnya terdapat terdapat beberapa unsur pokok, yaitu:
tugas, yang merupakan kewajiban dan kewenangan. Aparat, orang yang melaksanakan tugas
tersebut. Lembaga, yang merupakan tempat atau wadah yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana bagi aparat yang akan melaksanakan tugasnya. Untuk mengerjakan tugas tersebut
akan terkandung sebuah tangung jawab dalam melaksanakan dan mengerjakan tugas
tersebut.
Tanggung jawab dapat dibedakan menjadi 3 hsl yakni: moral, tehnis profesi dan
hukum. Tanggung jawab hokum merupakan tanggung jawab yang menjadi beban aparat untuk
melaksanakan tugasnya sesuai dengan rambu-rambu hukum yang telah ada, dan wujud dari
pertanggung jawaban ini merupakan sebuah sanksi. Sementara itu tanggung jawab moral
merupakan tanggung jawab yang sesuia dengan nilai-nila, norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan kehidupan yang bersangkutan (kode etik profesi). Pada dasarnya tuhan
menciptakan manusia tidaklah sendiri diperlukannya berinteraksi dan bekerjasama dengan
orang lain dalam melakukan tugasnya. Dalam hal ini dibutuhksn sebuah pranata social berupa
aturan-aturan hukum. Hukum melalui peradilan akan memberikan perlindungan hak, terhadap
serangan atas kehormatan dan harga diri serta memulihkan hak yang terampas.
Pengembangan profesi termasuk profesi hukum sebenarnya tergantung dari pribadi
yang bersangkutan karena mereka secara pribadi mempunyai tangung jawab penuh atas mutu
pelayanan profesi dan harus secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat

3
yang memerlukan dalam bidang hukum, untuk itu tentunya memerlukan keahlian yang
berkeilmuan serta dapat dipercaya.
Didalam kewajiban hukum sendiri, kepentingan tidak semata-mata pada kesadaran
terhadap kewajiban untuk taat pada ketentuan undang-undang saja, tetapi juga kepada hukum
tidak tertulis. Bahkan kesadarn akan kewajiban hukum ini sering timbul dai kejadian-kejadian
atau peristiwa-peristiwa yang nyata.
Kewajiban hukum dan kewajiban profesi terletak pada kesadaran akan kewajiban
pada orang lain, yaitu memngingat, memperhatikan, dan menghormati serta tidak merugikan
kepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan sendiri atau organisasi profesinya
2.3 Batas Kewenangan Profesi Hukum
Batas kewenangan menurut (KBBI) adalah kekuasaan membuat keputusan
memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Berbicara kewenangan
memang menarik, karena secara alamiah manusia sebagai mahluk social memiliki keinginan
untuk diakui ekstensinya sekecil apapun dalam suatu komunitasnya, dan salah satu factor
yang emndukung keberadaan ekstensi tersebut adalah memiliki kewenangan.
Secara pengertian bebas kewenagan adalah hak seorang individu untuk melakukan
sesuai tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu
kelompok tertentu.
Adapun batas kewenangan profesi hukum di antaranya adalah:
2.3.1 Batas kewenangan profesi Notaris
Kewenangan tersebut dalam pasal 15 dari ayat (1) sampai dengan ayat (3) UUJN,
yang dapat dibagi menjadi.
a. Kewenangan umum
Pasal 15 ayat (1) UUJN menegaskan bahwa salah satu kewenagan notaris yaitu
membuat akta secara umum. Hal ini dapat disebut sebagai kewenagan Umum Notaris.
b. Kewenangan khusus notaris
Kewenangan notaris ini terdapat dalam pasal 15 ayat (2) UUJN yang mengatur
mengenai kewenangan khusus notaris untuk melakukan tindakan hokum tertentu.

4
Pasal 15 ayat (2) huruf j UUJN memberikan kewenangan kepada notaris untuk
membuat akta di bidang pertanahan. Ada tiga penafsiran dari pasal tersebut yaitu:
1. Notaris telah mengambil semua wewenang PPAT menjadi wewenang notaris atau
telah menambah wewenang notaris
2. Bidang pertanahan juga ikut menjadi wewenang notaris
3. Tidak ada pengambil alihan wewenang dari PPAT ataupun fari notaris karena baik
PPAT maupun notaris telah mempunyai wewenang sendiri
c. Kewenangan notaris yang akan ditentukan kemudian
Yang dimaksud dalam pasal 15 ayat (3) UUJN dengan kewenangan yang akan
ditentukan kemudian adalah wewenang yang berdasarkan aturan hokum lain yang
akan dating kemudian (ius constituendum). Wewenang notaris yang akan ditentukan
kemudian, merupakan wewenang yang akan ditentukan berdasarkan
peraturanperundang-undangan.
2.3.2 Batas kewenangan Profesi Jaksa
Kewenangan jaksa menurut pasal 30 ayat 1-3 UU 16/2004 adalah sebagai berikut:
a. Pidana
Adapun kewenang jaksa dibidang pidana adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penuntutan
2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan inkrchi
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
pengawasan, dan lepas bersyarat.
4. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan UU.
5. Melengkapi nerkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan.
b. Perdata dan tata usaha Negara
Kewengan jaksa dibidang perdata dan tata usaha Negara adalah dengan kuasa
khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas
nama Negara atau pemerentah
c. Ketertiban dan keamanan rakyat

5
Kewenangan jaksa di bidang ketertiban dan ketentraman rakyat adalah sebagai
berikut:
1. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat
2. Pengamanan kebijakan penegakkan hukum
3. Pengawasan peredaraan barang cetakan
4. Pengawasan kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat & Negara
5. Pencegahan penyalagunaan dan/atau penodaan agama
6. Penelitian dan pengembangan hukum serta static criminal
2.3.3 Batas Kewenangan Profesi Advokat
Kedudukan advokat dalam sistem penegakan hukum sebagai penegak hukumdan
profesi terhormat. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya advokat seharusnya dilengkapi
oleh kewenangan sama halnya dengan penegak hokum lain seperti polisi, jaksa dan hakim.
Kewenangan advokat dalam sistem penegakan hukum menjadi sngat penting guna menjaga
keindependensial advokat dalam menjalankan profesinya dan juga menghindari adanya
kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh penegak hokum lainnya.
Semetara UU No. 18/2003 tentang advokat tidak mengatur tentang kewenangan
advokat di dalam menjlakan fungsi dan tugasnya sebagai aparat penegak hukum. Dengan
demikian maka terjadi kekosongan norma hokum terkait dengan kewenangan advokat
tersebut. Perlu diketahui profesi advokat adalah merupakan organ Negara yang menjalankan
fungsi Negara.
Ada dua fungsi advokat terhadap keadilan yang perlu mendapat perhatian. Yaitu
pertama kepentingan memewakili klien untuk menegakkan keadilan yang perlu mendapatkan
perhatian. Kedua, membantu klien seseorang advokat mempertahankan legitimasi sistem
peradilan dan fungsi advokat.
Dari kondisi itu tampak urgensi adanya kewenangan advokat didalam menjalakan
fungsi dan tugasnya dalam sistem penegak hukum. Kewenangan advokat tersebut diberikan
untuk mendukung terlaksananya penegakkan hokum secara baik.

6
BAB III
KESIMPULAN
1. Pengertian profesi dan profesi hukum
Profesi adalah pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang
dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan
Profesi hukum adalah profesi untuk mewujudkan ketertiban berkeadilan yang
memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupannya secara wajar. Hal ini
dikarenakan ketertiban berkeadilan adalah kebutuhan dasar manusia dan kedilan
merupakan nilai dan keutamaan yang paling luhur serta merupakan unsur esensial
dan martabat manusia.
2. Ruanglingkup hak dan kewajiban profesi hukum
Kewajiban hukum dan kewajiaban profesi terletak pada kesadaran akan
kewajiban pada orang lain, yaitu mengingat, memperhatikan, dan menghormati serta
tidak merugikankepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan sendiri atau
organisasi profesinya.
3. Batas kewenangan profesi hukum
Menjelaskan kewenangan profesi hukum diataranya batas kewenangan notaris ,
jaksa, dan advokat.

7
DAFTAR PUSTAKA
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia (Cet. I; Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), h 16

Anda mungkin juga menyukai