Disusun oleh:
ZICCO TANRI ALFARABI
(2C414675)
Kelas:
4IC88
Puji dan syukur sepantasnya dihaturkan kepada Allah SWT, karena rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan makalah
Studi Kasus teantang Etika Profesi ini meskipun masih terdapat banyak
kekurangan.
Dalam menyelesaikan makalah ini banyak dibantu oleh orang-orang di
sekitar penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Dengan penuh rasa hormat penyusun menghaturkan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak membantu, diantaranya :
1. Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM., selaku rektor Universitas
Gunadarma.
2. Prof. Dr. Ir. Bambang Suryawan, MT., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Gunadarma.
3. Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT., selaku Kepala Jurusan Teknik Mesin
Universitas Gunadarma.
4. Dr.Yunus Trionggo., selaku dosen Mata Kuliah Etika Profesi.
5. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan moril maupun materil.
6. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma.
Pada akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna karena segala kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT sedangkan kekurangan adalah milik kita sebagai
makhluk-Nya. Untuk itu, kekurangan yang ada akan menjadi sebuah pelajaran
bagi penyusun, dan penyusun mengharapkan koreksi berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca terutama pengoreksi untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kode Etik ini bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh mereka yang
menjalankan profesi Advokat/Penasehat Hukum sebagai pekerjaannya (sebagai
mata pencahariannya) maupun oleh mereka yang bukan Advokat/Penasehat
Hukum akan tetapi menjalankan fungsi sebagai Advokat/Penasehat Hukum atas
dasar kuasa insidentil atau yang dengan diberikan izin secara insidentil dari
pengadilan setempat. Pelaksanaan dan pengawasan Kode Etik ini dilakukan oleh
Dewan Kehormatan dari masing-masing organisasi profesi tersebut, yakni oleh
IKADIN, A.A.I., dan I.P.H.I.
Uraian penting mengenai Kode Etik Advokat meliputi apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh seorang Adovokat yang dipilah menjadi beberapa bagian
antara lain:
1. Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile)
dan karenanya dalam menjalankan profesinya selaku penegak hukum
sejajar dengan jaksa dan hakim.
2. Dilarang memasang iklan semata-mata untuk menarik perhatian orang lain
termasuk pemasangan papan nama dengan bentuk dan ukuran yang
berlebihan.
3. Kantor Advokat atau cabangnya tidak dibenarkarkan diadakan di suatu
tempat yang merugikan kedudukan dan martabat Advokat.
4. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan Advokat
mencantumkan namanya sebagai advokat di papan nama kantor advokat
atau mengizinkan orang yang bukan advokat tersebut untuk
memperkenalkan dirinya sebagai A
5. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan karyawannya-karyawannya yang
tidak berkualitas unuk mengurus perkara atau memberi nasihat hukum
kepada kliennya dengan lisan atau dengan tulisan
6. Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publisitas bagi
dirinya dan atau untuk menarik perhatian masyarakat mengenai tindakan-
tindakannya sebagai advokat mengenai perkara yang sedang atau telah
ditanganinya, kecuali apabila keterangan tersebut bertujuan untuk
menegakkan prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh Advokat.
7. Advokat wajib mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau
diurusnya apabila timbul perbedaan dan tidak dicapai kesepatan tentang
cara penangan perkara dengan kliennya.
8. Bagi Advokat yang pernah menjadi hakim atau panitera dalam pengadilan
tidak dibenarkan untuk memegang atau menagani perkara yang diperiksa
pengadilan tempatnya terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia
berhenti dari pengadilan tersebut.
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas maka menghasilkan kesimpulan, sebagai
berikut:
Jadi opini yang selama ini ada pada masyarakat tentang “KASUS
PENGUNDURAN DIRI FREDRICH YUNADI DAN OTTO
HASIBUAN DARI PENGACARA DALAM KASUS SETYA
NOVANTO” yang melibatkan bayaran atau rasa pesimistis dari 2
pengacara senior ini karena semakin rumitnya permasalahan yang akan
menjerat Setya Novanto ternyata tidak benar bila kita berpatokan pada
alasan yang yang mereka lontarkan saat menyatakan mengundurkan diri
pada media/masyarakat,Hal ini berdasarkan pada Kode Etika Advokat
yang mereka gunakan dan semua itu sudah sesuai pada pasal 8 point yang
ke 7,selain itu mereka juga harus menyelesaikan permasalahan yang
nantinya akan klient mereka hadapi setelah pengundura diri mereka
sebagaimana yang diamanatkan pada pasal 4 Kode Etik Advokat point ke
9 dengan bertanggug jawab yang tidak merugikan keduabelah pihak.