Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STUDI KASUS TENTANG ETIKA PROFESI

Disusun oleh:
ZICCO TANRI ALFARABI
(2C414675)

Kelas:
4IC88

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sepantasnya dihaturkan kepada Allah SWT, karena rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan makalah
Studi Kasus teantang Etika Profesi ini meskipun masih terdapat banyak
kekurangan.
Dalam menyelesaikan makalah ini banyak dibantu oleh orang-orang di
sekitar penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Dengan penuh rasa hormat penyusun menghaturkan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah banyak membantu, diantaranya :
1. Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM., selaku rektor Universitas
Gunadarma.
2. Prof. Dr. Ir. Bambang Suryawan, MT., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Gunadarma.
3. Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT., selaku Kepala Jurusan Teknik Mesin
Universitas Gunadarma.
4. Dr.Yunus Trionggo., selaku dosen Mata Kuliah Etika Profesi.
5. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan moril maupun materil.
6. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma.
Pada akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna karena segala kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT sedangkan kekurangan adalah milik kita sebagai
makhluk-Nya. Untuk itu, kekurangan yang ada akan menjadi sebuah pelajaran
bagi penyusun, dan penyusun mengharapkan koreksi berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca terutama pengoreksi untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Depok, 23 Desember 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sebagai seorang yang bergelut di bidang hukum,seorang advokat sangat di
tuntut akan sifat keprofesionalimean mereka.karena selain profesi mereka yang
bekerja mengatasnamakan hukum dan keadilan,profesi mereka juga sangat
berhubungan dengan kepercayaan dan nasib banyak orang(klient mereka).Banyak
di masyarakat yang beranggapan bahwa seorang advokat yang telah memiliki
nama besar hanya mau menerima kasus-kasus yang besar ataupun dengan bayaran
yang besar pula,Namun pada kenyataannya dalam kode etik dari seorang advokat
sendiri mewajibkan sseluru advokat siapapun dia untuk selalu bisa memberikan
pembelaan hukum terhadap siapapun yang membutuhkan jasa mereka tanpa harus
memandang jumlah bayaran dan seberapa besar kasus yang mereka hadapi.Hal di
atas juga berdasarkan dari opini masyarakat saat ini yang beranggapan bahwa
seorang advokat selalu berhubungan dengan kemewahan seperti yang selalu di
perlihatkan oleh advocate kenamaan negri ini yaitu HotmanParis Hutapea,Hotman
Sitompul Oc Kaligis dan lain-lain. .
Sedangkan untuk opini masyarakat yang kedua yaitu mengenai seorang
advokat yang telah memiliki nama besar hanya mau menerima suatu kasus yang
besar pula juga masih menjadi pertanyaan tentang kebenarannya.Karena pada
sebagian kasus memang benar bahwa setiap advocate besar mereka selalu terlibat
pada kasus-kasus besar yang selalu menyedot perhatian masyarakat
banyak.Namun ada suatu yang cukup aneh yang terjadi baru-baru ini yang ingin
di bahas oleh penulis yaitu tentang pengunduran diri pengacara dari pengacara
yang selama ini menangani kasus Setya Novanto yaitu Fredrich Yunadi dan Otto
Hasibuan yang mengingat skala dari kasus ini yang sangat besar dan sangat
menyedot perhatian masyarakat banyak.Hal ini diharapkan dapat memberikan
informasi lebih nyata tentang pentingnya etika profesi advokat agar pembaca
dapat lebih mudah memahaminya.
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 ETIKA PROFESI ADVOKAT (PENGACARA)


Pengacara adalah salah satu profesi yang mulia dan terhormat, apabila
dilihat dari salah satu sisi profesi tersebut. Mulia dan terhormat karena membela
hak-hak dari seorang manusia (terdakwa) yang berada dalam kasus dan
membutuhkan pembelaan. Dalam kasus apapun tidak mungkin terdakwa untuk
membela dirinya sendiri tanpa bantuan dari penegak hukum. Mulia dan terhormat
apabila seorang pengacara tidaklah menghambakan uang sebagai balas budi dari
profesinya tersebut. Mulia dan terhormat apabila tidak membedakan siapa yang
dibela dan hanya membela terdakwa yang benar, apabila membela yang salah
hanyalah untuk meringankan hukuman bukan membebaskan terdakwa tersebut
dari hukuman atau memutar balikan kebenaran.
Secara teoritis Pengacara adalah seseorang yang melakukan pekerjaan jasa
bantuan hukum termasuk konsultan hukum yang menjalankan pekerjaannya baik
dilakukan di luar pengadilan dan atau di dalam pengadilan bagi klien sebagai mata
pencahariannya. Berdasarkan kesepakatan bersama dari Dewan Pimpinan Pusat
IKATAN ADVOKAT INDONESIA (IKADIN) Dewan Pimpinan Pusat ASOSIASI
ADVOKAT INDONESIA (A.A.I.) dan Dewan Pimpinan Pusat IKATAN
PENASEHAT HUKUM INDONESIA (I.P.H.I.), dengan ini disusunlah satu-
satunya Kode Etik Profesi Advokat/Penasehat Hukum Indonesia.

Kode Etik ini bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh mereka yang
menjalankan profesi Advokat/Penasehat Hukum sebagai pekerjaannya (sebagai
mata pencahariannya) maupun oleh mereka yang bukan Advokat/Penasehat
Hukum akan tetapi menjalankan fungsi sebagai Advokat/Penasehat Hukum atas
dasar kuasa insidentil atau yang dengan diberikan izin secara insidentil dari
pengadilan setempat. Pelaksanaan dan pengawasan Kode Etik ini dilakukan oleh
Dewan Kehormatan dari masing-masing organisasi profesi tersebut, yakni oleh
IKADIN, A.A.I., dan I.P.H.I.

Uraian penting mengenai Kode Etik Advokat meliputi apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh seorang Adovokat yang dipilah menjadi beberapa bagian
antara lain:

2.2 ETIKA KEPRIBADIAN ADVOKAT.


Advokat Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur, dalam mempertahankan keadilan
dan kebenaran dilandasi moral yang tinggi, luhur dan mulia, dan dalam
melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, kode etik Advokat serta sumpah jabatannya (Pasal 2 Kode
Etik Advokat). Etika Kepribadian Advokat juga ditegaskan dalam Pasal 3 Kode
Etik Advokat bahwa:

1. Advokat dapat menolak untuk memberikan nasihat dan bantuan hukum


karena pertimbangan keahlian dan bertentangan dengan hati nuraninya,
tetapi tidak dapat menolak dengan alasan karena perbedaan agama,
kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik dan atau
kedudukan sosialnya.
2. Tidak semata-mata mencari imbalan material, tetapi lebih mengutamakan
tegaknya hukum, keadilan, dan kebenaran.
3. Bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh siapapun
dan wajib menjujung tinggi hak asasi manusia dalam negara hukum
Indonesia.
4. Memegang teguh rasa solidaritas sesama advokat dan wajib membela
secara cuma-cuma teman sejawat yang yang diduga atau didakwa dalam
perkara pidana.
5. Wajib memberikan bantuan hukum dan pembelaan hukum kepada teman
sejawat yang diduga atau didakwa dalam suatu perkara pidana atas
permintaannya atau karena penunjukan organisasi profesi.
6. Tidak dibenarkan melakukan pekerjaan yang dapat merugikan kebebasan
derajat dan martabat advokat.
7. Wajib senantiasa menjungjung tinggi profesi advokat sebagai profesi
terhormat (officium nobile).
8. Dalam menjalankan profesinya harus bersikap sopan terhadap semua
pihak, tetapi wajib mempertahankan hak dan martabat Advokat.
9. Advokat yang diangkat untuk menduduki suatu jabatan negara (Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif) tidak dibenarkan untuk berpraktek sebagai
advokat dan tidak diperkenankan namanya dicantumkan atau
dipergunakan oleh siapapun atau oleh kantor manapun dalam suatu
perkara yang sedang diproses/berjalan selama ia menduduki jabatan
tersebut.

2.2 ETIKA HUBUNGAN DENGAN KLIENT


Bahwa sejatinya advokat juga harus menjaga etika dengan kliennya. Hal
ini ditegaskan dalam Pasal 4 Kode Etik Advokat, yang menyatakan hal-hal
sebagai berikut:

1. Advokat dalam perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan


jalan damai.
2. Tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien
mengenai perkara yang sedang diurusnya.
3. Tidak dibenarkan memberikan jaminan bahwa perkaranya akan menang.
4. Dalam menentukan honorarium, Advokat wajib mempertimbangkan
kemampuan klien.
5. Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.
6. Dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang
sama seperti perkara yang menerima imbalan jasa.
7. Harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada
dasar hukumnya.
8. Memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan kepadanya
dan sampai berakhirnya hubungan antara Advokat dank klien itu.
9. Tidak diperkenankan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada
saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat itu dapat
menimbulkan kerugia terhadap kliennya.
10. Harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-
kepentingan bersama dua pihak atau lebih yang menimbulkan
pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan
11. Hak retensi terhadap Klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan
kerugian kepentingan kliennya.

2.3 KODE ETIK ADVOKAT


Dalam menjalankan profesinya, seorang Advokat juga memiliki kode etik
yang harus dipatuhi. Adapun etika cara bertindak menangai perkara sesuai dengan
Pasal 7 Kode Etik adalah:

1. Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman-teman sejawatnya


dalam suatu perkara dapat ditunjukkan kepada hakim apabila dianggap
perlu kecuali surat-surat yang bersangkutan dibuat dengan membubuhkan
catatan “sans Prejudice”
2. Isi pembicaraan atau korespondensi dalam rangka upaya perdamaian antar
advokat, tetapi tidak berhasil , tidak dibenarkan untuk dijadikan alat bukti
di pengadilan
3. Dalam perkara yang sedang berjalan advokat tidak dapat menghubungi
hakim tanpa adanya pihak lawan dalam perkara perdata ataupun tanpa
jaksa penuntut umum dalam perkara pidana.
4. Advokat tidak dibenarkan mengajari atau mempengaruhi saksi-saksi yang
diajukan oleh pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut
Umum daam perkara pidana.
5. Apabila mengetahui bahwa seseorang telah menunjuk advokat maka
hubungan dengan orang itu hanya dapat dilakukan melalui advokat
tersebut.
6. Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang
dikemukakan dalam sidang pengadilan dalam rangka pembelaan yang
menjadi tanggung jawabnya, yang dikemukanka secara proporsional dan
tidak berlebihan dan untuk itu advokat memiliki hak imunitas hukum baik
perdata maupun pidana.
7. Advokat wajib untuk memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi orang
yang tidak mampu.
8. Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan
mengenai perkara yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya.
9. Kode Etik Lainnya Yang Menyangkut Profesi A

Selain kode etik yang telah disampaikan sebelumnya, terdapat ketentuan-


ketuan tentang kode etik yang diatur dalam Pasal 8 Kode Etik Advokat tersebut
antara lain :

1. Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile)
dan karenanya dalam menjalankan profesinya selaku penegak hukum
sejajar dengan jaksa dan hakim.
2. Dilarang memasang iklan semata-mata untuk menarik perhatian orang lain
termasuk pemasangan papan nama dengan bentuk dan ukuran yang
berlebihan.
3. Kantor Advokat atau cabangnya tidak dibenarkarkan diadakan di suatu
tempat yang merugikan kedudukan dan martabat Advokat.
4. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan Advokat
mencantumkan namanya sebagai advokat di papan nama kantor advokat
atau mengizinkan orang yang bukan advokat tersebut untuk
memperkenalkan dirinya sebagai A
5. Advokat tidak dibenarkan mengizinkan karyawannya-karyawannya yang
tidak berkualitas unuk mengurus perkara atau memberi nasihat hukum
kepada kliennya dengan lisan atau dengan tulisan
6. Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publisitas bagi
dirinya dan atau untuk menarik perhatian masyarakat mengenai tindakan-
tindakannya sebagai advokat mengenai perkara yang sedang atau telah
ditanganinya, kecuali apabila keterangan tersebut bertujuan untuk
menegakkan prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh Advokat.
7. Advokat wajib mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau
diurusnya apabila timbul perbedaan dan tidak dicapai kesepatan tentang
cara penangan perkara dengan kliennya.
8. Bagi Advokat yang pernah menjadi hakim atau panitera dalam pengadilan
tidak dibenarkan untuk memegang atau menagani perkara yang diperiksa
pengadilan tempatnya terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia
berhenti dari pengadilan tersebut.

Berdasarkan uraian mengenai kode etik profesi Advokat/Pengacara diatas


maka sejatinya Advokat/Pengacara yang tidak profesional adalah
Advokat/Pengacara yang menggadaikan etika profesinya. Etika profesi bukan
hanya untuk diketahui saja tapi harus dianggap sebagai pedoman sebagai alat
untuk pembatas diri dalam melaksanakan profesi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 KASUS PENGUNDURAN DIRI FREDRICH YUNADI DAN OTTO


HASIBUAN DARI PENGACARA DALAM KASUS SETYA
NOVANTO

8 Desember 2017, Pernyataan mengejutkan di keluarkan oleh salah satu


pengacara senior Otto Hasibuan yang saat itu menjadi salah satu pengacara yang
masuk dalam tim pengacara untuk menangani kasus Setya Novanto.Alasan
pengunduran dirinya yaitu karena setelah berjalan menangani perkara e-KTP,
antara dirinya dan Novanto tidak ada kesepakatan yang jelas tentang tata cara
menangani suatu perkara.Karena tidak ada kesepakatan, Otto merasa hal tersebut
dapat merugikan Novanto, termasuk dirinya. Dia juga akan kesulitan dalam
membela Novanto.Ternyata selang beberapa hari salah satu pengacara lg yang
mengundurkan diri dari kasus yang menjerat ketua DPR RI tersebut,dan kali ini
adalah Fredrich Yunadi pengacara yang selama ini paling vocal membela Setya
Novanto.Alasannya pun hampir sama dengan Otto Hasibuan yaitu tentang ketidak
sepahamannya dengan Setya Novanto dan Pengacara lainnya yang termasuk
dalam tim tersebut.

3.2 ANALISIS KASUS


Menurut saya,dalam kasus pengunduran diri dari Fredrich Yunandi dan
Otto Hasibuan pada kasus yang menjerat Setya Novanto tersebut,sudah sesuai bila
berpatokan dengan ketentuan Kode Etik yang diatur dalam pasal 8 Kode Etik
Advokat yang terdapat pada point ke 7 yang berbunyi “Advokat wajib
mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau di urusnya apabila timbul
perbedaan dan tidak dicapai kesepakatan tentang cara penanganan perkara dengan
klientnya “.
Namun bila kita menilik kembali pada etika hubungan dengan klient yang
di atur pada pasal 4 kode etik advokat pada point ke 9 yang berbunyi “Tidak
diperkenankan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang
tidak menguntungkan posisi klient pada saat itu dapat menimbulkan kerugian
terhadap klient”.
Hal ini dapat penulis cantumkan karena mangingat waktu pengunduran
diri mereka yang hanya berselang kurang beberapa hari dari sidang Pra peradilan
dan tersangka kasus korupsi pengadaan E-KTP yang melibatkan Setya Novanto
yang menuut penulis bisa sangat merugikan klient mereka tersebut.
Jadi untuk kasus ini jalan yang dapat di gunakan untuk permasalahan
disini adalah meskipun mereka telah mengundurkan diri secara resmi dari kasus
Setya Novanto tersebut,mereka tetap harus membantu memberikan seluruh data
dan hasil yang telah mereka dapatkan untuk membantu pengacara yang lainnya
dalam melanjutkan pembelaan dalam kasus tersebut serta bersedia untuk selalu
memberikan masukan kepada klient dan tim pengacara lainnya untuk dalam
penyelesaian kasus tersebut.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas maka menghasilkan kesimpulan, sebagai
berikut:
Jadi opini yang selama ini ada pada masyarakat tentang “KASUS
PENGUNDURAN DIRI FREDRICH YUNADI DAN OTTO
HASIBUAN DARI PENGACARA DALAM KASUS SETYA
NOVANTO” yang melibatkan bayaran atau rasa pesimistis dari 2
pengacara senior ini karena semakin rumitnya permasalahan yang akan
menjerat Setya Novanto ternyata tidak benar bila kita berpatokan pada
alasan yang yang mereka lontarkan saat menyatakan mengundurkan diri
pada media/masyarakat,Hal ini berdasarkan pada Kode Etika Advokat
yang mereka gunakan dan semua itu sudah sesuai pada pasal 8 point yang
ke 7,selain itu mereka juga harus menyelesaikan permasalahan yang
nantinya akan klient mereka hadapi setelah pengundura diri mereka
sebagaimana yang diamanatkan pada pasal 4 Kode Etik Advokat point ke
9 dengan bertanggug jawab yang tidak merugikan keduabelah pihak.

Anda mungkin juga menyukai