Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

“ PERMASALAHAN PARTAI POLITIK DAN PENGARUHNYA


TERHADAP SISTEM DEMOKRASI”

Dosen Pengampu : Sekarwati, S.Sos.,M.Si.

Nama : Briando tanri

NIM : 1910412001

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik

Kelas : AA (Hubungan Internasional)


PENDAHULUAN

Hampir semua negara di dunia menggunakan sistem pemerintahan demokrasi.


Salah satu indikator dari sistem pemerintahan yang disebut demokratis adalah suksesi
pemerintahan atau regime yang berkuasa dilakukan melalui Pemilihan umum
(pemilu) secara berkala. Pemilihan umum menjadi indikator utama dalam sistem
pemerintahan yang demokratis. Di Indonesia, pemilu dalam sejarah politiknya
referensi yang ada selalu dikatakan bahwa pemilu 1955 adalah yang paling
demokratis. Sementara secara ekstrim hanya dikatakan pemilu yang diselenggarakan
pada masa Suharto adalah pemilu yang tidak demokratis karena setiap pemilu Golkar
pasti menang di atas 50%1. Salah satu instrumen paling penting dalam pemilu adalah
partai politik.

Partai politik menurut Miriam Budiarjo adalah suatu kelompok terorganisir yang
anggota-anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan
mereka2. Namun, pada penerapanya terkadang tidak berjalan sesuai dengan apa yang
ada dalam pengertiannya serta tujuannya. Hal ini terjadi karena adanya konflik
internal yang mana terdapat banyak kepentingan yang tidak sesuai dengan cita-cita
atau tujuan partai tersebut. Selain itu, kondisi sosial masyarakat yang belum
sepenuhnya mengerti dengan sistem pemilu yang benar menjadikan sasaran bagi
oknum tidak bertanggung jawab dari partai politik untuk melakukan kecurangan atau
pelanggaran pemilu.

1
MAR'IYAH, Chusnul; SUWARSO, Reni Chandriachsja. Belajar dari politik lokal. (Universitas Indonesia, 2013) hlm. 23

2
LABOLO, Muhadam; ILHAM, Teguh. Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia. (Rajawali Pers, 2015) hlm.
11.

1
Hal inilah yang megharuskan terjadinya evaluasi besar-besaran demi terciptanya
suatu sistem demokrasi yang sehat dan akan menghasilkan para pemimpin yang
berintegritas serta kompeten. Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas
permasalahan yang terjadi dalam partai politik serta pemilu di Indonesia.

Alasan pembuatan makalah ini dikarenakan partai politik sebagai salah satu
instrumen utama dalam negara demokrasi terkadang masih memiliki berbagai
permasalahan diantaranya konflik internal yang diakibatkan banyak kepentingan, dan
KKN. Sehingga membuat tatanan demokrasi Indonesia menjadi tidak sehat. Ini alasan
mengapa topik ini menjadi penting untuk dibahas dan dicari solusinya,

Menurut data Indonesia Corruption Watch sebanyak 75 kepala daerah dan


144 anggota DPR/DPRD ditahan KPK sejak 2007 sampai 2017 3 dan berdasarkan
sumber BeritaSatu.com bahwa sedikitnya 545 atau 61% dari aktor korupsi yang
dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah anggota parpol 4. Ini menjadi
cambuk bagi kemajuan demokrasi Indonesia dimana parpol dianggap sebagai
intrumen utama dalam demokrasi. Yang menjadi pertanyaan disini adalah apakah
parpol dapat menjadi penggerak demokrasi atau justru menjadi penghambat
kemajuan demokrasi di Indonesia?

3
Indonesia Corruption Watch, “parpol dan korupsi di daerah”,diunduh dari https://antikorupsi.org/id/news/parpol-dan-korupsi-
di-daerah, pada tanggal 7 oktober 2019 pukul 12.12.

4
BeritaSatu.com,“parpol sumber korupsi.”.diunduh dari (https://www.beritasatu.com/politik/524822/parpol-sumber-korupsi).
Pada tanggal 7 oktober 2019, pukul 12.27.

2
PEMBAHASAN

Menurut Sigmund Neumann dalam modern political parties mengemukakan


defenisi sebagai berikut : partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik
yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan
rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain
yang mempunyai pandangan yang berbeda5.

Menurut Robert K. Carr : partai politik adalah suatu organisasi yang


berusaha untuk mencapai dan memelihara pengawasan terhadap pemerintah6.

Secara konseptual menurut Ibnu Tricahyono : pemilihan umum merupakan


instrument untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk
pemerintahan yang absah serta sarana megartikulasikan asprasi dan kepentingan
rakyat7.

Pemilu menjadi salah satu syarat dimana suatu negara demokrasi dapat
dikatakan demokratis, dan partai politik sebagai intrumen utama di dalamnya tentu
sangat berpengaruh terhadap jalannya pemilu yang baik. Namun, malah seringkali
terjadi pelanggaran-pelanggaran yang jutru disebabkan oleh parpol itu sendiri, seperti
contohnya masalah internal. Masalah ini terkadang justru terjadi karena sistem
pemilu dan sistem kepartaian di Indonesia yang menyebabkan perpecahan partai
politik di Indonesia. alasan pertama adalah kombinasi sistem pemilu terbuka dan
multipartai ekstrem menciptakan perilaku politikus dan partai politik yang pragmatis
dan nonideoligis.

Perilaku ini kemudian meningkatkan kerentanan konflik dan perpecahan di


dalam partai-partai politik era reformasi. Kedua, sistem multipartai ekstrem

5
Loc.cit
6
Ibid, hlm. 12
7
Ibid, hlm. 50

3
memperburuk faksionalisasi partai dengan membuka peluang pendirian partai-partai
baru hasil konflik internal parpol8. Dari hasil itu menunjukan bahwa sistem pemilu
dan partai politik menjadi kunci persoalan perpecahan partai politik di Indonesia. dari
hal tersebut pula akhirnya banyak kader dari partai politik hasil masalah internal
parpol sebelumnya yang akhirnya menjadi nonideologis dan pragmatis yang dapat
melakukan berbagai macam kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan pemilu
maupun dalam tatanan demokrasi di Indonesia. selain dari itu proses kaderisasi dan
pola rekrutmen partai politik yang salah pula dapat menjadi penyebabnya yang mana
maraknya fenomena “naturalisasi” kader dari satu partai politik ke partai politik lain
yang menandakan bahwa terjadi disfungsi partai politik sebagai wadah demokrasi
yang memiliki ideology dalam pergerakanya tidak dapat berfungsi maksimal kepada
kader-kadernya sendiri.

Hal ini juga dapat dikatakan bahwa “kemalasan” partai untuk “bersusah
payah” dalam mengembangkan sistem rekrutmen dan pola kaderisasi yang handal
dikarenakan terbenturnya partai dalam masalah finansial, dan ini yang mengakibatkan
banyaknya kader-kader “naturalisasi” yang memiliki sumber dana dan popularitas
direkrut tanpa mempertimbangkan komptensi dengan kesesuaian ideologi dengan
parpol tersebut. Permasalahan yang tak kalah penting juga terdapat pada proses
“fundrising” (pengumpulan dana) dalam suatu parpol dikarenakan pembiayaan politik
di Indonesia yang cukup mahal mengakibatkan banyaknya terjadi penyimpangan
dalam proses ini, seperti pada penggalangan dana dan pengolahan keuangan dalam
suatu paprol yang sering terlihat tidak wajar, tertutup dan diwarnai berbagai
penyimpangan di sana sini. Mengapa hal ini dianggap penting? Karena pada sebuah
partai politik, ketersediaan sumber dana yang banyak merupakan suatu keharusan
yang tidak bisa ditawar-tawar agar bisa survive di arena politik. Hal inilah yang
mengakibatkan bila mana sebuah partai menghadapi krisis dalam pendanaan mereka

8
BUDIATRI, Aisah Putri, et al. Faksi Dan Konflik Internal Partai-Partai Politik Di Indonesia Era Reformasi.( Jurnal Penelitian
Politik, 2017) hlm. 220.

4
dapat melakukan berbagai macam cara termasuk menggadaiakan ideologi partai
sehingga menjadi partai yang pragmatis.

Untuk keuangan partai sendiri sebenarnya sudah diatur dalam UU nomor


2/2011 yang menyebutkan bahwa sumber keuangan parpol berasal dari iuran anggota,
sumbangan yang sah menurut hokum, dan bantuan dari APBN/APBD. Namun, pada
kenyataannya hal ini masih dirasa kurang melihat karena kebutuhan politik yang
semakin mahal dan persaingan antar partai lain, terkadang juga kurang adanya
kedekatan ideologis antara parpol dengan kadernya yang menyebabkan kurang
maksimalnya penerimaan keuangaan dari iuran anggota tersebut. Inilah yang
menyebabkan banyak parpol yang sudah mulai menerima sumbangan dari badan
hukum, terutama yang beorientasi pada bisnis atau bentuk perusahaan yang syarat
akan kepentingan yang menyebabkan parpol semakin pragmatis terhadap
ideologinya.

Maraknya kasus korupsi menunjukan kepada kita bahwa betapa tidak


sehatnya kondisi keuanagan partai politik di negara ini. Berbagai macam kasus
korupsi yang melibatkan politisi yang berasal dari kalangan eksekutif maupun
legislatif sesungguhnya semata-mata bukan karena motif pribadi melainkan
kebutuhan parpol akan dana besar agar bisa memenangkan pemilu telah mendorong
para politisi untuk berlaku koruptif.

Menurut teori dari Robert K. Carr yang menjelaskan bahwa “partai politik
adalah suatu organisasi yang berusaha untuk mencapai dan memelihara pengawasan
terhadap pemerintah”9. Namun, pada kenyataanya sekarang sudah tidak seperti itu
karena banyak parpol yang bahkan sudah berafiliasi kepada pemerintah yang
mengakibatkan fungsi pengawasan menjadi tidak maksimal dan bahkan masifnya
terjadi pelanggaran-pelanggran yang dilakukan oleh kader parpol dan pemerintah itu
sendiri.

9
Loc cit

5
Selain itu teori yang menyatakan bahwa partai politik adalah sekumpulan
orang dengan cita-cita, nilai-nilai dan ideologi yang sama untuk mencapai tujuannya
pada kenyataannya sekarang sudah tidak seperti itu lagi. Dikarenakan banyaknya
konflik kepentingan di dalam partai dan proses rekrutmen serta kaderisasi yang tidak
maksimal dengan banyaknya kader-kader naturalisasi yang nonideologis seperti yang
telah dibahas di pembahasan sebelumnya.

Selain dalam permasalahan parpolnya, pengertian pemilu seperti yang


dijelaskan oleh Ibnu Tricahyono itupun juga sudah terjadi banyak penyimpangan
terutama pada peran pemilu sebagai sarana aspirasi dan kepentingan rakyat, yang
pada kenyataanya masih banyak masyarakat yang bersifat apatis terhadap sistem
demokrasi dan masyarakat yang masih memilih berdasarkan nilai materil sementara
yang didapatkan (money politic) sehingga melahirkan perwakilan maupun pejabat
yang tidak lagi bekerja untuk aspirasi dan kepentingan rakyat, melainkan hanya
sebatas kepentingan pribadi atau kelompok.

6
PENUTUP

Berdasarkan penjelasan di pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa


kinerja partai politik di Indonesia masih memiliki banyak permasalahan yang harus
diatasi seperti, lemahnya ideologi partai politik, pola rekrutmen dan fundrising. Dan
untuk kasus korupsi yang banyak melibatkan kader parpol baik di eksekutif maupun
legislatif ternyata cukup beralasan dikarenakan biaya politik yang mahal yang
mengakibatkan parpol dituntut untuk menyediakan dana yang besar yang kemudian
berimbas pada kader-kadernya di legislatif maupun eksekutif untuk bertindak
koruptif demi mendapatkan dana agar parpol bisa tetap survive di arena politik. Hal
itulah yang membuat parpol yang awalnya dinilai dapat menjadi penggerak utama
demokrasi di Indonesia, justru pada kenyataanya parpol lah yang menjadi
penghambat demokrasi di Indonesia yang disebabkan disfungsi dari parpol tersebut.

7
DAFTAR PUSTAKA

LABOLO, Muhadam; ILHAM, Teguh. Partai Politik dan Sistem Pemilihan


Umum di Indonesia. Rajawali Pers, 2015.

SYAHRUL MUSTOFA, S. H., et al. Demokrasi, Korupsi dan Pembubaran


Partai Politik. GUEPEDIA, 2019.

MAR'IYAH, Chusnul; SUWARSO, Reni Chandriachsja. Belajar dari politik


lokal. Penerbit Universitas Indonesia, 2013.

BUDIATRI, Aisah Putri, et al. Faksi Dan Konflik Internal Partai-Partai Politik
Di Indonesia Era Reformasi. Jurnal Penelitian Politik, 2017, 14.2: 261-275.

PRASETYA, Imam Yudhi. Pergeseran Peran Ideologi Dalam Partai


Politik. Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, 2011, 1.1: 30-40.

HARIS, Syamsuddin. Partai, pemilu, dan parlemen era reformasi. Yayasan


Pustaka Obor Indonesia, 2014.

Diunduh 7 oktober 2019, pukul 12.12. “parpol dan korupsi di daerah.”.2018.


Dalam (https://antikorupsi.org/id/news/parpol-dan-korupsi-di-daerah). Indonesia
Corruption Watch

Diunduh 7 oktober 2019, pukul 12.27. “parpol sumber korupsi.”. 2018. Dalam
(https://www.beritasatu.com/politik/524822/parpol-sumber-korupsi).
BeritaSatu.com

8
9

Anda mungkin juga menyukai