Anda di halaman 1dari 14

GEOPOLITIK NASIONAL :

MENELAA POWER PARTAI POLITIK DALAM DINAMIKA


PENGAMBILAN KEBIJAKAN

“Pengaruh power partai politik dalam dinamika pengambilan


kebijakan berdasarkan kekuatan finansial”
I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Latar belakang kebijakan partai politik mencakup sejarah, nilai- nilai
ideologi,dan tujuan yang membentuk pandangan politik dan ide-ide kebijakan
partai politik. Latar belakang tersebut dapat mencakup berbagai factor yang
mempengaruhi partai (Ohman, 2013)politik, seperti sejararh perjuangan partai
politik, pemimimpin partai, basis pemilih, Gerakan sosial dan konteks saat ini.
Dalam mengembangkan kebijakanya partai politik biasanya akan
mempertimbangkan tujuan dan nilai-nilai inti yang ingin mereka capai. Mereka
juga akan memperhatikan isu-isu yang relevan dengan masyarakat dan
menggunakan pandangan dan platfom mereka. Untuk mengadvokasi solusi dan
perubahan politik.
Bicara tentang politik mungkin Anda langsung berpikir tentang epartai, presiden,
pemilihan umum dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemerintahan.
Padahal dalam kehidupan bermasyarakat lingkup kecil seperti keluarga dan
lingkungan sekolah saja juga ada yang namanya unsur politik didalamnya. Sampai
saat ini konsep politik sudah diterapkan di seluruh dunia. Adanya politik juga bisa
membantu proses pemerintahan yang bisa mengatur suatu tanaman untuk menjadi
lebih baik.

Pengertian politik juga bisa dilihat berdasarkan sejarah yang ada. Secara etimologi
istilah politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis.
Lalu untuk arti dari kata polis sendiri adalah suatu kota yang memiliki status
negara kota atau city state. Seiring berkembangnya zaman, pengertian politik juga
turut berkembang di Yunani yang dapat ditafsirkan sebagai proses interaksi yang
dilakukan oleh individu dengan individu lain agar bisa mencapai kebaikan
bersama.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, politik adalah
suatu pengetahuan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan seperti sistem
pemerintahan dan juga dasar pemerintahan.
Selain itu politik juga bisa diartikan sebagai segala urusan dan tindakan seperti
kebijakan, siasat dan lain sebagainya tentang pemerintahan negara atau suatu
negara lain.
Politik adalah suatu cara seseorang dalam membuat suatu keputusan pada
kehidupan berkelompok. Oleh karena itu politik juga mengacu pada suatu cara
membuat kesepakatan antar manusia sehingga mereka bisa hidup berdampingan
atau berkelompok dalam suatu suku, kota bahkan hingga di negara.
Lalu untuk ilmu politik merupakan salah satu subjek yang bisa dimanfaatkan
untuk membantu manusia lebih mudah memahami apa itu politik. Bisa dibilang
jika ilmu politik merupakan suatu ilmu yang membantu mengkaji konsep
penentuan tujuan politik dan bagaimana mencapai tujuan dari politik serta segala
konsekuensi yang ada di dalamnya.
Selain itu ilmu politik juga mempelajari tentang pemerintahan dalam segala
macam bentuk serta aspek-aspek yang ada di dalamnya, baik itu secara teoritis
maupun secara praktis.
Sebelumnya ilmu politik merupakan cabang dari filsafat. Namun untuk saat ini,
ilmu politik lebih banyak dianggap sebagai ilmu sosial. Dalam ruang lingkup ilmu
politik juga memiliki beberapa cabang. Beberapa diantaranya adalah seperti
filsafat politik, ekonomi politik atau sejarah pemerintahan.Lalu ada juga karakter
campuran, seperti hak asasi manusia, politik komparatif, administrasi publik,
komunikasi politik, dan proses konflik.

Deideologisasi atau berhentinya proses pendalaman ideologis mnejadi


fenomena umum yang menggorogoti hamper semua partai politik di Indonesia.
Meski tanpa ideologi berpeluang munculnya praktek opportunisme dalam partai
politik dan menhgesampingkan fungsi partai sebagai wadah perjuangan
kepentingan masyarakat luas. Deideologisasi membuka peluang partai politik
uang pada pemilu, dimana hal tersebut mempengaruhi pelaksanaan demokrasi
nasional. Kedua, deideologisasi berdampak pada menguatnya dukungan
masyarakat terhadap calon indenpenden pada pilkada, sehingga partai kehilangan
fungsinya sebagai wadah kaderisasi dan kandisasi bagi calon kepala daerah.

Sejatinya partai politik merupakan alat terbaik untuk proses demokrasi terutama
dalam pemerintahan modern. Partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi
perwakilan merupakan instintusi yang mempunyai legitimasi untuk melakukan
agenda-agenda politik yang berkaitan dengan sirkulasi elit di sebuah negara. Pada
hakikatnya partai politik menjadi tolak ukur atas kemajuan atau kemunduran
sistem demokrasi di seluruh negara, sehingga partai selalu menjadi sorotan publik
sebagai ukuran kualitas demokrasi. Sebagai jembatan antara masyarakat dan
pemerintah (Roskin dkk, 2006), partai politik adalah perangkat utama
“memasukkan” mengizinkan masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan mereka
dan mengharapkan di dengarkan oleh pemerintah. Namun dengan menguatnya
deideologisasi, partai mulai mengesampingkan semangat perjuangan dalam
memperjuangkan kepentingan masyarakat. Pada akhirnya partai menjadi pemuas
“nafsu” elit yang fokus pada kekuasaan
b, Pendanaan partai politik
Partai politik sebagai organisasi yang dapat mengantarkan para politisi
menduduki jabatan legislatif maupun eksekutif, membutuhkan dana anggaran
besar untuk memenangkan perebutan kursi jabatan publik dalam kontestasi pemilu
yang berlangsung.Persoalan-persoalan yang dihadapi partai politik tersebut
melipatgandakan dana kampanye yang harus dikeluarkan para kandidat. Sebab,
agenda kampanye tidak cukup hanya keluar masuk rumah penduduk, menghadiri
banyak pertemuan, memasang poster dan spanduk, tetapi juga tampil di media
massa, khususnya media arus utama seperti koran dan televisi.Lebih
jauhPendanaan tersebut diperlukan untuk mengonsolidasi organisasi, mengkader
anggota, menyerap aspirasi, membangun citra. Pada mulanya, semua kebutuhan
keuangan partai politik dipenuhi oleh iuran anggota. Hubungan ideologis yang
kuat antara partai politik dengan anggota menyebabkan partai politik tidak sulit
menggalang dana dari anggota. Namun, sejalan dengan perubahan struktur sosial
masyarakat dan penataan sistem pemerintahan demokrasi yang semakin
kompleks, kini nyaris tidak ada partai politik yang hidup sepenuhnya dari iuran
anggota.Macetnya iuran 159 anggota dan donasi publik yang disebabkan tidak
optimalnya peran partai serta buruknya citra partaiadalah masalah lanjutan dari
fenomena tersebut. Menurut undang-undang, sumber keuangan partai politik
adalah iuran anggota, penyumbang dan bantuan negara. Pada kenyataanya
kebanyakan pendanaan tersebut berasal dari para penyumbang,baik penyumbang
perseorangan maupun badan usaha.

Namun jika daftar penyumbang partai politik dan daftar penyumbang dana
kampanye (yang dilaporkan KPU) ditelusuri, maka jumlah dana yang dilaporkan
tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan perkiraan biaya riil partai politik
per tahun, atau biaya kampanye pada masa pemilu. Pada hakikatnya,pendanaan
partai politik yang bersumber dari sebagian besar partisipasi anggota/konstituen,
akan membentuk partai pro-rakyat karena kebergantungannya terhadap partisipasi
rakyat. Sebaliknya, pendanaan dari kelompok pemodal justru menjadikan partai
tidak mandiri dan bergantung pada pemberi dana. Dampaknya terlihat dalam
pengambilan kebijakan yang tidak lagi berpihak kepada kepentingan rakyat (elin,
Falquera, Samuel Jones, dan Magnus Ohman : 2016). Padahal sebagai organisasi
publik, partai politik memiliki sumber-sumber pendanaan yang terbatas. Namun,
agenda politik dan kegiatan yang dilakukan baik dalam proses internal dan
maupun eksternal lebih banyak dilaksanakan di tempat-tempat yang mewah
dengan jumlah peserta ratusan bahkan ribuah orang. Hal ini menimbulkan
kecurigaan publik tentang adanya sumber-sumber pendanaan yang tersembunyi.
Ditambah lagi, partai politik melakukan pengeluaran tidak berdasarkan pada
fungsi untuk melayani rakyat yang notabene merupakan pemilik kedaulatan..

Selain itu, konteks permasalahan lain pada partai politik adalah lemahnya
regulasi tentang pengeluaran partai politik yang secara praktis akan memicu
persaingan tidak seimbang dan tidak adil antar partai politik. Kesenjangan antara
pengaturan keuangan partai politik di dalam undangundang dengan praktik politik
keseharian yang dijalani memperlihatkan bahwa regulasi yang membahas
mengenai pendanaan partai politik (UU No. 2/2008 dan UU No. 2/2011), tidak
berhasil mendorong partai politik untuk mengumpulkan dana yang lebih besar
guna memenuhi kebutuhan operasional partai politik, sehingga membuat elit
politik terlibat pada kasus-kasus pemburuan dana illegal dengan memanfaatkan
kedudukan di Lembaga legislatif maupun eksekutif. Pada persoalan tersebut,
sudah seharusnya pendanaan partai politik memunculkan pengaturan keuangan
partai politikyang harus dibedakan dengan pengaturan keuangan kampanye.
Pengaturan keuangan partai politik mengatur pendapatan dan belanja partai politik
untuk membiayai kegiatan operasional partai politik sepanjang tahun. Kegiatan ini
meliputi pembiayaan sekretariat, rapat-rapat partai, pendidikan politik dan
kaderisasi serta kegiatankeigatan unjuk publik (public expose) yang betujuan
menjaga eksistensi partai 160 politik, seperti perayaan ulang tahun, seminar,
kajian, aksi sosial, dll.Sementara pengaturan keuangan kampanye mengatur
pendapatan dan belanja kampanye yang berlangsung pada masa pemilu. Prinsip
pokok pengaturan keuangan partai politik adalah akuntabilitas dan transparansi
(Surbakti : 2015).
Prinsip transparansi tersebut mengharuskan partai politik bersikap terbuka
terhadap semua proses pengelolaan keuangan partai politik. Di sini sejumlah
kewajiban harus dilakukan partai politik, seperti membuka daftar penyumbang
dan membuat laporan keuangan secara rutin, yang mencatat semua pendapatan
dan belanja partai politik sepanjang tahun. Tujuan membuka daftar penyumbang
dan laporan keuangan kepada publik adalah untuk menguji prinsip akuntabilitas,
yaitu memastikan secara komprehensiftanggungjawab partai politik dalam proses
menerima dan membelanjakan dana partai politik terlihat rasional, sesuai etika
dan tidak melanggar peraturan. Tanpa prinsip akuntabilitas dan transparansi,
partai politik tidak hanya berkutat pada persoalan korupsi tetapi juga akan
mengancam masa depan demokrasi, sebab partai politik dengan tata kelola buruk
hampir pasti akan gagal dalam mengelola negara dan pemerintahan. Haltersebut
yang harus disadari oleh partai politik pada umumnya. 4 partai politik baru di
2019 seharusnya dapat memanfaatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
partainya sebagai salah satu yang bisa ditawarkan kepada masyarakat dan calon
pemilih. Lebih jauh dalam rangka membentuk citra diri sebagai partai politik baru
yang transparan, bersih dan profesional dalam mengelola keuangan partai.

a. Politik Uang
Berbicara deideologisasi dan kaitanya dengan politik uang bahwa tanpa
ideologi peluang kartelisasi bahkan sudah dimulai dari proses sampai dengan
tataran kebijakan. Kartelisasi mengedepankan linked yang di dasari oleh
kepentingan sekelompok elit untuk mesejahterakan diri. Faktanya, Indonesia
mengalami keseragaman ideologi (abu abu Bersama) bagi partai politik. Hampir
semua partai masuk dalam tipologi partai catch-all, dimana partai mengedepankan
penyesuaian ideologi dengan harapan dapat merangkul pemilih lebih luas.

Dapat dilihat, seperti halnya partai amanat nasional (PAN), yang merupakan
partai berideologi Islam namun berusaha menyanding nasionalis menjadi islam
nasionalis. Begitu juga partai Demokrat dimana pada dasarnya keliatan nasinalis
tapi pada pernyataanya menyanding Islam dan nasionalis, bahkan partai demokrat
telah membentuk majelis untuk mengakomodir dukungan pendukung ideologi
Islam.

B. Rumusan Masalah
1) Bagamana sistem keuangan dalam partai politik?
2) Bagaimana pentingnya pengaruh partai politik dalam memanagemen
keuangan politik?
II. PEMBAHASAN

a. Uang dan politik

Uang dan Politik merupakan pasangan yang sangat sulit untuk dipisahkan.
Aktivitas politik memerlukan uang (sumber daya) yang tidak sedikit, terlebih
dalam kampanye pemilu. Terdapat empat faktor dalam kampanye pemilu, yaitu
kandidat, program kerja dan isu, organisasi kampanye (mesin politik) dan sumber
daya (uang). Akan tetapi uang merupakan faktor yang sangat berpengaruh; tanpa
uang maka ketiga faktor lainnya menjadi sia-sia. Seorang pakar politik
mengatakan: “Money is not sufficient, but it is necessary for successful campaign.
Money is necessary because campaigns do have im pact on election results and
campaign cannot be run without it” . (Uang saja tidak cukup, tapi uang sangat
berarti bagi keberhasilan kampanye. Uang menjadi penting karena kampanye
memiliki pengaruh pada hasil pemilu dan kampanye tidak akan berjalan tanpa ada
uang). (Jacobson 1980,33). Uang adalah sumber utama bagi kekuatan politik
dalam memenangkan kekuasaan atau tetap mempertahankan kekuasaan. Uang
dalam politik merupakan hal yang instrumental dan signifikansinya terletak pada
bagaimana ia digunakan untuk memperoleh pengaruh politik dan digunakan untuk
mendapatkan kekuasaan. Karena uang tidak terdistribusi dengan merata,
akibatnya kekuasaan juga tidak terdistribusi secara merata dalam masyarakat.
Pertanyaan penting yang harus diajukan adalah “bagaimana dan dari siapa politisi
atau partai memperoleh dana serta bagaimana membelanjakan dana
kampanyenya” .1 Karakteristik uang memberikan kemudahan; uang dapat diubah
ke berbagai macam sumber daya dan sebaliknya, berbagai macam sumber daya
dapat diubah ke dalam uang. Uang juga dapat membeli barang, keahlian dan
layanan, demikian sebaliknya, barang-barang, layanan, dan keahlian dapat dinilai
dengan sejumlah uang. Uang memperkuat pengaruh politik bagi mereka yang
memilikinya atau mereka yang memiliki wewenang untuk mendistribusikannya.2
Hubungan partai dengan konstituen sudah terjebak pada pola hubungan jual-beli/
transaksional antara buyer dan seller. Untuk mendapatkan suara dalam pemilu,
parpol membeli konstituen lewat uang, sembako, kaos, pembangunan mesjid,
pembangunan jalan, dan lain-lain. Hal ini dilestarikan oleh hubungan anggota
dewan dengan konstituennya, yang terhanyut dalam pola politik sejenis pasca
Pemilu. Alih-alih membuat desain keputusan politik yang merupakan terjemahan
dari aspirasi dan kepentingan konstituen, anggota dewan terjebak untuk
memberikan bantuan dan sumbangan yang bersifat karitatif dan berbiaya tinggi.
Perlu terbangun suatu komunitas politik dan infrastrukturnya yang solid, dimana
parpol menjadi ujung tombak penyaluran aspirasi dan agregasi kepentingan
komunitas tersebut. Suara dalam pemilu sendiri seyogyanya merupakan
konsekuensi logis dari suatu kesepakatan atau komitmen yang dibangun bersama
dalam komunitas, dimana parpol menjadi ujung tombaknya. Keterbukaan
informasi keuangan politik kepada publik akan mendukung berjalannya fungsi
pengawasan yang ketat dari masyarakat sehingga dapat terjadinya proses seleksi
positif ‘penyumbang’ kepada partai politik dan menghambat terjadinya politik
uang pada proses demokrasi

b. Dana Parpol dan Dana Politik


Pada prinsipnya, persoalan keuangan selalu dapat dibedakan atas dua sisi, yaitu
penerimaan yang mencakup semua sumber pendapatan dan belanja yang
mencakup semua jenis atau pos pengeluaran. Dalam konteks pendanaan politik,
karakteristik belanja atau pengeluaran sangat ditentukan oleh karakteristik tujuan
pembelanjaan, sedangkan tujuan belanja ditentukan oleh karakteristis sistem
politik. Di sisi belanja, dana politik biasanya dapat dibagi menjadi dua
karakteristik besar, yaitu; pengeluaran untuk membiayai aktivitas rutin partai
politik (political party finance) dan pengeluaran kampanye (campaign finance).
Kedua jenis pembelanjaan ini biasanya ditentukan oleh sistem pemilu. Untuk
sistem proporsional (party base), di mana pemilih memilih tanda gambar partai,
kecenderungan aktivitas pembiayaan terfokus pada pembiayaan partai. Ini karena
partai yang paling berperan atau yang akan dijual kepada pemilih. Partai sebagai
organisasi kemudian bekerja keras memenangkan suara pemilih. Untuk sistem
majoritarian (candidate base), di mana pemilih memilih kandidat, pembiayaan
lebih terfokus pada kampanye untuk masing-masing kandidat yang dilakukan oleh
kandidat sendiri atau pihak ketiga yang ditunjuk melakukan kampanye untuk
kandidat. Pada prakteknya, khusus untuk penggunaan dana politik oleh partai
politik, dana kampanye dan dana partai biasanya terpisah.3 Definisi atau
pengertian dari dana partai atau dana kampanye sebagai dana politik, sebenarnya
dipengaruhi oleh budaya politik dan sistem politik di masing-masing negara.
Budaya politik di Amerika Utara misalnya yang terlihat lebih berorientasi pada
kandidat cenderung lebih dominan pada aktifitas kampanye kandidat(candidate-
oriented) ketimbang pada organisasi (organization-oriented) atau orientasi partai
(party-oriented).
Di negara-negara Eropa Barat, istilah dana politik seringkali digunakan
sebagai kata lain dari pendanaan partai (party financing), yang digunakan untuk
membiayai aktivitas rutin internal dari partai selama masa pemilu. Di Eropa,
kampanye lebih didominasi oleh partai, sedangkan di Amerika, terutama Amerika
Utara, oleh kandidat.4 Sistem parlemen memberikan penekanan pada pembiayaan
partai politik karena partai memiliki peran sangat besar dalam menentukan jatuh
bangunnya pemerintahan. Partai-partai yang berkuasa di parlemen dapat
berkoalisi untuk membentuk suatu pemerintahan dan menarik dukungan sehingga
menyebabkan suatu pemerintahan jatuh dan pemilu harus diselenggarakan. Pada
sistem presidensil dimana presiden memiliki suatu jangka waktu berkuasa atau
“fix term” banyak memberikan peran bagi kandidat untuk berusaha menjaga
kewibawaan pemerintahannya sehingga dapat terpilih kembali ataupun
meningkatkan dukungan publik terhadap partai pendukung. Oleh karena itu,
sistem parlemen memberi tekanan pada pembiayaan partai politik (political party
finance).
c. Pengaturan Dana Partai Politik Prinsip Pengaturan Dana Parpol Posisi partai
politik sebagai penentu posisi politik dan satu-satunya pintu masuk ke
kekuasaan menyebabkan pengaturan dana parpol menjadi sangat penting.
Pengaturan ini secara ideal didasarkan pada beberapa pertimbangan penting
sebagai berikut:
a. Mendorong Kemandirian Parpol dan menjamin terlaksananya fungsi Parpol
sebagai salah mekanisme formal demokrasi
• Adanya hak menarik iuran anggota
• Hak menerima santunan penyumbang
• Hak mendapatkan subsidi negara.
b. Menghindari Kooptasi berlebihan dari luar Parpol dan segelintir elit Parpol
• Adanya pengaturan batasan sumbangan individu dan badan hukum
• Larangan menerima sumbangan dari sumber asing, sumbangan tanpa
identitas yang jelas dan sumbangan dari hasil kejahatan.
• Pembatasan sumbangan dari Politisi dan Kandidat yang diusung oleh Partai
Politik.
• Pemisahan rekening dana parpol dan dana kampanye.
• Adanya pengaturan tentang penggunaan dana Parpol.

c. Menghindari Kooptasi Parpol terhadap departemen/instansi pemerintah dan


perusahaan pemerintah
• Larangan meminta/menerima sumbangan dari instansi pemerintah
• Larangan meminta/menerima sumbangan dari BUMN/BUMD /
BUMDES
• Adanya pengaturan tersendiri tentang subsidi APBN/APBD terhadap
Parpol.
d. Meningkatkan Transparansi
• Adanya keterbukaan atas catatan identitas penyumbang, jumlah
sumbangan dan pengeluaran Parpol.
• Adanya waktu yang periodik dalam mengumkan ke public
. • Adanya media yang jelas dalam mengumumkan ke publik.
• Adanya keterbukaan atas hasil audit dana penyumbang dan dana dari
APBN/ APBD.

e. Meningkatkan Akuntabilitas
• Adanya standar pencatatan dan pelaporan dana Parpol
• Adanya bagian khusus di internal Parpol yang bertanggung jawab
ataskewajiban pencatatan dan pelaporan
f. Keuangan politik
Definisi Keuangan politik Apa definisi keuangan politik?
Secara umum, istilah ini mengacu kepada peran uang dalam politik dan
mencakup sejumlah kegiatan.
Beberapa jenis keuangan politik mencakup:
• Pendanaan kampanye terkait pemilu untuk jabatan umum
• Pendanaan parpol selama dan di luar siklus pemilu
• Lembaga keuangan misalnya “yayasan” partai dan organisasi lainnya
yang walaupun terpisah dengan parpol, bersekutu dengan partai dan
kepentingannya
• Biaya lobi politik
• Pengeluaran untuk surat kabar dan media lainnya untuk mendorong
pesan-pesan partisan
• Biaya proses hukum dalam kasus-kasus yang relevan dengan politik
• Pengeluaran pihak ketiga atau “independen” (selain oleh
parpol/kandidat)
• Kegiatan pejabat terpilih dan individu-individu terpapar politik lainnya

Cakupan luas dan beragam dari peran uang dalam politik mengakibatkan
masalah yang lebih dari sekedar definisi karena juga menyebabkan kesulitan
legislasi dan penegakan UU terkait transparansi dan kepatutan, sebab
penyelesaian untuk satu hal dapat membuat celah untuk hal yang lain. Harus ada
pendekatan peraturan dan penegakan yang lebih komprehensif.
Saat peraturan diterapkan untuk mengontrol biaya kampanye kandidat politik
dan keuangan parpol, efeknya adalah bahwa uang dapat diberikan kepada kegiatan
politik terkait yang tidak wajib diatur. Contohnya, apakah yang terjadi saat dana
penelitian kebijakan harus dilaporkan jika dilakukan oleh aparatur parpol namun
tidak harus dilaporkan jika dilakukan oleh sebuah yayasan yang terkait partai?
Dalam situasi tersebut, yayasan akan dibentuk untuk menghindari aturan hukum.
Memisahkan antara keuangan "politik" dan "non-politik" bukan satu-satunya
masalah.
Definisi dari "keuangan" juga diperlukan. Ini adalah masalah definisi yang
memiliki konsekuensi praktis. Pengeluaran "keuangan" dapat dibilang tidak
terbatas pada uang saja, tetapi mungkin melibatkan sumber lain dengan nilai
moneter. Seorang donor politik yang memberikan sumbangan sebesar USD $
1.000, dan individu lain yang menyumbangkan komputer untuk partai politik,
sehingga menghemat partai mengorbankan membeli komputer untuk USD $
1.000, keduanya memberikan keuntungan sama bagi pihak penerima. Oleh sebab
itu, "keuangan politik," harus termasuk nilai moneter dalam bentuk hadiah berupa
barang. Hadiah juga dapat mencakup penyediaan layanan profesional untuk partai
politik atau kandidat secara tanpa biaya. Untuk keperluan buku ini, "keuangan
politik" akan dipahami sebagai dana kampanye dan keuangan partai politik.
Dana kampanye juga dapat digambarkan sebagai "uang untuk pemilihan."
Uang ini dapat digunakan oleh kandidat, parpol, atau kelompok pendukung
terorganisir lainnya. Uang ini digunakan khusus untuk bersaing dalam pemilu dan
termasuk dana yang dihimpun dan digunakan oleh tim kampanye selain calon dan
partai politik (yang disebut "pihak ketiga"). G Definisi Keuangan politik in TIDE
Pendanaan Partai Politik Pendanaan Kampanye Keuangan Politik Karena partai
politik memainkan peranan penting dalam kampanye pemilu di banyak belahan
dunia, dan karena sulit untuk secara jelas memisahkan antara biaya kampanye dan
pengeluaran rutin parpol, dana parpol wajar jika dianggap sebagai bagian dari
keuangan politik.
Dana parpol tidak hanya mencakup biaya kampanye, tetapi juga biaya
pemeliharaan kantor permanen; melakukan penelitian kebijakan; dan keterlibatan
dalam dialog politik, pendaftaran pemilih, dan fungsi rutin lainnya. Istilah
"keuangan partai politik," yang mengacu pada pembiayaan kegiatan ini,
digunakan dalam dua cara utama: kadang-kadang mengacu pada pembiayaan
partai baik kegiatan rutin dan kampanye, kadang-kadang – terutama di Amerika –
digunakan untuk secaraebih spesifik untuk mengacu kepada keuangan kegiatan
rutin selain kampanye.
Dalam buku ini, digunakan definisi yang lebih luas. Perlu dikatakan kembali
bahwa tidak ada satu pun sistem keuangan politik yang akan bekerja di setiap
lingkungan atau situasi politik. Ada banyak pilihan yang berbeda untuk mengatur
keuangan politik dalam sistem demokrasi di seluruh dunia, dan pada akhirnya,
situasi ekonomi, politik, dan sosial negara yang bersangkutan akan menentukan
keberhasilan sistem keuangan politik yang diterapkan

a. Ketentuan- ketentuan keuangan politik

Ketentuan-ketentuan keuangan politik terkadang tercantum dalam hukum


tentang keuangan partai/pemilu. Ketentuan-ketentuan keuangan politik lebih
sering tercantum dalam hukum yang lebih umum tentang pemilu, partai politik,
atau pencegahan korupsi. Hukum tentang media massa dan ormas juga dapat
mengandung ketentuan tentang keuangan politik. Selain itu, hukum yang tidak
mengatur pendanaan partai politik dan kampanye pemilu secara langsung bisa saja
relevan, seperti hukum perdata dan pidana.
Beberapa produk hukum yang biasanya mengandung peraturan-peraturan
tentang keuangan politik di antaranya:
• Hukum pemilu
• Hukum partai politik
• Hukum administrasi
• Hukum media (terutama jika berurusan dengan media massa)
• Peraturan-peraturan tentang korupsi dan konflik kepentingan
• Hukum pidana Penting untuk mengakui peringatan dalam laporan
Prancis untuk Dewan Uni Eropa yang mempelajari tentang “Pertukaran
Pengaruh dan Pendanaan Ilegal Partai-Partai Politik:” Mustahil untuk memerangi
pendanaan ilegal partai-partai politik, murni hanya dengan menerapkan peraturan-
peraturan tentang dana partai.
Hal yang terpenting adalah membersihkan hal-hal yang berhubungan dengan
dana partai... Sehingga pendanaan ilegal partai-partai politik ditempatkan dalam
konteks yang lebih luas dari hanya sekedar penyelewengan prosedur, contohnya
bagi kota yang merencanakan pendirian perusahaan, pengembangan area
komersil, pengadaan barang dan jasa, ketentuan layanan publik, pendayagunaan
perusahaan atau organisasi nirlaba yang bersifat semi-publik, dll.
Dikarenakan oleh keberagaman ketentuan yang mencakup keuangan politik,
biasanya ada beberapa hukum yang berbeda di sebuah negara yang mengatur
keuangan politik. Adanya beragam hukum yang berbeda tersebut sering kali
menyulitkan penegakan ketentuan tentang keuangan politik, terutama saat institusi
yang berbeda dimandatkan untuk menegakkan ketentuan hukum yang berbeda

b. Kekuatan finansial partai politik

"Kekuatan finansial" pada partai politik mengacu pada kemampuan partai


tersebut dalam memperoleh dan mengelola sumber daya finansial yang cukup
untuk melakukan kegiatan politik, kampanye, dan operasional partai. Kekuatan
finansial ini dapat memberikan keuntungan dalam beberapa hal, seperti:

1. Kampanye yang kuat: Partai politik dengan keuangan yang cukup mampu
melakukan kampanye yang luas dan intensif. Mereka dapat memasang iklan,
melibatkan relawan, menyewa tempat untuk pertemuan publik, dan
melaksanakan berbagai strategi kampanye lainnya. Dengan adanya keuangan
yang memadai, partai dapat menciptakan visibilitas yang lebih besar di mata
publik.
2. Organisasi yang solid: Partai politik dengan kekuatan finansial yang baik
dapat membangun organisasi yang kuat. Mereka mampu membayar staf,
menyediakan pelatihan politik, membuka kantor cabang di berbagai daerah, dan
mengelola infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung operasional partai
secara efektif.
3. Pengaruh politik: Dengan kekayaan finansial, partai politik dapat
memperoleh pengaruh politik yang lebih besar. Mereka dapat memberikan
sumbangan kepada calon atau pejabat yang sesuai dengan kepentingan partai,
mengakses lingkaran elit politik, dan memengaruhi pembentukan kebijakan
publik. Keuangan partai juga dapat meningkatkan posisi tawar partai dalam
negosiasi politik dan koalisi.
Namun, perlu dicatat bahwa kekuatan finansial partai politik bisa memiliki
sisi negatif, seperti potensi terjadinya korupsi atau dominasi politik oleh
kepentingan kelompok kaya. Oleh karena itu, pengawasan dan regulasi terhadap
pendanaan partai politik sangat penting untuk memastikan transparansi dan
integritas dalam proses politik.nansial partai politik
DAFTAR PUSTAKA

Darwin, R. L. (n.d.). Peluang Politik Uang dan Menguatnya Calon Independen.


Deideologisasi Partai Politik, 3-5.

Ohman, M. (2013). Buku Pedoman Pengawasan Keuangan Politik.

Wibowo, R. S. (2009). Transparasi dan Akunbilitas Keuangan Partai Politik. (H.


Yulianto_, Ed.) Transparasi dan Akunbilitas Keuangan Partai Politik, 1-4.

Moh.Arief Rakhman,Hatta Abdi muhammad (2019). Journal Ananlisis pengelolaan dana


Partai Terhadap Masa Depan Partai Politik.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi.

Anda mungkin juga menyukai