Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KODE ETIK ADVOKAT


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keadvokatan

Dosen Pengampu : Faqihudin, S. H. I., M. H.

Disusun Oleh:

1. Putri Fithrotin Nikmah (2102056058)


2. Muhammad Irfan Zidny (2102056063)
3. Lazuardi Maula Al Hafiy (2102056073)

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas mata kuliah keadvokatan dengan judul
“Kode Etik Advokat”. Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan
wawasan yang bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang.

Semarang, 13 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
BAB II ........................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
A. Etika Hubungan Dengan Klien ............................................................................ 5
B. Etika Hubungan Dengan Teman Sejawat ............................................................ 7
C. Etika Dalam Menangani Perkara ......................................................................... 8

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Advokat merupakan profesi yang belakangan ini menjadi salah satu


perbincangan publik, dikarenakan banyaknya kasus yang penegakannya di anggap
kurang adil. Advokat juga merupakan sebagai salah satu penegak hukum dan pelindung
hak asasi manusia di Indonesia yang diharapkan masyrakat untuk mewujudkan keadilan
yang terjadi yang dikarenakan banyaknya permainan hukum. Oleh karena itu perlu
adanya kode etik bagi setiap profesi penegak hukum salah satunya yaitu advokat.

Kode etik yang disusun harus berdasarkan dengan Undang-undang Dasar 1954.
Kode etik ini wajib dilaksanakan oleh semua advokat. Tujuan kode etik ini sendiri agar
mencegah adanya perilaku yang tidak etis pada advokat. Adapun kode etik advokat
yang digunakan di Indonesia merupakan kode etik yang dirumuskan dengan 7
organisasi advokat di Indonesia yang penetapannya di tanggal 23 Mei 2002. Didalam
kode etik profesi advokat mempunyai kaidah yang mengatur profesi ini yaitu,
kepribadian advokat, etika hubungan dengan klien, etika houngan dengan sejawat, etika
menangani perkara, dan etika lain yang diperlukan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kode etik advokat dalam berhubungan dengan klien?

2. Bagaimana kode etik advokat dalam hubungan dengan teman sejawat?

3. Bagaimana kode etik advokat dalam menangani perkara?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui etika advokat dalam berhubungan dengan klien.

2. Untuk mengetahui etika advokat dalam berhubungan dngan teman sejawat.

3. Untuk mengetahui etika advokat dalam menangani perkara.


5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Hubungan Dengan Klien

Hubungan antara advokat dan klien adalah hubungan kepercayaan yang


mendalam. Klien yang sedang terjerat perkara hukum, baik perkara perdata maupun
pidana, umumnya dalam keadaan yang tertekan, ketakutan,dan goncang. Seorang klien
memerlukan seseorang yang terpercaya untuk dimintai pencerahaan dan kemudian
diserahi nasib masa depannya dihadapan hukum. Hubungan advokat dengan klien ini
menjadi tidak seimbang dan tidak rasional karena klien begitu “manut” dan percaya apa
yang disampaikan oleh seorang advokat. Oleh karena itu, agar tidak terjadi mal praktek,
maka diaturlah etika-etika yang wajib ditegakkan.

Etika hubungan antara advokat dan klien diatur dalam kode etik advokat pada
pasal 4 yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian


dengan jalan damai. Pengadilan bukan penyelesaian terbaik dalam
menyelesaikan sengketa. Penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi selain
memakan waktu dan biyaya yang mahal, hasil dari penyelesaian pengadilan
juga tidak komprehensif, artinya tidak menyeluruh, dan pasti memuaskan
pihak yang menang, hal itu menimbulkan perpecahan dan permusuhan
anatar kedua bealah pihak. Oleh karna itu advokat yang dipercaya untuk
membantu harus menyelesaikan sengketa dengan musyawarah kekeluargan
dan menghindari gugatan ke pengadilan.

2. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang daoat menyesatkan


klien mengenai perkara yang sedang diurusnya. Klien umumnya orang yang
tidak memiliki pengetahuan dan tidak mempunyai pengalaman dalam
menghadapi sengketa. Maka seorang klien berani membayar mahal advokat
guna mempertahankan atau merebut hak-haknya yang dirampas secara
melawan hukum oleh pihak lawan. Advokat yang sudah dipercaya penuh ini
tidak boleh memberikan advis atau nasihat nasihat yang tidak berdasarkan
hukum, yang bias menyesatkan klien.
6

3. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang


ditanganinya akan menang, untuk sekedar menyenangkan atau
meninabobokan sementara waktu. Advokat harus mengatakan, bahwa yang
benar adalah benar, dan yang salah adalah salah. Dalam salah satu Hadits
Nabi saw bersabda : qullil haqqan walau kana murran (katakana yang benar
itu benar meskipun pahit keadaannya). Seorang advokat, sehebat apapun
tidak bisa menentukan menang dan kalah. Yang bisa dilakukan adalah adu
strategi dan adu bukti di pengadilan. Jika diawal menjanjikan pasti menang,
tetapi akhirnya kalah. Ini sangat menyakitkan. Dan pasti akan mengurangi
atau bahkan menyirnakan kepercayaan klien. Kata-kata yang paling baik
adalah, "insyaallah saya akan berusaha secara maksimal, semoga berhasil".

4. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib


mempertimbangkan kemampuan klien. Di depan telah dijoleh jelaskan,
bahwa advokat tidak boleh "moto duiten", hanya mengejar uang semata.
Tetapi harus disertai niat yang kuat untuk turut menegakkan hukum dan
keadilan, niat membela yang benar, niat memperjuangkan hak-hak orang
lemah yang tidak berdaya yang didzalimi oleh orang kaya atau penguasa.
Maka dalam menentukan besarnya honorarium tidak boleh buta mata dan
membabi buta, tetapi harus disertai kearifan dengan mempertimbangkan
kondisi ekonomi dan karakter perkara. Kalau kondisinya memang tidak
mampu dan sangat perlu dibantu, maka dengan cuma- cuma pun, seorang
advokat harus bekerja untuk membela.

5. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak


perlu. Besarnya fee dan cara pembayarannya yang sudah disepakati di
depan, harus ditaati sampai penanganan perkara tuntas. Advokat tidak boleh
meminta memberatkan klien. Tambahan.

6. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian


yang sama seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa.

7. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya


tidak ada dasar hukumnya. Advokatlah yang paling tahu apakah suatu
perkara ada dasar hukumnya yang kuat atau tidak.
7

8. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang ba hal yang diberitahukan


oleh klien secara kepercaya dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah
berakhirnya hubungan antara Advokat dan klien itu.

9. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya


pada saat yang menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu tidak
akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi
klien yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 huruf a.

10. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih
harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-
kepentingan tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangan
kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan, Misalnya seorang
advokat semula adalah kuasa penggugat, maka dalam perkara yang sama
tidak boleh menjadi kuasa hukum tergugat, meskipun dia telah melepaskan
kuasa dari penggugat.

11. Hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan
menimbulkan kerugian kepentingan klien. Hak retensi adalah hak untuk
menahan dokumen-dokumen penting milik klien sampai dia memenuhi
kewajibannya Hak ini harus digunakan jika benar-benar diperlukan.1

B. Etika Hubungan Dengan Teman Sejawat

Didalam profesi advokat untuk menyebut sesama advokat disebut teman sejawat.
Agar menjaga solidaritas sesama advokat maka terdapat etika dalam hubungan teman
sejawat yang tercantum didalam pasal 5 kode etik advokat Indonesia. Adapun
penjelasan dari pasal tersebut yaitu :

1. Hubungan antara teman sejawat advokat harus dilandasi sikap saling menghormati,
saling menghargai dan saling nnempercayai. Disini menjelaskan bahwa sesama
advokat harus saling rukun.

1 Riska Ariana, “Kode Etik Advokad Indonesia,” 2016, 1–23.


8

2. Advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan satu sama lain
dalam sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak
sopan baik secara lisan maupun tertulis.

3. Keberatatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang dianggap


bertentangan dengan Kode Etik Advokat harus diajukan kepada Dewan
Kehormatan untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk disiarkan melalui media
massa atau cara lain. Disini Dewan Kehormatan merupakan salah satu institusi yang
dibentuk dan menjadi sebuah bagian integran dari organisasi advokat.

4. Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari teman
sejawat. Prinsip ini untuk menghormati hubungan antara klien dan advokat yang
sudah ada, serta menghindari persaingan yang tidak sehat di antara advokat.

5. Apabila hendak mengganti advokat, maka advokat yang baru hanya dapat
menerima perkara itu setelah menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada
advokat semula dan berkewajiban mengingatkan klien untuk memenuhi
kewajibannya apabila masih ada terhadap advokat seemula.

6. Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien terhadap advokat yang baru,
maka advokat semula wajib memberikan kepadanya semua surat dan keterangan
yang penting untuk mengurus perkara itu, dengan memperhatikan hak retensi
advokat terhadap klien tersebut.2

C. Etika Dalam Menangani Perkara

Advokat memiliki peran yang sangat penting dalam menangani perkara hukum.
Mereka memberikan nasihat hukum, menyusun strategi hukum, menjadi perwakilan
klien di persidangan, melindungi hak-hak klien, dan memberikan bantuan hukum di
luar ruang sidang.

Sebagai salah satu profesi yang berurusan dengan hukum, yaitu saat menangani
suatu perkara. Advokat memiliki kode etik yang tercantum didalam pasal 7 kode etik
advokat Indonesia. Adapun penjelasan dari pasal tersebut yaitu :

2 Riska Ariana, “Kode Etik Advokad Indonesia,” 2016, 1–23.


9

1. Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya dalam suatu
perkara dapat ditunjukkan kepada hakim apabila dianggap perlu kecuali surat-
surat yang bersangkutan dibuat dengan membubuhi catatan “Sans Prejudice “.
Istilah Sans Prejudice dalam surat-menyurat antar Advokat/Pengacara
menunjukkan bahwa isi surat tersebut tidak dapat dijadikan bukti di Pengadilan,
terutama dalam komunikasi antara Advokat atau teman sejawat.

2. Isi pembicaraan atau korespondensi dalam rangka upaya perdamaian antar


Advokat akan tetapi tidak berhasil, tidak dibenarkan untuk digunakan sebagai
bukti dimuka pengadilan.

3. Dalam perkara perdata yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi
hakim apabila bersama-sama dengan Advokat pihak lawan, dan apabila ia
menyampaikan surat, termasuk surat yang bersifat “ad informandum” maka
hendaknya seketika itu tembusan dari surat tersebut wajib diserahkan atau
dikirimkan pula kepada Advokat pihak lawan.

4. Dalam perkara pidana yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi
hakim apabila bersama-sama dengan jaksa penuntut umum.

5. Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau mempengaruhi saksi- saksi yang
diajukan oleh pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut umum
dalam perkara pidana.

6. Apabila Advokat mengetahui, bahwa seseorang telah menunjuk Advokat


mengenai suatu perkara tertentu, maka hubungan dengan orang itu mengenai
perkara tertentu tersebut hanya boleh dilakukan melalui Advokat tersebut.

7. Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang


dikemukakan dalam sidang pengadilan dalam rangka pembelaan dalam suatu
perkara yang menjadi tanggung jawabnya baik dalam sidang terbuka maupun
dalam sidang tertutup yang dikemukakan secara proporsional dan tidak
berkelebihan dan untuk itu memiliki imunitas hukum baik perdata maupun
pidana.
10

8. Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-


cuma (pro deo) bagi orang yang tidak mampu.

9. Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan


mengenai perkara yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya. 3

3Ibid.
4

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam menjalankan tugas sebagai seorang advokat, pasti akan bertemu dengan
berbagai macam perkara yang akan ditangani. Dalam makalah ini telah dijelaskan
tentang etika seorang pengacara dalam berhubungan dengan klien, yaitu tertuang dalam
pasal 4 kode etik advokat. Yang menjelaskan tentang bagaimana cara menjalin
hubungan antar klien dengan advokat. Selain itu, dijelaskan juga tentang etika untuk
hubungan dengan teman sejawat, yaitu antar advokat dengan advokat lain. Yang
dijelaskan pada pasal 5 kode etik advokat serta etika dalam menangani perkara pada
pasal 7, yang berisi tentang cara menangani perkara.

Dari informasi di atas, advokat memiliki keteraturan dalam setiap tindakannya.


Mulai dari berhubungan dengan klien, rekan sesame advokat, bahkan dalam cara
menangani suatu perkara. Karena hal tersebut, diperlukan suatu kepatuhan dalam hal
menyikapi aturan/etika dalam menjalankan profesi sebagai advokat.
5

DAFTAR PUSTAKA
Ariana, Riska. “Kode Etik Advokad Indonesia,” 2016, 1–23.
Khoirin, KEADVOKATAN DAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA. Cet
1. semarang, karya Abadi Jaya, 2015.

Anda mungkin juga menyukai