Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas mata kuliah keadvokatan dengan judul
“Kode Etik Advokat”. Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan
wawasan yang bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kode etik yang disusun harus berdasarkan dengan Undang-undang Dasar 1954.
Kode etik ini wajib dilaksanakan oleh semua advokat. Tujuan kode etik ini sendiri agar
mencegah adanya perilaku yang tidak etis pada advokat. Adapun kode etik advokat
yang digunakan di Indonesia merupakan kode etik yang dirumuskan dengan 7
organisasi advokat di Indonesia yang penetapannya di tanggal 23 Mei 2002. Didalam
kode etik profesi advokat mempunyai kaidah yang mengatur profesi ini yaitu,
kepribadian advokat, etika hubungan dengan klien, etika houngan dengan sejawat, etika
menangani perkara, dan etika lain yang diperlukan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Etika hubungan antara advokat dan klien diatur dalam kode etik advokat pada
pasal 4 yang dijelaskan sebagai berikut:
10. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih
harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-
kepentingan tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangan
kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan, Misalnya seorang
advokat semula adalah kuasa penggugat, maka dalam perkara yang sama
tidak boleh menjadi kuasa hukum tergugat, meskipun dia telah melepaskan
kuasa dari penggugat.
11. Hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan
menimbulkan kerugian kepentingan klien. Hak retensi adalah hak untuk
menahan dokumen-dokumen penting milik klien sampai dia memenuhi
kewajibannya Hak ini harus digunakan jika benar-benar diperlukan.1
Didalam profesi advokat untuk menyebut sesama advokat disebut teman sejawat.
Agar menjaga solidaritas sesama advokat maka terdapat etika dalam hubungan teman
sejawat yang tercantum didalam pasal 5 kode etik advokat Indonesia. Adapun
penjelasan dari pasal tersebut yaitu :
1. Hubungan antara teman sejawat advokat harus dilandasi sikap saling menghormati,
saling menghargai dan saling nnempercayai. Disini menjelaskan bahwa sesama
advokat harus saling rukun.
2. Advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan satu sama lain
dalam sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak
sopan baik secara lisan maupun tertulis.
4. Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari teman
sejawat. Prinsip ini untuk menghormati hubungan antara klien dan advokat yang
sudah ada, serta menghindari persaingan yang tidak sehat di antara advokat.
5. Apabila hendak mengganti advokat, maka advokat yang baru hanya dapat
menerima perkara itu setelah menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada
advokat semula dan berkewajiban mengingatkan klien untuk memenuhi
kewajibannya apabila masih ada terhadap advokat seemula.
6. Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien terhadap advokat yang baru,
maka advokat semula wajib memberikan kepadanya semua surat dan keterangan
yang penting untuk mengurus perkara itu, dengan memperhatikan hak retensi
advokat terhadap klien tersebut.2
Advokat memiliki peran yang sangat penting dalam menangani perkara hukum.
Mereka memberikan nasihat hukum, menyusun strategi hukum, menjadi perwakilan
klien di persidangan, melindungi hak-hak klien, dan memberikan bantuan hukum di
luar ruang sidang.
Sebagai salah satu profesi yang berurusan dengan hukum, yaitu saat menangani
suatu perkara. Advokat memiliki kode etik yang tercantum didalam pasal 7 kode etik
advokat Indonesia. Adapun penjelasan dari pasal tersebut yaitu :
1. Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya dalam suatu
perkara dapat ditunjukkan kepada hakim apabila dianggap perlu kecuali surat-
surat yang bersangkutan dibuat dengan membubuhi catatan “Sans Prejudice “.
Istilah Sans Prejudice dalam surat-menyurat antar Advokat/Pengacara
menunjukkan bahwa isi surat tersebut tidak dapat dijadikan bukti di Pengadilan,
terutama dalam komunikasi antara Advokat atau teman sejawat.
3. Dalam perkara perdata yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi
hakim apabila bersama-sama dengan Advokat pihak lawan, dan apabila ia
menyampaikan surat, termasuk surat yang bersifat “ad informandum” maka
hendaknya seketika itu tembusan dari surat tersebut wajib diserahkan atau
dikirimkan pula kepada Advokat pihak lawan.
4. Dalam perkara pidana yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi
hakim apabila bersama-sama dengan jaksa penuntut umum.
5. Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau mempengaruhi saksi- saksi yang
diajukan oleh pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut umum
dalam perkara pidana.
3Ibid.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menjalankan tugas sebagai seorang advokat, pasti akan bertemu dengan
berbagai macam perkara yang akan ditangani. Dalam makalah ini telah dijelaskan
tentang etika seorang pengacara dalam berhubungan dengan klien, yaitu tertuang dalam
pasal 4 kode etik advokat. Yang menjelaskan tentang bagaimana cara menjalin
hubungan antar klien dengan advokat. Selain itu, dijelaskan juga tentang etika untuk
hubungan dengan teman sejawat, yaitu antar advokat dengan advokat lain. Yang
dijelaskan pada pasal 5 kode etik advokat serta etika dalam menangani perkara pada
pasal 7, yang berisi tentang cara menangani perkara.
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, Riska. “Kode Etik Advokad Indonesia,” 2016, 1–23.
Khoirin, KEADVOKATAN DAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA. Cet
1. semarang, karya Abadi Jaya, 2015.