Anda di halaman 1dari 67

Materi PKPA Angkatan XX Kerja Sama PERADI dan

Universitas Bhayangkara yang diselenggarakan


DPC PERADI Jakarta Barat

KODE ETIK PROFESI


ADVOKAT
Oleh :
Dr. H.D. DJUNAEDI, SH., Sp.N
KORWIL PERADI JAWA
TENGAH
Advocates-Legal Consultans
Jl. Pattimura No. 6-A
Semarang
KODE ETIK
PENGERTIAN :

Sekelompok peraturan yang dibuat oleh dan


untuk kepentingan sekelompok orang dalam
profesi tertentu yang mengatur hubungan
antara orang dalam lembaga tersebut maupun
dengan orang dan kelompok yang lain.
KODE ETIK
MAKSUD DAN TUJUAN :

Adalah untuk mengatur dan memberi kualitas kepada


pelaksanaan profesi serta untuk menjaga kehormatan dan nama
baik organisasi profesi serta untuk melindungi publik yang
memerlukan jasa-jasa baik profesional. Kode etik merupakan
mekanisme pendisiplinan, pembinaan dan pengontrolan etos kerja
anggota-anggota organisasi profesi.
FUNGSI KODE ETIK ADVOKAT

Sebagai kontrol untuk membatasi kebebasan profesional


untuk melindungi kepentingan hukum dan tentu
kepentingan masyarakat yang dilayani pengemban profesi
serta menjunjung martabat profesi dan menjaga atau
memelihara kesejahteraan para anggotanya dengan
melarang perbuatan-perbuatan yang akan merugikan
kesejahteraan materiil para anggotanya
DASAR HUKUM
KODE ETIK ADVOKAT INDONESIA
( KEAI )

Pasal 33 UU No.18 Tahun 2003 tentang Advokat

Pasal 26 ayat (1) jo Pasal 26 ayat (7) UU No. 18


Tahun 2003 tentang Advokat

Akta Pernyataan Pendirian Perhimpunan


Advokat Indonesia (PERADI) No. 30 tanggal 8
September 2005

Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 49,


Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4282)
Kode Etik Advokat disahkan di Jakarta, pada tanggal
23 Mei 2002, oleh 7 Organisasi Advokat yang
menyepakati pemberlakuan kode etik bersama di
bawah payung Komite Kerja Advokat Indonesia
(KKAI), yang sekarang telah berubah menjadi
Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI).

Kode etik yang disepakati di bawah payung KKAI mutatis


mutandis berlaku sampai dengan ada ketentuan baru yang
dibuat oleh organisasi advokat.
PERANAN KODE ETIK

1. Kode Etik ditujukan untuk melindungi anggota- anggotanya dalam


menghadapi tindakan- tindakan yang tidak jujur

2. Kode Etik mengatur hubungan antar anggota

3. Kode Etik sebagai pelindung dari campur tangan pihak luar atau
perlakuan yang tidak adil

4. Kode Etik meningkatkan pengembangan kualitas profesi dalam praktek,


yang sesuai dengan cita-cita masyarakat

5. Kode Etik mengatur hubungan antara profesi dengan pelayanan yang


memang dibutuhkan oleh masyarakat umum
KODE ETIK ADVOKAT
TERDIRI DARI 12 BAB DAN 24 PASAL
Bab I Ketentuan Umum.
Bab II Kepribadian Advokat
Advokat harus menjunjung tinggi hukum.
Dalam menjalankan tugas tidak semata-mata untuk
memperoleh imbalan, dalam bertugas bebas dan mandiri,
jika menduduki jabatan Negara, tidak boleh berpraktek
sebagai Advokat.
BAB III HUBUNGAN DENGAN KLIEN
ADVOKAT DALAM PERKARA-PERKARA PERDATA HARUS MENGUPAYAKAN DAMAI.
TIDAK DIPERKENANKAN MEMBEBANI KLIEN DENGAN BIAYA YANG TIDAK PERLU.
WAJIB MENJAGA RAHASIA KLIEN.

BAB IV HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEJAWAT


HARUS SALING MENGHORMATI DAN MENGHARGAI. TIDAK DIPERKENANKAN
MEREBUT KLIEN DARI TEMAN SEJAWAT.

BAB V TENTANG SEJAWAT ASING


ADVOKAT ASING YANG MENJALANKAN PROFESINYA DI INDONESIA WAJIB MENTAATI
KODE ETIK ADVOKAT.
BAB VI CARA BERTINDAK MENANGANI PERKARA
ADVOKAT TIDAK DIBENARKAN MENGAJARI DAN MEMPENGARUHI SAKSI-SAKSI
YANG DIAJUKAN OLEH PIHAK LAWAN. ADVOKAT BERKEWAJIBAN MEMBERIKAN
BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA BAGI ORANG YANG TIDAK MAMPU.

BAB VII KETENTUAN-KETENTUAN LAIN TENTANG KODE ETIK


ETIKA PENGAWASAN

BAB VIII PELAKSANAAN KODE ETIK


SETIAP ADVOKAT WAJIB TUNDUK DAN MEMATUHI KODE ETIK ADVOKAT.
PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN KODE ETIK ADVOKAT INI DILAKUKAN OLEH
DEWAN KEHORMATAN.
BAB IX DEWAN KEHORMATAN
DEWAN KEHORMATAN BERWENANG MEMERIKSA DAN MENGADILI PERKARA
PELANGGARAN KODE ETIK YANG DILAKUKAN OLEH ADVOKAT.

BAB X KODE ETIK & DEWAN KEHORMATAN

BAB XI ATURAN PERALIHAN


SETIAP ADVOKAT WAJIB MENJADI ANGGOTA DARI SALAH SATU ORGANISASI
PROFESI.

BAB XII PENUTUP


KODE ETIK ADVOKAT

Etika
Etika
melakukan
pelayanan
hubungan
tentang
kepribadia
terhadap
sejawat
teman
tugas Etika Etika
Etika cara
n advokat Kode etik
sejawat
jabatan
asing
klien ketentuan pelaksana Etik dewan
menangani dan Dewan
perkara
lain kode an kode kehormatan
Kehormatan
etik etik
1. ETIKA KEPRIBADIAN ADVOKAT

a. Berjiwa Pancasila ;
b. Takwa pada Tuhan YME ;
c. Menjunjung tinggi hukum dan sumpah jabatan ;
d. Tidak membedakan agama,suku,keturunan,kedudukan
sosial,keyakinan politik;
e. Tidak semata-mata mencari imbalan materi,tetapi
mengutamakan penegakkan hukum,keadilan,dan
kebenaran dengan jujur dan bertanggungjawab;
f. Bebas dan mandiri,wajib menjunjung tinggi HAM.
g. Solidaritas sesama advokat dan wajib membela
secara Cuma-Cuma teman sejawat yang diajukan
sebagai tersangka dalam perkara pidana ;
h. Tidak dibenarkan melakukan pekerjaan yang
merugikan advokat;
i. Berlaku sopan dan menjaga martabat advokat.
2. ETIKA MELAKUKAN TUGAS JABATAN.
a. Tidak memasang iklan/papan nama yang
menyolok;
b. Tidak menawarkan jasa pada klien melalui
perantara, tetapi harus menunggu permintaan;
c. Tidak berkantor di rumah/kantor seorang yang
bukan Advokat;
d. Berhubungan langsung dengan klien dan
menerima keterangan langsung dari klien;
e. Tidak mengizinkan pencantuman nama di papan
nama/iklan orang yang bukan Advokat ;
f. Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas
mengurus perkara/memberi nasehat pada klien;
g. Tidak mempublikasikan diri di media massa;
h. Jika diangkat menjadi pejabat negara tidak boleh
mencantumkan nama pada kantor Advokat yang
mempekerjakannya dahulu ;
i. Mantan hakim/jaksa tidak diizinkan menangani
perkara di pengadilan ybs selama 3 thn sejak dia
berhenti di pengadilan ybs.
3. ETIKA PELAYANAN TERHADAP
KLIEN
a. Lebih mengutamakan kepentingan klien
daripada kepentingan pribadi ;
b. Mengutamakan penyelesaian dengan jalan
damai ;
c. Dilarang memberi keterangan yang
menyesatkan klien ;
d. Dilarang menjamin pada klien bahwa
perkara yang diurusnya akan menang ;
e. Dilarang menetapkan syarat-syarat yang
membatasi kebebasan klien ;
f. Hak retensi tidak boleh merugikan klien ;
g. Memberikan semua keterangan yang diperlukan kepada
klien atau kepada Advokat yang baru ;
h. Menentukan honorarium harus melihat kemampuan klien ;
i. Tidak membebani klien dengan biaya yang tidak perlu ;
j. Tidak membedakan perkara yang dibayar dan perkara
Cuma-Cuma ;
k. Memegang rahasia klien ;
l. Menolak perkara yang tidak mempunyai dasar hukum ;
m. Dilarang melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya,
yang dapat merugikan klien ;
n. Mengundurkan diri jika timbul pertentangan kepentingan
diantara pihak-pihak ybs.
4. ETIKA HUBUNGAN DENGAN TEMAN
SEJAWAT
a. Mempunyai hubungan harmonis dengan rekan
Advokat;
b. Bersikap sopan dengan teman sejawat dalam sidang
di pengadilan;
c. Mengemukakan kepada Dewan Kehormatan Cabang
setempat sesuai dengan hukum acara yang berlaku
keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang
dianggap bertentangan dengan Kode Etik Advokat;
d. Dilarang menarik klien dari teman sejawat;
e. Dengan sepengetahuan teman sejawat yang telah menjadi
Advokat tetap kliennya, dapat memberikan nasihat kepada
klien itu dalam perkara tertentu atau menjalankan perkara
untuk klien ybs ;
f. Yang baru dapat menerima perkara dari Advokat yang lama
setelah dia memberi keterangan bahwa klien yang hendak
berganti Advokat itu telah memenuhi semua kewajiban
terhadap Advokat yang lama;
g. Yang baru boleh melakukan tindakan yang sifatnya tidak
dapat ditunda,misalnya naik banding atau kasasi karena
tenggang waktunya segera berakhir ;
h. Yang lama selekas mungkin memberikan kepada Advokat
yang baru semua surat dan keterangan penting untuk
mengurus perkara itu.
5. ETIKA TENTANG SEJAWAT ASING

Ketentuan ini terdapat pada pasal 6 Kode Etik


Advokat, berikut ini kutipan dari pasal
tersebut:
“Advokat asing yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
menjalankan profesinya di Indonesia tunduk
kepada serta wajib mentaati Kode Etik ini”.
6. ETIKA CARA BERTINDAK MENANGANI PEKARA

Etika dalam menangani perkara diatur pada pasal 7 Kode Etik


Advokat, ketentuannya sebagai berikut :
1. Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya
dalam suatu perkara dapat ditunjukkan kepada hakim apabila
dianggap perlu kecuali surat-surat yang bersangkutan dibuat
dengan membubuhi catatan “Sans Prejudice”.
2. Isi pembicaraan atau korespondensi dalam rangka upaya
perdamaian antar Advokat akan tetapi tidak berhasil, tidak
dibenarkan untuk digunakan sebagai bukti dimuka pengadilan.
3. Dalam perkara perdata yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat
menghubungi hakim apabila bersama-sama dengan Advokat
pihak lawan, dan apabila ia menyampaikan surat, termasuk surat
yang bersifat “ad informandum” maka hendaknya seketika itu
tembusan dari surat tersebut wajib diserahkan atau dikirimkan
pula kepada Advokat pihak lawan.
4. Dalam perkara pidana yang sedang berjalan, Advokat
hanya dapat menghubungi hakim apabila bersama-
sama dengan jaksa penuntut umum.
5. Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau
mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan oleh pihak
lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut
umum dalam perkara pidana.
6. Apabila Advokat mengetahui, bahwa seseorang telah
menunjuk Advokat mengenai suatu perkara tertentu,
maka hubungan dengan orang itu mengenai perkara
tertentu tersebut hanya boleh dilakukan melalui
Advokat tersebut.
7. Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau
pendapat yang dikemukakan dalam sidang pengadilan dalam
rangka pembelaan dalam suatu perkara yang menjadi tanggung
jawabnya baik dalam sidang terbuka maupun dalam sidang
tertutup yang dikemukakan secara proporsional dan tidak
berkelebihan dan untuk itu memiliki imunitas hukum baik
perdata maupun pidana.
8. Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan
hukum secara cuma-cuma (pro deo) bagi orang yang tidak
mampu.
9. Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan
pengadilan mengenai perkara yang ia tangani kepada kliennya
pada waktunya.
7. ETIKA KETENTUAN LAIN TENTANG KODE ETIK

Etika yang membahas ketentuan lainnya diatur pada pasal 8 Kode Etik Advokat,
ketentuannya sebagai berikut :
Pasal 8
Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile), dan
karenanya dalam menjalankan profesi selaku penegak hukum di pengadilan
sejajar dengan Jaksa dan Hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada
dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan Kode Etik ini.
Pemasangan iklan semata-mata untuk menarik perhatian orang adalah dilarang
termasuk pemasangan papan nama dengan ukuran dan atau bentuk yang
berlebih-lebihan.
Kantor Advokat atau cabangnya tidak dibenarkan diadakan di suatu tempat yang
dapat merugikan kedudukan dan martabat Advokat.
Advokat tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan Advokat
mencantumkan namanya sebagai Advokat di papan nama kantor Advokat atau
mengizinkan orang yang bukan Advokat tersebut untuk memperkenalkan
dirinya sebagai Advokat.
Advokat tidak dibenarkan mengizinkan karyawan-karyawannya yang
tidak berkualifikasi untuk mengurus perkara atau memberi nasehat
hukum kepada klien dengan lisan atau dengan tulisan.
Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publitas bagi
dirinya dan atau untuk menarik perhatian masyarakat mengenai
tindakan-tindakannya sebagai Advokat mengenai perkara yang
sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila keterangan-
keterangan yang ia berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip-
prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh setiap Advokat.
Advokat dapat mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau
diurusnya apabila timbul perbedaan dan tidak dicapai kesepakatan
tentang cara penanganan perkara dengan kliennya.
Advokat yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Hakim atau Panitera
dari suatu lembaga peradilan, tidak dibenarkan untuk memegang
atau menangani perkara yang diperiksa pengadilan tempatnya
terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia berhenti dari
pengadilan tersebut.
8. ETIKA PELAKSANAAN KODE ETIK

Etika dalam pelaksanaan kode etik diatur pada


pasal 9 Kode Etik Advokat, ketentuannya sebagai
berikut :
“Setiap Advokat wajib tunduk dan mematuhi
Kode Etik Advokat. Pengawasan atas pelaksanaan
Kode Etik Advokat ini dilakukan oleh Dewan
Kehormatan”
9. ETIK DEWAN KEHORMATAN
Etika Ketentuan Dewan Kehormatan diatur pada pasal 10 Kode Etik Advokat,
ketentuannya sebagai berikut :
• Dewan Kehormatan berwenang memeriksa dan mengadili perkara
pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Advokat.
• Pemeriksaan suatu pengaduan dapat dilakukan melalui dua tingkat, yaitu:
a.Tingkat Dewan Kehormatan Cabang/Daerah.
b.Tingkat Dewan Kehormatan Pusat.
• Dewan Kehormatan Cabang/daerah memeriksa pengaduan pada tingkat
pertama dan Dewan Kehormatan Pusat pada tingkat terakhir.
• Segala biaya yang dikeluarkan dibebankan kepada:
a. Dewan Pimpinan Cabang/Daerah dimana teradu sebagai anggota pada
tingkat Dewan Kehormatan Cabang/Daerah;
b. Dewan Pimpinan Pusat pada tingkat Dewan Kehormatan Pusat
organisasi dimana teradu sebagai anggota;
c. Pengadu/Teradu
PENGADUAN
 Pengaduan dapat diajukan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dan merasa dirugikan, yaitu:
 Klien.
 Teman sejawat Advokat.
 Pejabat Pemerintah.
 Anggota Masyarakat.
 Dewan Pimpinan Pusat/Cabang/Daerah dari organisasi profesi
dimana Teradu menjadi anggota.
 Selain untuk kepentingan organisasi, Dewan Pimpinan Pusat
atau Dewan Pimpinan Cabang/Daerah dapat juga bertindak
sebagai pengadu dalam hal yang menyangkut kepentingan
hukum dan kepentingan umum dan yang dipersamakan
untuk itu.
 Pengaduan yang dapat diajukan hanyalah yang mengenai
pelanggaran terhadap Kode Etik Advokat.
TATA CARA PENGADUAN

• Harus disampaikan secara tertulis disertai dengan alasan-alasannya


kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah atau kepada dewan
Pimpinan Cabang/Daerah atau Dewan Pimpinan Pusat dimana teradu
menjadi anggota.
• Bilamana di suatu tempat tidak ada Cabang/Daerah Organisasi,
pengaduan disampaikan kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
terdekat atau Dewan Pimpinan Pusat.
• Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan
Cabang/Daerah, maka Dewan Pimpinan Cabang/Daerah meneruskannya
kepada Dewan Kehormatan Cabang/Daerah yang berwenang untuk
memeriksa pengaduan itu.
• Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan
Pusat/Dewan Kehormatan Pusat, maka Dewan Pimpinan Pusat/Dewan
Kehormatan Pusat meneruskannya kepada Dewan Kehormatan
Cabang/Daerah yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu baik
langsung atau melalui Dewan Dewan Pimpinan Cabang/Daerah.
TERADU
Teradu merupakan seorang Advokat yang dianggap
melanggar Kode Etik Advokat yang dimana dalam
perbuatannya dapat merugikan pihak lain. Teradu yang
terbukti melakukan pelanggaran kode etik advokat akan
diberikan surat pemberitahuan secara tertulis oleh Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah dan teradu memberikan
jawaban tertulis dalam waktu duapuluh satu hari. Dalam
hal teradu tidak memberi jawaban maka Dewan
Kehormatan Cabang/Daerah dapat segera menjatuhkan
putusan tanpa kehadiran pihak-pihak yang bersangkutan,
apabila diterima Dewan Kehormatan Cabang/Daerah
akan melanjutkan ke proses persidangan.
10. KODE ETIK & DEWAN KEHORMATAN

Kode Etik ini adalah peraturan tentang Kode


Etik dan Ketentuan Tentang Dewan Kehormatan
bagi mereka yang menjalankan profesi Advokat,
sebagai satu-satunya Peraturan Kode Etik yang
diberlakukan dan berlaku di Indonesia.
HAK DAN KEWAJIBAN ADVOKAT
(UU NO.18 TH 2003 TENTANG ADVOKAT)
HAK ADVOKAT

 Pasal 14
Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan
dalam membela perkara yang menjadi tanggungjawabnya di
dalam sidang pengadilan dgn tetap berpegang pada kode
etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

 Pasal 15
Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk
membela perkara yang menjadi tanggungjawabnya dengan
tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perundang-undangan
 Pasal 16
Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana
dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk
kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan.

 Pasal 17
Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh
informasi,data dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah
maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut
yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan kliennya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
 Pasal 18 ayat (2)

Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam


membela perkara klien oleh pihak yang berwenang dan/atau
masyarakat.
 Pasal 19 ayat (2)

Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien,


termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap
penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat
KEWAJIBAN ADVOKAT
Advokat dalam menjalankan tugas
profesinya dilarang membedakan
Pasal 18 perlakuan terhadap klien berdasarkan
ayat (1) jenis kelamin, agama, politik, keturunan
ras, atau latar belakang sosial dan budaya

Advokat wajib merahasikan segala


sesuatu yang diketahui atau
Pasal 19 diperoleh dari kliennya karena
ayat (1) hubungan profesinya, kec. ditentukan
lain oleh UU.
Pasal 20

(2) Advokat dilarang memegang


(1) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian
jabatan lain yang bertentangan sedemikian rupa sehingga merugikan
dengan kepentingan tugas dan profesi Advokat atau mengurangi
martabat profesinya kebebasan dan kemerdekaan dalam
menjalankan tugas profesinya.
HUBUNGAN KODE ETIK DENGAN
UNDANG-UNDANG

Tugas Advokat seperti tertuang dalam Surat Kuasa, maka


dalam mengemban profesi membela klien :

1. Advokat dalam membela perkara dituntut tidak


melampaui wewenang yang dipercayakan oleh klien;
2. Pembelaan yang dilakukan Advokat harus sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan,tidak memutarbalikkan fakta
atau melampaui batas wewenang ;
3. Berdampak positif,artinya merupakan koreksi atas
kemungkinan kekeliruan atau ketidaktepatan penerapan
hukum oleh penegak hukum (Jaksa atau hakim).
APABILA ADVOKAT DALAM MENJALANKAN
TUGASNYA MERUGIKAN KLIEN,WALAUPUN KODE
ETIK ADVOKAT TIDAK MENENTUKAN SECARA
TEGAS SANKSI YANG DAPAT DIKENAKAN KEPADA
ADVOKAT YANG MELAKUKAN PELANGGARAN
SECARA IMPLISIT DIAKUI BAHWA
BERTANGGUNGJAWABNYA ADVOKAT MENURUT
KODE ETIK ADVOKAT ADALAH SAMA DENGAN
BERTANGGUNGJAWABNYA ADVOKAT MENURUT
UU. OLEH KARENA ITU DAPAT DISIMPULKAN,
SANKSI UU ADALAH JUGA SANKSI KODE ETIK
ADVOKAT, YANG DAPAT DIKENAKAN KEPADA
PELANGGARNYA.
PENEGAKAN KODE ETIK
Penegakan kode etik dalam arti sempit adalah
memulihkan hak dan kewajiban yang telah
dilanggar,sehingga timbul keseimbangan seperti
semula. Bentuk pemulihan itu berupa penindakan
terhadap pelanggar kode etik, meliputi :
a. Teguran/himbauan supaya menghentikan
pelanggaran dan jangan melakukan pelanggaran lagi
;
b. Mengucilkan pelanggar dari kelompok profesi
sebagai orang tidak disenangi sampai dia menyadari
kembali perbuatannya ;
c. Memberlakukan tindakan hukum UU dengan
sanksinya yang keras.
Terhadap pelanggar kode etik, sejauh
merugikan kepentingan negara atau
kepentingan umum, diberlakukan sangsi UU
yang keras sesuai dengan barat ringannya
pelanggaran yang dilakukan.

Oleh karena itu, seorang profesional perlu


mengetahui prinsip Etika Profesi, yaitu
tangungjawab dalam pekerjaannya dan
terhadap masyarakatnya, teguh pada tegaknya
keadilan, bekerja secara otonomi yaitu bebas
menjalankan profesinya.
Dimuka pengadilan, Advokat bebas
mengeluarkan pendapat dan pernyataan
dengan tetap berpegang pada Kode Etik dan
peraturan perundang-undangan

Advokat yang menjadi Pejabat Negara


tidak boleh melaksanakan tugas profesi
Advokat selama memangku jabatan.
SANKSI-SANKSI
(PASAL 16 AYAT 1 & 2 KEAI)

Meliputi :
1. Hukuman yang diberikan dalam
keputusan dapat berupa:
a. Peringatan biasa
b. Peringatan keras
c. Pemberhentian sementara
untuk waktu tertentu
d. Pemecatan dari keanggotaan
organisasi profesi
2. Atasberat ringannya sifat pelanggaran :
a. Peringatan biasa bilamana sifat
pelanggarannya tidak berat ;
b. Peringatan keras bilamana sifat
pelanggarannya berat atau karena
mengulangi kembali melanggar kode etik
dan atau tidak mengindahkan sanksi
peringatan yang pernah diberikan ;
c. Pemberhentian sementara untuk waktu
tertentu bilamana sifat pelanggarannya
berat, tidak mengindahkan dan tidak
menghormati ketentuan kode etik atau
bilamana setelah mendapat sanksi berupa
peringatan keras masih mengulangi
melakukan pelanggaran kode etik ;
d. Pemecatan dari keanggotaan
organisasi profesi bilamana dilakukan
pelanggaran kode etik dengan
maksud dan tujuan merusak citra serta
martabat kehormatan profesi advokat
yg wajib dijunjung tinggi sebagai
profesi yang mulia dan terhormat.
3. Pemberian sanksi pemberhentian sementara
untuk waktu tertentu harus diikuti larangan
untuk menjalankan profesi Advokat diluar
maupun di muka pengadilan.
4. Terhadap mereka yang dijatuhi sanksi
pemberhentian sementara untuk waktu
tertentu dan atau pemecatan dari
keanggotaan organisasi profesi disampaikan
kepada Mahkamah Agung untuk diketahui
dan dicatat dalam daftar Advokat
CONTOH KASUS PELANGGARAN
KODE ETIK ADVOKAT
Kasus OC Kaligis :
Kronologi Kejadian
Pengacara OC K pada tahun 2015 ditetapkan menjadi tersangka dalam
kasus suap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) di
Medan. Perkara ini berasal dari Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan
oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pada Kamis 9 Juli 2015.
KPK yang diterima melakukan OTT dan menetapkan M. Yagari Bhastara
Guntur (MYB) alias Gerry sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap
terhadap hakim PTUN Medan. Gerry yang tergabung dalam Lawfirm OC
K dan mereka yang menyuap untuk melepaskan gugatan yang diajukan
kepada hakim. Sementara uang suap ini diberikan kepada tiga hakim
PTUN dan satu panitera yang juga sudah berstatus tersangka.  Sebagai
gugatan ini dilakukan untuk memberikan izin Kejaksaan Tinggi Sumut
yang diterbitkan sprindik atas kasus dugaan korupsi Bansos dan Bantuan
Daerah Bawahan (BDB) di Sumut.
Pada kasus ini, OC K telah mencoreng profesi
advokat. Izin praktik hukum dari OC K ini pun di
cabut Izin. OC K dianggap telah merendahkan
officium nobile yang sejatinya mencederai
kehormatan profesi advokat dan melakukan
persaingan yang tidak sehat sesama advokat dengan
menyuap hakim. Seharusnya advokat harus dibuat
dengan adil karena merupakan penegak hukum.
PEMAHAMAN & PENGHAYATAN
ADVOKAT TERHADAP KODE ETIK
ADVOKAT

UNTUK MEMAHAMI &


M E N G H AYAT I K O D E E T I K
A D V O K AT, P E R L U P R O S E S D A N
PENDALAMAN SECARA
B E R TA H A P / C O N T I N U E .
J A D I U N T U K M E N D A PAT K A N
P E M A H A M A N D A N P E N G H AYATA N
K O D E E T I K A D V O K AT
DIPERLUKAN “KESADARAN”
D A R I M A S I N G - M A S I N G A D V O K AT .
Bagaimana cara
untuk menjadi
pengacara yang
hebat?
KUALITAS YANG PERLU
DIMILIKI UNTUK
MENJADI PENGACARA
HEBAT
1. MENIKMATI DISKUSI DENGAN ARGUMEN YANG
BAIK

Kamu yang ingin menjadi pengacara hebat harus


bisa menikmati diskusi yang baik dengan orang-
orang (klien)
Sebagai seorang profesional, kamu akan
mencurahkan sebagian waktu yang dimiliki untuk
mengungkapkan fakta tertentu yang akan
digunakan sebagai argumen untuk kepentingan
klien.
2. KETERAMPILAN PERSUASIF

Keterampilan selanjutnya yang perlu dimiliki


oleh seorang pengacara hebat yang baik adalah
keterampilan persuasif.
Kemampuan ini akan sangat bermanfaat saat
kamu akan menyajikan kasus dan meyakinkan
pengadilan tentang posisi klien kamu.
Jadi, pertimbangkan untuk melatih
keterampilan ini jika kamu belum memilikinya.
3. BERNEGOSIASI DENGAN BAIK

Dalam hampir semua kasus, kamu harus


mencapai kesepakatan antara pihak-pihak yang
terlibat dalam profesi.
Oleh karena itu, penting untuk memiliki
keterampilan tawar-menawar yang akan
memungkinkan kamu untuk mencapai
kesepakatan yang baik sebelum jatuh ke
prosedur yang lebih rumit.
4. KESEIMBANGAN EMOSIONAL
Dikarenakan sifat profesi yang rentan, seorang
pengacara akan dihadapkan pada banyak argumen
bahkan ancaman yang akan mempengaruhi suasana
hati mereka.
Tanpa adanya keseimbangan emosi, seorang pengacara
hebat akan sangat sulit untuk melakukan pekerjaan
mereka dengan optimal. kamu harus selalu siap untuk
menghadapi stres yang muncul atas setiap kasus yang
terjadi.
5. TERORGANISIR

Menjadi pengacara hebat sangat tergantung


pada kemampuan kamu mengorganisir waktu
dan pekerjaan yang dilakukan.
Hal ini sangat penting dilakukan karena
seorang pengacara hebat akan terlibat pada
pertemuan dan wawancara dengan klien,
melakukan dokumentasi, membuat penggilan
telpon, dan mengikuti proses pengadilan.
6. SENANTIASA TEKUN
Ketekunan harus dimiliki oleh seorang
pengacara dan kamu tidak pernah diizinkan
untuk menyerah. Seorang pengacara hebat
adalah mereka yang bersedia berjuang sampai
akhir untuk mencapai tujuan.
Meskipun kegagalan adalah sesuatu yang tidak
bisa dihindari, kamu tetapi harus siap berdiri
kembali dan berjuang.
7. SIKAP SABAR
Faktor kesuksesan seorang pengacara hebat yang
selanjutnya adalah kesabaran, karena profesi ini
akan membutuhkan banyak waktu di pengadilan
dan menghadapi rumitnya sistem hukum yang ada.
Kamu harus mengolah karakter yang dimiliki dan
belajar untuk menunggu sampai berminggu-minggu
atau sampai berbulan-bulan untuk menyelesaikan
sebuah kasus.
8. AGRESIVITAS
Seorang pengacara hebat harus dipersiapkan untuk
menghadapi tantangan apapun yang ada di depan mata.
Bukan berarti mereka harus menjadi pribadi yang
kasar, tetapi harus bisa menerapkan agresivitas dengan
baik.
Pengacara harus bisa bekerja dengan ketangkasan
untuk menghadapi setiap hambatan yang diperlukan
untuk mencapai tujuannya.
70 Persen Pengacara
Indonesia Hidup Pas-
Pasan, Apa Masalahnya?
Gaya dan penampilan para pengacara sering
terlihat mewah. Ada yang sengaja
memamerkan cincin berlian di jari-jemarinya.
Ada pula pengacara yang mengaku dengan
mudah membeli tas Hermes yang harganya Rp
1 miliar atau keluar negeri dengan minimal
mengeluarkan uang Rp 3 miliar. Macam-
macam strategi berpenampilan mereka. Salah
satunya untuk menjatuhkan psikologis lawan.
Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia, Otto
Hasibuan, mengatakan seorang pengacara tidak
diharuskan berpakaian mewah, melainkan
berpenampilan rapi. Dengan berpenampilan rapi
berarti pengacara tersebut menghargai profesinya,
rekan sejawat, dan juga persidangan. Menilai
kehormatan seorang pengacara bukanlah dari
penampilannya, melainkan dari kualitas kerja,
kejujuran, dan tutur katanya.
Walau beberapa pengacara yang kerap tampil di layar kaca
terlihat mewah, namun masih banyak pula pengacara yang
hidup layak atau bahkan pas-pasan. Hal ini, disebabkan
adanya penumpukan perkara di Jakarta sehingga 50 persen
pengacara di Indonesia berada di Ibu Kota.
Penyebab lainnya adalah perusahaan-perusahaan besar
cenderung menggunakan jasa pengacara yang sudah menjadi
langganan mereka dari dulu sehingga tidak adanya persebaran
klien.
Pengacara Hotman Paris mengatakan lebih
dari 70 persen pengacara di Indonesia
menjalani hidup yang pas-pasan. Ia
menyebutkan, di Jakarta tiap tahun
bertambah pengacara sebanyak empat ribu
orang. Hal ini akan membuat pengacara sulit
mendapatkan klien. "Tidak benar kalau
sudah kerja sebagai pengacara itu sukses atau
kaya”
Hal ini disebabkan banyak pengacara yang standar
keahliannya bukan di tempat yang bisa
mendatangkan banyak uang seperti dalam perkara-
perkara bisnis. Ia mengatakan, jika keahlian
seorang pengacara hanya soal perceraian dan
perzinaan, akan sulit bagi pengacara itu mewakili
perusahaan-perusahaan raksasa dalam menghadapi
persoalan hukum.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai