3. Kode Etik sebagai pelindung dari campur tangan pihak luar atau
perlakuan yang tidak adil
Etika
Etika
melakukan
pelayanan
hubungan
tentang
kepribadia
terhadap
sejawat
teman
tugas Etika Etika
Etika cara
n advokat Kode etik
sejawat
jabatan
asing
klien ketentuan pelaksana Etik dewan
menangani dan Dewan
perkara
lain kode an kode kehormatan
Kehormatan
etik etik
1. ETIKA KEPRIBADIAN ADVOKAT
a. Berjiwa Pancasila ;
b. Takwa pada Tuhan YME ;
c. Menjunjung tinggi hukum dan sumpah jabatan ;
d. Tidak membedakan agama,suku,keturunan,kedudukan
sosial,keyakinan politik;
e. Tidak semata-mata mencari imbalan materi,tetapi
mengutamakan penegakkan hukum,keadilan,dan
kebenaran dengan jujur dan bertanggungjawab;
f. Bebas dan mandiri,wajib menjunjung tinggi HAM.
g. Solidaritas sesama advokat dan wajib membela
secara Cuma-Cuma teman sejawat yang diajukan
sebagai tersangka dalam perkara pidana ;
h. Tidak dibenarkan melakukan pekerjaan yang
merugikan advokat;
i. Berlaku sopan dan menjaga martabat advokat.
2. ETIKA MELAKUKAN TUGAS JABATAN.
a. Tidak memasang iklan/papan nama yang
menyolok;
b. Tidak menawarkan jasa pada klien melalui
perantara, tetapi harus menunggu permintaan;
c. Tidak berkantor di rumah/kantor seorang yang
bukan Advokat;
d. Berhubungan langsung dengan klien dan
menerima keterangan langsung dari klien;
e. Tidak mengizinkan pencantuman nama di papan
nama/iklan orang yang bukan Advokat ;
f. Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas
mengurus perkara/memberi nasehat pada klien;
g. Tidak mempublikasikan diri di media massa;
h. Jika diangkat menjadi pejabat negara tidak boleh
mencantumkan nama pada kantor Advokat yang
mempekerjakannya dahulu ;
i. Mantan hakim/jaksa tidak diizinkan menangani
perkara di pengadilan ybs selama 3 thn sejak dia
berhenti di pengadilan ybs.
3. ETIKA PELAYANAN TERHADAP
KLIEN
a. Lebih mengutamakan kepentingan klien
daripada kepentingan pribadi ;
b. Mengutamakan penyelesaian dengan jalan
damai ;
c. Dilarang memberi keterangan yang
menyesatkan klien ;
d. Dilarang menjamin pada klien bahwa
perkara yang diurusnya akan menang ;
e. Dilarang menetapkan syarat-syarat yang
membatasi kebebasan klien ;
f. Hak retensi tidak boleh merugikan klien ;
g. Memberikan semua keterangan yang diperlukan kepada
klien atau kepada Advokat yang baru ;
h. Menentukan honorarium harus melihat kemampuan klien ;
i. Tidak membebani klien dengan biaya yang tidak perlu ;
j. Tidak membedakan perkara yang dibayar dan perkara
Cuma-Cuma ;
k. Memegang rahasia klien ;
l. Menolak perkara yang tidak mempunyai dasar hukum ;
m. Dilarang melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya,
yang dapat merugikan klien ;
n. Mengundurkan diri jika timbul pertentangan kepentingan
diantara pihak-pihak ybs.
4. ETIKA HUBUNGAN DENGAN TEMAN
SEJAWAT
a. Mempunyai hubungan harmonis dengan rekan
Advokat;
b. Bersikap sopan dengan teman sejawat dalam sidang
di pengadilan;
c. Mengemukakan kepada Dewan Kehormatan Cabang
setempat sesuai dengan hukum acara yang berlaku
keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang
dianggap bertentangan dengan Kode Etik Advokat;
d. Dilarang menarik klien dari teman sejawat;
e. Dengan sepengetahuan teman sejawat yang telah menjadi
Advokat tetap kliennya, dapat memberikan nasihat kepada
klien itu dalam perkara tertentu atau menjalankan perkara
untuk klien ybs ;
f. Yang baru dapat menerima perkara dari Advokat yang lama
setelah dia memberi keterangan bahwa klien yang hendak
berganti Advokat itu telah memenuhi semua kewajiban
terhadap Advokat yang lama;
g. Yang baru boleh melakukan tindakan yang sifatnya tidak
dapat ditunda,misalnya naik banding atau kasasi karena
tenggang waktunya segera berakhir ;
h. Yang lama selekas mungkin memberikan kepada Advokat
yang baru semua surat dan keterangan penting untuk
mengurus perkara itu.
5. ETIKA TENTANG SEJAWAT ASING
Etika yang membahas ketentuan lainnya diatur pada pasal 8 Kode Etik Advokat,
ketentuannya sebagai berikut :
Pasal 8
Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile), dan
karenanya dalam menjalankan profesi selaku penegak hukum di pengadilan
sejajar dengan Jaksa dan Hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada
dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan Kode Etik ini.
Pemasangan iklan semata-mata untuk menarik perhatian orang adalah dilarang
termasuk pemasangan papan nama dengan ukuran dan atau bentuk yang
berlebih-lebihan.
Kantor Advokat atau cabangnya tidak dibenarkan diadakan di suatu tempat yang
dapat merugikan kedudukan dan martabat Advokat.
Advokat tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan Advokat
mencantumkan namanya sebagai Advokat di papan nama kantor Advokat atau
mengizinkan orang yang bukan Advokat tersebut untuk memperkenalkan
dirinya sebagai Advokat.
Advokat tidak dibenarkan mengizinkan karyawan-karyawannya yang
tidak berkualifikasi untuk mengurus perkara atau memberi nasehat
hukum kepada klien dengan lisan atau dengan tulisan.
Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publitas bagi
dirinya dan atau untuk menarik perhatian masyarakat mengenai
tindakan-tindakannya sebagai Advokat mengenai perkara yang
sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila keterangan-
keterangan yang ia berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip-
prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh setiap Advokat.
Advokat dapat mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau
diurusnya apabila timbul perbedaan dan tidak dicapai kesepakatan
tentang cara penanganan perkara dengan kliennya.
Advokat yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Hakim atau Panitera
dari suatu lembaga peradilan, tidak dibenarkan untuk memegang
atau menangani perkara yang diperiksa pengadilan tempatnya
terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia berhenti dari
pengadilan tersebut.
8. ETIKA PELAKSANAAN KODE ETIK
Pasal 14
Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan
dalam membela perkara yang menjadi tanggungjawabnya di
dalam sidang pengadilan dgn tetap berpegang pada kode
etik profesi dan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk
membela perkara yang menjadi tanggungjawabnya dengan
tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perundang-undangan
Pasal 16
Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana
dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk
kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan.
Pasal 17
Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh
informasi,data dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah
maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut
yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan kliennya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18 ayat (2)
Meliputi :
1. Hukuman yang diberikan dalam
keputusan dapat berupa:
a. Peringatan biasa
b. Peringatan keras
c. Pemberhentian sementara
untuk waktu tertentu
d. Pemecatan dari keanggotaan
organisasi profesi
2. Atasberat ringannya sifat pelanggaran :
a. Peringatan biasa bilamana sifat
pelanggarannya tidak berat ;
b. Peringatan keras bilamana sifat
pelanggarannya berat atau karena
mengulangi kembali melanggar kode etik
dan atau tidak mengindahkan sanksi
peringatan yang pernah diberikan ;
c. Pemberhentian sementara untuk waktu
tertentu bilamana sifat pelanggarannya
berat, tidak mengindahkan dan tidak
menghormati ketentuan kode etik atau
bilamana setelah mendapat sanksi berupa
peringatan keras masih mengulangi
melakukan pelanggaran kode etik ;
d. Pemecatan dari keanggotaan
organisasi profesi bilamana dilakukan
pelanggaran kode etik dengan
maksud dan tujuan merusak citra serta
martabat kehormatan profesi advokat
yg wajib dijunjung tinggi sebagai
profesi yang mulia dan terhormat.
3. Pemberian sanksi pemberhentian sementara
untuk waktu tertentu harus diikuti larangan
untuk menjalankan profesi Advokat diluar
maupun di muka pengadilan.
4. Terhadap mereka yang dijatuhi sanksi
pemberhentian sementara untuk waktu
tertentu dan atau pemecatan dari
keanggotaan organisasi profesi disampaikan
kepada Mahkamah Agung untuk diketahui
dan dicatat dalam daftar Advokat
CONTOH KASUS PELANGGARAN
KODE ETIK ADVOKAT
Kasus OC Kaligis :
Kronologi Kejadian
Pengacara OC K pada tahun 2015 ditetapkan menjadi tersangka dalam
kasus suap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) di
Medan. Perkara ini berasal dari Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan
oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pada Kamis 9 Juli 2015.
KPK yang diterima melakukan OTT dan menetapkan M. Yagari Bhastara
Guntur (MYB) alias Gerry sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap
terhadap hakim PTUN Medan. Gerry yang tergabung dalam Lawfirm OC
K dan mereka yang menyuap untuk melepaskan gugatan yang diajukan
kepada hakim. Sementara uang suap ini diberikan kepada tiga hakim
PTUN dan satu panitera yang juga sudah berstatus tersangka. Sebagai
gugatan ini dilakukan untuk memberikan izin Kejaksaan Tinggi Sumut
yang diterbitkan sprindik atas kasus dugaan korupsi Bansos dan Bantuan
Daerah Bawahan (BDB) di Sumut.
Pada kasus ini, OC K telah mencoreng profesi
advokat. Izin praktik hukum dari OC K ini pun di
cabut Izin. OC K dianggap telah merendahkan
officium nobile yang sejatinya mencederai
kehormatan profesi advokat dan melakukan
persaingan yang tidak sehat sesama advokat dengan
menyuap hakim. Seharusnya advokat harus dibuat
dengan adil karena merupakan penegak hukum.
PEMAHAMAN & PENGHAYATAN
ADVOKAT TERHADAP KODE ETIK
ADVOKAT