Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ETIKA PROFESI HUKUM

DOSEN PEMBIMBING:IMAM BUKHORI M,sy

OLEH :

IKMALU RIZQI AL MA’RUFI

PRODI AHWALUSSYAKHSYIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AL FALAH

ASSUNNIYYAH (INAIFAS)

KENCONG-JEMBER
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah ke khadirat Allah SWT, karena atas


perkenannya tugas ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Tidak lupa kepada Nabi besar Muhammad SAW, Keluargnya serta para sahabatnya dan
umatnya yang setia sampai akhir zaman.

Tugas ini, merupakan Mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum tentang penyusunan
Makalah mengenai Hukum Perdata Indonesia. Dalam penyusunan tugas ini, penulis banyak
mendapatkan petunjuk serta pelajaran yang bermanfaat bagi penulis. Tugas yang sederhan ini
jauh dari sempurna, penulis mengharapkan kritik atau saran dari pembaca guna untuk
memperbaiki kekurangan kekurangan tugas ini.

Demikian Makalah ini disusun dengan harapan. Mudah-mudahan guna dan manfaat
bagi kita semua khususnya insan pencipta dunia pendidikan dan penulis sangat selalu
berharap mudah-mudahan Allah selalu meridhai kita semua.

Kencong, 01 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I : PANDAHULUAN..........................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN............................................................................

A. Pengertian Profesi.............................. ..........................

B. Pengertian Moral................................................................

C. Perubahan Moralitas dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya...

BAB III : PENUTUP.....................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Dewasa ini, fenomena janggal banyak terjadi dimana para ahli hukum yang berada
pada profesinya masing-masing justru melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar
hukum. Diantara yang masih amat jelas teringat ialah kasus Advokat OC Kaligis yang
menginstruksikan kliennya Gatot Pujo Nugroho, Gubernur Sumatera Utara,  untuk
menyerahkan sejumlah dana yang kemudian akan digunakan untuk menyuap hakim.
Beberapa tahun lalu, Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi, kedapatan di ruang
kerjanya beberapa butir pil yang ditengarai merupakan jenis narkotika yang akhirnya
membuatnya dicopot dari jabatannya dan dimasukkan ke dalam bui. Begitulah sejumlah
ilustrasi yang menggambarkan buruknya beberapa oknum yang notabene berprofesi di bidang
hukum tetapi justru menjadi pihak pertama yang melanggarnya.

            Sejumlah pihak menyimpulkan bahwa hal itu terjadi dikarenakan telah merosotnya
moralitas dari diri para pelaku hukum di negeri ini. Makalah ini mencoba menjelaskan
tentang pengertian profesi beserta ciri-cirinya. Kemudian, makalah ini juga akan menjelaskan
tentang pengertian moralitas dan akhlak, serta perubahan dan factor-faktor yang
mempengaruhinya. Di akhir, akan dijelaskan pula hubungan antara moralitas dengan profesi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesi
            Istilah “profesi” memiliki sejumlah pengertian. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yang dimaksud dengan profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi dengan
keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu.[1] Muhammad Nuh dalam bukunya Etika
Profesi Hukum memberi pengertian terhadap profesi dengan pekerjaan pelayanan yang
dilandasi oleh persiapan atau pendidikan khusus yang formal dan landasan kerja ideal serta
didukung oleh cita-cita etis masyarakat. Profesi berbeda dengan pekerjaan lain yang
tujuannya memperoleh keuntungan semata. Profesi memusatkan perhatiannya pada kegiatan
yang bermotif pelayanan.
Maka, profesi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi
oleh pendidikan dan keahlian sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Akan tetapi,
keahlian yang diperoleh dari pendidikan kejuruan belum dapat disebut profesi apabila tidak
disertai penguasaan teori sistematis yang mendasari praktik pelaksanaan, dan hubungan
antara teori dan penerapan dalam praktik.

Ciri-ciri Profesi
            Profesi memiliki beberapa ciri-ciri dan sifat khusus yang melekat padanya,
diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Adanya pengetahuan khusus, biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki setelah
mengikuti pendidikan, pelatihan, dan pengalaman bertahun-tahun.
2. Adanya kaedah dan standar moral yang sangat tinggi. Setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat. Artinya setiap pelaksana profesi harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadinya.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat. Yaitu nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup, dan sebagainya, untuk menjalankan suatu profesi,
harus ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Profesi dan Profesional


            
Menurut De George, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi sehubungan
dengan adanya istilah “profesi” dan “profesionalisme”. Profesi merupakan pekerjaan yang
dilakukan oleh sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dengan
mengandalkan suatu keahlian. Sementara itu, profesional adalah orang yang mempunyai
profesi atau pekerjaan purnawaktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan
keahlian yang tinggi.
            Profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas
rata-rata. Pada satu pihak, ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat. Tetapi pada pihak
lain, ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan
masyarakat.

            Seorang yang professional harus memahami prinsip-prinsip etika profesi, antara lain
sebagai berikut;

1. Tanggungjawab, yaitu bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan


hasilnya, juga terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan, prinsip ini menuntut agar setiap kaum professional memberikan kepada
siapa saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi, prinsip ini menuntut agar setiap kaum professional memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Selain itu, terdapat syarat-syarat suatu profesi yang harus pula difahami oleh seorang
professional, diantaranya adalah;

1. Melibatkan kegiatan intelektual.


2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu khusus.
3. Memerlukan persiapan profesional yang alami dan bukan sekedar latihan.
4. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6. Mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

B. Pengertian Moral

Secara bahasa, moral merupakan bentuk jamak dari kata mos yang bermakna


kebiasaan.  Moral adalah penetuan baik dan buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Pendek
kata, sumber ajaran moral meliputi agama nasihat para bijak, orang tua, guru dan ideologi –
ideologi tertentu. Maubudi membagi moral menjadi 2 yaitu religius dan sekuler. Moral
religius mengacu pada agama sebagai sumber ajarannya, sedangkan moral sekuler adalah
bersumber pada ideologi – ideologi non agama.
Moral yang berarti moralis artinya akhlak, etika, kesusilaan. Otonom moral adalah moral
yang berdiri sendiri, yang timbul dari diri manusia sendiri. Kebalikan dari kesusilaan yang
diwajibkan dari luar. Moral positif, kaidah – kaidah yang diakui dan ditaati dalam pergaulan
hidup pada umumnya. Moralitas menurut kamus hukum berarti sopan, santun yang berkaitan
dengan etiket atau adat sopan santun.
Moralitas memiliki arti yang pada dasarnya sama dengan ‘’moral‘’ hanya ada nada lebih
abstrak. Berbicara tentang moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau
baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

Dengan demikian pengertian moral dapat di pahami dengan mengklafikasikan nya sebagai
berikut :

1. Moral sebagai ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan
tuntutan untuk melakukan perbuatan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan
jelek yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
2. Moral sebagai aturan, berarti ketentuan yang digunakan oleh masyarakat untuk
menilai perbuatan seseorang apakah termasuk baik atau buruk.
3. Moral sebagai gejala kejiawaan yang timbul dalam bentuk perbuatan, seperti berani
jujur, sabar, gairah, dan sebagainya. 
Dalam terminologi islam, pengertian moral dapat disamakan dengan pengertian ‘’akhlak‘’.
Dalam bahasa indonesia, moral dan akhlak maksudnya sama dengan budi pekerti atau
kesusilaan. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa yang berarti perangai, tabi;at dan adat
istiadat. 
Meskipun akhlak berasal dari bahasa arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat dalam al-Quran.
Satu – satunya kata yang ditemukan dan semakna dengan akhlak adalah dalam Al-Quran
adalah bentuk tunggalnya yaitu khuluk, yang tercantum dalam surat al-Qalam ayat 4 :
‫و إنك لعلي خلق عظيم‬

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar benar budi pekerti yang agung. (Q.S al-Qalam ayat
4)
Dalam al-Qur’an pun Allah menyuruh umatnya untuk menghiasi dirinya dengan perbuatan
perbuatan yang baik dan jangan mengotori dirinya dengan perbuatan – perbuatan yang
tercela. Seperti firman Allah dalam surat Asy-Syams ayat 9 – 10 :

Artinya : Sungguh beruntung orang yang menyucikan ( jiwa itu ) dan sungguh rugi orang
yang mengotorinya.

C. Perubahan Moralitas dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya

            Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan atau perkembangan, baik
perubahan yang bersifat nyata atau yang menyangkut perubahan fisik, maupun perubahan
yang bersifat abstrak atau perubahan yang berhubungan dengan aspek psikologis, perubahan
tersebut disebabkan beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam manusia (internal) atau
yang berasal dari luar (eksternal). Faktor faktor itulah yang akan menentukan apakah proses
perubahan manusia mengarah pada hal hal yang bersifat positif atau sebaliknya mengarah
pada perubahan yang bersifat negative.

            Berbicara tentang pembentukan moral, maka tidak bisa di lepas dari aspek perubahan
atau perkebangan manusia. Tentu dalam pembentukan moral ada faktor – faktor yang
mempengaruhinya, seperti halnya perubahan manusia pada umumnya.

            Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan manusia atau yang lebih spesifik
mengenai pembentukan moral dipengaruhi oleh faktor internal dan internal. Namun, mereka
berbeda pendapat dalam hal faktor mana yang paling dominan mempengaruhi proses
perubahan tersebut. Perbedaan tersebut diakibatkan karena berbedanya sudut pandang atau
pendekatan yang digunakan oleh masing – masing tokoh.
BAB III

PENUTUP

            Profesi dan moralitas memiliki keterkaitan yang amatlah kuat. Karena setiap profesi
memiliki nilai etik yang mengikat, lebih-lebih tertulis, yang terangkum dalam kode etik,
maka pelanggaran atasnya merupakan sebuah aib yang luar biasa. Seorang professional yang
tidak memiliki moralitas tidak akan bertahan lama dalam profesinya. Ia akan mendapat
teguran keras tidak hanya dari teman-teman sesama profesi tetapi juga dari masyarakat. Iapun
akan tersingkir dari pekerjaan yang telah ia usahakan dalam waktu yang lama.
           
 

REFERENSI

Asmaran, 1992, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Press.


Hamzah, Andi, Kamus Hukum.
Nuh, Muhammad, 2011, Etika Profesi Hukum, Bandung: Pustaka Setia.
Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud , 1994,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka
[1] Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud ,
1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka
[2] Nuh, Muhammad, 2011, Etika Profesi Hukum, Bandung: Pustaka Setia, h. 48-49.
[3] Ibid, h. 119.
[4] Ibid, h. 120.
[5] Ibid, h. 119-121.
[6] Asmaran, 1992, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Press,,hlm 8.
[7] Hamzah, Andi, Kamus Hukum, hal 384
[8] Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Depdikbud, Op.cit,  h.195.

Anda mungkin juga menyukai